Dosen Pembimbing:
Ns. Resti Utami, S.Kep.,M.Kep
Disusun Oleh:
NOVIA PERMATASARI (1801021001)
INDRIANI (1801021002)
MAHFUD SYAIFUDIN (1801021003)
NIA PERMATASARI (1801021004)
NURLAILI JIHAN FITRIAH (1801021005)
DEA SAFIRA (1801021006)
MUHLISATI MEILINDA (1801021007)
MAULIDATUL HASANAH (1801021008)
VIVI NOVITA SARI (1801021009)
HAIRUL HASAN (1801021010)
CLARISSA WERDININGTYAS (1801021011)
D3 KEPERAWATAN
2018/2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kepada Allah SWT atas segala
berkat dan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Diet
yang berjudul “Nutrisi Pada Bayi Dan Anak”.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
2.4.6. Perkembangan pada Balita..........................................................
2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi pada Bayi, Balita, Anak.......
2.6.1. Infeksi.........................................................................................
3.1. Kesimpulan...........................................................................................
3.2. Saran......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
bertahap menurun pada masa dini, namun adipose tisuwe akan meningkan
setelah usia 6 tahun, sebagai persiapan menjelang masa pubertas (Lucas, B.,
1992). Jika anak mengalami penurunan berat badan karena kurang gizi, maka
anak dapat catch up growth dan tidak mengalami “kurang energi protein
berat”, kecuali anak usia 2-5 tahun yang mengalami kekurangan gizi kronis.
Peningkatan tinggi dan berat badan anak sehat usia 2 tahun sampai masa
pubertas adalah 6 sampai 8 cm/tahun dan 2 sampai 3 kg/tahun (Lucas, B.,
1992).
Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 5-12. Pada golongan umur ini,
gigi geligi susu tanggal secara berangsur diganti dengan gigi permanen. Anak
sudah lebih aktif memiliki makanan yang disukai, kebutuhan energi lebih
besar karena mereka lebih banyak melakukan aktivitas fisik, misalnya olah
raga,bermain, atau membantu orang tua. Kebutuhan gizi pada kelompok ini
terutama untuk pertumbuhan dan aktivitas yang besar, kebutuhan energi
golongan umur 10 sampai 12 tahun relatif lebih besar daripada golongan 7
sampai 9 tahun, karena pertumbuhan lebih cepat, terutama penambahan tinggi
badan. Mulai umur 10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan
anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik
sehingga menggunakan energi lebih banyak. Sedangkan anak perempuan
biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat bezi lebih
banyak. Golongan anak ini disebut juga golongan anak sekolah yang biasanya
mempunyai banyak perhatian dan aktifitas di luar rumah sehingga sering
melupakan waktu makan.
2
1.2.5. Kebutuhan Asupan Gizi Untuk Bayi, Balita, dan Anak?
1.2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi pada Bayi, Balita dan Anak?
1.2.7. Cara Menilai Status Gizi Pada Bayi, Balita dan Anak?
1.3.5. Mengetahui kebutuhan Asupan Gizi Untuk Bayi, Balita, dan Anak?
1.3.6. Mengetahui faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi pada Bayi, Balita
dan Anak?
1.3.7. Mengetahui cara Menilai Status Gizi Pada Bayi, Balita dan Anak?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1. Pengertian Nutrisi
Status nutrisi merupakan suatu refleksi kecukupan zat nutrisi, hal ini
merupakan salah satu parameter penting dalam menilai tumbuh kembang bayi
dan anak. Keadaan kesehatan pada bayi dan anak pada umumnya (Supriasa,
dkk, 2002). Bahwa selain potensi genetik yang dimilikinya, pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak juga dipengaruhi oleh intake nutrisi yang
dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan nutrisi anak
dimanefestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola
standar (khomsan, 2003).
2.2. Penilaian Klinis, Biokimiawi, Biofisik Pada Bayi dan Anak
2.2.1. Pengertian Penilaian Klinis
Metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat
dengan melihat jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa
oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar teroid. Penilaian klinis digunakan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu tanda
dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa dkk, 2002).
Tabel 1.2
Tanda-tanda klinis masalah kurang gizi
5
3. Otot-otot mengecil
4. Cengeng, rewel, dan kadang
apatis
5. Sering disertai infeksi, anemia,
dan diare
6. Rambut berwarna kusam dan
mudah dicabut
7. Bercak merah pada kulit yang
meluas dan berubah menjadi
hitam terkelupas
8. Mata sayu
2. Anemia 1. Lelah, lesu, letih, lemah, dan
lalai
2. Bibir tampak pucat
3. Nafas pendek
4. Lidah licin
5. Denyut jantung meningkat
6. Susah buang air besar
7. Nafsu makan berkurang
8. Kadang-kadang pusing
9. Mudah mengantuk
3. Kekurangan yodium 1. Pembesaran kelenjar gondok
2. Cebol/kretin
3. Perkembanganmental terhambat
4. Gangguan pendengaran
5. Perkembangan saraf terhambat
6. Gangguan neuromotor seperti
gangguan bicara, cara jalan, dan
sebagainya
4. Kekurangan vitamin A 1. Buta senja
2. Konjungtiva mengering
3. Bercak bitot
4. Kornea mengering
6
yang diuji secara laboratoris. Pemerikasaan biokimian bertujuan
mengetahui kurang gizi secara spesifik.
Tabel 1.3
Penilaian biokimia untuk menentukan status gizi
7
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan
perubahan struktur. Pemeriksaan biofisik betujuan mengetahui situasi
tertentu, misalnya pada orang yang buta senja. Kelemahan dari pemeriksaan
biofisik adalah sangat mahal, memerlukan tenaga profesional dan hanya dapat
diterapkan pada keadaan tertentu saja. Menurut Supriasa (2002), penilaian
secara biofisik dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: 1) pemeriksaan
radiologi (untuk mengetahui penyakit riketsia, osteomalasia, sariawan, beri-
beri dan fluorosis). 2) tes fungsi fisik (contohnya untuk mengukur kelainan
buta senja akibat kurang vitamin A) dan 3) tes sitologi (untuk menilai
keadaan KEP berat).
8
5. Sangat gemuk (obesitas) yaitu < 3 SD.
Tabel 1.4
9
2.4. Menjelaskan Karakteristik, Pertumbuhan, Perkembangan pada bayi,
Balita dan Anak
10
mewujudkan potensi-potensinya secara optimal. Pada bayi, rasa gembira
berkaitan erat dengan kesehatan tubuh yang dapat diekspresikan dalam bentuk
tersenyum, tertawa, atau tertawa terbahak-bahak.
c. Perkembangan sosial
Pada usia 2 sampai 3 bulan, bayi dapat membedakan antara benda hidup
dan benda mati, oleh karenanya bayi merasa senang bila berada diantara
manusia. Pada usia ini bayi belum dapat membedakan antara satu manusia
dengan manusia yang lain. Memasuki usia 4 sampai 5 bulan, biasanya bayi
ingin digendong oleh siapa saja yang mendekatinya, dan mulai bereaksi
terhadap mimik muka dan suara ramah ataupun marah.
2.4.4. Karakteristik pada Balita
Pola pertumbuhan dari tinggi badan anak usia 2-5 tahun terlihat
dalam gambar laju tinggi badan anak sejak lahir sampai usia remaja (Tanner
and Whitehouse, 1990). Proporsi tubuh anak tambak berubah secara signifikan
baik dari ukuran kepala, lingkar dada, dan kaki sehingga sosok tubuh anak
semakin tinggi. Perubahan ukuran tubuh sudah dimulai sejak tahun pertama
pengamatan komposisi tubuh pada masa ini masih konstan. Lemak secara
bertahap menurun pada masa dini, namun adipose tisuwe akan meningkan
setelah usia 6 tahun, sebagai persiapan menjelang masa pubertas (Lucas, B.,
1992). Jika anak mengalami penurunan berat badan karena kurang gizi, maka
anak dapat catch up growth dan tidak mengalami “kurang energi protein
berat”, kecuali anak usia 2-5 tahun yang mengalami kekurangan gizi kronis.
Peningkatan tinggi dan berat badan anak sehat usia 2 tahun sampai masa
pubertas adalah 6 sampai 8 cm/tahun dan 2 sampai 3 kg/tahun (Lucas, B.,
1992).
2.4.5. Pertumbuhan pada Balita
Setelah usia anak mencapai 2 tahun, pertumbuhan masih berlanjut selama
masa kanak-kanak (2-5 tahun) dan sampai remaja. Namun pertumbuhan 0-2
tahun tidak secepat usia sebelumnya (0-2tahun). Proporsi tubuh anak tambak
berubah secara signifikan baik dari ukuran kepala, lingkar dada, dan kaki
sehingga sosok tubuh anak semakin tinggi. Perubahan ukuran tubuh sudah
11
dimulai sejak tahun pertama pengamatan komposisi tubuh pada masa ini
masih konstan. Banyak faktor yang berperan dalam pertumbuhan, seperti
asupan gizi,etnik,ras,pola asuh,infeksi dan lain-lain. Asupan gizi anak dalam
masa pertumbuhan akan menjadi berkurang dibandingkan sebelumnya, karena
anak usia 2-5 tahun sudah mulai bermain sehingga lebih aktif.
2.4.6. Perkembangan pada Balita
Perkembangan usia 2-5 tahun merupakan perkembangan usia pra sekolah.
Perkembangan aspek psikososial pada masa ini cukup pesat, ditandai dengan
aktivitas anak untuk belajar berbicara, lari, dan mulai bersosialisasi. Apabila
usia 1 tahun anak mulai menggunakan tangan untuk makan, pada usia 2
tahunan anak sudah dapat memegang gelas, sendok, dan dapat berbicara,
namun masih menyukai memegang makanan dengan tangan. Pada usia ini
pola perkembangan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, fisik, dan psikis
yang menimbulkan perbedaan tampilan dari setiap anak.
2.4.7. Karakteristik pada Anak
Pada anak dengan golongan usia 6-12 tahun, gigi susu sudah tanggal dan
berganti dengan gigi permanen. Anak sudah mulai aktif memilih makanan
yang disukai. Bagi anak dalam masa sekolah, makanan merupakan sumber
untuk membuat anak cerdas. Kebutuhan gizi pada kelompok ini terutama
untuk pertumbuhan dan aktivitas yang besar, kebutuhan energi golongan umur
10 sampai 12 tahun relatif lebih besar daripada golongan 7 sampai 9 tahun,
karena pertumbuhan lebih cepat, terutama penambahan tinggi badan.
2.4.8. Pertumbuhan pada Anak
Seperti yang kalian ketahui bahwa tumbuh adalah kegiatan dengan
bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh (fisik) yang di sebabkan karena
peningkatan ukuran masing-masing sel dalam kesatuan sel atau kedua-
duanya, seperti pertambahan panjang/tinggi badan, berat badan dan
sebagainya. Proporsi tubuh anak tampak tubuh secara signifikasi baik dari
ukuran kepala, lingkar dada, dan kaki sehingga sosok tubuh anak semakin
tinggi. Perubahan ukuran tubuh sudah dimulai sejak tahun pertama.
Pengamatan komposisi tubuh pada masa ini masih konstan. Periode masa pra-
12
sekolah merupakan periode pertumbuhan cepat. Banyak faktor yang berperan
dalam pertumbuhan, seperti asupan gizi, etnik, ras, pola asuh, infeksi dan
lain-lain.
2.4.9. Perkembangan pada anak
Berkembang adalah suatu proses pematangan majemuk yang
berhubungan dengan aspek fungsi, termasuk perubahan sosial dan emosi (non
fisik) seperti kecerdasan, tingkah laku dan lain-lain. Tumbuh kembang anak
merupakan hasil interaksi anatara faktor genetik dan faktor lingkungan, baik
lingkungan sebelum anak di lahirkan maupun setelah di lahir. Gizi merupakan
salah satu faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang fisik, sistem saraf dan otak serta tigkat kecercadasan yang
bersangkutan.
2.5. Asupan Gizi pada Bayi, Balita,Anak
13
l. Bioflavonoids
2.5.2. Angka kecukupan energi balita berasal dari rata-rata kebutuhan
energi balita sehat yang tumbuh secara memuaskan. Sedangkan angka
kecukupan zat-zat gizi berdasarkan atas beberapa hasil penelitian,
terutama yang dikembangkan dari kebutuhan bayi dan orang dewasa.
Perbedaan kecukupan zat gizi antara kelompok balita cukup besar,
sehingga Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk balita
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu anak usia 1-3 tahun dengan rata-
rata berat badan 12,0 kg dan tinggi badan 90 cm; anak usia 4-6 tahun
dengan rata-rata berat badan 17,0 kg dan tinggi badan 110 cm.
a. Energi
b. Protein
c. Mineral
d. Kalsium
e. Besi
f. Seng
g. Yodium
h. Vitamin
i. Suplemen Zat Gizi
2.5.3. Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 5-12 tahun. Pada
golongan umur ini, gigi religi susu tanggal secara berangsur diganti
dengan gigi permanen. Anak sudah lebih aktif memilih makanan
yang di sukai. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif
besar daripada golongan 7-9 tahun, karena pertumbuhan lebih cepat,
terutama penambahan tinggi badan. Mulai umur 10-12 tahun,
kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak
laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas fisik sehingga
membutuhkan energi lebih banyak. Sedangkan anak perempuan
biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat besi
yang lebih banyak.
2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi pada Bayi, Balita dan Anak
2.6.1. Infeksi
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak berhubungan
dengan terjadinya kekurangan gizi di negara berkembang. Infeksi yang
terjadi pada anak adalah penyakit saluran pernafasan atas, bawah, diare
dan kulit. Menurut SKRT (1995) , penyakit pernafasan prevalensi
14
32,1% kedua tertinggi penyebab tertingginya morbiditas di indonesia,
sedangkan diare umumnya 9,6%. Adanya penyakit infeksi tersebut
merupakan faktor penyebab tingginya angka kematian bayi dan balita di
indonesia. Anak-anak yang sering menderita penyakit infeksi
menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan tidak dapat mencapai
pertumbuhan yang optimal.
2.6.2. Pola Pengasuhan
Pengasuhan didefinisikan sebagai cara memberi makan, merawat
anak, membimbing, dan mengajari anak yang dilakukan oleh individu
dan keluarga (UNICEF, 1998) bila di simak maka dalam definisi
tersebut sudah termasuk stimulasi mental. Menurut Gunarsa (1997)
pengasuhan diarahkan unutk mengubah tingkah laku sesuai dengan
kemauan si pengasuh. Tentunya dalam pengasuhan ini dibutuhkan
pengetahuan dan kemampuan yang dapat diperoleh dari pendidikan
formal atau non-formal, atau secara tradisi diwariskan dari satu ke
generasi ke generasi berikutnya.
Usia balita merupakan masa yang sangat menentukan hari depan
anak. Kekurangan gizi pada saat ini akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, sehingga perlu
perhatian khusus (Berg, 1998). Menurut Syarif (1997) menyatakan
bahwa unsur gizi merupakan faktor yang penting dalam pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mencapai status gizi
yang baik diperlukan upaya perbaikan konsumsi pangan, baik
kuantitas maupun kualitasnya.
Peran ibu selaku pengasuh dan pendidik didalam keluarga dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak secara positif maupun negatif,
karena dalam berinteraksi dengan anak sehari-hari, seorang ibu dapat
memainkan sebagai peran secara langsung akan berpengaruh dalam
anak (Tjokowinoto dkk, 1993). Dalam proses tumbuh kembang anak,
perlu dipenuhi kebutuhan dasar anak terdiri dari: makanan, perawatan
kesehatan, perlindungan, perumahan, dan kasih sayang.
2.7.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
15
- Nama : An. D
- Umur : 8 tahun
- Agama : Islam
- Pendidikan : SD
- Nama : Ny. N
- Umur : 50 tahun
- Alamat : -
2.7.2 - Definisi
- Etiologi
16
1. Pola makan
2. Faktor Sosial
3. Faktor ekonomi
- Patofisiologi
17
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan
yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh
jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mecolok adalah gangguan
metabolik dan gangguan sel yang disebabkan edema dan perlemakan
hati.
- Manifestasi klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi
protein berat kwashiorkor, antara lain :
Wujud umum
Reterdasi pertumbuhan
Perubahan mental
Edema
Kelainan rambut
18
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya
(texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita
kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa
sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,
halus, kering, jrang dan berubah warna menjadi putih, sering bulu
mata menjadi panjang.
Kelainan Kulit
Kelainan Hati
19
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi
hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar.
Sering juga ditemukan tanda fibrosis,nekrosis, da infiltrasi sel
mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor
lipotropik.
Kelainan Jantung
Kelainan Gastrointestinal
20
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia
kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian
makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde
lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita.Hal ini terjadi
karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi
usus,intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak.
- Komplikasi
- Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
klien dan lain-lain.
Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan
atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin
didapatkan adalah:
Penurunan ukuran antropometri
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut.
Tanda-tanda gangguan sistem pernafasan (batuk, sesak, ronchi)
Perut tampak buncit, hati terasa membesar
21
Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik.
- Pemeriksaan Penunjang
- Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak
dengan kwashiorkor adalah:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.
Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan akibat diare.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan protein
yang tidak adekuat.
- Rencana Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare (Carpenito, 2002).
Tujuan : klien akan menunjukkan peningkatan status gizi
22
Kriteria hasil : keluarga klien dapat menjelaskan penyebab
gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang. Dengan
bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemostrasikan
pemberian diet (per sonde/ per oral) sesuai program dietetik.
2) Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral
dan peningkatan kehilangan akibat diare.
Tujuan : klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.
Kriteria hasil : asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah
defisit yang terjadi. Tidak ada tanda/gejala dehidrasi. (tanda-tanda
vital dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1x/24 jam dengan
konsistensi padat/semi padat).
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat.
Tujuan : klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan
sesuai standar usia.
Kriteria hasil : pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai
standar usia. Perkembangan motorik, bahasa/kognitif dan
personal/sosial sesuai standar usia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
23
Nutrisi adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan
berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan nutrien yang berbeda-beda
dan anak mempunyai karakteristik yang khas dalam memkonsumsi makanan
atau zat gizi tersebut. Oleh karena itu, untuk menentukan makanan yang tepat
pada anak, tentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien, kemudian tentukan
jenis bahan makanan yang dapat dipilih untuk diolah sesuai dengan menu
yang diinginkan, tentukan juga jadwal pemberian makanan dan perhatikan
porsi yang dihabiskankannya (Yupi Supartini, 2004).
Status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu.
Status gizi seseorang dapat diketahui dengan beberapacara yaitu secara
langsung (antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik) dan secara tidak
langsung (survey konsumsi makanan, statistic dan faktor ekologi)
3.2. Saran
Mengingat banyaknya masalah yang sering timbul akibat kurangnya
kebutuhan nutrisi yang diberikan, terutama pada anak-anak. Dengan
memberikan nutrisi yang tepat kepada anak sesuai dengan usianya, serta terus
memperhatikan dampak yang akan timbul oleh karena nutrisi yang diberikan
itu.
DAFTAR PUSTAKA
Supriasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran
24
Hurlock, E. 1993. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Erlangga
Jahari, A dan Sumarno, I. 2002. Status Gizi Penduduk Indonesia. Majalah Pangan,
no. 38/XI/Jan/2002
Satoto. 1990. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Semarang: Universitas
Diponegoro
Sjahmien, M. 1987. Ilmu Gizi Jilid I. Jakarta: Bhantara Karya Aksara.
Djaeni, A. 1993. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jakarta:
Dian Rakyat
Muhtadi, D, dkk. 1993. Metabolisme Zat Gizi Jilid I. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
25