“TBC ”
Dosen Pembimbing : Eti Kurniawati, SKM, M.Kes
DISUSUN OLEH :
M FARIZ HUSAINI (1713201021)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Membuat makalah stunting ini
dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah issue terkini kesehatan masyarakat.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Ibu Eti Kurniawati, S.KM., M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis sehingga
tersusunlah makalah ini.
2. Orang tua kami yang tidak lupa selalu mendoakan kami dan merupakan
motivasi terbesar kami sampai saat ini.
3. Rekan-rekan yang telah memberikan dukungan moril.
Penulis menyadari tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dalam pembuatan
makalah limbah industri Apabila nantinya terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan mohon di maafkan, kami sangat berharap kepada seluruh pihak agar dapat
Akhir kata, semoga karangan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembaca.
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan penelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Definisi TBC
2.2. Tanda dan gejala TBC
2.3. Cara penularan TBC
2.4. Cara agar tidak menularkan TBC
2.5. Pencegahan TBC
2.6 Pengobatan TBC
2.7 Prinsip dan strategi penanggulangan TBC
2.8 Langkah langkah program penanggulangan TBC
2.9 Membangun jejaring dan kelangsungan program
2.10 Promosi Kesehatan Dan Penanggulangan TB di Tempat Kerja………………….16
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Gejala utama TB yaitu batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih.
Disamping gejala utama terdapat gejala lainnya seperti demam/meriang berkepanjangan,
batuk bercampur dahak, sesak nafas dan nyeri dada,berkeringat di malam hari walaupun
tidak melakukan kegiatan, berat badan turun, nafsu makan kurang dan rasa kurang enak
badan.
TB menular melalui udara, sewaktu pasien batuk, bersih, meludah atau berbicara
kuman keluar melalui percikan dahaknya. Kuman tersebut terhirup oleh orang sekitarnya.
TB tidak menular lewat transfusi darah, air susu ibu dan alat makan dan minum yang
telah dicuci.
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol
setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan
rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
o Penderita baru TBC paru BTA positif.
o Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
o Penderita kambuh.
o Penderita gagal terapi.
o Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
o Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
INH : 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
INH : 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
Dosis
: 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
prednisone
2.7 PRINSIP DAN STRATEGI PENANGGULANGAN TBC
A.Tingkat Pusat.
B. Tingkat Provinsi
Di tingkat provinsi Gerdunas-TB Provinsi yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis.
Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan daerah. Dalam pelaksanaan
program TB di tingkat provinsi dikordinasikan Dinas Kesehatan Provinsi.
C. Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat kabupaten/kota Gerdunas-TB kabupaten/kota yang terdiri dari Tim Pengarah dan
Tim Teknis. Bentuk dan struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan kabupaten/kota.
Dalam pelaksanaan program TB di tingkat Kabupaten/Kota dikordinasikan oleh Dinas
Kesehatan kabupaten/kota.
D. Tingkat fasyankes
Tatalaksana pasien TB dilaksanakan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
• FKTP Rujukan Mikroskopis (FKTP-RM), yaitu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
mampu melakukan pemeriksaan mikroskopis TB.
• FKTP Satelit (FKTP-S) yaitu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang melakukan
pembuatan sedian apus sampai fiksasi. Secara umum konsep pelayanan pasien TB di Balai
Pengobatan dan Dokter Praktek Mandiri (DPM) sesuai dengan kemampuan pelayanan yang
diberikan.
FKRTL dalam hal ini adalah fasilitas kesehatan RTL yang mampu memberikan layanan TB
secara menyeluruh mulai dari promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif untuk
kasus-kasus TB dengan penyulit dan kasus TB yang tidak bisa ditegakkan diagnosisnya di
FKTP. Fasilitas kesehatan yang termasuk dalam FKRTL adalah RS Tipe C, B dan A, RS
Rujukan Khusus Tingkat Regional dan Nasional, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BBKPM) dan klinik utama. Untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien TB secara
berkualitas dan terjangkau, semua fasilitas kesehatan tersebut diatas perlu bekerja sama
dalam kerangka jejaring pelayanan kesehatan baik secara internal didalam gedung maupun
eksternal bersama lembaga terkait disemua wilayah.
Pembagian peran dan wewenang dalam penanggulangan TB. Pelaksanaan pembagian peran
dan wewenang antara pemerintah pusat dan daerah, bertujuan untuk:
• Meningkatkan komitmen dan kepemilikan program antara pemerintah pusat dan daerah.
• Meningkatkan kontribusi pembiayaan program bersumber dari dana pemerintah pusat dan
daerah untuk pembiayaan program secara memadai.
Tingkat pusat
• Pendanaan kegiatan operasional Penanggulangan TB yang terkait dengan tugas pokok dan
fungsi.
• Pendanaan kegiatan peningkatan SDM Penanggulangan TB terkait dengan tugas pokok dan
fungsi.
Tingkat Provinsi
• Pemantauan dan pemantapan mutu atau quality assurance untuk pemeriksaan laboratorium
sebagai penunjang diagnosis TB.
• Pendanaan kegiatan operasional Penanggulangan TB yang terkait dengan tugas pokok dan
fungsi
Tingkat Kabupaten/Kota
• Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor serta jejaring kemitraan untuk
kegiatan Penanggulangan TB dengan institusi terkait ditingkat Kabupaten.
A.PROMOSI KESEHATAN
c. memberdayakan masyarakat.
(5) Perorangan, swasta, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi masyarakat dapat
melaksanakan promosi kesehatan dengan menggunakan substansi yang selaras dengan
program penanggulangan TB.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Program pemberantasan penyakit menular seperti TBC harus lebih dititik beratkan
khususnya di daerah-daerah yang masih ketinggalan akan arus informasi, transportasi
dan komunikasi. Selain penambahan jumlah tenaga kesehatan serta fasilitas-fasilitas
lainnya. Peran serta masyarakat akan lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, A., 2000. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Editor
Soeparman . jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI hal. 715 - 727
Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta, 2010. Data Kasus TB Paru 2008-
2009. Surakarta: BBKPM
Depkes RI., 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Depkes
RI hal. 8: 3- 47
Depkes RI., 2002. Penemuan dan Diagnosa Tuberkulosis. Jakarta : Gerdunas TB.
Modul 2 hal 1.
Depkes RI., 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Depkes
RI bab 10 hal. 70-73
Depkes RI., 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
Gerdunas TB. Edisi 2 hal. 20-21
Depkes RI., 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta :
Gerdunas TB. Edisi 2 hal. 4-6
Depkes RI., 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. Jakarta: BPPSDMK
Notoatmodjo, S., 2000. Penanggulangan Penderita TB Agar Tidak Lalai Berobat.
Jakarta: Majalah Penyuluh Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosa Indonesia
(PPTI) hal. 11 – 15
Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S., 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
hal. 88
Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta