Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ADMINISTRASI KEPERAWATAN

JAMBAN SEHAT

Kelompok :

1. Ellyanah Sari (1714401D295)

2. Mia Mika Sari (1714401D308)

AKADEMI KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

TAHUN 2019
Kata Pengantar

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “JAMBAN
SEHAT”
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk kepentingan proses
belajar dan pengetahuan.
Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan
saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran
bagi kita semua dalam pembuatan di masa mendatang.
Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan
kemajuan ilmu pengetahuan.

Sampit, November 2019

Penulis
Daftar Isi

Halaman Judul

Kata Pengantar

BAB I

A. Latar Belakang

B. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian jamban

B. Kerugian tidak memiliki jamban

C. Jenis Jamban yang digunakan

D. Kriteria Jamban sehat

E. Syarat Membuat jamban Sehat

F. Cara Memelihara Jamban Sehat

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hingga saat ini belum dijumpai adanya definisi jamban di tingkat peraturan pemerintah
dalam sistem perundangan di Indonesia. Dengan demikian tidak ada pula istilah itu dalam
tataran undang-undang. Bisa jadi dengan akan dirampungkannya rencana undang-undang
(RUU) tentang Air Limbah Permukiman maka definisi jamban, kakus, WC, toilet, atau
apapun nama lainnya akan terwadahi secara formal dalam sistem regulasi di Indonesia.
Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16/2008 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman tidak
disebutkan adanya istilah jamban. Namun di dalam Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarana Wilayah nomor 534/2001 tentang Pedoman Standar Pelayanan Minimal
disebutkan adanya sarana sanitasi individual dan komunal berupa jamban beserta MCK-nya.
Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 852/2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat disebutkan bahwa jamban sehat adalah fasilitas
pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit. Di dalam
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 715/2003 tentang Persyarakan Hygiene Sanitasi
Jasaboga disebutkan bahwa usaha jasaboga harus menyediakan WC Umum dengan fasilitas
jamban dan peturasan sesuai dengan jumlah karyawannya.

Kepemilikan tempat buang air besar secara nasional menurut SUSENAS 2007 baru
59,86%. Dari 59,86% itupun yang mempunya kloset tipe leher angsa-pun baru 71,5%. Di
dalam laporan tersebut tidak disebutkan bagaimana sebenarnya kualitas dari tempat buang
air besar yang ada di lapangan. Dari 59,86% itupun baru 49,13% yang memiliki tangki
septik. Lagi-lagi tidak disebutkan bagaimana pula sebenarnya kualitas dari tangki septik
yang ada di lapangan. Apalagi menurut Laporan Indonesian Sanitation Sector Development
Program (ISSDP, 2004) disebutkan bahwa masyarakat Indonesia yang masih melakukan
buang air besar sembarangan masih lebih dari 40%. PBB pun menyebutkan kalau masih ada
lebih dari 2,6 milyar orang di dunia yang tidak punya akses sanitasi yang memadai (PBB,
2004). Berbagai informasi ini tentu saja menggambarkan bagaimana sebenarnya buruknya
pelayanan publik untuk sanitasi.
Di Indonesia, penduduk pedesaan yang menggunakan air bersih baru mencapai
67,3%. Dari angka tersebut hanya separuhnya (51,4%) yang memenuhi syarat bakteriologis.
Sedangkan penduduk yang menggunakan jamban sehat (WC) hanya 54%. Itulah sebabnya
penyakit diare sebagai salah satu penyakit yang ditularkan melalui air masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat dengan angka kesakitan 374 per 1000 penduduk. Selain itu
diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta
nomor 5 bagi semua umur.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui konsep tentang jamban sehat

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui konsep dasar jamban sehat

b. Untuk mengetahui konsep keperawatan jamban sehat


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jamban

Kita berdomisili disuatu wilayah pemukiman, sebut saja wilayah itu setingkat dengan
desa atau kelurahan. Pernahkah kita befikir berapa jumlah rumah di wilayah kita yang
memiliki jamban, dan berapa jumlah rumah yang belum memiliki jamban. Bila rumah yang
memiliki jamban melebihi 80% dari jumlah rumah yang ada, berarti wilayah tersebut
termasuk wilayah yang cukup baik dalam hal pembuangan kotoran manusia.

Bagi rumah yang belum memiliki jamban, sudah dipastikan mereka mereka itu
mamanfatkan sungai, kebun, kolam, atau tempat lainnya untuk buang air besar (BAB).
Bagi yang telah memiliki jamban bisa dipastikan BAB di jamban. Tapi tidak selalu begitu ,
terkadang walaupun memiliki jamban ada sebagian kecil yang masih BAB di tempat lain,
karena alasan tertentu.

B. Kerugian Tidak Memiliki Jamban

Dengan masih adanya masyarakat di sutau wilayah yang BAB sembarangan,


maka wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular yang berbasis lingkungan
diantaranya : Penyakit Cacingan, Cholera (muntaber), Diare, Typus, Disentri, Paratypus,
Polio, Hepatitis B dan masih banyak penyakit lainnya. Semakin besar prosentase yang
BAB sembarangan maka ancaman penyakit itu semakin tinggi itensitasnya. Keadaan ini
sama halnya dengan fenomena bom waktu, yang bisa terjadi ledakan penyakit pada suatu
waktu cepat atau lambat.

Sebaiknya semua orang BAB di jamban yang memenuhi syarat, dengan demikian
wilayahnya terbebas dari ancaman penyakit penyakit tersebut. Dengan BAB di jamban
banyak penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya jamban yang memenuhi
syarat kesehatan. Kalau membahas soal jamban maka tentunya harus lengkap dengan
sarana Air Bersih untuk menunjang keberlangsungan pemanfaatan jamban.
C. Jenis Jamban Yang Digunakan
a. Jamban cemplung
Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan
dan meresapkan cairan kotoran/ tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar
lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

b. Jamban tangki septic/ leher angsa


adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki septik
kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses penguraian/ dekomposisi kotoran manusia
yang dilengkapi dengan resapannya.

D. Kriteria Jamban Sehat


Jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau sayarat Sanitasi adalah sebagai berikut:
1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 m)

2. Tidak berbau.

3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

4. Tidak mencemari tanah disekitarnya.

5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.

6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.

7. Penerangan dan ventilasi cukup.

8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.

9. Tersedia air, sabun dan alat pembersih.

E. Syarat Membuat Jamban Sehat


Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada
tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:

1. Tidak mencemari air


Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar
lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
a. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
b. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau,
sungai, dan laut
c. Tidak mencemari tanah permukaan
d. Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan

2. Tidak mencemari tanah permukaan


a. Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan.
b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras,
kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga


a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu.
Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah
b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang
nyamuk.
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang
kecoa atau serangga lainnya
d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
e. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup

4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan


a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat
oleh air
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang
bau dari dalam lubang kotoran
d. Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara periodic
5. Aman digunakan oleh pemakainya
a. Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran
dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lai yang
terdapat di daerah setempat
b. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
c. Lantai jamban rata dan miring kea rah saluran lubang kotoran
d. Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena
dapat menyumbat saluran
e. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan
cepat penuh
f. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter
minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100

6. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan


1. Jamban harus berdinding dan berpintu
2. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari
kehujanan dan kepanasan.

F. Cara Memelihara Jamban Sehat


1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.
2. Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.
3. Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
4. Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus dan berkeliaran.
5. Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih).
6. Bila ada kerusakan, segera diperbaiki.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hingga saat ini belum dijumpai adanya definisi jamban di tingkat peraturan pemerintah
dalam sistem perundangan di Indonesia. Dengan demikian tidak ada pula istilah itu dalam
tataran undang-undang. Bisa jadi dengan akan dirampungkannya rencana undang-undang
(RUU) tentang Air Limbah Permukiman maka definisi jamban, kakus, WC, toilet, atau
apapun nama lainnya akan terwadahi secara formal dalam sistem regulasi di Indonesia.
Buang air besar (BAB) sembarangan bukan lagi zamannya. Dampak BAB sembarangan
sangat buruk bagi kesehatan dan keindahan. Selain jorok, berbagai jenis penyakit ditularkan.
Sebagai gantinya, BAB harus pada tempatnya yakni di jamban. Hanya saja harus
diperhatikan pembangunan jamban tersebut agar tetap sehat dan tidak menimbulkan dampak
buruk bagi lingkungan.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan. Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa
keperawatan.Semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan
forum terbuka.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.cwasta.org/index.php?option=com_content&view=article&id=59:definisi-jamban-
sehat&catid=2:berita&Itemid=35 (diakese pada 23 November 2019 pukul 10.12 WIB)

http://environmentalsanitation.wordpress.com/2010/07/20/jamban-sehat/ (diakses pada 23


November 2019, pukul 10.30)

http://abahjack.com/jamban.html#more-463 (diakses pada 23 November 2019, pukul 11.00)

Anda mungkin juga menyukai