Anda di halaman 1dari 3

INDIKATOR JAMBAN SEHAT

Dalam pelaksanaan Program Indonesia sehat telah disepakati 12 indikator utama


penanda status kesehatan sebuah keluarga salah satunya yaitu memiliki akses sanitasi yang
layak atau disebut menggunakan jamban sehat. Buruknya sanitasi tentunya akan berdampak
negatif pada derajat kesehatan masyarakat seperti munculnya berbagai penyakit. Data WHO
tahun 2015 menyebutkan bahwa 13% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka.
Dampaknya sanitasi menjadi lebih buruk dengan jumlah sekitar 68% sungai di Indonesia
mengalami pencemaran berat.

Berdasarkan jurnal tersebut, pada grafik dari profil kesehatan propinsi Sumatera
Selatan tahun 2017, presentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak
meningkat pada tahun 2014 hingga 2017, namun masih belum memenui target sebesar 100%.
Dengan itu, berdasarkan data dan informasi Dirjen P2P tahun 2016 penemuan kasus diare
masih tinggi sebesar 36,9% yang sangat jauh dari target yaitu <1%. Upaya pencegahan yang
bisa dilakukan yaitu dengan membangun jamban disetiap rumah yang bertujuan mencegah
berkembangnya penyakit dan juga menjaga lingkungan menjadi tetap bersih dan sehat.
Karena jamban merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia untuk buang air
besar. Penggunaan jamban ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu rendahnya pengetahuan
masyarakat, rendahnya penghasilan, rendahnya kesadaran masyarakat terkait kebersihan
lingkungan dan dukungan para tokoh masyarakat serta petugas kesehatan.

Hasil kuesioner pada jurnal tersebut memperoleh 44 responden, dilakukan analisis


bivariate yang mana menunjukkan pengetahuan kepala keluarga yang kurang terkait
pemanfaatan jamban sehat karena kurangnya penyuluhan. Kemudian untuk sikap kepala
keluarga terkait pemanfaatan jamban ini sudah baik, namun seharusnya sikap yang baik harus
di dukung sarana prasarana yang baik pula. Pada hubungan pendapatan dengan jamban sehat,
tidak hanya dipengaruhi finansial saja, namun juga sosial budaya karena masyarakat lebih
suka buang air di sungai karena mereka beranggapan bahwa membangun jamban akan
membutuhkan biaya yang besar. Kemudian tokoh masyarakat pada jurnal tersebut
mendukung adanya jamban sehat namun juga masih ada yang tidak mendukung dan
masyarakat cenderung mendengarkan tokoh masyarakat. Kemudian untuk petugas kesehatan
sudah cukup baik namun masih ada juga yang belum baik, serta penyebaran leaflet tentang
jamban masih belum meluas sehingga informasi tentang jamban masih kurang jelas karena
hanya mendengarkan ucapan tenaga kesehatan saja. Akan tetapi masyarakat lebih menurut
kepada petugas kesehatan karena mereka menganggap petugas kesehatan adalah ujung
tombak dalam mempromosikan dan memberikan penyuluhan tentang pentingnya jamban
sehat dan memanfaatkannya.

Dari beberapa factor yang disebutkan dan telah diuji yaitu semua memiliki hubungan
terkait penggunaan jamban sehat, namun untuk pendapatan tidak berhubungan karena tidak
menggunakan jamban sehat itu dikarenakan faktor sosial budaya dan pemikiran masyarakat
bahwa membangun jamban itu membutuhkan biaya yang mahal. Dengan ini, saran yang
dapat disampaikan y aitu diharapkan kepala keluarga rutin mengikuti kegiatan penuluhan
yang bertujuan membangun sikap positif dan lebih meningkatkan pemanfaatan jamban.
Kemudian diharapan pimpinan puskesmas terutama petugas kesling untuk rutin melakuka
promosi kesehatan sehingga dapat meningkatkan sanitasi yang layakatau jamban sehat
sehingga bisa mencapai target jamban sehat 100%. Kemudian tokoh masyarakat juga harus
memberi bantuan terkait pembangunan jamban di wilayah tempat tinggal masing-masing
masyarakat.

Hal ini harus sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan No 3 Tahun 2014 Tentang
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat agar tidak berpotensi menyebarkan penyakit. Standar
persyaratan bangunan jamban terdiri dari :

1. Bangunan atas jamban atau atap harus mempu melindungi pemakai dari gangguan
cuaca dan lainnya.
2. Bangunan tengah jamban
a. Lubang tempat pembuangan tinja atau urine yang saniter dilengkapi oleh
konstruksi leher angsa, kemudian pada semi saniter lubang tanpa konstruksi leher
angsa namun harus diberi tutup
b. Lantai jamban kedap air, tidak licin,dan memiliki saluran untuk pembuangan air
bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL)
3. Bangunan Bawah atau penampungan tinja yang mencegah terjadinya pencemaran
atau kontaminasi tinja melalui vektor pembawa penyakit.
a. Tangki Septik yaitu bak kedap air untuk menampung tinja yang mana bagian
padat kotoran akan tertinggal di dalam tangka septik dan bagian cairnya akan
diresapkan elalui sumur resapan.
b. Cubluk yaitu lubang galian yang menampung limbah padat maupun cair yang
mana setiap harinya cairan tersebut meresap kedalam tanah sehingga tidak
mencemari air tanah, sedangkan padatannya akan diuraikan secara biologis.
Bentuknya bundar atau segiempat dan dinding aman dari longsoran bisa juga
menggunakan bata, kayu,dsb.

DAFTAR PUSTAKA

Sayati, D. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Jamban Sehat di Wilayah


Kerja Puskesmas 23 Ilir Palembang Tahun 2018. Jurnal ’Aisyiyah Medika, 2(Agustus
2018), 57–68.

Permenkes No 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai