Anda di halaman 1dari 37

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

PROPOSAL KEGIATAN
PEMICUAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
DESA KALIJAMBE KECAMATAN SE KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2017

DISUSUN OLEH :

TRIA RAFIKA HIDAYAH


P1337433214011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D IV KESEHATAN LINGKUNGAN
2017
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka memperkuat upaya pembudayaan hidup bersih dan sehat,


mencegah penyebaran penyakit berbasis lingkungan, meningkatkan kemampuan
masyarakat, serta mengimplementasikan komitmen Pemerintah untuk meningkatkan
akses air minum dan sanitasi dasar yang berkesinambungan dalam pencapaian
Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015, perlu disusun Strategi Nasional
Sanitasi Total BerbasisMasyarakat yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Kesehatan.
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum,
higiene dan sanitasi masih sangat besar.Hasil studi Indonesia Sanitation Sector
Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih
berperilaku buang air besar kesungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.
Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006,
perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah (i) setelah buang air besar 12%,
(ii) setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, (iii) sebelum makan 14%, (iv)
sebelum memberi makan bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6 %.
Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah
tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50
% dari air tersebut masih mengandung Eschericiacoli.
Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di
Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006
sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.
Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui
pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007,
yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

sanitasidasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku
pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga.
Untuk mencapai sasaran tersebut perlu dirumuskan STRATEGY yang tepat ,
yang dapat dijadikan acuan bagi para pelaksana program STBM khususnya
Fasilitator Kesehatan yang merupakan ujung tombak terdepan dalam pelaksanaan
STBM.

B. Rumusan masalah

Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) termasuk salah satu contoh
perilaku yang tidak sehat. Apabila kebiasaan masyarakat yang tidak sehat tersebut
dibiarkan maka dapat menimbulkan penyakit berbasis lingkungan, dan dapat
mencemari lingkungan tanah, air, udara. Open defecation (ODF) adalah kondisi
ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Kondisi
ODF dapat berhasil apabila akses masyarakat pada jamban sehat mencapai 100%.
Bagaimana upaya fasilitator untuk dapat menciptakan kondisi ODF di suatu
masyarakat/desa/kelurahan ?

C. Manfaat

1. Bagi Puskesmas dan Instalasi Pemerintahan

Hasil kegiatan pemicuan STBM dapat member informasi yang terkait


dengan masalah kesehatan sanitasi di Desa Pakis Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang dan member masukan mengenai alternative pemecahan masalah,
sehingga membantu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat

2. Bagi Kampus Poltekkes Semarang


a. Kegiatan pemicuan dapat meningkatkan kerjasama dengan instalasi
pemerintah melalui kerjasama dari mahasiswa
b. Melalui hasil pemicuan dapat diperoleh umpan balik yang berkaitan dengan
pengintegrasian mahasiswa dengan pembangunan masyarakat, sehingga
kurikulum lebih dapat disesuaikan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

3. Bagi Masyarakat

Kegiatan ini dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan


kesadaran tentang sanitasi sehat dan menambah pengetahuan masyarakat,
sehingga masyarakat dapat melakukan upaya preventif secara mandiri.

4. Bagi Mahasiswa

Kegiatan pemicuan STBM memberikan pengalaman belajar kepada


mahasiswa, sehingga mampu menganalisis masalah kesehatan masyarakat dan
mencari alternative pemecahan masalah. Dengan demikian, maka mahasiswa
dapat mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari selama diperkuliahan secara
langsung di masyarakat.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Stop Buang Air Besar Sembarangan

1. Pengertian BABS (buang air besar sembarangan)

BABS (Buang Air Besar Sembarangan) termasuk salah satu prilau yang
tidak sehat. BABS adalah suatu tindakan membunag kotoran atau tinja di
ladang, hutan, sawah, semak-semak, sungai, pantai atau area yang tebuka lainya
dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi tanah, air dan udara.

2. Pengertian Tinja

Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia


melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem
saluran pencernaan. Dalam aspek kesehatan masyarakat, berbagai jenis kotoran
manusia yang diutamakan adalah tinja dan urin karena kedua bahan bauangan
ini dapat menjadi sumber penyebab timbulnya penyakit saluran pencernaan.
Manusia mengeluarkan tinja rata rata seberat 100 200 gram/hari,
namun berat tinja yang dikeluarkan tergantung pola makan. Setiap orang normal
diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari 85 -140 gram kering /orang/hari
dan perkiraan berat basah tinja manusia tanpa air seni adalah 135-270
gram/orang/hari.

3. Permasalahan Yang Timbul Akibat Tinja

Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya


penanganan buangan tinja :

a. Mikroba

Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri


koli-tinja. Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk
bakteri koli-tinja.Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen,
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

seperti bakteri Salmonela typhi penyebab demam tifus, bakteri Vibrio


cholera penyebab kolera, virus penyebab hepatitis A, dan virus penyebab
polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di Indonesia
sangat tinggi. BAPENNAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per
100.000 penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain
sudah sangat jarang

b. Materi Organik

Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tida k
tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak,
mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang
setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan organik).

c. Telur Cacing

Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung


telu-telur cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja,
cacing cambuk, cacing gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja
berisi ribuan telur cacing yang siap berkembang biak diperut orang lain.
Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia. Penyakit ini
kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gela ng. Prevalensinya
bisa mencapai 70 persen dari balita.

d. Nutrien

Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P)


yang dibawa sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk
senyawa amonium, sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja
manusia mengandung amonium sekitar 25 gram dan fosfat seberat 30
mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae). Akibatnya,
warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air
sehingga ikan dan hewan lainnya mati.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

4. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan

a. Buang Air Besar di sungan atau dilaut

Buang air besar di sungai atau dilaut dapat menimbulkan pencemaran


lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang berekosistem di
daerah tersebut. Selain itu, buang air besar di sungai atau di laut dapat
memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja.

b. Buang Air Besar di sawah atau di kolam

Buang Air Besar di sawah atau kolam dapat menimbulkan keracunan


pada padi karena urea yang panas dari tinja. Hal ini akan menyebakan padi
tidak tumbuh dengan baik dan dapat menimbulkan gagal panen.

c. Buang Air Besar di pantai atau tanah terbuka

Serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, dsb tertarik untuk datang dan
menyebarkan penyakit akibat tinja. Pembuangan tinja di tempat terbuka juga
dapat menjadi sebuang air besar pencemaran udara sekitar dan mengganggu
estetika lingkungan.

5. Dampak BABS

Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat buang air besar
sembarangan ke sungai adalah tersebarnya bakteri Escherichia Coli, yang dapat
menyebabkan penyakit diare. Setelah itu bisa menjadi dehidrasi, lalu karena
kondisi tubuh turun maka masuklah penyakit-penyakit lain.
Di daerah perkotaan, kebiasaan BAB sembarangan ini lebih karena tidak
adanya lahan untuk membangun WC di rumah mereka karena terlalu padat. Jadi
mereka lebih memilih BAB di sungai, karena lebih gampang daripada mencari
toilet umum yang harus bayar.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Di daerah perkotaan sendiri, kontaminasi fases terhadap tanah dan air


merupakan hal yang umum terjadi. Sumber air untuk kebutuhan sehari-hari juga
sangat dekat dengan septik tank atau pembuangan toilet. Kondisi ini
berkontribusi besar terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko
kematian anak akibat diare.
Selain menyebabkan kematian, diare yang berulang juga menyebabkan
gizi buruk, sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi
maksimal mereka. Pada akhirnya, kondisi ini menimbulkan dampak yang serius
terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa
di masa mendatang.

6. Pengertian Open Defecation Free (ODF)

Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam
komunitas tidak buang air besar sembarangan, Pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan
rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada
jamban (sehat) harus mencapai 100% pada seluruh komunitas.
Sedangkan Desa/Kelurahan ODF (Open Defecation Free) adalah Desa/
kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat,
yaitu mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat.

7. Karakteristik Desa ODF (Open Defecation Free)

Satu komunitas/masyarakat dikatakan telah ODF jika :


a. Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban dan membuang tinja/kotoran
bayi hanya ke jamban.
b. Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
c. Tidak ada bau tidak sedap akibat pembuangan tinja/kotoran manusia.
d. Ada peningkatan kualitas jamban yang ada supaya semua menuju jamban
sehat.
e. Ada mekanisme monitoring peningkatan kualitas jamban.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

f. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
g. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban sehat.
h. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana jamban
dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid
pada jam sekolah.
i. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting untuk
menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang
efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai.

F. Persyaratan Jamban sehat

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban


sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:

a. Tidak mencemari air


Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar
lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika
keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan
tanah liat atau diplester. Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-
kurangnya 10 meter Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur
agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang,
danau, sungai, dan laut.

b. Tidak mencemari tanah permukaan


Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan,
dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan. Jamban yang sudah penuh
agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian
kotoran ditimbun di lubang galian.

c. Bebas dari serangga


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras


setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk
demam berdarah.

d. Ruangan dalam jamban harus terang.


Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk. Lantai jamban
diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang
kecoa atau serangga lainnya Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutu, tidak
menimbulkan bau dan nyaman digunakan.

e. Aman digunakan oleh pemakainya


Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding
lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu
atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat.

f. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya


Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran
Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran
karena dapat menyumbat saluran Jangan mengalirkan air cucian ke saluran
atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh Hindarkan cara
penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal
4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100.

g. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan


Jamban harus berdinding dan berpintu. Dianjurkan agar bangunan
jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan
kepanasan.

B. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

1. Pengertian Cuci Tangan

Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran


dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air yang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

mengalir (Depkes RI, 2007) dan menurut PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) UNPAD ( Universitas Padjajaran) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
merupakan suatu kebiasaan membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi
untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan.
Mencuci tangan yang baik membutuhkan peralatan seperti sabun, air mengalir
yang bersih, dan handuk yang bersih (Wati, 2011).
Menurut WHO (2005) terdapat 2 teknik mencuci tangan yaitu mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan yang
berbahan dasar alkohol (Wati, 2011).
Cuci tangan merupakan proses membuang kotoran dan debu secara
mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air yang bertujuan
untuk mencegah kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi
ke orang) suatu penyakit atau perpindahan kuman (Ananto, 2006). Perilaku
mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara membersihkan
tangan dan jari-jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya yang
bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang baik dan benar 11
adalah dengan menggunakan sabun karena dengan air saja terbukti tidak efektif
(Danuwirahadi, 2010).

2. Tujuan Mencuci Tangan

Tujuan mencuci tangan menurut Depkes RI tahun 2007 adalah salah satu
unsur pencegahan penularan infeksi.Menurut Ananto (2006) mencegah
kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu
penyakit atau perpindahan kuman.

3. Indikasi Waktu Mencuci Tangan

Indikasi waktu untuk mencuci tangan menurut Kemenkes RI (2013) adalah:


a. Setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, binatang, berkebun
dll)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

b. Setelah BAB (buang air besar)


c. Sebelum memegang makanan
d. Setelah bersin, batuk, membuang ingus
e. Setelah pulang dari berpergian
f. Setelah bermain

4. Teknik mencuci tangan yang efektif

Gambar 1: Teknik mencuci tangan dengan menggunankan air dan sabun (WHO,
2008)

Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan
40-60 detik. Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar menurut
anjuran WHO (2008) yaitu sebagai berikut :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

a. Pertama, basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun
dengan kedua telapak tangan
b. Kedua, gosok punggung tangan dan sela sela jari tangan kiri dan tangan
kanan, begitu pula sebaliknya.
c. Ketiga, gosok kedua telapak dan sela sela jari tangan
d. Keempat, jari jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
e. Kelima, gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
f. Keenam, gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya.
g. Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keringkan

Kategori teknik mencuci tangan (Wibowo, 2013):


a. Bila tidak melakukan 7 langkah cuci tangan (skor 1)
b. Buruk : bila melakukan 1-2 dari 7 langkah cuci tangan (skor 2)
c. Cukup baik : bila melakukan 3-4 dari 7 langkah cuci tangan (skor 3)
d. Baik :bila melakukan 5-6 dari 7 langkah cuci tangan (skor 4)
e. Sangat baik : bila melakukan 7 langkah cuci tangan dengan baik dan benar
(skor 5)
5. Manfaat cuci tangan

Cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit yaitu dengan cara
membunuh kuman penyakit yang ada ditangan. Dengan mencuci tangan, maka
tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.Apabila tangan dalam keadaan
bersih 14 akan mencegah penularan penyakit seperti diare, cacingan, penyakit
kulit, Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan flu burung (Proverawati dan
Rahmawati, 2012)

C. Pengelolaan Makanan dan Air Minum Rumah Tangga


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Perilaku Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga


merupakan pilar ke-3 dari STBM hal ini diwujudkan melalui kegiatan paling
sedikit terdiri atas:

1. Membudayakan perilaku pengolahan air layak minum dan makanan yang


aman dan bersih secara berkelanjutan.
2. Menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air minum dan makanan
rumah tangga yang sehat.

Persediaan air untuk keperluan rumah tangga harus cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Pencemaran oleh mikroorganisme dan kimia terhadap
badan air maupun dalam suplai air minum merupakan kasus yang sering terjadi
di Indonesia. Pencemaran air oleh mikroorganisme dapat terjadi pada sumber air
bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan dari pusat pengolahan
ke konsumen. Bakteri atau mikroba indikator sanitasi adalah bakteri
keberadaannya dalam air menunjukkan bahwa air tersebut pernah tercemar oleh
kotoran manusia (Suriawiria,2003). Syarat Air Minum Mengingat bahwa pada
dasarnya tidak ada air yang 100% murni, dalam arti memenuhi syarat yang patut
untuk kesehatan, maka harus diusahakan sedemikian rupa, sehingga syarat yang
dibutuhkan harus terpenuhi atau paling tidak mendekati syarat- syarat yang di
kehendaki.

Syarat-syarat air yang dipandang baik secara umum dibedakan menjadi :

1. Syarat Fisik

Untuk air minum sebaiknya air tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau, jernih, dengan suhu dibawah suhu udara. Jika salah satu syarat fisik
tersebut tidak terpenuhi, maka ada kemungkinan air tersebut tidak sehat.
Namun jika syarat- syarat tersebut terpenuhi, belum tentu air tersebut baik
diminum. Karena masih ada kemungkinan bibit penyakit atau zat yang
membahayakan kesehatan.

2. Syarat Bakteriologis
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Semua air minum hendaknya dapat terhindar terkontaminasi dari


bakteri terutama yang bersifat pathogen. Untuk mengukur air minum bebas
dari bakteri atau tidak, pegangan yang digunakan adalah bakteri e.coli. dan
coliform. Pemeriksaan air minum dengan menggunakan Membrane Filter
Technique, 90% dari sampel air yang di periksa selama satu bulan harus
terbebas dari bakteri e.coli dan coliform. Bila terjadi penyimpangan dari
ketentuan tersebut, maka air tersebut dianggap tidak memenuhi syarat dan
perlu di selidiki lebih lanjut. Bakteri escherichia coli dan coliform digunakan
sebagai syarat bakteriologis, karena pada umumnya bibitpenyakit ini
ditemukan pada kotoran manusia dan relatif lebih sukar dimatikan dengan
pemanasan air.

3. Syarat Kimia

Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat zat kimia atau mineral terutama oleh zat- zat ataupun
mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Diharapkan zat ataupun bahan kimia
yang terkandung dalam air minum tidak sampai merusak bahan tempat
penyimpanan air, namun zat ataupun bahan kimia dan atau mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh hendaknya harus terdapat dalam kadar yang
sewajarnya dalam sumber air minum tersebut. Dalam hal persyaratan
kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no
492/menkes/per/IV/2010 dimana ada dua parameter yaitu parameter wajib
dan parameter tambahan. Dimana parameter wajib meliputi parameter yang
berhubungan langsung dengan kesehatan dan parameter yang tidak langsung
dengan kesehatan dan pada parameter tambahan yang meliputi sodium,
timbal, pestisida, air raksa, nikel dll.

Pengolahan makanan yang aman dan sehat diantaranya :


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

1. Menjaga kebersihan peralatan dan bahan makanan


2. Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan menyajikan makanan.
3. Memisahkan bahan makanan mentah dan makanan matang
4. Menggunakan bahan yang segar dan belum kadaluwarsa.
5. Jangan menyimpan makanan dalam suhu kamar (15-25 derajat celcius0
terlalu lama.
6. Masak dengan benar

Pengolahan air minum rumah tangga :


1. Mengolahan air yang akan diminum
2. Menjaga kebersihan wadah penyimpanan air minum
3. Mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah dan menyajikan air minum

Berbagai cara pengolahan air minum yang dapat diterpkan dalam Rumah Tangga
:
- Filtrasi / penyaringan
1. Saringan pasir lambat (Biosand)

Biosand adalah proses penyaringan secara fisik, yaitu menyaring air


melalui media pasir dan lapisan biologis.

Kelebihan :
a. Efektif menghilangkan protozoa dan lebih dari 90% bakteri.
b. Meningkatkan estetika air (jernih dan memperbaiki rasa).
c. Tidak membutuhkan energi atau bahan bakar.
d. Diproduksi dengan bahan-bahan yang tersedia di tempat.
e. Satu kali pemasangan dan hanya memeprlukan perawatan masksimal.
f. Bertahan lama.

Keterbatasan
a. Tidak begitu efektif melumpuhkan virus (meski biasa)
b. Tidak ada perlindungan paska pengolahan . potensi re-kontaminasi
sangat besar.
c. Perlu dukungan industri kecil setempat. Jika tidak ada perlu dibuat
atau di datangkan dari daerah lain.
d. Investasi awalnya relatif lebih mahal.
e. Tidak begitu mudah dala pengiriman.

2. Saringan keramik
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Merupakan penyaringan air secara fisik dan kimiawi dengan melewatkan


air melalui pri-pori keramik yang telah dilapisi bahan desinfeksi.

Kelebihan :
1. Efektif menghilangkan protozoa dan bakteri.
2. Mudah digunakan dan praktis.
3. Berumur panjang jik tidak pecah.
4. Relatif murah karena dapat diproduksi secara lokal.

Keterbatasan :
1. Belum diketahui efektifitas dalam menghilangkan virus.
2. Kekhawatiran atas kandung kimia dalam air (termasuk lapisan perak)
3. Tidak ada perlindungan paska pengolahan. Potensi re-kontaminasi
sangat besar.
4. Jika kualitas produksi tidak ada standarisasi mudah pecah.
5. Tidak cocok digunakan untuk mengolah air yang kandungan besi
atau logam tinggi.
6. Perlu dukungan industri keramik setempat jika tidak ada harus di
datangkan dari luar.

4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


A. Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang
dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya
(Chandra, 2006). Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah
sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat.
Menurut UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari
kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun).
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

B. Jenis Sampah Rumah Tangga


Widyadmoko (2002), mengelompokkan sampah rumah tangga yaitu
sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari bermacam-
macam jenis sampah sebagai berikut:
1) Sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan organik yang mudah
membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan,
sayuran, dan lain-lain.
2) Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng
bekas dan sampah kering non logam, misalnya kertas, kaca, keramik, batu-
batuan, dan sisa kain.
3) Sampah lembut, misalnya debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah,
gedung dan penggergajian kayu.
4) Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang
besar, seperti meja, kursi, kulkas, radio dan peralatan dapur.

Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:


1) Sampah Anorganik/kering, contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol,
dll yang tidak dapat mengalami pembususkan secara alami.
2) Sampah organik/basah, contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa
sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dll yang dapat mengalami
pembusukan secara alami.
3) Sampah berbahaya, contoh : Baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik
bekas dan lain-lain.

C. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Menurut Reksosoebroto (1985) dalam Efrianof (2001) pengelolaan


sampah sangat penting untuk mencapai kualitas lingkungan yang bersih dan
sehat, dengan demikian sampah harus dikelola dengan sebaik-baiknya
sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan tidak sampai
terjadi. Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap
baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit
penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya
suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah
ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi
estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.
Techobanoglous (1977) dalam Maulana (1998) mengatakan pengelolaan
sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap
penimbunan, penyimpanan (sementara), pengumpulan, pemindahan dan
pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang
sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi,
teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan
pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap
masyarakat.

Pengelolaan sampah rumah tangga dapat dilihat dari pendapat beberapa


ahli dan Undang Undang No. 18 Tahun 2008 yang dapat dibedakan atas 2
bagian yaitu meliputi:
1. Pengurangan sampah
a) Pengurangan sampah
o pembatasan timbulan sampah;
o pendauran ulang sampah; dan/atau
o pemanfaatan kembali sampah.

b) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan


pengurangan sampah dengan cara:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

o menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam


jangka waktu tertentu;
o memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
o memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
o memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
o memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.

c) Pelaku usaha dalam melaksanakan pengurangan sampah menggunakan


bahan produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat
diguna ulang, dapat didaur ulang atau muda h diurai oleh proses alam.

d) Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah


menggunakan bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang atau mudah
diurai oleh proses alam.

2. Penanganan Sampah
Kegiatan penanganan sampah menurut UU No.18 Tahun 2008 meliputi:
a) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
b) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
c) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.
d) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah; dan/atau
e) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Selanjutnya Pragoyo (1985), mengatakan bahwa penanganan sampah yang baik


meliputi tiga hal yang penting yaitu:
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

1. Pengumpulan Sampah

Didefinisikan sebagai upaya pemindahan massa sampah dari sumber


sampah (kawasan permukiman, kawasan perdagangan, kawasan industri, dan
lain-lain), ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah. Pada sistem
ini, umumnya dilakukan dengan menggunakan jasa Bestari (istilah untuk
Petugas Sampah), yang dikelola oleh lingkungan sekitar sumber sampah
tersebut. Retribusi yang ditarik biasanya dibayarkan kepada RT / RW
lingkungan tersebut. Tentu saja biaya ini harus mampu untuk membiayai
biaya investasi gerobak sampah, cakar, pengki, hingga seragam dan gaji
Bestari. Adapun syarat tempat pengumpulan sampah yang baik adalah:
Dibangun di atas permukaan tanah setinggi kendaraan pengangkut
sampah.
Mempunyai dua buah pintu, satu tempat masuk sampah dan yang lainnya
untuk mengeluarkan sampah.

Perlu ada lubang ventilasi, bertutup kawat untuk mencegah masuknya


lalat.

Tempat tersebut mudah dicapai, baik oleh masyarakat yang akan


mempergunakannya ataupun oleh kendaraan pengangkut sampah.

2. Pengangkutan Sampah Dari TPS ke TPA.

Didefinisikan sebagai upaya pemindahan massa sampah dari Tempat


Penampungan Sampah Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir
( TPA ) sampah. Lokasi TPS bila mungkin berada di dalam lingkungan
lokasi sumber sampah. Namun, bila tidak memungkinkan maka harus
diupayakan lokasinya berada di kecamatan. Setiap kecamatan sebaiknya
memiliki 1 buah TPS ukuran 1.000 2.000 m2 yang dilengkapi oleh unit
pengolahan sampah menjadi kompos (Sudrajat, 2007;56).
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Di Medan, seperti juga di berbagai kota besar di Indonesia, umumnya


menggunakan truk untuk mengangkut sampah. Tidak optimalnya manajemen
transportasi untuk sistem pengangkutan sampah, seringkali menyebabkan
TPA harus beroperasi penuh 24 jam sehari. Masih sering ditemukan truk
sampah yang memasuki TPA pada pukul 2 atau 3 dinihari. Minimnya
kuantitas truk sampah yang baik operasi, volume sampah yang
melebihi kapasitas tampung truk sampah, serta penjadwalan dan rotasi
pengangkutan sampah yang tidak ditentukan, mengakibatkan rendahnya
kinerja pada sistem pengangkutan sampah.

3. Pembuangan Sampah ke TPA

Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah-daerah tertentu, sehingga


tidak mengganggu kesehatan masyarakat. Dalam pembuangan ada beberapa
syarat yang harus dipenuhi antara lain:
Tempat tersebut tidak dibangun dekat dengan sumber air minum atau
sumber lainnya yang dipergunakan oleh manusia.
Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.
Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia. Adapun jarak
yang sering dipakai sebagai pedoman adalah sekitar 2 km dari rumah
penduduk, sekitar 15 km dari laut, sekitar 200 m dari sumber air (Azwar,
1990).

Dalam pembuangan sampah tersebut, dapat dilakukan dengan


menggunakan berbagai macam cara yang lazim dipergunakan pada saat ini
yaitu:
Open Dumping, yaitu membuang sampah secara terbuka di atas
permukaan tanah.
Dumping in water, yaitu pembuangan sampah dimana sampah itu
dibuang begitu saja di air yaitu ke sungai dan laut.
Burning in premise, yaitu pembakaran sampah di rumah-rumah.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Garbage reduction, yaitu pembuangan sampah dimana sampah basah


diadakan pemecahan melalui proses pemasakan sehingga diperoleh
bahan makanan ternak maupun untuk penyuburan tanah.
Hog feeding, yaitu pembuangan sampah yang sering dijadikan sebagai
makanan hewan.
Grinding system, yaitu pembuangan sampah basah yang berasal dari sisa
makanan dengan menghancurkannya terlebih dahulu kemudian dibuang
ke selokan pembuangan air kotoran untuk mengalami pembusukan.
Incineration, yaitu pembuangan sampah dengan cara pembakaran.
Sanitary landfill, yaitu suatu cara pembuangan sampah ke tempat-tempat
rendah dan ditutupi dengan tanah untuk memenuhi persyaratan-
persyaratan. (Depkes, 1987).

Proses pengelolaan sampah juga dapat dilihat melalui beberapa aspek


atau segi yaitu (Arianto, 2002):
1. Segi teknis
a. Pewadahan
Pewadahan individual disetiap rumah (single house) terdiri dari 2
unit dengan volume 100 200 liter (2 warna yang berbeda, untuk
menampung sampah dapur dan sampah halaman)
Pewadahan komunal (container atau TPS) khusus untuk
menampung berbagai jenis sampah seperti untuk sampah plastik,
gelas, kertas, pakaian/tekstil, logam, sampah besar (bulky waste),
sampah B3 (batu baterai, lampu neon dll) dan lain-lain.
b. Pengumpulan
Pengumpulan sampah (door to door) dengan compactor truck
berbeda untuk setiap jenis sampah.
Waktu pengumpulan door to door 1 X seminggu
Pengumpulan sampah juga dilakukan secara perpipaan (single
house, apartemen maupun fasilitas publik).
c. Daur Ulang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Contoh kegiatan daur ulang adalah antara lain adalah :


Pemisahan setiap jenis kertas (10 kategori ), kertas hasil daur
ulang seluruhnya di ekspor keluar negeri
Ban bekas dihancurkan dan digunakan sebagai bahan bakar
incinerator
Plastik bekas digunakan sebagai bahan baku pakaian hangat
Kulkas bekas di pisahkan setiap komponen pembangunnya dan
freon di daur ulang
Komputer bekas dipisahkan setiap komponen pembangunnya
(logam, plastik/kabel, baterai dll)
Gelas/botol kaca dipisahkan berdasarkan warna gelas (putih,
hijau dan gelap) dan dihancurkan.
d. Composting
Composting dilakukan secara manual atau semi mekanis baik
untuk skala individual, komunal maupun skala besar (di lokasi
landfill).
Sampah yang digunakan hanya sampah potongan tanaman
dengan masa proses 3-6 bulan (windrow system).
Sampah dari rumah tangga tidak digunakan (kualitas kompos
yang dihasilkannya tidak sebaik kompos dari potongan tanaman)

2. Segi Institusi.
Pada beberapa kota umumnya pengelolaan persampahan
dilakukan oleh Dinas Kebersihan kota. Keterlibatan masyarakat maupun
pihak swasta dalam menangani persampahan pada beberapa kota sudah
dilakukan untuk beberapa jenis kegiatan. Masyarakat banyak yang
terlibat pada sektor pengumpulan sampah di sumber timbulan sampah,
sedangkan pihak swasta umumnya mengelola persampahan pada
kawasan elit dimana kemampuan membayar dari konsumen sudah cukup
tinggi.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Umumnya Dinas Kebersihan selain berfungsi sebagai pengelola


persampahan kota, juga berfungsi sebagai pengatur, pengawas, dan
pembina pengelola persampahan. Sebagai pengatur, Dinas Kebersihan
bertugas membuat peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan oleh
operator pengelola persampahan. Sebagai pengawas, fungsi Dinas
kebersihan adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang
telah dibuat dan memberikan sanksi kepada operator bila dalam
pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan,
fungsi Dinas kebersihan sebagai pembina pengelolaan persampahan,
adalah melakukan peningkatan kemampuan dari operator.

3. Segi Keuangan.
Pada kawasan perkotaan dimana Dinas Kebersihan menjadi
pengelola persampahan, dana untuk pengelolaan tersebut berasal dari
pemerintah daerah dan retribusi jasa pelayanan persampahan yang
berasal dari masyarakat.
Pada umumnya ketersediaan dana pemerintah untuk menangani
persampahan sangat kecil, demikian juga retribusi yang diperoleh dari
masyarakat sebagai konsumen juga sedikit. Jumlah perolehan retribusi
tersebut masih jauh dari biaya pemulihan yang diperlukan untuk
mengelola pelayanan sampah.
Secara umum alokasi dana untuk pengelolaan sampah baik
berupa dana investasi maupun operasi/pemeliharaan sepenuhnya berasal
dari dana masyarakat. Dana retribusi 100% digunakan untuk pengelolaan
sampah.
Hasil retribusi yang diperoleh dari pelayanan pengelolaan sampah
akan semakin kecil karena banyak retribusi yang tidak tertagih, hal ini
menjadi semakin sulit karena denda terhadap penunggak retribusi
tersebut tidak dilakukan, bila denda tersebut tidak juga dilakukan maka
kecenderungan pelanggan tidak membayar akan meningkat.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

4. Segi Peraturan.
Jenis Peraturan Pengelolaan Sampah :
Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan Daerah Kota Medan No.8 Tahun 2002 tentang Retribusi
Sampah.

5. Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga


A. Air limbah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan berwuhud cair.
Air limbah dapat berasal dari rumah tangga ( domestik ) maupun industri.
Berikut merupakan definisi air limbah dari berbagai sumber, sebagai
berikut:
1. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) adaalh cairan buangan yang
berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran,industrimaupun
tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau
zat-zat yang dapat membahayakan kesehtan atau kehidupan manusia serta
menggangu kelestarian lingkungan hidup.
2. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan,
institusi komersil,dan industri bersamadenagn air tanah, air permukaan, dan
air hujan.
3. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga , industri, air tanah/ permukaan
serta buangan lainya ( kotoran umum ).
4. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran,
industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan biasanya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan
manusia serta menggangu kelestarian lingkungan hidup.
5. Semua air / zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya
baik.

B. Sumber air limbah


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Limbah cair bersumber dari aktivitas manusia (human sources) dan


aktivitas alam (natural sources).
1. Aktivitas manusia
Aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair sangat beragam,
sesuai dengan jenis kebutuhan hidup manusia yang sangat beragam pula.
Beberapa jenis aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair di
antaranya adalah: aktivitas dalam bidang rumah tangga, perkantoran,
perdagangan, perindustrian, pertanian, dan pelayanan jasa.
2. Aktivitas dalam bidang rumah tangga
Sangat banyak aktivitas rumah tangga yang menghasilkan limbah
cair di antaranya adalah: mencuci pakaian, mencuci alat makan/minum,
memasak makanan dan minuman, mandi, mengepel lantai, mencuci
kendaraan, penggunaan toilet. Semakin banyak jenis aktivitas dilakukan,
semakin besar volume limbah cair yang dihasilkan. Tingkat sosial, ekonomi,
serta budaya manusia akan mempengaruhi jenis aktivitas yang dilakukan
sehingga secara tidak langsung faktor itu akan berpengaruh pula pada
volume limbah cair.
3. Aktivitas dalam bidang perkantoran
Aktivitas perkantoran pada umumnya merupakan aktivitas penunjang
kegiatan pelayanan masyarakat. Beberapa contoh adalah: Kantor Pemerintah
Daerah, Kantor Sekretariat DPR, Kantor Pos, Kantor PDAM, Kantor PLN,
Bank, Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kantor Inspeksi Pajak.
Limbah cair dari sumber itu biasanya dihasilkan dari aktivitas kantin yang
menyediakan makanan dan minuman bagi pegawai, aktivitas penggunaan
toilet (kamar mandi, WC, wastafel), aktivitas pencucian peralatan, dsb. Jenis
aktivitas kantor, jumlah pegawai, kebiasaan hidup bersih pegawai, dan
tingkat kesadaran pegawai dalam penghematan penggunaan air sangat
mempengaruhi volume limbah cair yang dihasilkan.

C. Limbah domestik
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, dari


bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. Menurut Hammer
(1977, h. 295-298), volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi dari
200 sampai 400 liter per orang, per hari, bergantung pada tipe rumah. Aliran
terbesar berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar
mandi, mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka
volume limbah cair sebesar 400 liter/orang/hari biasa digunakan untuk limbah
cair rumah tangga yang mencakup limbah cair dari perumahan dan perdagangan,
ditambah dengan rembesan air tanah (infiltrasion).
Beban BOD yang ditimbulkan pada limbah cair kira-kira 80
gram/orang/hari. Buangan dari dapur rumah tangga yang dialirkan melalui alat
penggiling sampah (grinder) akan meningkatkan BOD per orang sebesar 30
50%.

D. Pengamanan limbah cair rumah tangga


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 3 Tahun
2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat , Pengamanan Limbah Cair
Rumah Tangga adalah melakukan kegiatan pengolahan limbah cair dirumah
tangga yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang
memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyratan kesehatan
yang mampu memutuskan mata rantai penularan penyakit.

Perilaku pengamanan limbah cair rumah tangga diwuhudkan melalui


kegiatan yang terdiri atas :

a. Melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah tangga melalui sumur


resapan dan dan saluran pembuangan air limbah.
b. Menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair rumah tangga.
c. Memelihara saluran pembuangan dan penampungan limbah cair rumah
tangga.

Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga
untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

menimbulkan penyakit berbasis lingkungan. Untuk menyalurkan air limbah cair


rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur resapan dan saluran pembuangan
air limbah rumah tangga . limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang
dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi dan sarana cuci tangan disalurkan
ke pembuangan air limbah.

Prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga adalah :


a. Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari
jamban.
b. Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor.
c. Tidak boleh menimbulkan bau.
d. Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan
kecelakaan.
e. Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Roll Play
1. Panduan Role-Play Fasilitator
Kelompok anda mempunyai 10 menit untuk mempersiapkan role-play
sepanjang 7 menit. Salah satu anggota kelompok akan memainkan peran seorang
fasilitator, sementara yang lainnya menjadi peserta. Sebagai persiapan,
perhatikan beberapa ciri seorang fasilitator sebagai berikut.
Seorang fasilitator adalah seorang yang:
a) Mendukung peserta dalam berbagi dan belajar sendiri,
b) Memobilisasi pengetahuan yang sudah dimiliki peserta,
c) Tertarik akan pengalaman dan masalah peserta,
d) Tidak mendominasi materi atau proses, tetapi menjamin partisipasi yang
setara,
e) Hanya melakukan intervensi kalau peserta mengalami kesulitan,
f) Membantu peserta untuk merangkum, menyimpulkan dan mengambil
keputusan,
g) Tidak menguasai hasilnya.

2. Langkah langkah Role Play


a) Langkah 1: Pengkondisian (20 menit)
1) Fasilitator memperkenalkan diri,
2) Perkenalan dan pencairan suasana,
3) Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok bahasan dan
metode yang digunakan,
4) Menggali pendapat peserta tentang kebijakan STBM dan
mendiskusikannya. Proses pembelajaran menggunakan metode dimana
semua peserta terlibat secara aktif,
5) Berdasarkan pendapat peserta, fasilitator menjelaskan tentang kebijakan
STBM.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

b) Langkah 2: pengkajian pokok bahasan (60 menit)


1) Fasilitator menyampaikan pokok bahasan:
Arah kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi di Indonesia,
Peran dan Strategi STBM.
2) Fasilitator memberi kesempatan kepada peserta untuk menanyakan hal-
hal yang kurang jelas, dan memberikan jawaban dan klarifikasi atas
pertanyaan-pertanyaan peserta.
3) Fasilitator memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya sehingga antar
peserta juga terjadi diskusi dan interaksi yang baik. Modul Pelatihan
Fasilitator STBM

c) Langkah 3: rangkuman (10 menit):


1) Peserta dipersilahkan untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas, dan
fasilitator memfasilitasi pemberian jawaban, baik dari fasilitator maupun
dari peserta lain.
2) Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada
kertas evaluasi yang telah disediakan.
3) Fasilitator menutup sesi pembelajaran dengan memastikan tercapainya
TPU dan TPK sesi ini.

B. Ruang Lingkup
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat pada pilar pertama
yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan akan dilaksanakan pada :
hari/tanggal : Rabu, 16 Agustus 2017
waktu : 11.00 - selesai
tempat : Desa Kalijambe RT 03 RW III Kecamatan Bringin Kabupaten
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

2. Partisipan yang hadir


a) Fasilitator
b) Petugas Puskesmas
c) Tokoh Masyarakat
d) Ketua RT
e) Ketua RW
f) Masyarakat yang belum mempunyai/menggunakan Jamban

3. Anggaran Dana
Nomor Nama Keperluan Tanggal Kegiatan Biaya Keterangan
1. Pembelanjaan
keperluan pemicuan:
a. Kertas manila 5 Agustus 2017 Rp 3.000,00
b. Spidol 5 Agustus 2017 Rp 11.000,00
c. Tepung 5 Agustus 2017 Rp 4.000,00
d. Kertas origami 5 Agustus 2017 Rp 5.000,00
e. Air mineral 15 Agustus 2017 Rp 9.000,00
f. Snack 15 Agustus 2017
2. Print alur kontaminasi 15 Agustus 2017 Rp 6.000,00

4. Alat Dan Bahan


a) Tanah lapang
b) Bubuk putih untuk membuat batas desa
c) Potongan-potongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk
d) Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran
e) Spidol
f) Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana sanitasi
g) Air minum dalam kemasan gelas

5. Rincian Kegiatan
Alur kegiatan pemicuan adalah sebagai berikut:
a) Perkenalan
Pada awal pemicuan, fasilitator memperkenalkan diri dan mencairkan
suasana dengan menanyakan suasana dan kondisi lingkungan yang berasal
dari perkataan masyarakat, Ini bertujuan agar masyarakat tidak merasa kaku
dan nyaman ketika berada pada saat pemicuan. Sehingga masyarakat secara
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

terbuka memberikan informasi keadaan sekitar dan masyarakat pun secara


tidak langsung turut berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan.

b) Mapping
Mapping (pemetaan) bertujuan untuk mengetahui atau melihat peta wilayah
BAB masyarakat serta sebagai alat monitoring (pasca triggering setelah ada
mobilisasi masyarakat).
Setelah perkenalan, fasilitator mengajak masyarakat untuk menggambar
keadaan kampung mereka dengan menggunakan peralatan seadanya seperti
tepung (untuk batas wilayah), kertas hijau (rumah warga), kertas biru
(sumber air bersih), kertas kado (aliran sungai), kertas putih (jamban sehat),
dan kertas kuning (lokasi BABS).
Semua peserta berpartisipasi aktif pada saat pemetaan. Fasilitator mengajak
semua peserta kedalam peta. Masing-masing peserta menunjukkan rumah
dan lokasi BAB. Setelah itu, fasilitator meminta masyarakat untuk
mengamati keadaan desa mereka yang telah di kepung oleh BAB dengan
menanyakan kepada peserta Bagaimana perasaan jika melihat keadaan
kampong yang seperti ini?. Kemudian, fasilitator mengajukan pertanyaan
Apakah merasa bangga dan nyaman dengan keadaan yang telah dikepung
oleh BAB?.

c) Hitung Volume Tinja


Fasilitator dan masyarakat bersama-sama menghitung volume tinja yang
dibuang sembarangan yang dihasilkan di lingkungan tersebut. Mulai dari
menghitung jumlah KK dan jiwa, berapa kali dalam sehari jumlah tai yang
dihasilkan, berapa banyak tai yang dihasilkan (Kg) dalam satu kali BAB.
Kemudian jumlah tai yang dihasilkan dalam sehari (Kg) dikalikan dengan
jumlah yang dihasilkan oleh satu orang dalam sehari, dikali dengan jumlah
penduduk, hitung dalam sehari, seminggu, sebulan, dan setahun, dst.
Fasilitator mengajak masyarakat membayangkan jika seandainya tai yang
dihasilkan selama satu bulan ditumpuk dalam karung kemudian
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

dibandingkan dengan tumpukan karung beras. Setelah itu fasilitator bertanya


manakah yang lebih indah dilihat tumpukan karung beras atau tumpukan
karung tai.

d) Alur Kontaminasi
Fasilitator menanyakan kepada masyarakat kemana semua kotoran itu
menghilang. Apakah mungkin kotoran itu masuk kedalam air. Kemana saja
kotoran itu pergi. Kemudian masyarakat berdiskusi atas pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh
fasilitator.

e) Simulasi Air
Fasilitator meminta dan menunjukkan satu gelas air minum. Kemudian
menawarkan segelas air itu, kepada siapa yang mau meminumnya. Air yang
ditawarkan tersebut diminum oleh warga yang dilihat oleh semua peserta.
Fasilitator menunjukkan kembali segelas air minum yang baru, kemudian
meminta salah seorang warga menarik sehelai rambutnya. Rambut tersebut
dianggap seolah-olah kaki lalat disentuhkan ke tepung yang seolah-olah
berupa kotoran, kemudian rambut yang terkena tepung dicelupkan ke dalam
segelas air tersebut. Fasilitator menanyakan kepada peserta siapa yang
bersedia minum air dalam gelas tersebut. Namun tak seorang pun peserta
yang bersedia meminumnya. Kemudian fasilitator menanyakan alasan
mengapa tidak bersedia meminumnya. Peristiwa ini sudah menimbulkan
perasaan jijik peserta terhadap kotoran.

f) Puncak Pemicuan
Pada saat ini, masyarakat mulai memikirkan bagaimana cara menghentikan
Buang air besar sembarangan, hal ini terlihat dari beragam jawaban yang
dilontarkan peserta. Fasilitator menanyakan apa yang harus kita lakukan
dengan kotoran ini, dengan apa sebaiknya dihilangkan, adakah cara yang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

sederhana untuk menghilangkannya. Apa langkah awal yang harus


dilakukan.
Dengan pertanyaan tersebut, para peserta mengatakan ingin segera
menghilangkan kotoran yaitu dengan membangun jamban. Mulai dari
jamban sederhana hingga yang mahal pun terpikirkan. Meskipun bertahap,
mereka pun sepakat dan berjanji untuk segera membuat jamban yang dimulai
dengan perjanjian membuat lubang septic sebagai langkah awal pembuatan
jamban.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN

DAFTAR PUSTAKA

http://cheyaliyya-environmentepidemiology.blogspot.co.id/2012/05/kegiatan-sanitasi-
total-berbasis.html

https://ronikita.wordpress.com/2011/10/26/memfasilitasi-pemicuan-stop-babs-di-
komunitas/

http://mediakom.sehatnegeriku.com/bab-sembarangan/

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai