Anda di halaman 1dari 23

PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. A.DADI


TJOKRODIPO
JL. Basuki Rahmat No. 73 Teluk Betung
BANDAR LAMPUNG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


TB DOTS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.A.DADI TJOKRODIPO


KOTA BANDAR LAMPUNG
2020
1. SOP Penjaringan Suspek Pasien Tuberkulosis
2. SOP Penatalaksanaan Pasien dengan Tuberkulosis Paru
3. SOP Alur Pasien Tuberkulosis
4. SOP Pelayanan Pasien Tuberkulosis di Instalasi Rawat Jalan
5. SOP Pelayanan Pasien Tuberkulosis MDR (TB MDR) di Instalasi Rawat
Jalan
6. SOP Pelayanan Pasien Tuberkulosis di Instalasi Gawat Darurat
7. SOP Diagnosis Pasien Tuberkulosis
8. SOP Klasifikasi dan Tipe Pasien Tuberkulosis
9. SOP Transportasi Pasien Tuberkulosis Paru
10. SOP Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Pasien Tuberkulosis di
Instalasi Rawat Inap
11. SOP Pengumpulan dan Pengiriman Sputum
PENJARINGAN SUSPEK PASIEN TUBERKULOSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 2

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur

SPO

dr.EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda/IVc
NIP.196608112002121003

PENGERTIAN Merupakan upaya untuk menjaring pasien tersangka TB (suspek


pasien TB) di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo yang dilakukan secara
promotive case finding.

TUJUAN Sebagai acuan tata laksana menjaring pasien dicurigai menderita TB


(suspek pasien TB)

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No…………………... tentang Tim DOTS

PROSEDUR A. Pasien dengan gejala sebagaimana di bawah ini harus dianggap


sebagai seorang suspek TB
1. Batuk terus menerus >2 minggu
2. Batuk berdahak, dahak bisa disertai darah
3. Dapat disertai : demam meriang > 1 bulan, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
4. Pasien yang kontak erat dengan pasien TB
5. Pasien dengan gejala TB ekstra paru (sesuai dengan organ
yang diserang : pembesaran kelenjar limfe multiple, gibbus,
skrofuloderma, dll)

B. Pelaksanaan pelayanan kesehatan (staf medis dokter dan staf


medis perawat), apabila menemukan pasien dengan gejala
sebagaimana disebut di atas
1. Di Instalasi Rawat Jalan
a. Catat data identitas suspek pasien TB pada form TB-06,
kolom 1 s.d kolom 6
b. Buatkan lembar permintaan pemeriksaan dahak S-P-S
(form TB 05) untuk penagakan diagnosis
c. Buatkan lembar permintaan pemeriksaan penunjang
lainnya sesuai indikasi (foto thorax/ histo-patologi/
patologi-anatomi, dll)
PENJARINGAN SUSPEK PASIEN TUBERKULOSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2 dari 2

PROSEDUR d. Dilakukan konseling dan edukasi mengenai : pentingnya


dilakukan 3 kali pemeriksaan dahak cara mengeluarkan
dahak yang benar Pasien dipersilakan ke laboratorium atau
radiologi
e. Setelah diperoleh hasil pemeriksaan dahak S-P-S, maka
hasil pemeriksaan dahak dicatat pada form TB-06 kolom 8
s.d 14
f. Melengkapi catatan rekam medik pasien
g. Apabila pasien terdiagnosa sebagai pasien TB, rujuk pasien
ke puskesmas yang dekat dengan tempat tinggal pasien
dengan menggunakan formulir TB-09

2. Di ruang rawat inap


a. Catat data identitas suspek pasien TB pada form TB-06
kolom 1 s. kolom 6
b. Buatlah lembar permintaan pemeriksaan dahak S-P-S (form
TB-05) untuk penegakan diagnosis
c. Buatkan lembar permintaan pemeriksaan penunjang
lainnya sesuai indikasi (foto thorax/ histo-patologi/
patologi-anatomi, dll)
- Suspek pasien TB diberi pot dahak dan dibantu untuk
mengeluarkan dahak yang benar
- Pot dahak S-P-S suspek pasien TB diserahkan ke
laboratorium
d. Setelah diperoleh hasil pemeriksaan dahak S-P-S, maka
hasil pemeriksaan dahak dicatat pada form TB-06 kolom 8
s.d 14
e. Melengkapi catatan rekam medik pasien
f. Pada saat pasien pulang dari rawat inap, rujuk pasien ke
puskesmas yang dekat dengan tempat tinggal pasien
dengan menggunakan formulir TB-09

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 2

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur ,

SPO

dr.EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda/IVc
NIP. 196608112002121003

PENGERTIAN TB paru adalah penyakit menular yang mengenai parenkim paru


yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis

TUJUAN 1. Mencegah infesi sekunder


2. Mencegah penularan penyakit terhadap pasien lain dan petugas
kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No……………………………. tentang Tim DOTS

PROSEDUR 1. Petugas melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak


dengan pasien

2. Untuk pasien dirawat dengan hasil pemeriksaan laboratorium


BTA positif
a. Petugas menganjurkan pasien (dengan komunikasi terapiutik)
untuk menggunakan masker dan mengganti masker pada saat
pasien sudah merasa tidak nyaman dengan masker yang
digunakan, misalnya karena lembab
b. Petugas menganjurkan keluarga yang kontak langsung dengan
pasien menggunkan masker untuk menghindari penularan
penyakit
c. Petugas menggunakan masker N95 dalam merawat pasien

3. Untuk pasien dirawat dengan hasil pemeriksaan laboratorium


BTA negatif
a. Petugas, keluarga, dan yang kontak langsung dengan pasien
pada prinsipnya tidak wajib menggunakan masker, tetapi
untuk pencegahan sebaiknya dianjurkan untuk memakai
masker
PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS PARU

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2 dari 2

PROSEDUR 4. Petugas menganjurkan pasien untuk tidak membuang ludah atau


dahak sembarangan di dalam kamar perawatan, gunakan pot
tertutup, atau tissue sekali pakai, kemudian masukkan tissue
bekas pasien ke dalam wadah tertutup

5. Petugas membuka jendela kamar pasien pada pagi sampai


dengan sore hari, untuk memungkinkan pergantian udara di
dalam kamar dengan udara luar (komunikasikan dengan pasien
dan keluarga, atau senyaman pasien)

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
ALUR PASIEN TB

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 2

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur,

SPO

dr. EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda/IVc
NIP. 196608112002121003

PENGERTIAN Merupakan suatu proses penanganan kasus suspek TB di RSUD Dr.


Dr. A. Dadi Tjokrodipo

TUJUAN Memudahkan koordinasi penanganan kasus pasien TB di RSUD


Dr. . Dr. A. Dadi Tjokrodipo

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No……………………………… tentang Tim DOTS

PROSEDUR 1. Petugas administrasi yang menerima pendaftaran pasien, baik


dari IGD maupun IRJ (poliklinik paru, poliklinik penyakit dalam,
poliklinik umum)
2. Petugas yang menjaring pasien terduga TB baik di IRJ maupun di
IGD harus memberikan masker bedah kepada pasien dan
melakukan pemeriksaan BTA secara mikroskopis di laboratorium
dan pemerikaan penunjang lain seperti thorax foto bila diperlukan
3. Petugas IGD ataupun IRJ yang menjaring pasien terduga TB
mengirimnya ke poli DOTS
4. Petugas DOTS merujuk pasien yang positif TB ke puskesmas
terdekat

ALUR PASIEN TB
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2 dari 2

PROSEDUR

Poli Umum Laboratorium

Pasien Umum Poli Spesialis Radiologi


(Rawat Jalan)
UGD
Patologi Anatomi
Patologi Klinik

Rawat Inap

POLI DOTS
RSADT

UPK Lain Farmasi

Rekam Medis

PKMRS

UNIT TERKAIT 1. Administrasi


2. Instalasi Gawat Darurat
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Instalasi Laboratorium
6. Instalasi Radiologi

PELAYANAN PASIEN TUBERKULOSIS DI INSTALASI RAWAT JALAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 2

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur,

SPO

dr. EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda/IVc
NIP. 196608112002121003

PENGERTIAN Suatu kegiatan pelayanan pasien dengan tuberculosis di poliklinik


rawat jalan

TUJUAN 1. Mempermudah dan memperlancar pelayanan pada penderita TB


paru
2. Memutuskan rantai penularan TB paru
3. Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB paru

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No……………………………… tentang Tim DOTS

PROSEDUR 1. Petugas pendaftaran mendata pasien yang akan berobat dan


memberitahukan nomor pendaftaran pasien
2. Dokter memeriksa pasien dan dilakukan anamnesa keluhan
batuk sudah berapa lama lalu diberikan pengantar untuk
pemeriksaan dahak ke laboratorium
3. Perawat memberikan surat pengantar form 05 kepada pasien
untuk dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan dahak SPS
4. Petugas lab/poli mengantarkan atau mengarahkan pasien untuk
ke poli DOTS untuk pendataan pasien suspek TB
5. Petugas poli DOTS menjelaskan kepada pasien dan keluarga
untuk pemeriksaan dahak pagi-sewaktu pada hari selanjutnya
6. Petugas mengantar atau mengarahkan pasien ke radiologi jika
akan dilakukan pemeriksaan penunjang thorax foto
7. Perawat poli mengingatkan pasien dan keluarga untuk datang ke
poliklinik lagi dengan membawa hasil dari pemeriksaan
penunjangPetugas, keluarga, dan yang kontak langsung dengan
pasien pada prinsipnya tidak wajib menggunakan masker, tetapi
untuk pencegahan sebaiknya dianjurkan untuk memakai masker

PELAYANAN PASIEN TUBERKULOSIS DI INSTALASI RAWAT JALAN


No. Dokumen No. Revisi Halaman
2 dari 2

PROSEDUR 8. Dokter memeriksa pasien dan menganalisa hasil pemeriksaan,


jika positif diagnosa TB maka pasien dirujuk ke puskesmas
terdekat dengan menggunakan formulir TB-09
9. Petugas poli DOTS memberikan edukasi tentang TB dari
pengertian TB, penyebab, tanda dan gejala, sampai dengan
penanganannya.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Radiologi
3. Instalasi Laboratorium
PELAYANAN PASIEN TUBERKULOSIS MDR (TB MDR)
DI INSTALASI RAWAT JALAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 2

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur,

SPO

dr. EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda/IVc
NIP. 196608112002121003

PENGERTIAN Suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek pasien


Tuberkulosis MDR yang datang melalui Instalasi Rawat Jalan

TUJUAN Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau suspek pasien


Tuberkulosis selama mendapatkan pelayanan di Rawat Jalan,
ditujukan terhadap peningkatan mutu layanan, kemudahan akses
untuk penemuan dan pengoabtan sehingga mampu memutuskan
rantai penularan Tuberkulosis.

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No ……………………………. tentang Tim DOTS

PROSEDUR A. Untuk Pasien TB MDR baru


- Setiap pasien yang dicurigai menderita TB MDR harus diberi
masker untuk dipakai mulai saat pendaftaran, selama
menjalani pemeriksaan, sampai mendapatkan diagnosis.
- Masker tersebut harus selalu dipakai sampai terbukti bahwa
pasien yang bersangkutan tidak menderita Tuberkulosis paru
- Pasien yang dicurigai menderita TB MDR harus ditempatkan
terpisah dari kelompok pasien lain dan mendapat prioritas
untuk diperiksa lebih dahulu untuk kemudian secepatnya
dikonsulkan ke Poliklinik TB MDR
- Dokter atau petugas lainnya yang menangani pasien atau
suspek Tuberkulosis MDR wajib menggunakan respirator
(masker N95) setiap kali berinteraksi dengan pasien
- Pasien yang oleh dokter didiagnosis TB MDR baik dari rawat
inap maupun dari rawat jalan selanjutnya akan mendapatkan
terapi di Poliklinik TB MDR
PELAYANAN PASIEN TUBERKULOSIS MDR (TB MDR)
DI INSTALASI RAWAT JALAN

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2 dari 2

PROSEDUR B. Untuk pasien TB MDR lama / kontrol


- Pasien yang telah memulai pengobatan TB MDR di Poliklinik
TB MDR melanjutkan pengobatan seterusnya langsung di
Poliklinik TB MDR, tanpa melalui poliklinik lainnya
- Pasien kontrol mendaftar langsung di Poliklinik TB MDR
- Verifikasi administrasi, pengambilan status, serta
pengambilan karcis kunjungan dilakukan secara kolektif oleh
petugas
- Pasien kontrol yang telah mendapatkan terapi dan follow-up di
Poliklinik TB MDR dan tidak dikonsul ke bagian lain
diperbolehkan langsung pulang
- Bila pada pasien TB MDR terdapat indikasi untuk
dikonsulkan ke Bagian lain, maka dokter dari Bagian lain
yang bersangkutan harus datang ke Poliklinik TB MDR untuk
memeriksa pasien

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
PELAYANAN PASIEN TUBERKULOSIS
DI INSTALASI GAWAT DARURAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 2

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur,

SPO

dr. EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda/IVc
NIP. 196608112002121003

PENGERTIAN Suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek TB yang datang


melalui instalasi gawat darurat

TUJUAN 1. Meminimalkan penularan atau penyebaran infeksi TB


2. Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau suspek pasien TB
selama mendapatkan pelayanan di instalasi gawat darurat,
ditujukan terhadap peningkatan mutu layanan
3. Mempermudah akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga
mampu memutuskan rantai penularan TB

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No………………………………. tentang Tim DOTS

PROSEDUR 1. Petugas memberikan masker kepada setiap pasien yang diketahui


atau dicurigai menderita TB
2. Petugas mengkaji pasien yang terduga TB dengan gejala sebagai
berikut :
a. Gejala utama : batuk yang persisten >2 minggu
b. Gejala tambahan : nyeri dada, batuk darah atau batuk dengan
dahak bercampur darah, berat badan turun, nafsu makan
menurun, demam, berkeringat banyak saat malam hari, cepat
lelah, malaise
3. Seorang pasien TB yang masuk IGD dan dicurigai merupakan
pasien yang infeksius bila ditemukan adanya :
a. Batuk yang persisten >2 minggu
b. Pada thorax foto ditemukan kavitas
c. BTA sputum positif
d. Pasien tidak mendapatkan terapi adekuat
e. Pasien diketahui sebelumnya sebagai pasien TB paru, TB
saluran nafas atau TB laring
PELAYANAN PASIEN TUBERKULOSIS
DI INSTALASI GAWAT DARURAT

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2 dari 2

PROSEDUR f. Penderita TB ekstra paru biasanya tidak menular kecuali pada


kasus TB pada laring, rongga mulut atau TB ekstra paru
dengan abses terbuka seperti scrofuloderma. Penularan terjadi
melalui mekanisme kontak
4. Petugas mengingatkan pasien agar selalu menggunakan masker
selama pemeriksaan berlangsung, sampai pasien terbukti tidak
menderita TB
5. Petugas IGD menempatkan pasien secara terpisah jika dicurigai
TB terhadap kelompok pasien lain (ruang isolasi IGD) dan
mendapat prioritas untuk diperiksa lebih dulu.

Dokter atau petugas lainnya yang menangani pasien atau suspek


TB wajib menggunakan masker setiap kali berinteraksi dengan
pasien

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


DIAGNOSIS PASIEN TUBERKULOSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 2

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur,

SPO

dr. EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda/IVc
NIP. 196608112002121003

PENGERTIAN Merupakan kegiatan untuk menegakkan diagnosis TB pada pasien


yang dicurigai menderita TB oleh staf medis Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan

TUJUAN Sebagai acuan tatalaksana penegakan diagnosis TB pada pasien


yang dicurigai menderita TB

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No…………………………………. tentang Tim DOTS

PROSEDUR 1. Penegakan diagnosis pasien TB didasarkan pada :


a. Anamnesis (keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keuarga)
b. Pemeriksaan fisik yang mendukung
c. Hasil pemeriksaan dahak S-P-S
d. Hasil pemeriksaan penunjang lainnya (sesuai indikasi : foto
thorax, uji tuberculin, histro-patologi, patologi anatomi)
e. Hasil pembobotan (sistem skor) pada kasus TB anak

2. Untuk pasien TB paru dewasa, apabila :


a. Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (+) pada ≥2 hasil
pemeriksaan dahak S-P-S, maka ditegakkan diagnosis pasien
TB, dan selanjutnya dilakukan penetapan klasifikasi dan tipe
pasien TB untuk menentukan regimen pengobatan OATnya
b. Pada suspek pasien TB, ditemukan BTA (+) hanya pada 1 hasil
pemeriksaan S-P-S , maka dilakukan pemeriksaan foto
thorax :
1) Bila hasil foto thorax mendukung kelainan TB, maka
ditegakkan diagnosis pasien TB, selanjutnya dilakukan
penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB, untuk
menentukan regimen pengobatan OAT
DIAGNOSIS PASIEN TUBERKULOSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2 dari 2

PROSEDUR 2) Bila hasil foto thorax tidak mendukung kelainan TB, maka
dapat dilakukan pemeriksaan dahak S-P-S ulang :
- Bila ditemukan BTA (+), ditegakkan diagnosis pasien TB
- Bila ditemukan BTA (-), ditegakkan diagnosis bukan
pasien TB
c. Pada suspek pasien TB ditemukan BTA (-) pada ke-3 hasil
pemeriksaan dahak S-P-S, maka diberi pengobatan antibiotik
spektrum luas terlebih dahulu, dan bila ada perbaikan, maka
ditegakkan diagnosis bukan pasien TB. Apabila dengan
antibiotik spektrum luas tidak ada perbaikan, maka dilakukan
pemeriksaan foto thorax :
1) Bila hasil pemeriksaan foto thorax mendukung kelainan TB,
maka ditegakkan diagnosis pasien TB, selanjutnya
dilakukan penetapan klasifikasi dan tipe pasien TB, untuk
menentukan regimen pengobatan OAT
2) Bila hasil pemeriksaan foto thorax tidak mendukung
kelainan TB, maka ditegakkan diagnosis bukan pasien TB

3. Untuk pasien TB anak, apabila berdasarkan hasil pengobatan :


a. Skor ≥6 ditegakkan diagnosis TB anak
b. Skor 5, dilakukan evaluasi lebih lanjut
c. Skor ≤5, ditegakkan diagnosis bukan TB anak

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
KLASIFIKASI DAN TIPE PASIEN TUBERKULOSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 2

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur

SPO

dr. EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda
NIP. 196608112002121003

PENGERTIAN Pasien yang telah ditegakkan diagnosis TB selanjutnya perlu


ditetapkan klasifikasi dan tipenya, berdasarkan : organ tubuh yang
diserang (paru/ esktra paru), hasil pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung (BTA positif/ negative), riwayat pengobatan
sebelumnya (baru/ sudah pernah diobati) dan tingkat keparahan
penyakit (ringan/ berat) oleh staf medis dokter penanggung jawab
pelayanan pasien

TUJUAN Sebagai acuan untuk menetapkan panduan regimen obat anti TB


(OAT) yang harus diberikan kepada pasien TB tersebut

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No……………………………… tentang Tim DOTS

PROSEDUR 1. Petugas menerima pasien dan melakukan pemeriksaan dan


pengkajian, baik di rawat jalan maupun IGD, lalu dikirim ke poli
DOTS. Petugas memilah pasien berdasarkan hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan dahak mikroskopis, dan
pemeriksaan penunjang lainnya, maka pasien TB akan
ditetapkan klasifikasi dan tipenya:
a. Berdasarkan organ tubuh yang diserang : pasien TB paru atau
pasien TB ekstra paru
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis :
pasien TB paru BTA (+)/ pasien TB paru BTA (-)/ foto thorax
(+)
c. Berdasarkan tingkat keparahan penyakit : pasien TB ekstra
paru ringan/ pasien TB ekstra paru berat, pasien TB paru BTA
(-) foto thorax (+) ringan/ pasien TB paru BTA (-) foto thorax (+)
berat
KLASIFIKASI DAN TIPE PASIEN TUBERKULOSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2 dari 2

PROSEDUR 2. Diagnosis, klasifikasi dan tipe :


a. TB paru BTA (+) baru : 2 atau lebih sediaan apusan dahak
ditemukan BTA (+), atau 1 sediaan apusan dahak BTA (+) foto
thorax mendukung TB, pasien belum pernah mendapatkan
pengobatan OAT sebelumnya atau minum OAT <1 bulan
b. TB paru BTA (-) foto thorax (+) : 3 sediaan apusan dahak BTA
(-) dengan hasil foto thorax mendukung TB, dahak awalnya
BTA (-) kemudian dengan pengobatan menjadi BTA (+), atau
pasien TB yang pengobatan s.d bulan ke -5 dengan BTA tetap
(+)
c. TB paru kronis : pasien TB BTA (+) yang s.d akhir pengobatan,
BTA tetap (+)
d. TB paru setelah default : pasien kembali berobat dengan TB
paru BTA (+) setelah putus obat >2 bulan
e. TB ekstra paru : kasus TB yang menyerang organ selain paru
(kulit, kelenjar, tulang, dll) ringan maupun berat.
Dokter penanggung jawab pelayanan pasien TB tersebut selanjutnya
menetapkan panduan regimen OAT sesuai dengan klasifikasi dan
tipe pasien sesuai standar WHO dan ISTC (International Standard of
Tuberculosis Care).

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat
TRANSPORTASI PASIEN TUBERKULOSIS PARU

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 1

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur,

SPO

dr. EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda
NIP. 196608112002121003

PENGERTIAN Suatu tatacara pengiriman pasien TB paru antar unit di lingkungan


RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo

TUJUAN Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau suspek pasien TB paru


selama mendapatkan pelayanan di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo
dengan tujuan untuk pencegahan penularan

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No …………………………….. tentang Tim DOTS

PROSEDUR - Jika memungkinkan serta fasilitas tersedia, hendaknya setiap


pemeriksaan terhadap pasien atau suspek Tuberkulosis Paru,
termasuk pemeriksaan penunjang, dilakukan di tempat pasien
berada (ruang isolasi)
- Jika pasien atau suspek Tuberkulosis Paru harus menjalani
pemeriksaan atau perawatan di unit atau ruangan tertentu,
maka pasien harus selalu mengenakan masker ketika dikirim ke
unit atau ruangan yang dituju dan diantar oleh petugas yang
mengenakan respirator (masker N95)

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Departemen lain yang terkait
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
PASIEN TUBERKULOSIS DI INSTALASI RAWAT INAP

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 1

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur,

SPO

dr. EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda
NIP. 196608112002121003

PENGERTIAN Suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek pasien


Tuberkulosis yang dirawat di ruang perawatan

TUJUAN Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau suspek pasien


Tuberkulosis selama mendapatkan pelayanan di Instalasi Rawat
Inap, ditujukan terhadap peningkatan mutu layanan, kemudahan
akses untuk penemuan dan pengoabtan sehingga mampu
memutuskan rantai penularan Tuberkulosis.

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No………………………………. tentang Tim DOTS

PROSEDUR - Pasien yang oleh dokter didiagnosis Tuberkulosis Paru dan


memerlukan perawatan harus dirawat di ruang perawatan
isolasi khusus Tuberkulosis.
- Selama menjalani perawatan pasien wajib mengenakan masker
- Petugas medis dan paramedis wajib mengenakan respirator
(masker N95) setiap kali memasuki ruang rawat isolasi
Tuberkulosis
- Pasien yang dirawat di ruang rawat isolasi tidak diperkenankan
ditunggui oleh keluarga atau pihak lainnya, kecuali atas ijin
dokter penanggungjawab pasien.
- Pintu ruang rawat isolasi harus selalu tertutup dan kuncinya
dipegang oleh petugas

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan
PENGUMPULAN DAN PENGIRIMAN SPUTUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1 dari 3

Tanggal terbit Ditetapkan :


Direktur ,

SPO

dr. EDWIN RUSLI, SKM


Pembina Utama Muda/IVc
NIP: 196608112002121003

PENGERTIAN Suatu alur penatalaksanaan pasien atau suspek pasien


Tuberkulosis yang datang melalui Instalasi Gawat Darurat

TUJUAN Sebagai acuan untuk mendapatkan sputum yang kuantitas dan


kualitasnya baik untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopis

KEBIJAKAN - UU NO 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


- Kep Men Kes No 364/2009 Pedoman Nasional Penanggulangan
TB
- SE menkes No 884/2007 Ekspansi TB Strategi DOTS di RS dan
Balai Kesehatan Penyakit paru
- SE Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik No Y
M.02.08/III/673/07 tentang Pelaksanaan TB di RS
- SK Direktur No…………………………………. tentang Tim DOTS

PROSEDUR Alat yang diperlukan :


a. Pot dahak steril sesuai standar laboratorium
b. Stiker / spidol
c. Sabun cuci tangan
d. Parafilm
e. Prosedur tetap pengumpulan dahak
f. Form TB 05 / TB 05 MDR

Cara Kerja :
1. Persiapan pasien :
a. Beritahu pasien tentang pentingnya mendapatkan dahak
yang berkualitas untuk menentukan penyakitnya
b. Anjurkan pasien untuk berdahak dalam keadaan perut
kosong, dan membersihkan rongga mulut dengan
berkumur dengan air bersih
c. Dahak adalah bahan infeksius, anjurkan pasien untuk
berhati-hati saat berdahak dan mencuci tangan dengan
sabun
d. Anjurkan pasien untuk membaca prosdur tetap
pengumpulan dahak yang tersedia di sputum booth khusus
untuk berdahak
PENGUMPULAN DAN PENGIRIMAN SPUTUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


2 dari 3

PROSEDUR 2. Persiapan Alat


Siapkan pot dahak steril
Beri identitas pada badan pot dahak. Tempelkan identitas pasien
dan tambahkan tanda A untuk pot dahak sewaktu dan B untuk pot
dahak pagi pada dinding badan pot jangan pada tutupnya

Dahak sewaktu dikumpulkan pada waktu pasien datang pertama


kali, kemudian pasien diberikan pot untuk dibawa pulang untuk
menampung dahak pagi. Pengambilan dahak untuk diagnosis TB
adalah 3 kali (S-P-S / Sewaktu-Pagi-Sewaktu), sedangkan untuk TB
MDR 2 kali (S-P / Sewaktu-Pagi)

3. Tulis identitas pasien dan tanggal pengambilan dahak pada


formulir TB 05 / TB 05 MDR

4. Cara pengeluaran dahak yang baik


a. Kumur-kumur dengan air bersih sebelum mengeluarkan
dahak
b. Bila memakai gigi palsu, lepaskan sebelum berkumur
c. Tarik napas dalam (2-3 kali)
d. Buka tutup pot, dekatkan ke mulut, berdahak dengan kuat
dan ludahkan ke dalam pot dahak
e. Tutup pot yang berisi dahak dengan rapat
f. Cuci tangan dengan air dan sabun antiseptik
g. Pada saat mendampingi pasien berdahak, petugas harus
mendampingi pasien dengan memperhatikan arah angin
sedemikian rupa agar arah angin tidak mengarah kepada
petugas
h. Apabila ternyata dahak tidak memenuhi syarat
pemeriksaan (air liur atau volumenya kurang), pasien
harus diminta berdahak lagi

Apabila kesulitan mengeluarkan dahak :


- Berikan obat batuk yang mengandung gliserol guayacolas
sehari sebelum pengumpulan dahak, atau
- Pasien dianjurkan berolahraga ringan : berlari-lari kecil,
atau
- Petugas melakukan tepukan-tepukan ringan dengan kedua
telapak tangan pada punggung pasien, selama kurang lebih
3-5 menit
- Selanjutnya pasien berdahak seperti pada butir 3 diatas.

5. Cara menilai kualitas dahak secara mikroskopis


a. Lakukan penilaian terhadap dahak pasien tanpa membuka
tutup pot melalui dinding pot yang transparan
b. Hal-hal yang harus diamati adalah volume 3 – 5 ml, dahak
kental berwarna hijau kekuningan (mukopurulen)
c. Setelah memeriksa kualitas dahak petugas harus mencuci
tangan dengan air dan sabun
PENGUMPULAN DAN PENGIRIMAN SPUTUM

No. Dokumen No. Revisi Halaman


3 dari 3

PROSEDUR 6. Mengemas dahak untuk dirujuk


Masukkan pot ke dalam kantong plastik bersegel (satu
kantong berisi satu pot dahak), tutup segel kantong kemudian
berikan ke laboratorium disertai dengan TB 05 / TB 05 MDR

7. Setelah selesai petugas harus cuci tangan dengan sabun dan


air.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat


2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Rawat Jalan

Anda mungkin juga menyukai