SKRIPSI
SABDAN HUSAINI
09C10104007
SKRIPSI
SABDAN HUSAINI
09C10104007
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) bahwan salah satu negara yang
masih banyak melakukan Buang air besar sembarangan (BABs) yaitu Indonesia.
buang air besar sembarangan (BABs) setelah Cina dan India. Bahkan menurut data
WHO, sekitar 78 juta penduduk Indonesia masih melakukan praktek Buang air
adalah penyediaan air bersih, penyediaan jamban keluarga, kondisi rumah dan
kurang baik bagi setiap orang, dimana hal tersebut bisa merugikan diri sendiri, baik
dari segi kesehatan maupun situasi lingkungan tempat tinggal sekitarnya (Zulfandi,
2009).
Buang air besar sembarangan (BABs) adalah salah satu penyebab utama
lingkungan kesehatan tidak sehat, salah satu akan terjangkit penyakit diare, gatal-
gatal, typhus muntah berak, disentri, cacingan dan berbagai jenis penyakit lainnya.
Hal ini di karenakan oleh perilaku masyarakat seperti yaitu setelah buang air besar
biasanya tidak cuci tangan, atau dihinggapi lalat yang akhirnya ke makanan
(Asnawi, 2010).
lebih ada 42 juta masyarakat Indonesia yang masih buang air besar sembarangan
penyebab kebiasaan ini masih dilakukan, mulai dari tidak punya toilet hingga tidak
terbiasa menggunakan kamar kecil. Hal ini bisa berakibat terhadap dampat
Salah satu masalah sanitasi dan air bersih adalah, masih banyaknya orang-
orang yang buang air besar sembarangan (BABs) di sungai. Padahal, perilaku tidak
sehat ini, bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan dan risiko penyakit.
(Riskesdas) tahun 2012, sebanyak 39-40 juta orang yang buang air besar
sembarangan, itu termasuk orang yang mempunyai jamban seperti WC, namun
Dampak penyakit yang paling sering terjadi akibat buang air besar sembarangan ke
sungai adalah Escherichia col. Itu merupakan penyakit yang membuat orang
terkena diare. Setelah itu bisa menjadi dehidrasi, lalu karena kondisi tubuh turun
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan
buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai
media bibit penyakit, seperti: diare, typhus muntaber, disentri, cacingan dan gatal-
gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan
bau busuk serta estetika. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
melakukan buang air besar (BAB) di kolam/sawah (0,15%), sungai (8,55%), lubang
buang air besar sembarangan (BABs) masih rendah, sehingga perlu di tingkatkan
untuk mencapai target pemerintah pusat terkait sanitasi dalam RPJMN (Rencana
data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Aceh bahwa tahun 2013
menunjukkan 36,83% masyarakat aceh yang BAB di rumah sendiri, dan sebanyak
12,90% untuk bersama dan sebanyak 6,98% yang umum. Jadi masih ada 43,29%
tidak memiliki fasilitas buang air besar, sehingga dapat di katakan bahwa cakupan
jamban untuk Propinsi Aceh tahun 2013 baru mencapai 56,71%. Padahal cakupan
jamban harus mencapai 100% atau semua masyarakat harus memiliki jamban
keluarga yang memenuhi syarat kesehatan dirumah ( Dinkes Propinsi Aceh, 2013).
Kabupaten Nagan Raya tahun 2013, terdapat 62,2% yang memiliki jamban, 53,3%
yang memiliki pengolahan air limbah dan rumah tangga yang berperilku hidup
bersih dan sehat (PHBS) terdapat 87,1%. Panton Bayam merupakan salah satu
dengan jumlah penduduk sebanyak 142.861 jiwa dan Desa Panton Bayam Memiliki
92 KK dengan jumlah dusun 3 dusun yang terdiri dari dusun Petuasyam 28 KK,
dusun T.Rajamanee 30 KK, dusun Agoi 33 KK. Desa Panton Bayam yang tinggal
sungai. Berdasarkan data yang di peroleh dari desa semua masyarakat desa Panton
Bayam melakukan buang air besar yaitu di sungai, parit, dan semak-samak maupun
di tempat lainnya. Hal ini dapat berdampak pada perilaku masyarakat yang buang
air besar di sembarang tempat seperti di pesisir pantai, pinggiran sungai serta di
semak-semak bukan hal yang baru lagi karena luasnya lahan yang dapat dijadikan
sebagai tempat untuk membuang tinja atau faces (Puskesmas Beutong dan Profil
menggunakan jamban. Dimana sesuai hasil pengamatan awal yang telah di lakukan
memperlihatkan bahwa perilaku buang air besar pada masyarakat yang tidak
air besar semabarangan di sungai dan kolam, persawahan atau kebun. Hal yang
mendasari masyarakat yang tidak mempunyai jamban adalah sosial ekonomi yang
rendah dan lahan terbatas yang berada di dalam rumah. Terdapat sebagian kecil
yang baik dalam membuang kotoran atau tinja dengan menggunakan jamban
keluarga.
6
2014.
2014.
2. Ha : Ada hubungan antara faktor sikap yang mempengaruhi buang air besar
Ho : Tidak ada hubungan antara faktor sikap yang mempengaruhi buang air
2014.
derajat kesehatan, dan juga untuk merencanakan program tentang buang air
besar pada masyarakat dan juga untuk menambah wawasan bagi petugas
2. Bagi Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Menurut (Becker 1987 dalam Notoatmodjo 2007) buang air besar adalah
pembuangan tinja atau feses dilakukan setiap orang. Sedangkan buang air besar
sembarangan (BABs) adalah kegiatan seseorang dalam pembuangan fases atau tinja di
bukan hal yang baru lagi karena luasnya lahan yang dapat dijadikan sebagai tempat
untuk membuang tinja atau fases yang bisa berdapat terhadap derajat kesehatan.
Semua makanan yang masuk ke dalam tubuh, akan di cerna oleh organ
yang dapat diserap dan di gunakan oleh sel dan jaringan tubuh kemudian sisa-sisa
pembuangan akan dikeluarkan oleh tubuh berupa tinja , urine atau gas karbondioksida.
Akhir dari proses pencernaan yang di keluarkan berupa tinja di sebut buang air besar
(Notoatmodjo, 2003).
membuang air besar pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini di sebabka
oleh reflek gastro kolika yang biasanya bekerja sesudah sarapan pagi. Makanan yang
sudah sampai lambung akan merangsang peristaltic di dalam usus, merambat ke kolon
sisa makanan yang dari hari sebelumnya, yang waktu malam mencapai sekum,
11
mulai bergerak isi kolon dan terjadi persaan di daerah perineum. Tekanan intra
abdominal, spinter anus mengendor, dan kerjanya berakhir. Kerja defekasi dipengaruhi
Seseorang hendaknya berlatih untuk buang air besar tiap pagi, sebelum
kesibukan hari tertunda menyebabkan konstipasi (sembelit). Beberapa orang buang air
besar sebelum sarapan pagi, atau ada juga yang sesudahnya. Ada yang harus keluar
rumah pagi-pagi buang air besar setelah pulang kerja, ada pula yang pada malam hari
karena mmebutuhkan waktu yang tenang untuk memenuhi kebutuhannya. Ada yang
satu kali sehari, ada yang lebih sering, yang lain lagi dua hari sekali atau dengan jangka
waktu lebih panjang. Jadi frekuen buang air besar tiap orang berbeda-beda. Seorang
yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata 330 gram sehari. Tinja ini berisi
bakteri, lepasan epithelium usus, nitrogen, gram, zat besi, selulosa dan sisa zat makanan
Sejak dahulu sampai kapan pun, masalah pembuangan ktoran manusia selalu
sebanding dengan area pemukiman. Masalah pembuangan tinja semkin meningkat tinja
merupakan sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks yang harus sedini
mungkin diatasi pembuangan tinja yang tidak sanitasi dapat menyebabkan berbagai
dihentikan. Keluarga masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air
besar di sungai. Pekarangan rumah atau tempat-tempat yang tidak selayaknya. Selain
mengganggu udara segar karena bau yang tidak sedap juga menjadi peluang awal
12
manusia harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat (Notoatmodjo, 2003)
2.2.1 Pengertian
harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap kelu arga. Pembuangan kotoran yang
baik harus dibuang kedalam tempat penampungan kotoran yang disebut jamban.
mengumpulkan kotoran sehingga kotoran itu tersimpan dalam satu tempat tertentu
kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang
ada pada kotoran manusia mengganggu estetika. Berarti jamban keluarga sangat
bermacam penyakit yang di sebabkan oleh kotoran yang tidak dikelola baik Jamban
atau sarana pembuangan kotoran yang memenuhi syarat adalah upaya penyehatan
benda atau zat yang dihasilkan oleh tubuh dan dipandang tidak berguna lagi
fisiologis, juga budaya dan kepercayaan. Ada perbedaan dari isi tinja yang
dihasilkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Isi dan komposisi tinja tergantung
dari beberapa faktor yaitu diet, iklim, dan status kesehatan (Sukarni, 2000).
Tinja manusia ialah buangan padat yang kotor dan bau juga media penularan
ditimbulkan oleh kotoran manusia bisa di golongkan yaitu : Penyakit Enteric atau
saluran pencernaan dan kontaminasi zat racun. Penyakit infeksi oleh virus seperti
penduduk bisa langsung dan tak langsung. Efek langsung bisa mengurangi
incidence penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja seperti kolera,
disentri, typus,dsb Efek tidak langsung dari pembuangan tinja berkaitan dengan
dengan mengurangi pencemaran tinja manusia pada sumber air minum penduduk (
Kusnoputranto,2006).
Tangan
Air
Tinja
Lalat Makanan dan Pejamu Mati
Tanah minuman ( Host )
Sakit
mencari sumber baru. Penyakit yang ditularkan tinja manusia bisa menyebabkan
kelemahan karena manusia sebagai reservoir dari penyakit yang bisa menurunkan
produktifitas kerja. Akibat mata rantai penyakit oleh tinja perlu di lakukan tindakan
pencegahan agar penyakit tidak menular. Pencegahan itu memutuskan mata rantai
yang saniter. Rintangan sanitasi ini mencegah kontaminasi tinja sebagai sumber
Vibrio cholerae. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air
minum yang terkontaminasi oleh sanitasi yang tidak benar atau dengan
2.3.1 Pengetahuan
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kongnitif merupakan dominan yang
16
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Green, 2004
sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya.
Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang
1. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (know)
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu dengan
gejala dan penyebab lain dari penyakit hipertensi kepada orang lain serta
b. Memahami (comprehension)
diketahui. Orang telah paham akan objek atau materi harus mampu
sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Hal ini diharapkan keluarga dapat
penderita hipertensi.
c. Aplikasi (application)
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Pada keluarga yang mempunyai
terjadi komplikasi.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dapat mengetahui tentang perawatan pada penderita hipertensi sesuai dengan kondisi
e. Sinthesis (synthesis)
18
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
terkontrol
f. Evaluasi (evaluation)
telah ada.
objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan
2. Indikator Pengetahuan
gejala dan tanda penyakit, cara pengobatan dan kemana mencari pengobatan,
2.3.2 Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
sesuatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang ditutup. dengan kata lain
sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek. Menurut Green (2004) dalam Notoatmodjo (2007), bahwa
sikap itu merupakan sikap atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (Responding)
20
diberika adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk
pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang tersebut menerima ide
tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
segala resiko.
Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan
pengetahuan kesehatan.
Menurut Erfand (2009) ada 4 hal penting yang menjadi determinan (faktor
a. Faktor fisiologis
seseorang. Berkaitan dengan ini adalah faktor umur dan kesehatan. Pada
daripada sikap orang yang lebih tua, sedangkan orang dewasa sikapnya
sikap seseorang. Orang yang sering sakit lebih bersikap tergantung daripada
karena kerangka acuan ini akan berperan terhadap objek sikap. Bila
kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap, maka orang mempunyai
orang lain dapat menyebabkan perubahan sikap yang ada pada diri orang
yang bersangkutan.
diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana
karena tindakan merupakan hasil dari perubahan berbagai faktor, baik internal
terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari aspek
tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi tindakan manusia
(Notoatmodjo, 2007).
yaitu:
dengan benar dan otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
2.3.4 Pendidikan
tinggi realita dan koping yang digunakan untuk mengatasi masalah (Oakley, 2008).
bidang. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti. Dibidang
yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok atau
3. Pendidikan tinggi :
2.3.5 Sarana
Sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang
berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam
24
keluarga atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang dipergunakan
untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus/WC dan
memenuhi syarat jamban sehat atau baik. Manfaat jamban keluarga adalah untuk
air terdekat. Pertimbangan jarak yang harus diambil antara tempat pembuangan
kotoran dan sumber air, kita harus memperhatikan bagaimana keadaan tanah,
kemiringannya, permukaan air tanah, pengaruh banjir pada musim hujan, dan
a. Jamban cemplung
Bentuk kakus ini adalah yang paling sederhana yang dapat dianjurkan
kakus macam ini, maka kotorannya langsung masuk jatuh kedalam tempat
b. Jamban plengsengan
miring. Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke tempat
25
tempat jongkok dari kakus ini tidak dibuat persis di atas tempat
c. Jamban bor
yang disebut “Bor Auger” dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang
tentu lubang yang dibuat harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan
lubang yang digali seperti pada jamban cemplung dan kakus plengsengan,
suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini
penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu
adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk
di air
Jamban Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan
secara anaerobic. Kita pergunakan nama septic tank karena dalam pembuangan
sifatnya anaerobic. Septic tank bisa terjadi dari dua ba atau lebih serta dapat
pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya
4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan
binatang
7. Sederhana desaianya
8. Murah
27
antara lain :
dari panas dan hujan, sehingga binatang – binatang lain terlindung dari
(Notoatmodjo, 2003 ).
Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Aceh Barat tahun 2014 yaitu di pengaruhi
oleh pengetahuan, sikap, tindakan dan sarana yang dikemukakan oleh Green (2004)
dalam Notoadmodjo (2007) bertitik tolak pada kerangka diatas, penulis mencoba
Pengetahuan
Sikap
Tindakan Buang Air Besar
sarana Sembarangan
BAB III
METODE PENELITIAN
yang mempengaruhi buang air besar sembarangan (BABs) pada masyarakat di Desa
(Notoadmodjo, 2005).
Kabupaten Nagan Raya masih banyak yang buang air besar sembarangan (BABs)
kesehatan).
3.3.1 Populasi
tinggal di Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya yang
berjumlah 357 responden. Dari jumlah tersebut terdapat tiga dusun yaitu :
3.4.2 Sampel
mengunakan teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak
dan kelompok atau profesional sesuai dengan tujuan penelitian, sedangkan untuk
n= N
1+ N (d2)
Keteragan :
N: Besar populasi
n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1).
n= N
2
1+ N (d )
n= 359
1+ 359 (0,01)
n= 359
1+ 3,59
n = 359
4,59
penelitian ini adalah 78 responden. Untuk menentukan atau pemilihan sampel pada
1. Dusun Peutuasyam
3. Dusun Agoi
Data yang dipeoleh secara tidak langsung dari Dinas Kesehatan, Puskesmas,
permasalahan penelitian.
32
suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur. Definisi operasional ini
memberikan informasi yang diperlukan untuk mengukur variabel yang akan diteliti.
Dengan kata lain, definisi operasonal adalah definisi yang dibuat oleh peneliti itu
Variabel Independen
Variabel Dependen
1. Pengetahuan
Baik
: Jika responden menjawab benar dengan skor ≥ 3dari pertanyaan
yang di ajukan.
Kurang Baik : Jika responden menjawab benar dengan skor < 3 dari
2. Sikap
Kurang Baik : Jika responden menjawab benar dengan skor < 4 dari
3. Tindakan
Tidak Mendukung : Jika responden menjawab benar dengan skor < 4 dari
4. Sarana Jamban
Tidak Mengetahui : Jika responden menjawab benar dengan skor < 3 dari
diajukan.
Tidak : Jika responden menjawab benar dengan skor < 1 dari pertanyaan yang
di ajukan.
Dalam penelitian ini data yang telah dikumpulkan akan diolah melalui
diberikan.
telah dibuat untuk tiap-tiap variabel dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel
distribusi frekuensi.
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau
per variabel. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa besar proporsi variabel
35
yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis univariat dilakukan untuk
indenpeden dan variabel dependen digunakan analisis statistik dengan uji chi
square (X2) dengan memakai nilai α = 0,05. Adapun persyaratan yang dipakai
a. Ha diterima jika nilai P.Value < α 0,05 artinya ada hubungan antara
b. Ho ditolak jika nilai P.Value > α 0,05 artinya tidak ada hubungan antara
independen dan sebuah variabel dependent. Karena data berbentuk katagorik maka
digunakan analisis statistk Uji Chi-square dengan memakai nilai α (alpha) 0,05. Jika
tidak ada sel memiliki harapan kurang dari 5, maka digunakan Continuity
1. Bila tabel 2x2 dijumpai nilai ecpected (harapan) kurang dari 5, maka yang
2. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai ecpected (harapan) lebih besar dari 5,
3. Bila tabel lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dan seterusnya, maka
Untuk menentukan dari nilai Odds Rasio (OR) maka di pakai keteragan yaitu :
BAB IV
pantai-barat selatan ini merupakan hasil pemekaran wilayah dari kabupaten Aceh
Barat dan terbentuk secara definitive berdasarkan UU Nomor 4 tahun 2002 dan
telah di tetapkan pula Suka Makmue sebagai Ibukota Kabupaten Nagan Raya.
Secara geografis, kedudukan Kabupaten Nagan Raya berada pada titik koordinat
antara 030.40’-04038’ Lintang Utara (LU) dan 960.11-96048’ Bujur Timur (BT).
Dengan posisi ini, Kabupaten Nagan Raya berbatasan langsung dengan 4 kabupaten
lainnya, yaitu Aceh Barat, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Barat Daya. Luas
wilayah Kabupaten Nagan Raya mencapai 3.363,72 kilometer persegi (km 2) atau
setara 5,86 persen dari luas wilayah Provinsi Aceh (57.365,57 km2).
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya dengan luas wilayah dengan perincian
Dari hasil uji Chi-Square didapat nilai P.Value 0,022 < 0,05 hingga dapat
tahun 2014.
Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai odds ratio (OR) yaitu 4,235
melakukan buang air besar sembarangan 4,235 kali lebih besar di bandingkan
Tabel 4.8 Hubungan antara Faktor Sikap yang Mempengaruhi Buang Air
Besar Sembarangan (BABs) pada Masyarakat di Desa Panton
Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Buang Air Besar Sembarangan
Sikap Ya Tidak Total P OR
Value
n % n % n %
Kurang 47 87,04 7 12,96 54 100
Baik 12 50,00 12 50,00 24 100 (0,030) (6,714)
Total 59 75,64 19 24,36 78 100
Sumber : Data primer (diolah, 2014)
bersikap kurang dengan kategori buang air besar sembarangan sebanyak 47 orang
(87,04%) sedangkan dari 24 responden yang bersikap baik dengan kategori tidak
Dari hasil uji Chi-Square didapat nilai P.Value 0,030 < 0,05 hingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan sikap dengan buang air besar sembarangan di
Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya tahun 2014.
Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai odds ratio (OR) yaitu 6,714
artinya bahwa seseorang bersikap kurang mempunyai resiko akan melakukan buang
air besar sembarangan 6,714 kali lebih besar di bandingkan dengan seseorang
bersikap baik.
Tabel 4.9 Hubungan antara Faktor Tindakan yang Mempengaruhi Buang Air
Besar Sembarangan (BABs) pada Masyarakat di Desa Panton
Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014.
Buang Air Besar Sembarang
Tindakan Ya Tidak Total P OR
Value
n % n % n %
Tidak Mendukung 48 92,31 4 7,69 52 100
Mendukung 11 42,31 15 57,69 26 100 (0,025) (16,36)
Total 59 75,64 19 24,36 78 100
Sumber : Data primer (diolah, 2014)
43
mendukung dengan kategori tidak buang air besar sembarangan sebanyak 15 orang
(57,69%).
Dari hasil uji Chi-Square didapat nilai P.Value 0,025 < 0,05 hingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan tindakan dengan buang air besar sembarangan di
Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya tahun 2014.
Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai odds ratio (OR) yaitu 16,36
melakukan buang air besar sembarangan 16,36 kali lebih besar di bandingkan
mengetahui ada sarana jamban di Desa Panton Bayam dengan kategori buang air
yang mengetahui tidak ada sarana jamban di Desa Panton Bayam dengan kategori
Dari hasil uji Chi-Square didapat nilai P.Value 0,078 >0,05 hingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan sarana jamban dengan buang air besar
tahun 2014.
Keeratan tidak ada hubungan dapat dilihat dari nilai odds ratio (OR) yaitu
0,750 artinya bahwa seseorang yang mengetahui adanya sarana jamban akan
jamban.
4.2 Pembahasan
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya tahun 2014. Dimana dari hasil diatas
kategori buang air besar sembarangan sebanyak 42 orang (85,71%) sedangkan dari
29 responden yang berpengetahuan baik dengan kategori tidak buang air besar
sembarangan sebanyak 12 orang (41,38%). Dengan nilai P.Value 0,022< 0,05. Dari
hasil tersebut juga terdapat odds ratio (OR) yaitu 4,235 artinya bahwa seseorang
berpengetahuan baik.
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
melakukan tidakan dalam buang air besar, jika seseorang memilki pengetahuan
kurang, maka seseorang akan lebih melakukan tindakan yang buruk seperti
yang disengaja. Hal ini merujuk pada proses internal dari produk pikiran manusia
dengan buang air besar sembarangan di Desa Panton Bayam Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya tahun 2014. Dimana dari hasi diatas menunjukkan bahwa
dari 54 responden yang bersikap kurang dengan kategori buang air besar
responden yang bersikap baik dengan kategori tidak buang air besar sembarangan
sebanyak 12 orang (50,0%). Dengan nilai P.Value 0,030< 0,05. Dari hasil tersebut
juga terdapat nilai odds ratio (OR) yaitu 6,714 artinya bahwa seseorang bersikap
kurang mempunyai resiko akan melakukan buang air besar sembarangan 6,714 kali
Hal ini sama dalam penelitian Anwar (2003) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara sikap dengan buang air besar dengan WC terbang di
mencerminkan negatif, maka akan menentukan untuk melakukan buang air besar
sikap melalui adanya proses belajar mengajar dengan cara mengamati orang lain,
mengamati perilaku diri sendiri. Sikap yang terbentuk dengan mengamati orang lain
dapat bersifat positif dan dapat bersikap negatif. Pada sikap positif kecenderungan
tindakan dengan buang air besar sembarangan di Desa Panton Bayam Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya tahun 2014. Dimana dari hasi diatas menunjukkan
responden yang bertindakan mendukung dengan kategori tidak buang air besar
sembarangan sebanyak 15 orang (57,69%). Dengan nilai P.Value 0,025 < 0,05. Dari
hasil tersebut juga terdapat nilai odds ratio (OR) yaitu 16,36 artinya bahwa
air besar sembarangan 16,36 kali lebih besar di bandingkan dengan seseorang
bertindakan mendukung.
Hal ini sama dalam penelitian Anwar (2003) yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara tindakan dengan buang air besar dengan WC terbang di
yang ingin dilakukan seseorang, jika tindakan yang dilakukan dengan baik, maka
akan mendapat hal yang baik, sama halnya jika seseorang melakukan buang air
besar sembarangan maka akan mendapat hasil tidak baik yang berakibat pada
suatu kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun
tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana tindakan terdiri dari Persepsi
Adaptasi (adaptation).
48
keinginan seseorang dalam melakukan hal-hal yang baik maupun tidak baik,
tindakan ini merupakan perilaku yang tersembunyi di dalam diri seseorang, apabia
tindakan yang dilakukan dengan baik, maka akan mendapat hasil yang baik.
sarana dengan buang air besar sembarangan di desa Panton Bayam Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya tahun 2014. Dimana dari hasil diatas
menunjukkan bahwa dari 68 responden yang mengetahui ada sarana jamban di Desa
Panton Bayam dengan kategori buang air besar sembarangan sebanyak 51 orang
(75,0%) sedangkan dari 10 responden yang mengetahui tidak ada sarana jamban di
Desa Panton Bayam dengan kategori tidak buang air besar sembarangan sebanyak
2 orang (20,0%). Dengan nilai P.Value 0,078 > 0,05. Dari hasil tersebut bisa dilihat
keeratan tidak ada hubungan yaitu terdapat nilai odds ratio (OR) yaitu 0,750 artinya
0,750 kali lebih besar di bandingkan dengan seseorang mengetahui tidak adanya
sarana jamban.
maka akan meperkecil masyarakat untuk tidak melakukan buang air besar
sembarangan (BABs).
49
Hal ini sama dengan penelitian Denni ( 2005) mendapat hasil tidak tedapat
hubungan sarana dengan perilaku buang air besar di sungai Perembatas Jakarta
perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam
pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan
Menurut Depkes RI (2012) bahwa setiap tempat umum harus memiliki sarana
pebuangan tinja, demi terlingdungi kesehatan dan ketertiban masyarakat dalam buang
air besar dan masyarakat akan merasa nyaman. Sarana merupakan tombak dari
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di teliti, dimana dari keempat variabel
yang di angkat dalam penelitian ini mengenai buang air besar sembarangan (BABs) di
desa Panton Bayam terdapat tiga variabel yang mempengaruhi (BABs) di antaranya
pengetahuan, sikap dan tindakan berpengaruh terhadap buang air besar sembarangan
(BABs), sedangkan satu variabel yaitu sarana, tidak mempengaruhi buang air besar
(BABs). Sama halnya dari penelitian yang dilakukan Green (2004) dalam
sarana yang tidak ada hubungan yaitu sama halnya dengan penelitian Denni ( 2005)
5.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
2. Ada hubungan sikap dengan buang air besar sembarangan di Desa Panton
0,030< α=0,05).
4. Tidak ada hubungan sarana dengan buang air besar sembarangan di Desa
5.2 Saran-saran
pengetahuan tentang cara buang air besar, sikap dan tindakan untuk tidak
50
buang air besar sembarangan untuk meningkatkan kebersihan lingkungan demi
dalam buang air besar, sikap yang baik dalam buang air besar dan tidak
kepada masyarakat tentang pengetahuan tentang buang air besar yang baik
dalam standar kesehatan, bersikap baik dalam buang air besar dan memberikan
tata cara dalam melakukan buang air besar dengan benar, agar masyarakat benar-
lain selain faktor yang sudah di teliti oleh peneliti, mengenai buang air besar
sembarangan.
5. Disarankan kepada perangkat perangkat desa untuk lebih merawat jamban yang
ada di desa dan dapat mempergunakannya dengan baik, agar masyarakat lebih
banyak menggunakan dalam buang air besar, supaya tidak terjadi buang air besar
sembarangan.
50