PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
tinja/kotoran manusia yang sering disebut WC sehingga kotoran tersebut dalam satu
kotoran adalah pengumpulan kotoran manusia pada suatu tempat tertentu dengan
memungkinkan kuman-kuman atau bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia
sedemikian rupa, sehingga tidak memungkinkan kuman-kuman atau bibit penyakit yang
ada pada kotoran manusia sampai kepada orang lain serta mengganggu estetika.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar orang
atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, dari data tersebut
diatas sebesar 81% penduduk yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS) terdapat di
buang air besar di area terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (12,9%), China (4,5%),
Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil
hanya mencapai 51,19% (target MDGs sebesar 62,41%) dan sanitasi daerah pedesaan
fasilitas buang air besar. Rerata nasional perilaku buang air besar di jamban adalah
(82,6%). Lima Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga yang berperilaku
benar dalam buang air besar diantaranya DKI Jakarta (98,9%), DI Yogyakarta (94,2%),
Kepulauan Riau (93,7%), Kalimantan timur (93,7%), dan Bali (91,1%). Sedangkan lima
Selatan (32,3%), Sumatera Utara (32,9%) dan Aceh (33,6%). Jawa tengah menduduki
urutan ke 15 dengan penduduk berperilaku buang air besar di jamban yakni 82,7% dari
penggunaan jamban sebagai fasilitas Buang Air Besar (BAB) di Kabupaten Sragen
masih rendah yaitu persentase rumah tangga menurut kepemilikan jamban sehat
sebesar 119.375 (74%) sedangkan yang tidak memiliki jam ban sebesar 153.185
(26%).
dengan kepemilikan jamban keluarga. ( Vivi Maya Sari, 2011, Otik Widyastutik 2015 ,
Penelitan yang sama dilakukan oleh Otik Widyastutik (2015) Analisis statistik
sikap (p = 0.037).
Dan penelitian yang dilakukan oleh Eti Martina, Drs. Junaid, Wd. Sitti Zalmariyah
signifikansi sebesar 0,015 yang berarti p < 0,05, dukungan keluarga mempunyai
sebesar 0,027 yang berarti p < 0,05, dan tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang
bermakna terhadap kepemilikan jamban dengan nilai signifikansi sebesar 0,025 yang
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang diangkat adalah
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor Determinan Kepemilikan Jamban pada mayarakat
2. Tujuan Khusus
D. MANFAAT
1. Manfaat Ilmiah.
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan ilmiah
atau bahan bacaan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam memahami faktor
2. Manfaat Insitusi
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
informasi bagi institusi terkait dalam hal penentu kebijakan untuk menangani
3. Manfaat Praktis
Penelitian merupakan pengalaman berharga dalam upaya menambah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Jamban
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan
bukan lagi zamannya. Dampak BAB sembarangan sangat buruk bagi kesehatan
gantinya, BAB harus pada tempatnya yakni di jamban. Hanya saja harus
adalah bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya, khususnya
sudut kesehatan lingkungan, maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan
dapat mencemari lingkungan, terutama dalam mencemari tanah dan sumber air
Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup
kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan terutama tanah dan
perencanaan yang matang dan didukung data yang lengkap dan akurat. Untuk
B.,2007).
kontaminasi pada air, tanah v atau menjadi sumber infeksi dan akan
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
disekitarnya.
terang.
i. Cukup penerangan.
a. Kakus cemplung
Bentuk kakus ini adalah paling sederhana yang dapat dianjurkan pada
galian diatasnya diberi lantai dan tempat jongkok, sedang dari tempat
cemplung, dapat disebut juga beerput ( bila seluruh bagian dalam tempat
juga dari pasangan batu bata atau beton. Agar tidak menjadi sarang dan
b. Kakus Plengsengan
semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan dari pada kakus
dekat sekali dengan permukaan tanah atau yang merupakan daerah banjir
diwaktu hujan kita harus selalu selalu ingat bahwa lantai dan tempat
jongkok harus ditinggikan dan berada diatas permukaan air setingi waktu
banjir.Bagi daerah yang susunan tanahnya mudah runtuh, maka kita tidak
c. Kakus Bor
yang disebut boor aunger dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah
karena diameter kakus bor ini jauh lebih kecil. Pengeboran pada umumya
kakus plengsengan.
d. Kakus Angsatrine (Water Seal Laterine)
oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung, dengan
dan agama. Apabila di suatu daerah tidak tersedia data hasil penelitian
dalam tanah dipengaruhi berbagai faktor, salah satu faktor penting adalah
jarak kurang dari 90 cm, dan secara vertikal kebawah kurang dari 3 m
pada lubang yang terbuka terhadap hujan lebat dan tidak lebih dari 60 cm
Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jarak yang aman antara
jamban dan air minum, sebab hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor,
tinja dalam lubang jamban.Kondisi lubang jamban yang gelap dan tertutup
ositif
karena kerapatannya maupun karena sifat lalat yang phototropismep
(tertarik pada sinar dan menjauhi kegelapan atau permukaan yang gelap).
untuk menggunakannya.
diupayakan:
1) Faktor manusia
faktor tekhnis. orang tidak akan mau menggunakan jamban dari tipe yang
pemisahan yang jelas antara ruang jamban untuk jenis kelamin yang
yang terdiri dari 5 atau 6 orang. Jamban umum yang digunakan untuk
untuk 15 orang wanita dan satu lubang + 1 urinoir untuk 25 orang pria.
2) Faktor biaya
a. Status Ekonomi
Kata ekonomi sendiri berasal dari kata Yunanioikos yang berarti keluarga,
rumah tangga dan nomos, atau peraturan, aturan, hukum, dan secara
penyakit kulit dari kontaminasi air dan tanah akibat kotoran manusia di
indikator penilaian, yaitu: frekuensi makan yang minimal dua kali sehari,
lantai hunian per kapita minimal delapan meter persegi, jenis lantai,
berpenghasilan kurang lebih sama. Hal ini tampak jelas bahwa negara
(semenjak 1998 sampai saat ini) serta tak adanya lahan untuk
tidak dapat dihindari dan pada akhirnya akan menjadi penghalang bagi
dan keluarga sejahtera III plus. Keluarga pra sejahtera adalah keluarga
yang dialokasikan untuk perbaikan sanitasi hanya sekitar 820 juta dollar
untuk mencapai target MDGs 2015, dengan 72,5 persen penduduk akan
terlayani oleh fasilitas air bersih dan sanitasi dasar.Dalam APBN tahun
1999 menjadi 14% pada tahun 2004. keseriusan pemerintah ini juga
(KPK). Tidak lama setelah itu pada tahun 2002 KPK juga telah
(Ritonga, 2008).
(wikipedia, 2009).
kenyataannya demikian.
sejahtera III dan keluarga sejahtera III plus. Keluarga pra sejahtera adalah
sekitarnya. Keluarga sejahtera tahap III plus adalah keluarga yang telah
d. Pada keluarga terdapat anak yang drop out karena masalah ekonomi.
Sistem ekonomi Indonesia mempunyai acuan yang telah diatur
golongan.
a. Kemiskinan
b. Keterbelakangan
c. Pengangguran
sangat bergantung pada empat bidang utama yang seluruhnya dikuasai oleh
kepemilikan pakaian, aset, luas lantai hunian per kapita minimal delapan
meter persegi, jenis lantai, ketersediaan air bersih, dan kepemilikan jamban
(Slamet, 2002).
Persoalan ekonomi di Indonesia ini tidak hanya terbatas pada
kulit dari kontaminasi air dan tanah akibat kotoran manusia di sepanjang
yang berpenghasilan kurang lebih sama. Hal ini tampak jelas bahwa negara
Penegetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melalui mata dan telinga.Sikap dasar manusia adalah keingin tahuan tentang
b. Tingkat Pengetahuan
Penegetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengalamn manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.Sikap dasar manusia adalah keingin tahuan tentang
sesuatu. Dorongan untuk memenuhi keinginan tersebut akan menyebabkan
seseorang melakukan upaya pencarian. Serangkaian pengalaman selama
proses interaksi dalam lingkungan akan mengahasilkan sesuatu
pengetahuan bagi orang tersebut, (Notoatmodjo, 2003)
a. Know(tahu)
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
c. Aplication(aplikasi)
d. Analysis(analisis)
sama lain.
e. Evaluation(evaluasi)
tingkatan, yaitu:
Ditinjau dari sifat dan cara penerapannya pengetahuan terdiri dari dua
mencapai operasi formal, dimana pada tahap ini anak telah memiliki
teori-teori yang sukar”. salah satu faktor yang penting adalah kemampuan
dari yang sederhana sampai pada teori-teori yang sukar yang diperoleh
objek tertentu.
c. Sikap
masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap tidak dapat
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Dan sikap merupakan kesiapan
refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.
Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan,
namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat
dilihat dari sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat
dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain :
mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini
berurutan, yaitu:
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan
c. Menghargai (valuing)
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu
alat kontrasepsi, ini adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah