PROPOSAL KEGIATAN
PEMICUAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
DESA KALIJAMBE KECAMATAN SE KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2017
DISUSUN OLEH :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sanitasidasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku
pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga.
Untuk mencapai sasaran tersebut perlu dirumuskan STRATEGY yang tepat ,
yang dapat dijadikan acuan bagi para pelaksana program STBM khususnya
Fasilitator Kesehatan yang merupakan ujung tombak terdepan dalam pelaksanaan
STBM.
B. Rumusan masalah
Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) termasuk salah satu contoh
perilaku yang tidak sehat. Apabila kebiasaan masyarakat yang tidak sehat tersebut
dibiarkan maka dapat menimbulkan penyakit berbasis lingkungan, dan dapat
mencemari lingkungan tanah, air, udara. Open defecation (ODF) adalah kondisi
ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Kondisi
ODF dapat berhasil apabila akses masyarakat pada jamban sehat mencapai 100%.
Bagaimana upaya fasilitator untuk dapat menciptakan kondisi ODF di suatu
masyarakat/desa/kelurahan ?
C. Manfaat
3. Bagi Masyarakat
4. Bagi Mahasiswa
BAB II
TINJAUAN TEORI
BABS (Buang Air Besar Sembarangan) termasuk salah satu prilau yang
tidak sehat. BABS adalah suatu tindakan membunag kotoran atau tinja di
ladang, hutan, sawah, semak-semak, sungai, pantai atau area yang tebuka lainya
dan dibiarkan menyebar mengkontaminasi tanah, air dan udara.
2. Pengertian Tinja
a. Mikroba
b. Materi Organik
Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tida k
tercerna. Ia dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak,
mikroba dan sel-sel mati. Satu liter tinja mengandung materi organik yang
setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan bahan organik).
c. Telur Cacing
d. Nutrien
Serangga seperti lalat, kecoa, kaki seribu, dsb tertarik untuk datang dan
menyebarkan penyakit akibat tinja. Pembuangan tinja di tempat terbuka juga
dapat menjadi sebuang air besar pencemaran udara sekitar dan mengganggu
estetika lingkungan.
5. Dampak BABS
Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat buang air besar
sembarangan ke sungai adalah tersebarnya bakteri Escherichia Coli, yang dapat
menyebabkan penyakit diare. Setelah itu bisa menjadi dehidrasi, lalu karena
kondisi tubuh turun maka masuklah penyakit-penyakit lain.
Di daerah perkotaan, kebiasaan BAB sembarangan ini lebih karena tidak
adanya lahan untuk membangun WC di rumah mereka karena terlalu padat. Jadi
mereka lebih memilih BAB di sungai, karena lebih gampang daripada mencari
toilet umum yang harus bayar.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
Open Defecation Free (ODF) adalah kondisi ketika setiap individu dalam
komunitas tidak buang air besar sembarangan, Pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat sangat berpengaruh pada penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, sehingga untuk memutuskan rantai penularan ini harus dilakukan
rekayasa pada akses ini. Agar usaha tersebut berhasil, akses masyarakat pada
jamban (sehat) harus mencapai 100% pada seluruh komunitas.
Sedangkan Desa/Kelurahan ODF (Open Defecation Free) adalah Desa/
kelurahan yang 100% masyarakatnya telah buang air besar di jamban sehat,
yaitu mencapai perubahan perilaku kolektif terkait Pilar 1 dari 5 pilar Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat.
f. Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
g. Ada mekanisme monitoring umum yang dibuat masyarakat untuk mencapai
100% KK mempunyai jamban sehat.
h. Di sekolah yang terdapat di komunitas tersebut, telah tersedia sarana jamban
dan tempat cuci tangan (dengan sabun) yang dapat digunakan murid-murid
pada jam sekolah.
i. Analisa kekuatan kelembagaan di Kabupaten menjadi sangat penting untuk
menciptakan kelembagaan dan mekanisme pelaksanaan kegiatan yang
efektif dan efisien sehingga tujuan masyarakat ODF dapat tercapai.
mengalir (Depkes RI, 2007) dan menurut PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) UNPAD ( Universitas Padjajaran) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
merupakan suatu kebiasaan membersihkan tangan dari kotoran dan berfungsi
untuk membunuh kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan.
Mencuci tangan yang baik membutuhkan peralatan seperti sabun, air mengalir
yang bersih, dan handuk yang bersih (Wati, 2011).
Menurut WHO (2005) terdapat 2 teknik mencuci tangan yaitu mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir dan mencuci tangan dengan larutan yang
berbahan dasar alkohol (Wati, 2011).
Cuci tangan merupakan proses membuang kotoran dan debu secara
mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air yang bertujuan
untuk mencegah kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi
ke orang) suatu penyakit atau perpindahan kuman (Ananto, 2006). Perilaku
mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan cara membersihkan
tangan dan jari-jemari dengan menggunakan air atau cairan lainnya yang
bertujuan agar tangan menjadi bersih. Mencuci tangan yang baik dan benar 11
adalah dengan menggunakan sabun karena dengan air saja terbukti tidak efektif
(Danuwirahadi, 2010).
Tujuan mencuci tangan menurut Depkes RI tahun 2007 adalah salah satu
unsur pencegahan penularan infeksi.Menurut Ananto (2006) mencegah
kontaminasi silang (orang ke orang atau benda terkontaminasi ke orang) suatu
penyakit atau perpindahan kuman.
Gambar 1: Teknik mencuci tangan dengan menggunankan air dan sabun (WHO,
2008)
Kegiatan mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir dilakukan
40-60 detik. Langkah-langkah teknik mencuci tangan yang benar menurut
anjuran WHO (2008) yaitu sebagai berikut :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
a. Pertama, basuh tangan dengan air bersih yang mengalir, ratakan sabun
dengan kedua telapak tangan
b. Kedua, gosok punggung tangan dan sela sela jari tangan kiri dan tangan
kanan, begitu pula sebaliknya.
c. Ketiga, gosok kedua telapak dan sela sela jari tangan
d. Keempat, jari jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
e. Kelima, gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya.
f. Keenam, gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak
tangan kiri dan sebaliknya.
g. Ketujuh, bilas kedua tangan dengan air yang mengalir dan keringkan
Cuci tangan dapat berguna untuk pencegahan penyakit yaitu dengan cara
membunuh kuman penyakit yang ada ditangan. Dengan mencuci tangan, maka
tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.Apabila tangan dalam keadaan
bersih 14 akan mencegah penularan penyakit seperti diare, cacingan, penyakit
kulit, Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan flu burung (Proverawati dan
Rahmawati, 2012)
Persediaan air untuk keperluan rumah tangga harus cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Pencemaran oleh mikroorganisme dan kimia terhadap
badan air maupun dalam suplai air minum merupakan kasus yang sering terjadi
di Indonesia. Pencemaran air oleh mikroorganisme dapat terjadi pada sumber air
bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan dari pusat pengolahan
ke konsumen. Bakteri atau mikroba indikator sanitasi adalah bakteri
keberadaannya dalam air menunjukkan bahwa air tersebut pernah tercemar oleh
kotoran manusia (Suriawiria,2003). Syarat Air Minum Mengingat bahwa pada
dasarnya tidak ada air yang 100% murni, dalam arti memenuhi syarat yang patut
untuk kesehatan, maka harus diusahakan sedemikian rupa, sehingga syarat yang
dibutuhkan harus terpenuhi atau paling tidak mendekati syarat- syarat yang di
kehendaki.
1. Syarat Fisik
Untuk air minum sebaiknya air tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau, jernih, dengan suhu dibawah suhu udara. Jika salah satu syarat fisik
tersebut tidak terpenuhi, maka ada kemungkinan air tersebut tidak sehat.
Namun jika syarat- syarat tersebut terpenuhi, belum tentu air tersebut baik
diminum. Karena masih ada kemungkinan bibit penyakit atau zat yang
membahayakan kesehatan.
2. Syarat Bakteriologis
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
3. Syarat Kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat zat kimia atau mineral terutama oleh zat- zat ataupun
mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Diharapkan zat ataupun bahan kimia
yang terkandung dalam air minum tidak sampai merusak bahan tempat
penyimpanan air, namun zat ataupun bahan kimia dan atau mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh hendaknya harus terdapat dalam kadar yang
sewajarnya dalam sumber air minum tersebut. Dalam hal persyaratan
kualitas air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no
492/menkes/per/IV/2010 dimana ada dua parameter yaitu parameter wajib
dan parameter tambahan. Dimana parameter wajib meliputi parameter yang
berhubungan langsung dengan kesehatan dan parameter yang tidak langsung
dengan kesehatan dan pada parameter tambahan yang meliputi sodium,
timbal, pestisida, air raksa, nikel dll.
Berbagai cara pengolahan air minum yang dapat diterpkan dalam Rumah Tangga
:
- Filtrasi / penyaringan
1. Saringan pasir lambat (Biosand)
Kelebihan :
a. Efektif menghilangkan protozoa dan lebih dari 90% bakteri.
b. Meningkatkan estetika air (jernih dan memperbaiki rasa).
c. Tidak membutuhkan energi atau bahan bakar.
d. Diproduksi dengan bahan-bahan yang tersedia di tempat.
e. Satu kali pemasangan dan hanya memeprlukan perawatan masksimal.
f. Bertahan lama.
Keterbatasan
a. Tidak begitu efektif melumpuhkan virus (meski biasa)
b. Tidak ada perlindungan paska pengolahan . potensi re-kontaminasi
sangat besar.
c. Perlu dukungan industri kecil setempat. Jika tidak ada perlu dibuat
atau di datangkan dari daerah lain.
d. Investasi awalnya relatif lebih mahal.
e. Tidak begitu mudah dala pengiriman.
2. Saringan keramik
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
Kelebihan :
1. Efektif menghilangkan protozoa dan bakteri.
2. Mudah digunakan dan praktis.
3. Berumur panjang jik tidak pecah.
4. Relatif murah karena dapat diproduksi secara lokal.
Keterbatasan :
1. Belum diketahui efektifitas dalam menghilangkan virus.
2. Kekhawatiran atas kandung kimia dalam air (termasuk lapisan perak)
3. Tidak ada perlindungan paska pengolahan. Potensi re-kontaminasi
sangat besar.
4. Jika kualitas produksi tidak ada standarisasi mudah pecah.
5. Tidak cocok digunakan untuk mengolah air yang kandungan besi
atau logam tinggi.
6. Perlu dukungan industri keramik setempat jika tidak ada harus di
datangkan dari luar.
2. Penanganan Sampah
Kegiatan penanganan sampah menurut UU No.18 Tahun 2008 meliputi:
a) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
b) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu.
c) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari
tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan
sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.
d) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
jumlah sampah; dan/atau
e) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
1. Pengumpulan Sampah
2. Segi Institusi.
Pada beberapa kota umumnya pengelolaan persampahan
dilakukan oleh Dinas Kebersihan kota. Keterlibatan masyarakat maupun
pihak swasta dalam menangani persampahan pada beberapa kota sudah
dilakukan untuk beberapa jenis kegiatan. Masyarakat banyak yang
terlibat pada sektor pengumpulan sampah di sumber timbulan sampah,
sedangkan pihak swasta umumnya mengelola persampahan pada
kawasan elit dimana kemampuan membayar dari konsumen sudah cukup
tinggi.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
3. Segi Keuangan.
Pada kawasan perkotaan dimana Dinas Kebersihan menjadi
pengelola persampahan, dana untuk pengelolaan tersebut berasal dari
pemerintah daerah dan retribusi jasa pelayanan persampahan yang
berasal dari masyarakat.
Pada umumnya ketersediaan dana pemerintah untuk menangani
persampahan sangat kecil, demikian juga retribusi yang diperoleh dari
masyarakat sebagai konsumen juga sedikit. Jumlah perolehan retribusi
tersebut masih jauh dari biaya pemulihan yang diperlukan untuk
mengelola pelayanan sampah.
Secara umum alokasi dana untuk pengelolaan sampah baik
berupa dana investasi maupun operasi/pemeliharaan sepenuhnya berasal
dari dana masyarakat. Dana retribusi 100% digunakan untuk pengelolaan
sampah.
Hasil retribusi yang diperoleh dari pelayanan pengelolaan sampah
akan semakin kecil karena banyak retribusi yang tidak tertagih, hal ini
menjadi semakin sulit karena denda terhadap penunggak retribusi
tersebut tidak dilakukan, bila denda tersebut tidak juga dilakukan maka
kecenderungan pelanggan tidak membayar akan meningkat.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
4. Segi Peraturan.
Jenis Peraturan Pengelolaan Sampah :
Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan Daerah Kota Medan No.8 Tahun 2002 tentang Retribusi
Sampah.
C. Limbah domestik
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga
untuk menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Roll Play
1. Panduan Role-Play Fasilitator
Kelompok anda mempunyai 10 menit untuk mempersiapkan role-play
sepanjang 7 menit. Salah satu anggota kelompok akan memainkan peran seorang
fasilitator, sementara yang lainnya menjadi peserta. Sebagai persiapan,
perhatikan beberapa ciri seorang fasilitator sebagai berikut.
Seorang fasilitator adalah seorang yang:
a) Mendukung peserta dalam berbagi dan belajar sendiri,
b) Memobilisasi pengetahuan yang sudah dimiliki peserta,
c) Tertarik akan pengalaman dan masalah peserta,
d) Tidak mendominasi materi atau proses, tetapi menjamin partisipasi yang
setara,
e) Hanya melakukan intervensi kalau peserta mengalami kesulitan,
f) Membantu peserta untuk merangkum, menyimpulkan dan mengambil
keputusan,
g) Tidak menguasai hasilnya.
B. Ruang Lingkup
1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat pada pilar pertama
yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan akan dilaksanakan pada :
hari/tanggal : Rabu, 16 Agustus 2017
waktu : 11.00 - selesai
tempat : Desa Kalijambe RT 03 RW III Kecamatan Bringin Kabupaten
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
3. Anggaran Dana
Nomor Nama Keperluan Tanggal Kegiatan Biaya Keterangan
1. Pembelanjaan
keperluan pemicuan:
a. Kertas manila 5 Agustus 2017 Rp 3.000,00
b. Spidol 5 Agustus 2017 Rp 11.000,00
c. Tepung 5 Agustus 2017 Rp 4.000,00
d. Kertas origami 5 Agustus 2017 Rp 5.000,00
e. Air mineral 15 Agustus 2017 Rp 9.000,00
f. Snack 15 Agustus 2017
2. Print alur kontaminasi 15 Agustus 2017 Rp 6.000,00
5. Rincian Kegiatan
Alur kegiatan pemicuan adalah sebagai berikut:
a) Perkenalan
Pada awal pemicuan, fasilitator memperkenalkan diri dan mencairkan
suasana dengan menanyakan suasana dan kondisi lingkungan yang berasal
dari perkataan masyarakat, Ini bertujuan agar masyarakat tidak merasa kaku
dan nyaman ketika berada pada saat pemicuan. Sehingga masyarakat secara
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
b) Mapping
Mapping (pemetaan) bertujuan untuk mengetahui atau melihat peta wilayah
BAB masyarakat serta sebagai alat monitoring (pasca triggering setelah ada
mobilisasi masyarakat).
Setelah perkenalan, fasilitator mengajak masyarakat untuk menggambar
keadaan kampung mereka dengan menggunakan peralatan seadanya seperti
tepung (untuk batas wilayah), kertas hijau (rumah warga), kertas biru
(sumber air bersih), kertas kado (aliran sungai), kertas putih (jamban sehat),
dan kertas kuning (lokasi BABS).
Semua peserta berpartisipasi aktif pada saat pemetaan. Fasilitator mengajak
semua peserta kedalam peta. Masing-masing peserta menunjukkan rumah
dan lokasi BAB. Setelah itu, fasilitator meminta masyarakat untuk
mengamati keadaan desa mereka yang telah di kepung oleh BAB dengan
menanyakan kepada peserta Bagaimana perasaan jika melihat keadaan
kampong yang seperti ini?. Kemudian, fasilitator mengajukan pertanyaan
Apakah merasa bangga dan nyaman dengan keadaan yang telah dikepung
oleh BAB?.
d) Alur Kontaminasi
Fasilitator menanyakan kepada masyarakat kemana semua kotoran itu
menghilang. Apakah mungkin kotoran itu masuk kedalam air. Kemana saja
kotoran itu pergi. Kemudian masyarakat berdiskusi atas pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh
fasilitator.
e) Simulasi Air
Fasilitator meminta dan menunjukkan satu gelas air minum. Kemudian
menawarkan segelas air itu, kepada siapa yang mau meminumnya. Air yang
ditawarkan tersebut diminum oleh warga yang dilihat oleh semua peserta.
Fasilitator menunjukkan kembali segelas air minum yang baru, kemudian
meminta salah seorang warga menarik sehelai rambutnya. Rambut tersebut
dianggap seolah-olah kaki lalat disentuhkan ke tepung yang seolah-olah
berupa kotoran, kemudian rambut yang terkena tepung dicelupkan ke dalam
segelas air tersebut. Fasilitator menanyakan kepada peserta siapa yang
bersedia minum air dalam gelas tersebut. Namun tak seorang pun peserta
yang bersedia meminumnya. Kemudian fasilitator menanyakan alasan
mengapa tidak bersedia meminumnya. Peristiwa ini sudah menimbulkan
perasaan jijik peserta terhadap kotoran.
f) Puncak Pemicuan
Pada saat ini, masyarakat mulai memikirkan bagaimana cara menghentikan
Buang air besar sembarangan, hal ini terlihat dari beragam jawaban yang
dilontarkan peserta. Fasilitator menanyakan apa yang harus kita lakukan
dengan kotoran ini, dengan apa sebaiknya dihilangkan, adakah cara yang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESEHATAN LINGKUNGAN
DAFTAR PUSTAKA
http://cheyaliyya-environmentepidemiology.blogspot.co.id/2012/05/kegiatan-sanitasi-
total-berbasis.html
https://ronikita.wordpress.com/2011/10/26/memfasilitasi-pemicuan-stop-babs-di-
komunitas/
http://mediakom.sehatnegeriku.com/bab-sembarangan/
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat