KESEHATAN DI PUSKESMAS
METRIANA, SKM
A. Latar Belakang
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
manusia yang produktif secara social dan ekonomis. Salah satu permasalahan
penduduk yang terbiasa buang air besar disembarang tempat khususnya kebadan air atau
untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan
metode pemicuan.
Strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan strategi dengan
melibatkan lintas sektor. STBM diselenggarakan dengan berpedoman pada 5 (lima) pilar
yaitu : 1). Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS), 2). Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS), 3).Mengelola Air Minum dan Makanan dengan Aman, 4).Mengelola
Sampah dengan benar, 5). Mengelola Limbah Cair Rumah Tangga dengan Aman.
Pelaksanaan program STBM di mulai dari Pilar pertama yaitu Stop BABS.
STBM menggunakan pendekatan yang mengubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui
dikatakan ODF jika 100% penduduk desa/kelurahan tersebut mempunyai akses BAB ke
jamban sehat.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2014 diperkirakan sebesar 1,1 milyar orang
atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka, sebesar 81% terdapat
di 10 negara dengan penduduk yang suka buang air besar sembarangan (BABs) dan
Indonesia sebagai Negara terbanyak kedua. Urutannya adalah sebagai berikut yaitu :
India (58%), Indonesia (12,9%), China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%),
Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%), dan Nigeria (1,1%) (WHO,
2014).
Berdasarkan data program STBM Kalimantan Tengah pada tahun 2019 kota
lebih, akses capaian ODF di seluruh Kelurahan/Desa di kota Palangka Raya adalah 0%
sampai triwulan II tahun 2019 , atau belum ada satupun Kelurahan/Desa di Kota
Palangka Raya yang masyarakatnya bebas buang air besar sembarangan hal ini sangat
berbanding terbalik dengan program pemerintah kita agar tidak ada lagi penduduk
Kelurahan Menteng yang merupakan salah satu dari kelurahan yang ada di Palangka
Raya, Kelurahan Menteng berada di daerah dataran dan tidak memiliki wilayah pinggiran
sungai sehingga masyarakatnya tidak ada yang buang air besar di sungai. Namun
berdasarkan hasil kunjungan PIS PK oleh petugas kesehatan UPT Puskesmas Menteng
masih ada ditemukan warga yang tidak memiliki jamban sendiri ,dan masih ada warga
yang buang air besar sembarangan. Bahkan walaupun memiliki jamban, namun jamban
tersebut tidak layak bahkan berpotensi sebagai sumber penularan penyakit karena tidak
memiliki tampat penampungan atau septik tank. Perilaku ini disebabkan oleh ketidak
mampuan dari masyarakat dari segi ekonomi dan rendahnya tingkat pengetahuan
Maka berdasarkan data dari program STBM pilar pertama yang belum mencapai
wilayah kerja UPT Puskesmas Menteng yang masih buang air besar sembarangan
Pemberdayaan ini lebih kepada keluarga yang belum memiliki akses jamban sehat. Saya
menggunakan kata Itah yaitu bahasa kearifan lokal masyarakat dayak yang berarti kita,
artinya agar kita lebih mengutamakan keluarga kita sendiri dulu untuk menggunakan
jamban sehat. Kita memicu keluarga kita sendiri agar dapat merubah perilaku untuk
membiasakan buang air besar di jamban sehat. Walaupun belum memiliki sendiri jamban
sehat diharapkan agar bisa merubah perilaku dengan menumpang sementara kerumah
tetangga atau keluarga yang bersebelahan tempat tinggal yang memiliki jamban sehat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menteng
2. Tujuan Khusus
b. Memicu perubahan perilaku masyarakat agar tidak buang air besar di sembarangan
Menteng
masyarakat yang bebas buang air besar sembarangan di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Menteng
ISI/PEMBAHASAN
A. Jamban Sehat
fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat
duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkan. Jamban adalah suatu bangunan yang
dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus/WC
dan memenuhi syarat jamban sehat atau baik. Manfaat jamban adalah untuk mencegah
3. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoa, dan binatanglain.
Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada
a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding
dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
d. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang,
a. Tidak buang air besar disembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat
b. Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau
a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
b. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang
nyamuk.
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi
a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran
dengan pemasangan batu atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain
b. Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan
cepat penuh.
Open Defecation Free atau bebas dari BAB sembarangan sering juga disebut stop
Masyarakat (STBM). Open defecation free adalah suatu kondisi tidak BAB di
sarana sanitasi yang saniter berupa jamban sehat. (Kemenkes RI, 2014). Suatu
1. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran bayi
hanya ke jamban
4. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban sehat
6. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk mencegah
7. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai 100%
kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang efektif dan efisien sehingga
Menurut Green dalam Notoatmodjo 2010, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama,
yakni :
Faktor ini mencakuppengetahuan dan sikap masyarakat tentang kesehatan, tradisi dan
nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan
sebagainya.
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas
pos obat desa, dan lain-lain. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau
Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas
sehat, masyarakat tidak hanya membutuhkan pengetahuan dan sikap positif dan
dukungan fasilitas, juga diperlukan perilaku contoh (acuan) dari tokoh yang dianggap
kesehatan dimana belum ada kelurahan/desa di wilayah kota Palangka Raya yang ODF
(0%) saya tergerak untuk melakukan sebuah inovasi dalam bidang kesehatan yaitu
sebuah tindakan nyata untuk mengubah perilaku masyarakat untuk tidak lagi buang air
besar di sembarang tempat dan ingin menjadikan kelurahan yang berada di wilayah kerja
UPT Puskesmas Menteng tempat saya mengabdikan diri menjadi satu-satunya kelurahan
Maka dari itu saya menciptakan suatu inovasi yang saya beri nama Bajakah atau
“Budayakan Jamban Sehat Keluarga Itah”. Pemberdayaan Bajakah ini lebih kepada
keluarga yang belum memiliki akses jamban sehat. Saya menggunakan kata Itah yaitu
bahasa kearifan lokal masyarakat dayak yang berarti kita, artinya agar kita lebih
mengutamakan keluarga kita sendiri dulu untuk menggunakan jamban sehat. Kita
memicu keluarga kita sendiri agar dapat merubah perilaku untuk membiasakan buang air
besar di jamban sehat. Walaupun belum memiliki sendiri jamban sehat diharapkan agar
bisa merubah perilaku dengan menumpang sementara kerumah tetangga atau keluarga
Standar teknis pemicuan dan promosi stop buang air besar sembarangan terdiri dari
berjenjang, identifikasi masalah dan analisis situasi di wilayah kerja UPT Puskesmas
masyarakat, tokoh agama dan penyandang dana agar stakeholder yang terlibat
dalam kegiatan ini memahami prinsip-prinsip yang berlaku pada pengelolaan stop
ODF
Puskesmas Menteng, lokasi pemicuan lebih efektif apabila lokasi tersebut tidak
memiliki jamban sehat dan belum pernah ada pembangunan sarana sanitasi
2. Tahap Pemicuan
a. Pengantar pertemuan
Tujuan kedatangan saya yaitu memberikan penyuluhan tentang jamban sehat dan
perilaku untuk tidak BABs diharapkan warga yang masih BABs dan tidak
b. Pencairan suasana
d. Pemetaan sanitasi
lokasi dimana masyarakat melakukan BABs dan diberi tanda dimana masyarakat
lapangan dengan menelusuri loksai pemicuan dari satu tempat ketempat lain, hal
ini bertujuan menimbulkan rasa jijik terhadap keadaan sanitasi yang tidak baik
jika BABs, rasa malu, takut dan dosa apabila masih melakukan BABs
tempat
3. Pasca Pemicuan
Tahap ini saya melakukan pendampingan untuk tetap menjaga komitmen masyarakat
untuk tidak BABs dan membahas mengenai rencana pembangunan sarana sanitasi
dengan bantuan CSR. Hal ini dilakukan hingga kelurahan/desa mencapai kondisi
dilaksanakan oleh masyarakat secara partisipatif untuk menilai kemajuan yang telah
1. Kesimpulan
terjadinya perubahan perilaku masyarakat untuk tidak lagi buang air besar di
masyarakat yang bebas buang air besar sembarangan di Wilayah kerja UPT
2. Saran
a. Bagi Masyarakat
Tidak adanya aturan tentang larangan yang tegas untuk buang air besar
buang air besar di sembarang tempat jadi harus ada sangsi yang dibuat agar
tidak ada lagi masyarakat yang buang air besar sembarangan. Diharapkan akan
lebih banyak penyuluhan tentang dampak yang ditimbulkan apabila buang air
pemantauan secara berkala agar tidak ada lagi masyarakat yang melakukan
target yang sudah ditentukan Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya yaitu
hasil yang di dapatkan juga akan berbeda. Sehingga nantinya semua wilayah
Desa/Kelurahan yang ada di Kota Palangka Raya dapat mencapai status ODF.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2008. Modul Pelatihan Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABs).
Depkes RI
Soeparman. 2003. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan Air Limbah pada
“BAJAKAH”
1. Inventarisir warga Kelurahan Menteng yang masih BABS dan belum memiliki akses ke
jamban sehat berdasarkan data PIS-PK
Koordinasi dengan
Kecamatan Jekan
Raya
Koordinasi dengan
Kelurahan Menteng
terkait warga yang masih
BABs
sehat kepada warga yang belum memiliki akses jamban sehat untuk sementara
sektor
sehat kepada warga yang BABs beralih ke tidak BABs atau sharing
Kegiatan Monitoring
keluarga yang sudah
berubah perilaku dari BABs
ke Sharing(menumpang)
7. Membentuk Tim Verifikasi ODF Kelurahan Menteng
8. Deklarasi ODF
9. Pengajuan proposal pembangunan jamban sehat untuk keluarga tidak mampu ke Bank
Pembangunan Kalteng dan PDAM Kota Palangka Raya
10. Penandatangan Berita Acara Bantuan CSR dari Bank Kalteng pembuatan jamban sehat
Penandatangan Berita
Acara CSR dari Bank
Pembangunan Kalteng
pembuatan jamban sehat
Penyerahan Berita Acara
CSR dari Bank
Pembangunan Kalteng
pembuatan jamban sehat
11. Penyerahan bantuan CSR dari Bank Pembangunan Kalimantan Tengah kepada 3
keluarga yang belum memiliki jamban sehat.
Penyerahan bantuan
pembuatan jamban sehat
secara simbolisoleh
Kepala Dinas Kesehatan
Kota Palangka Raya dan
disaksikan oleh Kepala
UPT Puskesmas
Menteng,Lurah Menteng,
Babinkamtibmas dan
Babinsa Kelurahan
Menteng
12. Keluarga yang mendapatkan bantuan CSR danmelakukan pembangunan jamban secara
mandiri.
13. Keluarga yang telah melakukan Bajakah (Budayakan Jamban Sehat Keluarga Itah)
Bantuan Pembanguan
Jamban Sehat untuk
warga yang memiliki
jamban tidak sehat oleh
TNI AD melalui kegiatan
Bedah Rumah