Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Derajat Kesehatan

Sehat ialah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial

yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (World Health Organization,

2015). Menurut Undang – Undang No. 36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan

sehat baik secara fisik, mental atau psikis, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang umumnya digunakan

dalam pencapaian keberhasilan suatu program dalam upaya berkesinambungan,

terpadu dan lintas sektor dalam rangka pelaksanaan kebijakan pembangunan

kesehatan. Derajat kesehatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan umur

harapan hidup, menurunkan angka kematian ibu, anak, dan bayi, menurunkan

angka kesakitan dan kecacatan serta perbaikan status gizi masyarakat (Kemenkes

RI, 2020).

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat komplek yang saling

berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Pemecahan masalah

kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi

harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat

sakit” atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi derajat

kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, untuk itu

Hendrik L. Blum menyatakan ada 4 faktor yang dapat mempengaruhi derajat

6
7

kesehatan masyarakat yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan

kesehatan dan faktor keturunan.

2.2 Sanitasi Dasar

Sanitasi secara umum mengacu pada penyediaan fasilitas dan layanan

untuk pembuangan urin dan tinja yang aman. Sanitasi yang tidak memadai ialah

penyebab utama diseluruh dunia dan sanitasi dampak positif bagi kesehatan baik

di lingkungan rumah tangga dan di masyarakat pada umumnya. Sanitasi

merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi peningkatan derajat

kesehatan manusia (Ghassani dan Fitriyah. 2016).

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan

sebagainya.  Sanitasi lingkungan dapat pula di artikan sebagai kegiatan yang

ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi lingkungan

yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Menurut WHO

penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena akses pada

sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan

yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya

manusia pada skala nasional (WHO, 2010).

Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan terutama sanitasi

dasar yang sangat rentang untuk menjadi wadah perkembangan penyakit seperti

penyakit kulit, pernafasan, mata, penyakit menular seperti diare, malaria dan lain

sebagainya. Upaya sanitasi dasar pada masyarakat meliputi penyediaan air bersih,
8

jamban sehat, pengelolaa sampah dan saluran pembuangan air limbah (Ghassani

dan Fitriyah, 2016).

2.2.1. Air Bersih

Air bersih memang menjadi kebutuhan pokok untuk seluruh manusia

selama mereka masih hidup. Kekurangan konsumsi air bisa mengakibatkan

kematian. Air adalah sumber utama kehidupan manusia untuk minum, makan,

mencuci, memasak dan untuk menunjang sarana kehidupan lainnya (Utina dan

Baderan, 2009).

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat penyediaan sumber air bersih

harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena penyediaan air bersih yang

terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata – rata

kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150 – 200 liter atau 35 – 40

galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim,

standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat (Chandra, 2012).

Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Ketersediaan air yang

terjangkau dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi setiap individu baik

yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan. Dalam peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 429 tahun 2010 tentang kualitas air minum disebutkan bahwa

air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan secara fisik, kimia, dan

mikrobiologi. Air minum yang dikonsumsi dikategorikan baik apabila memenuhi

pesryaratan kualitas fisik (Riskesdas, 2013) :

a. Tidak keruh

b. Tidak berwarna
9

c. Tidak berasa

d. Tidak berbusa, dan

e. Tidak berbau.

2.2.2. SPAL

Air limbah adalah buangan atau air yang dibuang berasal dari rumah

tangga, industry maupun dari tempat – tempat umum lainnya. Umumnya air

limbah mengandung bahan – bahan atau zat yang dapat membahayakan kesehatan

manusia serta mengganggu lingkungan hidup. SPAL adalah suatu bangunan yang

digunakan untuk membuang air buangan di kamar mandi, tempat cuci, dapur dan

lain-lain bukan dari jambanan atau peturasan. SPAL di rumah tangga berupa

perpipaan atau lainnya yang digunakan sebagai tempat pembuangan air buangan

dari sumbernya ke tempat pengelolaan (Ghassani dan Fitriyah, 2016).

Syarat  Sistem Pengolahan Air Limbah, Sementara itu sistem pengolahan

air limbah yang diterapkan harus memenuhi persyaratan berikut (Chandra, 2012):

1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber – sumber air minum

dengan jarak minimal antara SPAL dengan sumber air minum minimal

10 m.

2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.

3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air

di dalam penggunaannya sehari-hari.

4. Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang mengakibatkan

penyakit.

5. Tidak terbuka dan harus tertutup.


10

6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.

2.2.3. Jamban

Jamban merupakan hal yang paling krusial dalam meningkatkan status

kesehatan anggota keluarga. Jamban sehat adalah suatu fasilitas pembuangan tinja

yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Penyediaan

sarana pembuangan kotoran manusia atau feses adalah bagian dari usaha sanitasi

yang cukup penting peranannya, khususnya dalam usaha pencegahan penularan

penyakit saluran pencernaan. Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, maka

pembuangan kotoran yang tidak bersih akan dapat mencemari lingkungan,

terutama dalam mencemari tanah dan sumber air (Soeparman dan Suparmin, 2002

dalam Handayani, 2011).

Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa

atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan

kotoran dan air untuk membersihkannya (Abdullah, 2010). Jamban sehat ialah

suatu fasilitas pembuangan tinja atau feses manusia yang efektif untuk

memutuskan mata rantai penularan penyakit seperti diare. Menurut Kemenkes

(2020), terdapat beberapa syarat jamba sehat antara lain :

a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-

15 meter dari sumber air minum.

b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah di sekitarnya.

d. Mudah dibersihkan dan aman penggunannya.


11

e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna.

f. Cukup penerangan

g. Lantai kedap air

h. Ventilasi cukup baik

i. Tersedia air dan alat pembersih.

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang

baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu :

1. Melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman

3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan

Sedangkan prosedur pemeliharaan jamban menurut Kemenkes RI (2020)

adalah sebagai berikut:

a. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering

b. Di sekeliling jamban tidak ada genangan air

c. Tidak ada sampah berserakanan

d. Rumah jamban dalam keadaan baik

e. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

f. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

g. Tersedia alat pembersih

h. Bila ada yang rusak segera diperbaiki


12

2.2.4. Sampah

Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya

aktivitas manusia. Di dalam proses-proses alam tidak dikenal adanya sampah,

yang ada hanyalah produk – produk tidak bergerak. Smber sampah terbanyak

ialah berasal dari pemukiman penduduk dan pasar tradisional. Pertumbuhan

penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan bertambahnya volume sampah

yang dihasilkan tanpa adanya peningkatan sarana pembuangan sampah yang baik

(Ramon dan Afriyanto, 2015).

Pengelolaan sampah dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam

secara menyeluruh. Sebelum melakukan pengelolaan sampah, masyarakat harus

memahami dengan baik jenis – jenis sampah agar nantinya pengelolaan sampah di

tatanan rumah tangga tepat dan benar. Berdasarkan krakteristiknya, sampah  dapat

digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut.

a. Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan – bahan hayati

yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini

dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah tangga

sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya

sampah dari dapur, sisa – sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet, dan

plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan ranting.


13

b. Sampah Anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non-

hayati, aik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan

bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan menjadi:sampah logam dan produk

– produk olahannya, sampah plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik,

sampah detergen. Sebagian besar sampah anorganik tidak dapat diurai oleh

alam/mikroorganisme secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian

lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada

tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas platik, dan kaleng.

Berdasarkan sumbernya, sampah  dapat digolongkan menjadi dua yaitu

sebagai berikut.

1. Sampah Rumah Tangga

Keluarga atau rumah tangga sampai saat ini merupakan penghasil

sampah terbesar. Lebih dari 60% sampah yang dikirim ke TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) merupkan sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga.

Sebetulnya, hampir setiap orang sudah mengetahui akan adanya dampak yang

diakibatkan jika sampah tidak dikelola secara benar. Namun, pada

kenyataannya, masih sangat banyak rumah tangga keluarga yang tidak

menghiraukannya. Mereka masih saja membuang sampah rumah tangganya

secara sembarangan, tanpa memerhatikan kebersihan lingkungannya.

Biasanya, semakin tinggi tingkat ekonomi dan status sosial sebuah rumah

tangga, semakin kompleks jenis sampah yang di hasilkannya.


14

2. Sampah Non-Rumah Tangga

Sampah non-rumah tangga, seperti sampah atau limbah yang dihasilkan

oleh rumah sakit, industri, dan tempat - tempat umum seperti kantor, sekolah,

terminal, dan pasar, biasanya sangat kompleks jenisnya dan cukup banyak

jumlahnya. Ditinjau dari dampaknya, sampah jenis ini ada yang tidak berbahaya,

ada yang berbahaya, dan ada yang sangat berbahaya. Sampah – sampah ini

pengelolaannya menjadi tanggung jawab komunitas yang bersangkutan (misalnya

sampah pasarmenjadi tanggung jawab dinas pasar bekerja sama dengan dinas

kebersihan) bersama – sama dengan pemerintah dan instansi terkait.

2.3. Rumah Sehat

Rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta

sebagai sarana pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara

fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara

produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur

sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.

Secara umum Rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebegai berikut :

1. Syarat Fisiologis

Rumah telah memenuhi kebutuhan fisiologis apabila penghuninya telah

memperhatikan aspek pencahayaan, penghawaan, menghindari kebisingan, dan

adanya pembagian ruangan dalam rumah.

a. Pencahayaan yang diperlukan untuk suatu ruangan di dalam rumah dapat

berbentuk cahaya alami (sinar matahari) dan cahaya buatan (sinar lampu). 


15

b. Penghawaan untuk suatu ruangan di dalam rumahharus diperhitungkan

aliran udara yang masuk dan kapasitas ruangan untuk suatu hunian atau

jumlah udara yang diperlukan perorang yang tinggal didalamnya.

c. Kebisingan (Noise), tidak ada gangguan ketenangan akibat kebisingan baik

yang bersumber dari luar maupun dari dalam rumah.

d. Ruangan (space), tersedia ruang yang cukup untuk kegiatan bermain bagi

anak-anak, dan untuk belajar di samping  ruangan utama untuk ruang

tamu, ruang makan, ruang tidur,  dan sebagainya.

2. Syarat psikologis

Untuk memenuhi kebutuhan psikologis dalam rumah, maka penghuni

haruslah memperhatikan faktor-faktor dibawah ini

a) Menjamin privacytiap anggota keluarga terjamin ketenangan dan

kebebasannya (privacy), sehingga tidak terganggu baik oleh keluarga

yang lain, tetangga maupun orang yang kebetulan lewat diluar.

b) Tersedianya ruang keluarga karena sangat penting untuk saling

melepaskan kerinduan setelah setiap anggota keluarga melakukan

aktivitas diluar rumah seharian

c) Lingkungan yang sesuai dengan keadaan sosial penghuninya akan

menimbulkan masalah secara psikologis.

d) Jumlah kamar tidur yang cukup jumlah kamar tidur disesuaikan dengan

usia penghuninya.

e) Mempunyai halaman yang dapat ditanami pepohonan atau taman.


16

f) Hewan peliharaan (pet) dibuatkan kandang tersendiri terpisah dari rumah.

Untuk menghindari tertularnya penyakit zoonosis, ataupun keributan

yang ditimbulkan oleh binatang kesayangan, sebaiknya dibuatkan

kandang terpisah dari kamar yang biasa dihuni.

3. Mencegah penularan penyakit

Rumah selain berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi dapat juga

mempunyai peranan dalam penyebaran penyakit yang terjadi disekitar rumah yang

mempunyai dampak buruk terhadap kesehatan penghuninya. Bagaimana agar

rumah tidak menjadi sarang ataupun tempat terjadinya penularan penyakit. Simak

uraikan berikut ini

a) Tersedianya persediaan air bersih/air minum karena sangat diperlukan

baik sebagai sarana pembersih maupun sebagai bahan untuk air minum

Penyediaan air bersih harus memenuhi syarat kualitas maupun kuantitas.

Bebas dari vektor ataupun binatang pengerat

b) Keadaan rumah maupun halaman serta lingkungannya menjamin tidak

terdapatnya sarang vektor ataupun binatang pengganggu lainnya. Hal ini

terkait  dengan konstruksi maupun keadaan dan kelengkapan fasilitas

yang digunakan seperti adanya tempat penyimpanan sampah yang baik,

kebersihan yang selalu terjaga dan sebagainya.

c) Tersedianya tempat pembuangan tinja dan air limbah yang memenuhi

syarat sanitasi
17

d) Luas atau ukuran kamar yang tidak menimbulkan suasana “crowded”

Luas kamar minimum ukuran 2,5 m  3 m dengan ketinggian langit-langit

2,75 – 3 m.

e) Fasilitas untuk pengolahan makanan atau memasak dan penyimpanan

makanan yang terbebas dari pencemaran maupun jangkauan vektor

maupun binatang pengerat.

4. Mencegah terjadinya kecelakaan

Sedangkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam rumah kita bisa

menerapkan hal – hal berikut ini

a) Adanya ventilasi di dapur. Untuk mengeluarkan gas seandainya terjadi

kebocoran gas.

b) Cukup intestitas cahaya, untuk menghindari kecelakaan seperti

tersandung, Teriris/tersayat, tertusuk jarum waktu menjahit dan

sebagainya.

c) Jauh dari pohon besar, Bangunan rumah jauh dari pepohonan besar yang

mudah tumbang atau runtuh.

d) Garis rooi. Bangunan harus mengikuti garis rooi (garis sempadan). Jarak

pagar dengan bangunan minimal  lebar jalan.

e) Lantai yang selalu basah  (kamar mandi, kamar kecil) tidak licin, baik

karena konstruksinya maupun pemeliharaannya.

f) Bagian bangunan yang dekat api atau listrik terbuat dari bahan tahan api
18

g) Cara mengatur isi ruangan atau meletakkan barang. Pengaturan ruangan

memberikan keleluasaan bergerak, terutama untuk keselamatan anak-

anak.

h) Cara menyimpan bahan beracun. Hindarkan dari jangkauan anak atau

kekeliruan pengambilan bahan pestisida, minyak tanah, deterjen, obat-

obatan dan sebagainya.

5. Lantai

Lantai rumah dari semen atau ubin, kermik, atau cukup tanah biasa yang

dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak berdebu pada musim kemarau

dan tidak becek pada musim hujan. Lantai yang basah dan berdebu merupakan

sarang penyakit.

6. Atap

Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun di

pedesaan. Di samping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis juga dapat

terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri.

Namun demikian banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu maka

atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng maupun

asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan

suhu panas di dalam rumah.

7. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.


19

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang

berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Di

samping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di

dalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan cairan dari kulit dan

penyerapan.

8. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak

terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama

cahaya matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat

yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu

banyak cahaya di dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat

merusakkan mata.

9. Luas Bangunan Rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,

artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah

penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya

akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini berdampak kurang baik

terhadap kesehaan penghuninya, sebab disamping menyebabkan kurangnya

konsumsi O2 juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan

mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

10. Fasilitas-fasilitas di dalam Rumah Sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

a) Penyediaan air bersih yang cukup,


20

b) Pembuangan tinja,

c) Pembuangan air limbah (air bekas),

d) Pembuangan sampah,

e) Fasilitas dapur,

f) Ruang berkumpul keluarga,

g) Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi

muka atau belakang).

2.4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku

kesehatan yang dilakukan atas kesadaran pada diri individu di dalam keluarga

maupun masyarakat yang menjadikaan seseorang atau keluarga dapat menolong

diri sendiri dibidang kesehaatan dan berperan aktif kegiatan-kegiatan kesehatan di

lingkungannya (Depkes, 2009).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

individu atau kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan

dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.

2.4.1. PHBS

Tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara keluarga, yaitu:

1. pasangan usia subur,

2. ibu hamil dan atau ibu menyusui,

3. anak dan remaja, usia lanjut, dan

4. pengasuh anak
21

2.4.2. Indikator PHBS

Indikator nasional PHBS ada 12, yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

2. Memberi bayi ASI Eksklusif

3. Menimbang balita setiap bulan

4. Menggunakan Air Bersih

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun

6. Menggunakan jamban sehat

7. Memberantas jentik di rumah

8. Makan sayur dan buah setiap hari

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari

10. Tidak merokok di dalam rumah

11. Mengosok gigi

12. Membuang sampah di tong sampah

2.4.3. Tujuan PHBS

Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran,

kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta

meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2.4.4. Tatanan PHBS

Ada lima tatanan PHBSyakni:

1. tatanan rumah tangga,

2. tatanan pendidikan,
22

3. tempat umum,

4. tempat kerja, dan

5. institusi kesehatan.

Program PHBS ini merupakan program  nasional, sehingga tidak membuat

perbedaan indikator penilaian untuk wilayah atau kawasan tertentu, seperti

wilayah pantai. Dengan demikian dalam pelaksanaan program PHBS di kawasan

pantai juga menggunakan 10 indikator PHBS yang telah ditetapkan tersebut.

Dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan PHBS tatanan rumah tangga, dibuat

suatu klasifikasi tingkat pencapaian berdasarkan 10 indikator yang ada. Target

yang ingin dicapai dari program PHBS pada substansi dasarnya adalah klasifikasi

IV, sehingga penggolongan pada klasifikasi I, II, III dapat saja digabungkan

menjadi satu klasifikasi tersendiri tanpa mengurangi makna target yang dicapai.

Namun dari aspek pemantauan pelaksanaan program hasil pelaksanaan maka

dilakukan stratifikasi untuk melihat sejauh mana hasil yang telah dicapai.

Penggabungan klasifikasi I, II, dan III merupakan tingkat PHBS yang belum

mencapai target dapat dijadikan satu klasifikasi tersendiri selain tidak mengurangi

makna target, juga dapat terjadi keluarga yang berada di klasifiksi langsung

mencapai klasifikasi IV tanpa melalui tahapan klasifikasi I, II, dan III.

Indonesia saat ini menghadapi permasalahan masih tingginya angka

penyakit infeksi juga peningkatan penyakit degeneratif. Buruknya kondisi

lingkungan serta belum baiknya perilaku hidup bersih dan  sehat di masyarakat

diduga menjadi penyebab permasalahan tersebut. Implementasi program PHBS


23

yang telah dicanangkan pemerintah, masih menemui  banyak kendala di berbagai

daerah .

Berdasarkan hasil Susenas (Survey  Sosial Ekonomi Nasional) menyatakan

bahwa 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah

ketika bersama anggota rumah tangga  lainnya, hal ini biasa dilakukan pada pagi

hari disaat sarapan  bersama anak-anak dan sore sampai malam hari ketika sedang

berkumpul dengan anggota keluarganya Berdasarkan survei environmental service

program (ESP) tentang perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci  tangan

yang dilakukan Depkes dan instansi lainnya, walau penetrasi sabun telah masuk

ke hampir seluruh rumah tangga di Indonesia, rata-rata hanya 3% saja yang

menggunakan sabun untuk cuci tangan, hanya 12% yang mencuci tangan

pascabuang air besar, hanya 9% yang melakukan CTPS setelah membantu

buang  air besar bayi, hanya 14% CTPS dilakukan sebelum makan, 7% sebelum

memberi makan bayi dan 6% sebelum menyiapkan makanan.

Indikator PHBS Tatanan Rumah Tangga adalah suatu alat ukur untuk

menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di rumah tangga. Indikator

mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. Ada 10

indikator PHBS yang terdiri dari 6 indikator perilaku dan 4 indikator

lingkungan. Dengan rincian sebagai berikut :

a. Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan

b. Ibu hanya memberikan ASI kepada bayinya

c. Keluarga mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM)

d. Anggota keluarga tidak merokok


24

e. Olah raga atau melakukan aktifitas fisik secara teratur

f. Makan dengan menu gizi seimbang (makan sayur dan buah

setiap hari)

g. Tersedia air bersih

h. Tersedia Jamban

i. Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni

j. Lantai rumah bukan dari tanah

2.5. Keluarga Berencana

keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga yang

berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-

hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang

diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur

jumlah, jarak, dan usi ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina

ketahanan serta kesejahteraan anak (Kemenkes RI, 2020).

Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur yang salah satu pasangannya

masih menggunakan alat kontrasepsi dan terlindungi oleh alat kontrasepsi

tersebut. Target menurut SPM ialah 70% pada Tahun 2010. Pasangan Usia Subur

(PUS) adalah pasangan suami – Isteri, yang istrinya berusia 15 – 49 tahun.

(Depkes, 2010).

2.6. Imunisasi

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan

kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
25

memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

terhadap penyakit tertentu. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen

bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan

merangsang sistem imun tubuh untuk memberikan antibodi. Antibodi yang

terbentuk setelah imunisasi berguna untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan

tubuh seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat

penularan penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi tersebut (Kemenkes RI,

2016).

Pentingnya pemberian imunisasi didasarkan pada latar belakang bahwa pada

awal kehidupan anak belum mempunyai kekeban sendiri (humoral), anak baru

akan membentuk imunoglobulin G sendiri  setelah umur 2 – 3 tahun. Tujuan

imunisasi Mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak-anak yang disebabkan

oleh wabah yang sering muncul,   menurunkan angka kesakitan, kematian pada

bayi, balita/anak-anak pra sekolah, menurut sumber lain disebutkan juga untuk

mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. (Depkes, 2010)

Program imunisasi mewajibkan setiap bayi dengan (usia 11 bulan)

mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari Dosis Hepatitis B, 1 Dosis

BCG, 3 Dosis DPT-HB-HIB, 4 Dosis polio tetes, dan 1 Dosis campak dengan

jadwal pemberian sebagai berikut (Kemenkes RI, 2016) :

1.) 0-7 Hari yaitu hepatitis B 0

2.) 1 Bulan yaitu BCG, polio

3.) 2 Bulan yaity PDT-HB-HIB 1-OPV 2

4.) 3 Bulan yaitu PDT-HB-HIB 2-OPV 3


26

5.) 4 Bulan yaitu PDT-HB-HIB 3-OPV 4

6.) 9 Bulan yaitu campak

Anda mungkin juga menyukai