Anda di halaman 1dari 29

NUTRISI PADA BAYI DAN ANAK

Dosen Pembimbing:
Ns. Resti Utami, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh:
NOVIA PERMATASARI (1801021001)
INDRIANI (1801021002)
MAHFUD SYAIFUDIN (1801021003)
NIA PERMATASARI (1801021004)
NURLAILI JIHAN FITRIAH (1801021005)
DEA SAFIRA (1801021006)
MUHLISATI MEILINDA (1801021007)
MAULIDATUL HASANAH (1801021008)
VIVI NOVITA SARI (1801021009)
HAIRUL HASAN (1801021010)
CLARISSA WERDININGTYAS (1801021011)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kepada Allah SWT atas segala
berkat dan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Gizi dan Diet
yang berjudul “Nutrisi Pada Bayi Dan Anak”.

Terima kasih berkat dorongan, bimbingan orang tua, dan teman-teman


kami semua dalam menyusun tugas ini sehingga makalah yang kami buat tidak
ada sedikit hambatan dalam penyusunannya lancar.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan pengetahuan


yang luas pada para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharap kritik dan
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih.

Jember, 21 maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................

1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Nutrisi.................................................................................

2.2. Penilaian Klinis, Biokimiawi, Biofisik pada Bayi dan Anak................

2.2.1. Penilaian Klinis...........................................................................

2.2.2. Penilaian Biokimiawi..................................................................

2.2.3. Penilaian Biofisik........................................................................

2.3. Penelitian Status Gizi Berdasarkan Imut .............................................

2.4. Menjelaskan Karakteristik Pertumbuhan, Perkembangan, pada Bayi,


Balita, dan Anak....................................................................................

2.4.1. Karakteristik pada Bayi...............................................................

2.4.2. Pertumbuhan pada Bayi..............................................................

2.4.3. Perkembangan pada Bayi............................................................

2.4.4. Karakteristik pada Balita.............................................................

2.4.5. Pertumbuhan pada Balita............................................................

iii
2.4.6. Perkembangan pada Balita..........................................................

2.4.7. Karakteristik pada Anak.............................................................

2.4.8. Pertumbuhan pada Anak.............................................................

2.4.9. Perkembangan pada Anak...........................................................

2.5. Asupan pada Bayi, Balita, Anak...........................................................

2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi pada Bayi, Balita, Anak.......

2.6.1. Infeksi.........................................................................................

2.6.2. Pola Pengasuhan.........................................................................

2.7. Asuhan keperawatan pada Anak dengan Gangguan Kwashiorkor.......

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan...........................................................................................

3.2. Saran......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status nutrisi merupakan suatu refleksi kecukupan zat nutrisi, hal ini
merupakan salah satu parameter penting dalam menilai tumbuh kembang bayi
dan anak. Keadaan kesehatan pada bayi dan anak pada umumnya (Supriasa,
dkk, 2002). Bahwa selain potensi genetik yang dimilikinya, pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak juga dipengaruhi oleh intake nutrisi yang
dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan nutrisi anak
dimanefestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola
standar (khomsan, 2003).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting kerana merupakan
salah satu faktor resiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian(universitas
Sumatera, 2010). Sedangkan menurut Maryunani (2010), status gizi
merupakan keadaan yang ditunjukkan sebagai konsekuensi dari keseimbangan
antara zat gizi yang masuk ke tubuh yang diperlukan.
Berat bayi lahir menentukan kemampuannya untuk tumbuh normal dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain kondisi kesehatan dan status
gizi ibu, tinggi badan ibu juga mempengaruhi berat bayi lahir. Istilah berat
lahir rendah adalah bila bayi lahir dengan berat badan di bawah 2,5 kg. Berat
lahir rendah pada bayi dapat disebabkan karena lahir yang terlalu cepat
(prematur) atau pertumbuhan janin yang terlambat, misalnya karena
kekurangan gizi pada ibu yang mengandungnya.
Pola pertumbuhan dari tinggi badan anak usia 2-5 tahun terlihat dalam
gambar laju tinggi badan anak sejak lahir sampai usia remaja (Tanner and
Whitehouse, 1990). Proporsi tubuh anak tambak berubah secara signifikan
baik dari ukuran kepala, lingkar dada, dan kaki sehingga sosok tubuh anak
semakin tinggi. Perubahan ukuran tubuh sudai dimulai sejak tahun pertama
pengamatan komposisi tubuh pada masa ini masih konstan. Lemak secara

1
bertahap menurun pada masa dini, namun adipose tisuwe akan meningkan
setelah usia 6 tahun, sebagai persiapan menjelang masa pubertas (Lucas, B.,
1992). Jika anak mengalami penurunan berat badan karena kurang gizi, maka
anak dapat catch up growth dan tidak mengalami “kurang energi protein
berat”, kecuali anak usia 2-5 tahun yang mengalami kekurangan gizi kronis.
Peningkatan tinggi dan berat badan anak sehat usia 2 tahun sampai masa
pubertas adalah 6 sampai 8 cm/tahun dan 2 sampai 3 kg/tahun (Lucas, B.,
1992).
Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 5-12. Pada golongan umur ini,
gigi geligi susu tanggal secara berangsur diganti dengan gigi permanen. Anak
sudah lebih aktif memiliki makanan yang disukai, kebutuhan energi lebih
besar karena mereka lebih banyak melakukan aktivitas fisik, misalnya olah
raga,bermain, atau membantu orang tua. Kebutuhan gizi pada kelompok ini
terutama untuk pertumbuhan dan aktivitas yang besar, kebutuhan energi
golongan umur 10 sampai 12 tahun relatif lebih besar daripada golongan 7
sampai 9 tahun, karena pertumbuhan lebih cepat, terutama penambahan tinggi
badan. Mulai umur 10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan
anak perempuan. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas fisik
sehingga menggunakan energi lebih banyak. Sedangkan anak perempuan
biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat bezi lebih
banyak. Golongan anak ini disebut juga golongan anak sekolah yang biasanya
mempunyai banyak perhatian dan aktifitas di luar rumah sehingga sering
melupakan waktu makan.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Pengertian Nutrisi?

1.2.2. Penilaian Klinis, Biokimiawi, Biofisik Pada Bayi dan Anak?

1.2.3. Penilaian Status Gizi berdasarkan IMT?

1.2.4. Menjelaskan Karakteristik, Pertumbuhan, Perkembangan pada bayi,


Balita dan Anak?

2
1.2.5. Kebutuhan Asupan Gizi Untuk Bayi, Balita, dan Anak?

1.2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi pada Bayi, Balita dan Anak?

1.2.7. Cara Menilai Status Gizi Pada Bayi, Balita dan Anak?

1.2.8. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan gangguan Kwashiorkor?

1.3. Tujuan Masalah

1.3.1. Mengetahui pengertian Nutrisi?

1.3.2. Mengetahui penilaian Klinis, Biokimiawi, Biofisik Pada Bayi dan


Anak?

1.3.3. Mengetahui penilaian Status Gizi berdasarkan IMT?

1.3.4. Mengetahui karakteristik, Pertumbuhan, Perkembangan pada bayi,


Balita dan Anak?

1.3.5. Mengetahui kebutuhan Asupan Gizi Untuk Bayi, Balita, dan Anak?

1.3.6. Mengetahui faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi pada Bayi, Balita
dan Anak?

1.3.7. Mengetahui cara Menilai Status Gizi Pada Bayi, Balita dan Anak?

1.3.8. Mengetahui asuhan Keperawatan pada Anak dengan gangguan


Kwashiorkor?

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah diharapkan sebagai


mahasiswa kesehatan jurusan keperawatan memiliki wawasan lebih mengenai
nutrisi pada bayi dan anak, dan hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat
membantu untuk mengerjakan tugas yang berhubungan dengan gizi dan diet
khususnya mengenai nutrisi pada bayi dan anak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

4
2.1. Pengertian Nutrisi

Status nutrisi merupakan suatu refleksi kecukupan zat nutrisi, hal ini
merupakan salah satu parameter penting dalam menilai tumbuh kembang bayi
dan anak. Keadaan kesehatan pada bayi dan anak pada umumnya (Supriasa,
dkk, 2002). Bahwa selain potensi genetik yang dimilikinya, pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak juga dipengaruhi oleh intake nutrisi yang
dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan nutrisi anak
dimanefestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola
standar (khomsan, 2003).
2.2. Penilaian Klinis, Biokimiawi, Biofisik Pada Bayi dan Anak
2.2.1. Pengertian Penilaian Klinis
Metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat
dengan melihat jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa
oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar teroid. Penilaian klinis digunakan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu tanda
dan gejala atau riwayat penyakit (Supariasa dkk, 2002).
Tabel 1.2
Tanda-tanda klinis masalah kurang gizi

Masalah Kurang Gizi Tanda-tanda Klinis

1. Kurang energi dan protein 1. Anak tampak kurus


Marasmus 2. Wajah seperti orang tua
3. Cengeng dan rewel
4. Kulit keriput
5. Sering disertai diare kronik atau
kontipasi
6. Tekanan darah, detak jantung
dan pernafasan berkurang
Kwashiorkor 1. Oedem(pembengkakan)
diseluruh tubuh khususnya pada
kaki
2. Wajah membulat dan sembab

5
3. Otot-otot mengecil
4. Cengeng, rewel, dan kadang
apatis
5. Sering disertai infeksi, anemia,
dan diare
6. Rambut berwarna kusam dan
mudah dicabut
7. Bercak merah pada kulit yang
meluas dan berubah menjadi
hitam terkelupas
8. Mata sayu
2. Anemia 1. Lelah, lesu, letih, lemah, dan
lalai
2. Bibir tampak pucat
3. Nafas pendek
4. Lidah licin
5. Denyut jantung meningkat
6. Susah buang air besar
7. Nafsu makan berkurang
8. Kadang-kadang pusing
9. Mudah mengantuk
3. Kekurangan yodium 1. Pembesaran kelenjar gondok
2. Cebol/kretin
3. Perkembanganmental terhambat
4. Gangguan pendengaran
5. Perkembangan saraf terhambat
6. Gangguan neuromotor seperti
gangguan bicara, cara jalan, dan
sebagainya
4. Kekurangan vitamin A 1. Buta senja
2. Konjungtiva mengering
3. Bercak bitot
4. Kornea mengering

2.2.2. Pengertian penilaian biokimiawi


Pemeriksaan laboratorium (biokimiawi) dilakukan melalui
pemeriksaan spesimen jeringan tubuh (darah, urin, tinja, hati, dan otot)

6
yang diuji secara laboratoris. Pemerikasaan biokimian bertujuan
mengetahui kurang gizi secara spesifik.
Tabel 1.3
Penilaian biokimia untuk menentukan status gizi

Indikator Laboratorium Untuk Menentukan Status Gizi

Penilaian Status Penilaian Status Penilaian Status Penilaian Status


Zat Besi Protein Vitamin Mineral
1. Hemoglobi 1. Serum 1. Kadar 1. Kadar iodine
n (Hb) albumin vitamin
A
2. Hematokrit 2. Serum 2. kadar 25 2. Kadar zink
tranferin (OH) (seng)
vitamin D
3.
4. Besi Serum 3. Serum 3. Kadar 3. Kadar
prealbumi vitamin E kalsium
n
4. Ferritin 5. Retinol 4. Kadar 4. Kadar
serum (Sf) binding vitamin C magnesium
protein
(RBP)
6. Transferrin 5. Insulin- 5. Kadar 5. Kadar krom
saturation like vitamin B1,
(TS) growth B2, niasin,
factor-1 B6 dan B12
6. Free 7. Fibronecti 6. Kadar
erythrocyte on tembaga
s
protophoph
yrin (FEP)
8. Unsaturated 7. Kadar
iron- selenium
binding
capacity
serum

2.2.3. Pengertian Penilaian Biofisik

7
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan
perubahan struktur. Pemeriksaan biofisik betujuan mengetahui situasi
tertentu, misalnya pada orang yang buta senja. Kelemahan dari pemeriksaan
biofisik adalah sangat mahal, memerlukan tenaga profesional dan hanya dapat
diterapkan pada keadaan tertentu saja. Menurut Supriasa (2002), penilaian
secara biofisik dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: 1) pemeriksaan
radiologi (untuk mengetahui penyakit riketsia, osteomalasia, sariawan, beri-
beri dan fluorosis). 2) tes fungsi fisik (contohnya untuk mengukur kelainan
buta senja akibat kurang vitamin A) dan 3) tes sitologi (untuk menilai
keadaan KEP berat).

2.3. Penilaian Status Gizi berdasarkan IMT

Penilaian khusus gizi berdasarkan antropometri dapat diukur


menggunakan parameter tunggal seperti umur, berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah
kulit. Pada umumnya penilaian status gizi menggunakan parameter gabungan
seperti: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan indeks masa tubuh menurut umur
(IMT/U). Penilaian status gizi untuk semua golongan umur yang digunakan dalam
buku ini menggunakan parameter IMT untuk orang dewasa dan ibu hamil,
sedangkan parameter IMT/U untuk umu 0 sampai 18 tahun. Rumus untuk
menentukan nilai IMT adalah:

IMT = BB (kg)/TB2 (m)2

Status gizi berdasarkan IMT menurut umur dibagi atas:

1. Sangat kurus, yaitu kurang dari -3 standar deviasi (< - 3 SD)

2. Kurus yaitu antara -3 SD sampai dengan < - 2 SD

3. Normal yaitu antara -2 SD sampai dengan 1 SD

4. Gemuk yaitu antara 1 SD sampai dengan 2 SD

8
5. Sangat gemuk (obesitas) yaitu < 3 SD.

Tabel 1.4

Katagori status gizi untuk umur 0-18 tahun

Kategori Status Ambang Batas (z –


Indeks
Gizi score)

Berat badan menurut umur Gizi buruk < -3 SD


(BB/U) anak umur 0-60 bulan
Gizi kurang -3 SD s/d 2 SD
Gizi baik -2 SD s/d 2 SD
Gizi lebih >2 SD
Panjang badan menurut umur Sangat pendek > -3 SD
(PB/U) atau tinggi badan
Pendek -3 SD s/d 2SD
menurut umur (TB/U) anak umur
0-60 bulan Normal -2 s/d 2 SD
Tinggi > 2 SD
Berat badan menurut panjang Sangat kurus <-3 SD
badan (BP/TB) anak umur 0-60
Kurus -3 SD s/d <-2 SD
bulan
Normal -2 SD s/d 2 SD
Gemuk > 2 SD
Indeks masa tubuh menurut Sangat kurus < -3 SD
umur (IMT/U) anak umur 0-60
Kurus -3 SD s/d < -2 SD
bulan
Normal -2 SD s/d 2 SD
Gemuk > 2 SD
Indeks masa tubuh menurut Sangat kurus < -3 SD
umur (IMT/U) anak umur 5-18
Kurus -3 SD s/d < -2 SD
tahun
Normal -3 SD s/d 1 SD
Gemuk > 1 SD s/d 2 SD
Obesitas > 2 SD

9
2.4. Menjelaskan Karakteristik, Pertumbuhan, Perkembangan pada bayi,
Balita dan Anak

2.4.1. Karakteristik pada Bayi

Berat bayi lahir menentukan kemampuannya untuk tumbuh normal dan


menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain kondisi kesehatan dan status
gizi ibu, tinggi badan ibu juga mempengaruhi berat bayi lahir. Istilah berat
lahir rendah adalah bila bayi lahir dengan berat badan di bawah 2,5 kg. Berat
lahir rendah pada bayi dapat disebabkan karena lahir yang terlalu cepat
(prematur) atau pertumbuhan janin yang terlambat, misalnya karena
kekurangan gizi pada ibu yang mengandungnya.
2.4.2. Pertumbuhan pada Bayi
Pertumbuhan fisik selama masa bayi meliputi hal-hal sebagai berikut :
berat badan, tinggi badan, proporsi fisik, tulang, otot dan lemak, bangun
tubuh, gigi, susunan saraf, dan organ perasa. Pertumbuhan berat badan
mengalami pola yang telah dijelaskan pada bagian pertumbuhan, demikian
juga dengan tinggi badan. Pertumbuhan proporsi fisik terjadi dimana
pertumbuhan kepala berkurang, sedangkan pertumbuhan badan dan tungkai
meningkat.
2.4.3. Perkembangan pada Bayi
a. Perkembangan bicara
Perkembangan bicara pada bayi sudah mulai terjadi pada usia 3 bulan,
pada saat itu bayi sudah mulai memiliki perasaan senang, marah, dan takut.
Pada awalnya bayi mulai belajar mengucapkan kata-kata melalui coba-coba
dengan menirukan ucapan orang dewasa, kemudian bayi mulai membangun
kosa kata dengan belajar nama-nama orang dan benda, lalu kata kerja.
b. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi anak pada bulan-bulan dan tahun-tahun pertama
merupakan hal penting dan rawan. Bila anak terpenuhi kebutuhan
emosionalnya secara seimbang dalam awal kehidupannya, maka ia akan
berkembang menjadi individu yang bahagia, dan diharapkan dapat

10
mewujudkan potensi-potensinya secara optimal. Pada bayi, rasa gembira
berkaitan erat dengan kesehatan tubuh yang dapat diekspresikan dalam bentuk
tersenyum, tertawa, atau tertawa terbahak-bahak.
c. Perkembangan sosial
Pada usia 2 sampai 3 bulan, bayi dapat membedakan antara benda hidup
dan benda mati, oleh karenanya bayi merasa senang bila berada diantara
manusia. Pada usia ini bayi belum dapat membedakan antara satu manusia
dengan manusia yang lain. Memasuki usia 4 sampai 5 bulan, biasanya bayi
ingin digendong oleh siapa saja yang mendekatinya, dan mulai bereaksi
terhadap mimik muka dan suara ramah ataupun marah.
2.4.4. Karakteristik pada Balita
Pola pertumbuhan dari tinggi badan anak usia 2-5 tahun terlihat
dalam gambar laju tinggi badan anak sejak lahir sampai usia remaja (Tanner
and Whitehouse, 1990). Proporsi tubuh anak tambak berubah secara signifikan
baik dari ukuran kepala, lingkar dada, dan kaki sehingga sosok tubuh anak
semakin tinggi. Perubahan ukuran tubuh sudah dimulai sejak tahun pertama
pengamatan komposisi tubuh pada masa ini masih konstan. Lemak secara
bertahap menurun pada masa dini, namun adipose tisuwe akan meningkan
setelah usia 6 tahun, sebagai persiapan menjelang masa pubertas (Lucas, B.,
1992). Jika anak mengalami penurunan berat badan karena kurang gizi, maka
anak dapat catch up growth dan tidak mengalami “kurang energi protein
berat”, kecuali anak usia 2-5 tahun yang mengalami kekurangan gizi kronis.
Peningkatan tinggi dan berat badan anak sehat usia 2 tahun sampai masa
pubertas adalah 6 sampai 8 cm/tahun dan 2 sampai 3 kg/tahun (Lucas, B.,
1992).
2.4.5. Pertumbuhan pada Balita
Setelah usia anak mencapai 2 tahun, pertumbuhan masih berlanjut selama
masa kanak-kanak (2-5 tahun) dan sampai remaja. Namun pertumbuhan 0-2
tahun tidak secepat usia sebelumnya (0-2tahun). Proporsi tubuh anak tambak
berubah secara signifikan baik dari ukuran kepala, lingkar dada, dan kaki
sehingga sosok tubuh anak semakin tinggi. Perubahan ukuran tubuh sudah

11
dimulai sejak tahun pertama pengamatan komposisi tubuh pada masa ini
masih konstan. Banyak faktor yang berperan dalam pertumbuhan, seperti
asupan gizi,etnik,ras,pola asuh,infeksi dan lain-lain. Asupan gizi anak dalam
masa pertumbuhan akan menjadi berkurang dibandingkan sebelumnya, karena
anak usia 2-5 tahun sudah mulai bermain sehingga lebih aktif.
2.4.6. Perkembangan pada Balita
Perkembangan usia 2-5 tahun merupakan perkembangan usia pra sekolah.
Perkembangan aspek psikososial pada masa ini cukup pesat, ditandai dengan
aktivitas anak untuk belajar berbicara, lari, dan mulai bersosialisasi. Apabila
usia 1 tahun anak mulai menggunakan tangan untuk makan, pada usia 2
tahunan anak sudah dapat memegang gelas, sendok, dan dapat berbicara,
namun masih menyukai memegang makanan dengan tangan. Pada usia ini
pola perkembangan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, fisik, dan psikis
yang menimbulkan perbedaan tampilan dari setiap anak.
2.4.7. Karakteristik pada Anak
Pada anak dengan golongan usia 6-12 tahun, gigi susu sudah tanggal dan
berganti dengan gigi permanen. Anak sudah mulai aktif memilih makanan
yang disukai. Bagi anak dalam masa sekolah, makanan merupakan sumber
untuk membuat anak cerdas. Kebutuhan gizi pada kelompok ini terutama
untuk pertumbuhan dan aktivitas yang besar, kebutuhan energi golongan umur
10 sampai 12 tahun relatif lebih besar daripada golongan 7 sampai 9 tahun,
karena pertumbuhan lebih cepat, terutama penambahan tinggi badan.
2.4.8. Pertumbuhan pada Anak
Seperti yang kalian ketahui bahwa tumbuh adalah kegiatan dengan
bertambahnya ukuran berbagai organ tubuh (fisik) yang di sebabkan karena
peningkatan ukuran masing-masing sel dalam kesatuan sel atau kedua-
duanya, seperti pertambahan panjang/tinggi badan, berat badan dan
sebagainya. Proporsi tubuh anak tampak tubuh secara signifikasi baik dari
ukuran kepala, lingkar dada, dan kaki sehingga sosok tubuh anak semakin
tinggi. Perubahan ukuran tubuh sudah dimulai sejak tahun pertama.
Pengamatan komposisi tubuh pada masa ini masih konstan. Periode masa pra-

12
sekolah merupakan periode pertumbuhan cepat. Banyak faktor yang berperan
dalam pertumbuhan, seperti asupan gizi, etnik, ras, pola asuh, infeksi dan
lain-lain.
2.4.9. Perkembangan pada anak
Berkembang adalah suatu proses pematangan majemuk yang
berhubungan dengan aspek fungsi, termasuk perubahan sosial dan emosi (non
fisik) seperti kecerdasan, tingkah laku dan lain-lain. Tumbuh kembang anak
merupakan hasil interaksi anatara faktor genetik dan faktor lingkungan, baik
lingkungan sebelum anak di lahirkan maupun setelah di lahir. Gizi merupakan
salah satu faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang fisik, sistem saraf dan otak serta tigkat kecercadasan yang
bersangkutan.
2.5. Asupan Gizi pada Bayi, Balita,Anak

2.5.1. Asupan Gizi Untuk Bayi


Sepanjang tahun pertama, berat badan bayi naik 3 kali lipat dan
otaknya tumbuh sangat cepat. Sejalan dengan itu, peningkatan
kebutuhan nutrisi sepanjang periode ini lebih cepat dibandingkan
periode-periode lain dalam kehidupannya. Pada masa pertumbuhan
yang cepat inilah proses menyapih dimulai. Berikut ini unsur-unsur
gizi utama wajib pada bayi.
a. Kolostrum
b. Protein
c. Karbohidrat
d. Nukleotida
e. AA dan DHA
f. Vitamin C
g. Vitamin D
h. Vitamin B-kompleks
i. Vitamin E
j. Karotin
k. Omega 3

13
l. Bioflavonoids
2.5.2. Angka kecukupan energi balita berasal dari rata-rata kebutuhan
energi balita sehat yang tumbuh secara memuaskan. Sedangkan angka
kecukupan zat-zat gizi berdasarkan atas beberapa hasil penelitian,
terutama yang dikembangkan dari kebutuhan bayi dan orang dewasa.
Perbedaan kecukupan zat gizi antara kelompok balita cukup besar,
sehingga Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk balita
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu anak usia 1-3 tahun dengan rata-
rata berat badan 12,0 kg dan tinggi badan 90 cm; anak usia 4-6 tahun
dengan rata-rata berat badan 17,0 kg dan tinggi badan 110 cm.
a. Energi
b. Protein
c. Mineral
d. Kalsium
e. Besi
f. Seng
g. Yodium
h. Vitamin
i. Suplemen Zat Gizi
2.5.3. Anak usia sekolah yaitu anak yang berusia 5-12 tahun. Pada
golongan umur ini, gigi religi susu tanggal secara berangsur diganti
dengan gigi permanen. Anak sudah lebih aktif memilih makanan
yang di sukai. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif
besar daripada golongan 7-9 tahun, karena pertumbuhan lebih cepat,
terutama penambahan tinggi badan. Mulai umur 10-12 tahun,
kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak
laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas fisik sehingga
membutuhkan energi lebih banyak. Sedangkan anak perempuan
biasanya sudah mulai haid sehingga memerlukan protein dan zat besi
yang lebih banyak.
2.6. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi pada Bayi, Balita dan Anak
2.6.1. Infeksi
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak berhubungan
dengan terjadinya kekurangan gizi di negara berkembang. Infeksi yang
terjadi pada anak adalah penyakit saluran pernafasan atas, bawah, diare
dan kulit. Menurut SKRT (1995) , penyakit pernafasan prevalensi
14
32,1% kedua tertinggi penyebab tertingginya morbiditas di indonesia,
sedangkan diare umumnya 9,6%. Adanya penyakit infeksi tersebut
merupakan faktor penyebab tingginya angka kematian bayi dan balita di
indonesia. Anak-anak yang sering menderita penyakit infeksi
menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan tidak dapat mencapai
pertumbuhan yang optimal.
2.6.2. Pola Pengasuhan
Pengasuhan didefinisikan sebagai cara memberi makan, merawat
anak, membimbing, dan mengajari anak yang dilakukan oleh individu
dan keluarga (UNICEF, 1998) bila di simak maka dalam definisi
tersebut sudah termasuk stimulasi mental. Menurut Gunarsa (1997)
pengasuhan diarahkan unutk mengubah tingkah laku sesuai dengan
kemauan si pengasuh. Tentunya dalam pengasuhan ini dibutuhkan
pengetahuan dan kemampuan yang dapat diperoleh dari pendidikan
formal atau non-formal, atau secara tradisi diwariskan dari satu ke
generasi ke generasi berikutnya.
Usia balita merupakan masa yang sangat menentukan hari depan
anak. Kekurangan gizi pada saat ini akan mengakibatkan gangguan
pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, sehingga perlu
perhatian khusus (Berg, 1998). Menurut Syarif (1997) menyatakan
bahwa unsur gizi merupakan faktor yang penting dalam pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mencapai status gizi
yang baik diperlukan upaya perbaikan konsumsi pangan, baik
kuantitas maupun kualitasnya.
Peran ibu selaku pengasuh dan pendidik didalam keluarga dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak secara positif maupun negatif,
karena dalam berinteraksi dengan anak sehari-hari, seorang ibu dapat
memainkan sebagai peran secara langsung akan berpengaruh dalam
anak (Tjokowinoto dkk, 1993). Dalam proses tumbuh kembang anak,
perlu dipenuhi kebutuhan dasar anak terdiri dari: makanan, perawatan
kesehatan, perlindungan, perumahan, dan kasih sayang.

2.7. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan Kwashiorkor


ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D DENGAN GANGGUAN
KWASHIORKOR AKIBAT PEREKONOMIAN KELUARGA RENDAH

2.7.1 Pengkajian

1. Identitas Pasien

15
- Nama : An. D

- Umur : 8 tahun

- Jenis Kelamin : Perempuan

- Agama : Islam

- Pendidikan : SD

- Status : Belum Menikah

- Bangsa / Suku : Jawa

- Diagnosa Medis : Gangguan kwashiorkor akibat perekonomian


keluarga rendah

Identitas Penanggung Jawab

- Nama : Ny. N

- Umur : 50 tahun

- Jenis Kelamin : Perempuan

- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

- Alamat : -

- Hubungan Dengan Klien : Ibu Kandung

2.7.2 - Definisi

Kwashiorkor adalah suatu sindrom klinik yang timbul sebagai


akibat adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang
kurang dari yang dibutuhkan. ( behram, richard E. 1994 : 299 ).

- Etiologi

Penyebab terjadinya kwashhiorkor adalah inadekuatnya intake protein


yang berlangsung kronis. Faktor yang menyebabkan hal tersebut antara
lain :

16
1. Pola makan

Protein ( asam amino ) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak


untuk tumbuh dan berkembang mestikupn intake makan mengandung
kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein atau
asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya
mendapatkan protein dari ASI yang diberikan oleh ibunya, namun
bagi yang tidak mendapatkan ASI dari sumber – sumber lain ( susu,
telur, keju, tahu, dll ) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuian
ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap
terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI kemakanan
pengganti ASI.

2. Faktor Sosial

Hidup dinegara dengan tingkat kependudukan yang tinggi, keadaan


sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk
menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung turun temurun
dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkhor.

3. Faktor ekonomi

Kemiskinan atau keluarga penghasilan yang rendah yang tidak


dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrsi anak
tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya

4. Faktor infeksi dan penyakit lain

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP


dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi.
Sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan dan menurunkan
imunitas tubuh terhadap infeksi.

- Patofisiologi

17
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan
yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh
jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mecolok adalah gangguan
metabolik dan gangguan sel yang disebabkan edema dan perlemakan
hati.

- Manifestasi klinis

Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan malnutrisi
protein berat kwashiorkor, antara lain :

 Wujud umum

Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus,


atrofi, pada ekstremitas, adanya edema pedis pretibial serta asites.
Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadi edema

 Reterdasi pertumbuhan

Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat


badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.

 Perubahan mental

Biasanya penderita cengeng, hilang napsu makan, dan rewel,pada


studium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun
dan anak menjadi pasif.

 Edema

Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan


maupun berat. Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa
disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan
hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.

 Kelainan rambut

18
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya
(texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita
kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa
sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,
halus, kering, jrang dan berubah warna menjadi putih, sering bulu
mata menjadi panjang.

 Kelainan Kulit

Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis


kulit yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan
hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar penderita
dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor,
yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih
atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh
yang sering mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-
menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti
pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha,lipat paha, dan
sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-
bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu
untuk menjadi hitam.Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan
bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang
masih hitam oleh hiperpigmentasi.

 Kelainan Gigi dan Tulang

Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,


osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan
caries pada gigi penderita.

 Kelainan Hati

19
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi
hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar.
Sering juga ditemukan tanda fibrosis,nekrosis, da infiltrasi sel
mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor
lipotropik.

 Kelainan Darah dan Sumsum Tulang

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila


disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis,
amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi
disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan
darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan
dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang
disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein
juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem
komplimen.

 Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain

Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal,


saliva dan usushalus terjadi perlemakan.

 Kelainan Jantung

Bisa terjadi miodegenerasi jantng dan gangguan fungsi jantung


disebabkan hipokalemi dan hipmagnesemia.

 Kelainan Gastrointestinal

20
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia
kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian
makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde
lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita.Hal ini terjadi
karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi
usus,intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak.

- Komplikasi

Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi


dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kemampuan
potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak
dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan
bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-
anak) dapat menurukan IQ secara permanen.

- Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit
klien dan lain-lain.
Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan
atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin
didapatkan adalah:
 Penurunan ukuran antropometri
 Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut.
 Tanda-tanda gangguan sistem pernafasan (batuk, sesak, ronchi)
 Perut tampak buncit, hati terasa membesar

21
 Edema tungkai
 Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik.

- Pemeriksaan Penunjang

1. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama


jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem
eritropoesis akibat hipolasia kronis sumsum tulang disamping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin
serum yang menurun.
2. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan
adanya kelainan pada paru.

- Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak
dengan kwashiorkor adalah:
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.
 Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan akibat diare.
 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan protein
yang tidak adekuat.

- Rencana Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare (Carpenito, 2002).
Tujuan : klien akan menunjukkan peningkatan status gizi

22
Kriteria hasil : keluarga klien dapat menjelaskan penyebab
gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan,
susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang. Dengan
bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemostrasikan
pemberian diet (per sonde/ per oral) sesuai program dietetik.
2) Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral
dan peningkatan kehilangan akibat diare.
Tujuan : klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.
Kriteria hasil : asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah
defisit yang terjadi. Tidak ada tanda/gejala dehidrasi. (tanda-tanda
vital dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1x/24 jam dengan
konsistensi padat/semi padat).
3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat.
Tujuan : klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan
sesuai standar usia.
Kriteria hasil : pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai
standar usia. Perkembangan motorik, bahasa/kognitif dan
personal/sosial sesuai standar usia.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

23
Nutrisi adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan
berkembang. Setiap anak mempunyai kebutuhan nutrien yang berbeda-beda
dan anak mempunyai karakteristik yang khas dalam memkonsumsi makanan
atau zat gizi tersebut. Oleh karena itu, untuk menentukan makanan yang tepat
pada anak, tentukan jumlah kebutuhan dari setiap nutrien, kemudian tentukan
jenis bahan makanan yang dapat dipilih untuk diolah sesuai dengan menu
yang diinginkan, tentukan juga jadwal pemberian makanan dan perhatikan
porsi yang dihabiskankannya (Yupi Supartini, 2004).
Status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu.
Status gizi seseorang dapat diketahui dengan beberapacara yaitu secara
langsung (antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik) dan secara tidak
langsung (survey konsumsi makanan, statistic dan faktor ekologi)
3.2. Saran
Mengingat banyaknya masalah yang sering timbul akibat kurangnya
kebutuhan nutrisi yang diberikan, terutama pada anak-anak. Dengan
memberikan nutrisi yang tepat kepada anak sesuai dengan usianya, serta terus
memperhatikan dampak yang akan timbul oleh karena nutrisi yang diberikan
itu.

DAFTAR PUSTAKA

Supriasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran

24
Hurlock, E. 1993. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Erlangga
Jahari, A dan Sumarno, I. 2002. Status Gizi Penduduk Indonesia. Majalah Pangan,
no. 38/XI/Jan/2002
Satoto. 1990. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. Semarang: Universitas
Diponegoro
Sjahmien, M. 1987. Ilmu Gizi Jilid I. Jakarta: Bhantara Karya Aksara.
Djaeni, A. 1993. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jakarta:
Dian Rakyat
Muhtadi, D, dkk. 1993. Metabolisme Zat Gizi Jilid I. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan

25

Anda mungkin juga menyukai