Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PERAN GIZI PADA BAYI DAN BALITA


Mata Kuliah Gizi dalam Kesehatan Produksi
Dosen Pengampu : Sri Mulyati, SPd. MKes

DI SUSUN OLEH:

Atikah Nurrahmawati : P3.73.24.2.20.006


Friska Putri Permatasari : P3.73.24.2.20.014
Luthfiah Putri Raihani : P3.73.24.2.20.020
Rafa Hazizah Luchinda : P3.73.24.2.20.028
Vidia Fitria Ningsih : P3.73.24.2.20.041

KELAS 1A

SEMESTER II
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
karunia dan rahmatnya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai Peran Gizi pada Bayi
dan Balita dengan baik walapun masih banyak kekurangan di dalamnya. Serta kami juga
berterima kasih kepada Ibu Sri Mulyati, SPd. MKes selaku dosen mata kuliah Gizi dalam
Kesehatan Reproduksi yang sudah memberikan kepercayaan menyelesaikans tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan juga wawasan kita mengenai Fleksibel dalam kehidupan, disiplin dan tepat
waktu. Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang sudah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya yang sudah disusun ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri ataupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan makalah ini di saat yang akan datang.

16 Februari 2021

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
1.3. Rumusan Masalah...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................2
2.1. Kebutuhan Zat Gizi Selama Bayi dan Balita......................................................2
2.1.1 Kebutuhan Zat Gizi selama Bayi...............................................................2
2.1.2 Kebutuhan Zat Gizi Selama Balita............................................................5
2.2. Penentuan Status Gizi pada Bayi dan Balita.......................................................6
.2.1 Status Gizi pada Bayi.................................................................................6
.2.2 Cara Mengukur Status Gizi pada Bayi.......................................................7
.2.3 Penilaian Status Gizi Ideal Bayi Usia 0-2 Tahun......................................9
.2.4 Status Gizi pada Balita...............................................................................12
12.2.5...................................................................................................................Me
ngukur Status Gizi pada Balita..................................................................14
2.3. Masalah Gizi pada Bayi dan Balita dan faktor yang mempengaruhinya............16
2.3.1 Masalah Gizi pada Bayi.............................................................................16
2.3.2 Masalah Gizi pada Balita...........................................................................17
2.4. Menu seimbang untuk Bayi dan balita................................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................................23
.1. Kesimpulan.........................................................................................................23
.1. Saran....................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa bayi adalah masa di mana pertumbuhan dan perubahan berjalan pesat baik
secara fisik maupun psikologis, dengan cepatnya pertumbuhan ini perubahan tidak hanya
terjadi dalam penampilan tetapi juga dalam kemampuan.Berkurangnya ketergantungan
pada orang lain merupakan efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang
memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan, menggerakkan benda-benda dan lain-lain.
Pengelolaan makan yang baik dan benar pada bayi sangat diperlukan untuk
mendapatkan tumbuh kembang yang optimal. Pemberian makan selain dari sisi makanan
itu sendiri juga perlu melibatkan lingkungan dimana bayi tersebut tinggal, jadwal waktu
makan yang tepat serta prosedur pemberian yang benar.
Pertumbuhan anak pada masa balita sangat pesat, sehingga membutuhkan zat gizi
yang relatif lebih tinggi daripada orang dewasa. Disisi lain, alat pencernakan usia ini
belum berkembang sempurna sehingga perlu penanganan makanan yang tepat baik
secara kuantitas maupun kualitas.
Balita yang mengalami kesulitan makan disebabkan karena pada masa ini gigi
sangat rentan terhadap penyakit . Gigi susu telah lengkap di umur 2-2,5 tahun, tetapi
belum dapat digunakan untuk mengerat dan mengunyah makanan dengan baik terutama
makanan yang keras. Karena itu, pengaturan makanan dan perencanaan menu harus hati-
hati dan sesuai dengan kebutuhan kesehatannya.
1.2. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Kebutuhan Gizi pada Bayi dan Balita
2. Mengetahui Penentuan Gizi pada Bayi dan Balita
3. Mengetahui Masalah Gizi pada Bayi dan Balita
4. Mengetahui Menu Seimbang untuk Bayi dan Balita
1.3. Rumusan Masalah
1. Apa saya Kebutuhan Gizi yang dibutuhkan Bayi dan Balita?
2. Bagaimana Cara Penentuan Gizi pada Bayi dan Balita?
3. Apa saja Masalah Gizi pada Bayi dan Balita?
4. Seperti Apakah Menu Gizi yang Seimbang untuk Bayi dan Balita?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kebutuhan Zat Gizi selama Bayi, Balita


2.1.1. Kebutuhan zat gizi selama Bayi
Gizi makro dan mikronutrient untuk bayi per kilogram berat badan bayi
perhari lebih besar dibanding usia yang lain. Hal tersebut dibutuhkan untuk
mempercepat pembelahan sel dan sintesa DNA selama masa pertumbuhan
terutama energi dan protein. Bayi usia 0 – 6 bulan dapat mencukupi kebutuhan
gizinya hanya dengan ASI saja, yaitu dengan mengkonsumsi 6 – 8 kali sehari
atau lebih pada masa awal dan 6 bulan selanjutnta dapat mulai dikenalkan dengan
makanan tambahan berupa Makanan Pendamping ASI (MP- ASI) untuk
mencukupi kebutuhan gizinya.
1. Energi
Kebutuhan energy masa bayi lebih besar dari masa dewasa, Kebutuhan
Basal Metabolisme Rate hampir 2 kali kebutuhan dewasa. Kondisi ini
berkaitan dengan proses tumbuh kembangnya yang berjalan sangat pesat.
Kebutuhan energy pada bayi bergantung pada banyak factor yaitu
antara lain:
a. Ukuran dan komposisi tubuh.
b. Jenis kelamin, genetik.
c. Tingkat metabolisme.
d. Kondisi medis, suhu tubuh.
e. Aktifitas fisik.
f. Dll.
Tujuan pemenuhan energy pada bayi antara lain:
a. Untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik serta psikomotorik.
b. Untuk melakukan aktifitas fisik.
c. Untuk pemenuhan kebutuhan hidup yaitu pemeliharaan dan atau
pemulihan serta peningkatan kesehatan bayi.
Kebutuhan energy pada tahun pertama adalah 100-110 Kkal/kgBB/hr.
Penggunaan energy tersebut adalah sebesar 50% untuk metabolism basal, 5-
10% untuk SDA, 12% untuk pertumbuhan 25% untuk aktifitas dan 10%

5
terbuang melalui feses. Adapun anjuran pemenuhan energy sehari diperoleh
dari 50-60% Karbo hidrat, 25-35% lemak dan 10-15% dari protein.
Tabel 3.1
Estimasi kebutuhan energy bayi (0 – 12 bulan)

Usia Jenis Kelamin Energi (Kkal/kgBB/hr)


0-6 bulan Laki-laki 472-645
Perempuan 438-593
6-12 bulan Laki-laki 645-844
Perempuan 593-768
Sumber : Susetyowati 2013

2. Protein
Protein merupakan sumber asam amino essensial untuk pertumbuhan
dan pembentukan serum, haemoglobin, enzim, hormon dan antibodi,
memelihara sel-sel tubuh yang rusak, menjaga keseimbangan asam basa,
cairan tubuh serta sebagai sumber energi. Jenis protein yang disarankan
adalah yang mengandung asam amino essensial dalam jumlah yang cukup,
mudah dicerna dan dan mudah diserap oleh tubuh. Jenis protein ini adalah
protein berkulitas tinggi dan biasanya bersumber dari hewani. Selama 6
pulan pertama kebutuhan protein bayi dapat dipenuhi dari ASI atau
Pengganti ASI, selanjutnya ditambah dari susu formula dan Makanan
Pendampin ASI. Protein dalam tubuh bayi berfungsi sebagai :

a. Zat pengatur, pembangun dan memperbaiki jaringan seperti mata,


kulit, otot, jantung,paru-paru, otak dan organ lainnya.
b. Membentuk enzim, hormone, antibody dan komponen penting lainnya.
c. Membantu proses regulasi.

Tabel 3.2
Estimasi Kebutuhan Protein Bayi berdasarkan Berat Badan
Usia Kebutuhan Protein
0 – 6 bulan 2,2 g/KgBB/hr
6 – 12 bulan 2 g/kgBB/hr
Sumber : Sustyowati 2013

6
3. Lemak
Lemak merupakan substansi yang terdiri atas lemak, minyak dan
cholesterol.Asam lemak merupakan bagian terbesar dari lemak dan harus
tersedia dalam diet sehari-hari karena tidak dapat disintesa dalam tubuh.
Asam lemak tersebut disebut asam lemak esensial yang terdiri dari 2 jenis
yaitu: asam linoleat dan asam (AL) dan asam Alfa Linolenat (ALL).
Kebutuhan akan lemak pada bayi 0-6 bulan dapt dipenuhi seluruhnya
dari ASI. Setelah usia 6 bulan bayi harus mendapatkan tambahan lemak dari
makanan. Fungsi lemak dalam tubuh adalah anatara lain:
a. Mensuplai hampir 50% energi untuk kebutuhan sehari, kondisi ini
dapat dipenuhi dari ASI atau susu formula serta MP-ASI.
b. Memacu penyimpanan lemak tubuh untuk menjaga suhu tubuh dan
melindungi organ- organ penting tubuh.
c. Membantu penyerapan vitamin larur lemak.
d. Membantu menyediakan asam lemak esensial untuk perkembangan
otak, kesehatan kulit, rambut serta mata, serta melindungi dari
penyakit.
Kebutuhan lemak pada bayi tidak dinyatakan dalam angka mutlak
tetapi dalam proporsi yaitu 15-20% dari total energi pada usia 6 bulan
pertama dan selanjutnya meningkat maksimal 30-35% dari total energi
sehari.
4. Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat adalah mensuplai energy untuk
pertumbuhan, dan aktifitas. Jenis Karbohidrat yang paling cocok untuk
bayi adalah Laktosa yang terdapat dalam ASI atau PASI. Untuk bayi yang
mengalami lactos intoleran dimana tidak dapat memetabolisme laktosa
dan galaktosa dalam sistim pencernaannya diberikan susu formula bebas
laktosa seperti susu soya yang mengandung karbohidrat dalam bentuk
sukrosa, sirup jagung, tepung tapioka.
Setelah bayi berusia 6 bulan, bayi membutuhkan karbohidrat
tambahan yang diberikan berupa MP-ASI seperti sereal, produk tepung-
tepungan dan buah-buahan. Jenis karbohidrat yang tidak dapat diserap
oleh tubuh akan difermentasikan di usus bagian bawah, kondisi ini sering

7
menyebabkan bayi mengalami diare, sakit perut dan muntah, untuk itu
bayi usia kurang dari 6 bulan tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi jus
buah ataupun sayuran. Asupan Karbohidrat sehari untuk bayi dianjurkan
sekitar 40-60% total energi sehari.
5. Mikronutrien
Zat gizi mikro yang dibutuhkan bayi hampir semua terpenuhi dari ASI
jika konsumsi ASInya cukup. Namun kandungan vitamin D yang diperlukan
untuk penyerapan calsium dan pembentukan tulang dalam ASI tergolong
rendah sehingga perlu suplementasi pada kondis- kondisi khusus misak
defisiensi. Vitamin D juga perlu diberikan melalui paparan sinar matahari.
Vit K pada ASI juga lebih rendah daripada susu formula sehingga bayi yang
kurang ASI akan mengalami defisiensi vit K. Untuk ibu menyusui yang
kurang mendapatan asupan lauk hewani atau ibu menyusui yang
menjalankan diet vegetarian asupan vit B 12 pada bayinya perlu diwaspadai.
2.1.2. Kebutuhan Zat Gizi selama Balita
Usia balita tidaklah tumbuh sepesat pada masa bayi, tetapi kebutuhan
nutrisi merekatetap merupakan prioritas yang utama. Di masa balita ini, nutrisi
memegang peranan yang penting dalam perkembangan anak. Masa balita adalah
masa transisi terutama pada usia 1 – 2 tahun dimana anak akan mulai memakan
makanan yang padat dan menerima rasa sertatekstur makanan yang baru.
Kebutuhan nutrisi pada balita sebenarnya juga dipengaruhi oleh usia, besar
tubuh, dan tingkat aktivitas yang dilakukannya.
1. Energi : biasanya balita membutuhkan sekitar 1.000 samapi 1.400 kalori per
hari.
2. Kalsium : dibutuhkan kurang lebih 500 mg per hari.
3. Zat besi : anak balita membutuhkan 7 mg per hari.
4. Vitamin C dan D.

Tubuh anak terdiri dari struktur tulang, otot, peredaran darah, jaringan
otak, dan organ-organ lain. Perkembangan tiap struktur ini sangat dipengaruhi
oleh masukan (intake) berbagai macam nutrisi makanan penunjang
pertumbuhan.Pada usia 2 tahun ini, anak-anak memiliki kerangkan tubuh
berupa tulang rawan sehingadengan pemberian masukan gizi berupa vitamin
dan mineral akan mempercepat pembentukan tulang (osifkasi). Anak usia 2

8
tahun juga sudah mampu untuk berjalan dan melakukan semua gerakan tubuh
yang dilakukan oleh otot. Hal ini terjadi karena ribuan serabut otot yang
semakin membesar dan terus bekerja. Artinya, otot membutuhkan zat-zat dari
asupan makanan yang diberikan pada anak
Selain zat gizi diatas, air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia
secara umum. Pada anak sekolah 60%-70% berat tubuh adalah air, Air juga
merupakan kebutuhan & bagian dari kehidupan manusia sehingga asupan air pun
sebaiknya seimbang dengan jumlah yang dikeluarkan. Asupan air yang kurang
akan menimbulkan masalah kesehatan, begitupun sebaliknya asupan air yang
berlebih juga dapat menimbulkan masalah kesehatan, khususnya pada anak yang
yang menderita penyakit ginjal & gagal jantung . Kebutuhan rata- rata cairan
untuk anak sekolah adalah 1 – 1,5ml/Kkal/hr.

2.1.2. Penentuan Status Gizi pada Bayi dan Balita


2.2.1. Status Gizi pada Bayi
Di awal masa kehidupan, bayi butuh asupan ASI selama enam bulan penuh
alias ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan ASI eksklusif merupakan makanan dan
minuman terbaik bagi bayi di usianya yang masih kurang dari enam bulan. Baru
setelah usia bayi lewat dari enam bulan, ia membutuhkan asupan makanan dan
minuman selain ASI yang dikenal dengan nama makanan pendamping ASI
(MPASI). Namun selain diberikan MPASI, buah hati Anda tetap
membutuhkan asupan ASI meski dengan jadwal yang tidak sesering
sebelum usianya enam bulan.
Pemberian ASI dan MPASI tersebut bertujuan untuk mendukung tumbuh
kembang bayi sekaligus mencukupi kebutuhan gizi hariannya. Dengan begitu,
status gizi bayi bisa berkembang dengan baik sebagai salah satu bentuk persiapan
saat usianya dewasa kelak.
Berikut beberapa indikator penting dalam mengukur status gizi bayi:
1. Berat badan
Sebagai salah satu indikator pengukuran status gizi bayi, berat badan
digambarkan sebagai ukuran total tubuh. Alasan berat badan dijadikan sebagai
salah satu indikator penilaian status gizi bayi yakni karena perubahannya
mudah terlihat dalam waktu singkat. Itulah mengapa berat badan bayi dapat
menggambarkan status gizi saat ini. Atas dasar inilah, penting untuk

9
memantau sejauh mana peningkatan dan penurunan berat badan bayi guna
mengetahui status gizi saat ini.
2. Panjang badan
Pengukuran panjang badan sebenarnya sama dengan tinggi badan. Hanya
saja, untuk usia bayi yang masih belum bisa berdiri tegak, indikator panjang
badan lebih umum dipakai untuk mengetahui status gizinya. Jika tinggi badan
diukur dalam posisi sedang berdiri tegak, panjang badan diukur pada posisi
sebaliknya yakni ketika berbaring. Bukan hanya posisi pengukuran yang
berbeda, alat ukur yang dipakai untuk mengetahui panjang dan tinggi badan
seseorang juga tidak sama. Tinggi badan anak usia di atas dua tahun dan orang
dewasa diukur dengan menggunakan alat bernama microtoise atau mikrotoa.
Sementara pengukuran panjang badan memakai alat length board atau
infantometer dengan menempatkan bayi pada posisi berbaring di atasnya.
Berbeda dengan berat badan yang merupakan indikator pengukuran status gizi
sekarang, panjang badan memiliki sifat linier. Ini karena perubahan panjang
badan tidak secepat peningkatan dan penurunan berat badan. Perubahan
panjang badan banyak mendapat pengaruh dari berbagai faktor di masa
lampau, contohnya asupan harian bayi sehingga berpengaruh pada status
gizinya. Secara rincinya, panjang atau tinggi badan memberi gambaran
mengenai pertumbuhan massa tulang akibat dari asupan gizi, khususnya di
masa lampau.
3. Lingkar kepala
Mengutip Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ukuran lingkar kepala
merupakan penilaian pertumbuhan bayi yang menggambarkan pertumbuhan
otak. Itulah mengapa selain berat dan panjang badan, lingkar kepala juga
termasuk salah satu indikator dalam pengukuran status gizi bayi. Pengukuran
lingkar kepala bayi dilakukan dengan menggunakan pita ukur tidak elastis.
Cara mengukur lingkar kepala yakni dimulai dengan melingkari bagian atas
alis kemudian melewati bagian atas telinga, sampai ke bagian paling menonjol
di belakang kepala bayi.
2.2.2. Cara Mengukur Status Gizi Bayi
Setelah mengetahui indikator untuk menilai status gizi bayi, Anda juga
perlu tahu cara tepat untuk mengukurnya. Bukan seperti orang dewasa yang

10
menggunakan indeks massa tubuh (IMT) untuk menilai status gizi, bayi
menggunakan indikator pengukuran lainnya.
Bagi bayi yang berusia 0-5 tahun, biasanya digunakan grafik WHO 2006
(cut off z score) untuk membantu mengukur status gizi. Satuan dari pengukuran
dengan grafik WHO 2006 (cut off z score) adalah standar deviasi
(SD). Pengukuran status gizi bayi bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut
ini:
1. Status gizi bayi berdasarkan berat badan sesuai umur (BB/U)
Indikator berat badan berdasarkan umur (BB/U) dipakai oleh anak
berusia 0-5 tahun, termasuk bayi. Pengukuran status gizi ini bertujuan untuk
memastikan penambahan berat badan bayi setara dengan usianya saat ini.
Selain itu, indikator status gizi ini juga dapat membantu menujukkan
apabila bayi memiliki berat badan sangat kurang, kurang, ideal, lebih, hingga
obesitas.
Pada tabel berat badan berdasarkan usia dari WHO, bayi dikatakan
memiliki berat yang ideal saat hasilnya berada di rentang -2 sampai dengan
+1 SD. Bila pengukuran berat badan mendapatkan hasil kurang dari -2 SD,
bayi dikatakan mengalami kekurangan berat badan. Begitu pula jika hasil
pengukuran berada di angka lebih dari +1 SD, artinya berat badan bayi masuk
dalam kategori risiko berlebih.
Penilaian status gizi bayi berdasarkan BB/U, yaitu:
 Berat badan sangat kurang: kurang dari -3 SD
 Berat badan kurang: -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD
 Berat badan normal: -2 SD sampai dengan +1 SD
 Risiko berat badan lebih: lebih dari +1 SD
Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa pengukuran yang satu ini
hanya dapat digunakan bila usia anak diketahui secara jelas.

11
2. Status gizi bayi berdasarkan panjang badan sesuai umur (PB/U)
Sama halnya seperti penilaian berat badan, pengukuran panjang badan
per usia juga dinilai berdasarkan umur bayi saat ini. Sebenarnya, pengukuran
tinggi badan berdasarkan usia (TB/U) dapat digunakan oleh anak di rentang
usia 0-5 tahun. Hanya saja, bagi bayi yang belum mampu berdiri tegak masih
harus menggunakan indikator panjang badan berdasarkan umur (PB/U).
Tujuan dari indikator status gizi ini adalah untuk mengetahui jika
pertumbuhan tubuh bayi tidak sesuai dengan usianya alias pendek.

Penilaian status gizi bayi berdasarkan PB/U, yakni:


 Sangat pendek: kurang dari -3 SD
 Pendek: -3 SD sampai dengan kurang dari 2 SD
 Normal: -2 SD sampai dengan +3 SD
 Tinggi: lebih dari +3 SD

12
3. Status gizi bayi berdasarkan berat badan sesuai panjang badan (BB/PB)
Sesuai dengan namanya, indikator status gizi ini dipakai untuk
mengetahui berat badan bayi berdasarkan panjang badannya. Namun, karena
menggunakan penilaian panjang badan, jadi indikator ini hanya bisa
digunakan oleh bayi yang belum bisa berdiri tegak.
Penilaian status gizi bayi berdasarkan BB/PB, yakni:
 Gizi buruk: kurang dari -3 SD
 Gizi kurang: -3 SD sampai dengan kurang dari -2 SD
 Gizi baik: -2 SD sampai dengan +1 SD
 Berisiko gizi lebih: lebih dari +1 SD sampai dengan +2 SD
 Gizi lebih: lebih dari +2 SD sampai dengan +3 SD
 Obesitas: lebih dari +3 SD
4. Status gizi bayi berdasarkan lingkar kepala
Pengukuran lingkar kepala termasuk ke dalam satu dari beberapa
indikator untuk menilai perkembangan status gizi bayi. Sejak bayi lahir,
lingkar kepalanya akan terus diukur sampai usianya genap 24 bulan alias 2
tahun. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah perkembangan otak dan
kepala bayi berjalan dengan baik.
Penilaian lingkar kepala bayi untuk mengetahi status gizinya
menurut WHO, yaitu:
 Ukuran lingkar kepala terlalu kecil (mikrosefalus): persentil < 2
 Ukuran lingkar kepala normal: persentil ≥ 2 sampai < 98
 Ukuran lingkar kepala terlalu besar (makrosefalus): ≥ 98
2.2.3. Penilaian Status Gizi Ideal Bayi usia 0-2 tahun
1. Tabel Status Gizi Ideal Berat Badan Bayi
BERAT BADAN BAYI
Usia Laki-Laki Perempuan
0 bulan 2,5-3,9 kg 2,4-3,7 kg
1 bulan 3,4-5,1 kg 3,2-4,8 kg
2 bulan 4,3-6,3 kg 3,9-5,8 kg
3 bulan 5,0-7,2 kg 4,5-6,6 kg
4 bulan 5,6-7,8 kg 5,0-7,3 kg
5 bulan 6,0-8,4 kg 5,4-7,8 kg

13
6 bulan 6,4-8,8 kg 5,7-8,2 kg
7 bulan 6,7-9,2 kg 6,0-8,6 kg
8 bulan 6,9-9,6 kg 6,3-9,0 kg
9 bulan 7,1-9,9 kg 6,5-9,3 kg
10 bulan 7,4-10,2 kg 6,7-9,6 kg
11 bulan 7,6-10,5 kg 6,9-9,9 kg
12 bulan 7,7-10,8 kg 7,0-10,1 kg
13 bulan 7,9-11,0 kg 7,2-10,4 kg
14 bulan 8,1-11,3 kg 7,4-10,6 kg
15 bulan 8,3-11,5 kg 7,6-10,9 kg
16 bulan 8,4-13,1 kg 7,7-11,1 kg
17 bulan 8,6-12,0 kg 7,9-11,4 kg
18 bulan 8,8-12,2 kg 8,1-11,6 kg
19 bulan 8,9-12,5 kg 8,2-11,8 kg
20 bulan 9,1-12,7 kg 8,4-12,1 kg
21 bulan 9,2-12,9 kg 8,6-12,3 kg
22 bulan 9,4-13,2 kg 8,7-12,5 kg
23 bulan 9,5-13,4 kg 8,9-12,8 kg
24 bulan 9,7-13,6 kg 9,0-13,0 kg

2. Status Gizi Ideal Panjang Badan Bayi


PANJANG BADAN BAYI
Usia Laki-Laki Perempuan
0 bulan 46,1-55,6 cm 45,4-54,7 cm
1 bulan 50,8-60,6 cm 49,8-59,6 cm
2 bulan 54,4-64,4 cm 53,0-63,2 cm
3 bulan 57,3-67,6 cm 55,6-66,1 cm
4 bulan 59,7-70,1 cm 57,8-68,6 cm
5 bulan 61,7-72,2 cm 59,6-70,7 cm
6 bulan 63,6-74,0 cm 61,2-72,5 cm
7 bulan 64,8-75,5 cm 62,7-74,2 cm
8 bulan 66,2- 77,2 cm 64,0-75,8 cm

14
9 bulan 67,5-78,7 cm 65,3-77,4 cm
10 bulan 68,7-80,1 cm 66,5-78,9 cm
11 bulan 69,9-81,5 cm 67,7-80,3 cm
12 bulan 71,0-82,9 cm 68,9-81,7 cm
13 bulan 72,1-84,2cm 70,0-83,1 cm
14 bulan 73,1-85,5 cm 71,0-84,4 cm
15 bulan 74,1-86,7 cm 72,0-85,7 cm
16 bulan 75,0-88,0 cm 73,0-87,0 cm
17 bulan 76,0-89,2 cm 74,0-88,2 cm
18 bulan 76,9-90,4 cm 74,9-89,4 cm
19 bulan 77,7-91,5 cm 75,8-90,6 cm
20 bulan 78,6-92,6 cm 76,7-91,7 cm
21 bulan 79,4-93,8 cm 77,5-92,9 cm
22 bulan 80,2-94,9 cm 78,4-94,0 cm
23 bulan 81,0-95,9 cm 79,2-95,0 cm
24 bulan 81,7-97,0 cm 80,0-96,1 cm

3. Status Gizi Ideal Lingkar Kepala Bayi


LINGKAR KEPALA BAYI
Usia Laki-Laki Perempuan
0 bulan 31,9-37,0 cm 31,5-36,2 cm
1 bulan 34,9-39,6 cm 34,2-38,9 cm
2 bulan 36,8-41,5 cm 35,8-40,7 cm
3 bulan 38,1-42,9 cm 37,1-42,0 cm
4 bulan 39,2-44,0 cm 38,1-43,1 m
5 bulan 40,1-45,0 cm 38,9-44,0 cm
6 bulan 40,9-45,8 cm 39,6-44,8 cm
7 bulan 41,5-46,4 cm 40,2-45,55 cm
8 bulan 42,0-47,0 cm 40,7-46,0 cm
9 bulan 42,5-47,5 cm 41,2-46,5 cm
10 bulan 42,9-47,9 cm 41,5-46,9 cm
11 bulan 42,3-48,3 cm 41,9-47,3 cm
12 bulan 43,5-48,6 cm 42,2-47,6 cm

15
13 bulan 43,8-48,9 cm 42,4-47,9 cm
14 bulan 44,0-49,2 cm 42,7-48,2 cm
15 bulan 44,2-49,4 cm 42,9-48,4 cm
16 bulan 44,4-49,6 cm 43,1-48,6 cm
17 bulan 44,6-49,8 cm 43,3-48,8 cm
18 bulan 44,7-50,0 cm 43,5-49,0 cm
19 bulan 44,9-502 cm 43,6-49,2 cm
20 bulan 45,0-50,4 cm 43,8-49,4 cm
21 bulan 45,2-50,5 cm 44,0-49,5 cm
22 bulan 45,3-50,7 cm 44,1-49,7 cm
23 bulan 45,4-50,8 cm 44,3-49,8- cm
24 bulan 45,5-51,0 cm 44,4-50,0 cm

2.2.4. Status Gizi pada Balita


Pengukuran indeks massa tubuh (IMT) yang sering kali dijadikan tolak
ukur status gizi orang dewasa tidak bisa digunakan pada anak. Indeks massa
tubuh (IMT) adalah penilaian status gizi untuk usia dewasa dengan melakukan
perbandingan berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter
kuadrat.
Perhitungan IMT dinilai kurang akurat dalam mengukur status gizi anak.
Lagi-lagi, ini karena berat badan dan tinggi badan di usia anak-anak cenderung
berubah dengan sangat cepat.
Status gizi anak bisa diukur dengan beberapa indikator tertentu, yaitu:
1. Jenis Kelamin
Penilaian status gizi anak laki-laki tentu tidak sama dengan anak
perempuan. Hal ini disebabkan karena tumbuh kembangnya pun berbeda,
biasanya anak perempuan akan tumbuh jauh lebih cepat ketimbang laki-
laki. Itu sebabnya, dalam melakukan cara menghitung status gizi anak
terhadap status gizi anak, penting untuk memerhatikan jenis kelamin. Sebab
pola pertumbuhan anak laki-laki berbeda dengan perempuan.
2. Usia
Faktor usia sangat penting untuk menentukan dan melihat apakah
status gizi si kecil, termasuk gizi anak sekolah, sudah baik atau belum. Hal
ini sebenarnya memudahkan Anda untuk tahu, apakah sang buah hati

16
mengalami pertumbuhan yang normal jika dibandingkan dengan anak-anak
seusianya. Meski memang setiap anak akan mengalami tumbuh kembang
yang berbeda walaupun memiliki rentang usia yang sama.
3. Berat Badan
Berat badan adalah salah satu indikator dari penilaian status gizi anak
yang paling sering dipakai. Ya, berat badan dianggap dapat memberikan
gambaran mengenai kecukupan jumlah zat gizi makro dan mikro yang ada
di dalam tubuh. Tak seperti tinggi badan yang perubahannya membutuhkan
waktu yang agak lama, berat badan bisa sangat cepat berubah. Perubahan
berat badan bisa menunjukkan perubahan status gizi pada anak. Itulah
mengapa berat badan kerap dipakai untuk menggambarkan status gizi anak
saat ini, atau dikenal juga sebagai pertumbuhan massa jaringan.
4. Tinggi Badan
Berbeda dengan berat badan yang bisa berubah dengan sangat cepat,
tinggi badan justru bersifat linier. Arti linier di sini adalah perubahan tinggi
badan tak begitu cepat dan dipengaruhi oleh banyak hal dari masa lampau,
tak hanya saat ini saja. Mudahnya begini, jika si kecil makan terlalu banyak
mungkin saja berat badannya bertambah meski hanya 500 gram atau satu
kilogram dalam beberapa hari. Namun, hal ini tidak berlaku pada tinggi
badan. Pertumbuhan tinggi badan sangat berkaitan dan tergantung dengan
kualitas makanan yang Anda berikan pada anak sejak kecil, bahkan mulai
dari ia lahir.
Pemberian ASI eksklusif atau tidak saat bayi hingga kualitas makanan
pendamping yang Anda berikan kepada si kecil berpengaruh ke
pertumbuhannya. Maka itu, tinggi badan cenderung dipakai sebagai
indikator untuk mengetahui masalah gizi kronis pada anak alias masalah
nutrisi yang sudah berlangsung sejak lama. Dahulu, saat anak berusia 0-2
tahun panjang badan diukur dengan menggunakan papan kayu (length
board). Sementara untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, pengukuran
tinggi badan menggunakan alat bernama mikrotoise yang disandarkan ke
dinding.
2.2.5. Mengukur Status Gizi pada Balita

17
Grafik yang digunakan untuk mengukur status gizi anak usia kurang dari 5
tahun yaitu grafik WHO 2006 (cut off z score). Penggunaan grafik WHO 2006
dibedakan berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan:
1. Berat badan berdasarkan umur (BB/U)
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk
mengukur berat badan sesuai dengan usia anak. Penilaian BB/U dipakai untuk
mencari tahu kemungkinan seorang anak mengalami berat badan kurang,
sangat kurang, atau lebih. Namun, indikator ini biasanya tidak bisa dipakai
jika umur anak tidak diketahui secara pasti.
Status gizi anak berdasarkan BB/U yakni:
 Berat badan normal: -2 SD sampai +1 SD
 Berat badan kurang: -3 SD sampai <-2 SD
 Berat badan sangat kurang: <-3 SD
 Risiko berat badan lebih: >+1 SD
Anak yang tergolong ke dalam risiko berat badan lebih bisa saja punya
masalah pertumbuhan. Usahakan untuk memeriksa ulang menggunakan
indikator BB/TB atau IMT/U.
2. Status gizi tinggi badan berdasarkan umur anak (TB/U)
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk
mengukur tinggi badan sesuai dengan usia anak. Penilaian TB/U dipakai
untuk megindentifikasi penyebab jika anak memiliki tubuh pendek. Akan
tetapi, indikator TB/U hanya bisa digunakan bagi anak usia 2-18 tahun
dengan posisi berdiri.
Sementara jika usianya masih di bawah 2 tahun, pengukurannya
menggunakan indikator panjang badan atau PB/U dengan posisi berbaring.
Bila anak berusia di atas 2 tahun diukur tinggi badannya dengan cara
berbaring, nilai TB harus dikurangi dengan 0,7 sentimeter (cm).
Status gizi anak berdasarkan TB/U yakni:
 Tinggi: >+3 SD
 Tinggi badan normal: -2 SD sampai dengan +3 SD
 Pendek (stunting): -3 SD sampai dengan <-2 SD
 Sangat pendek (severe stunting): <-3 SD
3. Berat badan berdasarkan tinggi badan (BB/TB)

18
Indikator ini digunakan oleh anak usia 0-60 bulan, dengan tujuan untuk
mengukur berat badan sesuai dengan tinggi badan anak. Pengukuran ini yang
umumnya digunakan untuk mengelompokkan status gizi anak.
Status gizi anak berdasarkan BB/TB yakni:
 Gizi buruk (severely wasted): <-3 SD
 Gizi kurang (wasted): -3 SD sampai <-2 SD
 Gizi baik (normal): -2 SD sampai +1 SD
 Risiko gizi lebih: >+1 SD sampai +2 SD
 Gizi lebih (overweight): >+2 SD sampai +3 SD
 Obesitas: >+3 SD

Contoh Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dengan indikator BB/U untuk anak
laki-laki. Sumber: WHO

19
Contoh Grafik Pertumbuhan Anak (GPA) dengan indikator BB/U untuk anak
perempuan. Sumber: WHO

.3. Masalah Gizi pada Bayi dan Balita dan Faktor yang Mempengaruhinya
2.3.1. Masalah Gizi pada Bayi
1. Alergi
Bahan makan yang dapat bersifat alergen untuk bayi terutama pada
tahun pertama kehidupannya antara lain kacang-kacangan, mentega, telur,
susu sapid an kacang-kacangan. Apabila ada indikasi alergi dapa keluarga,
pemberian bahan-bahan yang dapat menimbulkan alegi tersebut sebaiknya
ditunda terlebih dahulu. Untuk produk susu misalnya dapat ditunda sampai
bayi berusia 1 tahun, 2 tahun untuk telur, 3 tahun untuk ikan dan kacang-
kacangan, Bayi yang alergi terhadap susu sapi dapat diberikan susu kedelai
atau soya.
2. Gizi Lebih (obesitas)
Bayi yang mengalami obesitas mempunyai kemungkinan obesitas lebih
besar dimasa pubertas dan dewasanya. Penyebab obesitas ini bisa multi
faktor antara lain genetik, gaya hidup dan pola makan yang tidak baik.

20
3. Karies gigi
Gigi susu beresiko mengalami karies gigi yang diakibatkan oleh
konsumsi ASI, Susu formula maupun makanan pendamping yang diberikan.
Pemberian makanan dan atau minuman manis untuk bayi melalui botol 3
kali/hr atau lebih dari 1 jam saat makan/minum dapat menjadi penyebab
kondisi ini.
4. Diare
Diare sering terjadi karena infeksi saluran cerna, bila hal ini sering
terjadi akan mengakibatkan dehidrasi sehingga memerlukan pengganti cairan
dan elektrolit yaitu dengan rehidrasi oral atau bila kondisi berlanjut lebih
parah dimungkinkan pemberian rehidrasi parenteral.
5. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)
Kekurangan yodium berakibat pada rendahnya tingkat intelegensia
anak dan proses tumbuh kembangnya, yaitu menjadi kerdil atau kretin,
gangguan pendengaran/tuli, retardasi mental, gangguan neuromotor, dan
sebagainya. Penyebab GAKY antara lain kurangnya asupan yodium,
tingginya konsumsi makanan goitrogenik, air minum kotor dan genetik.
2.3.2. Masalah Gizi pada Balita
1. KEP (Kurang Energi Protein) atau Protein Energy Malnutrition
KEP (Kurang Energi Protein) adalah suatu keadaan dimana rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak
memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Anak disebut KEP apabila berat
badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut usia (BB/U) baku
WHO-NCHS. KEP atau Protein Energy Malnutrition dapat diartikan sebagai
salah satu penyakit gangguan gizi yang penting dimana pada penyakit KEP
ditemukan berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh
kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacam-macam.
Kurangnya zat gizi makro (Energi dan Protein) pada balita bisa menyebabkan
KEP.
Penyebab penting terjadinya KEP adalah dimana kesadaran akan
kebersihan baik personal hygiene maupun kebersihan lingkungan yang masih
kurang sehingga memudahkan balita untuk terserang penyakit infeksi.
Terlihat pula adanya sinergisme antara status gizi dan infeksi. Keduanya
dipengaruhi oleh makanan, kualitas mengasuh anak, kebersihan lingkungan
21
dan lain-lain yang kesemuanya mencerminkan keadaan sosial-ekonomi
penduduk serta lingkungan pemukimannya.
2. Obesitas
Anak akan mengalami berat badan berlebih (overweight) dan kelebihan
lemak dalam tubuh (obesitas) apabila selalu makan dalam porsi besar dan
tidak diimbangi dengan aktivitas yang seimbang. Dampak obesitas pada anak
memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskuler, seperti : hiperlipidemia
(tingginya kadar kolesterol dan lemak dalam darah), hipertensi,
hyperinsulinemia, gangguan pernafasan, dan komplikasi ortopedik (tulang).
Apalagi bila hal ini tidak teratasi, berat badan berlebih (obesitas) akan
berlanjut sampai anak beranjak remaja dan dewasa. Konsekuensinya pada
anak juga menyangkut kesulitan- kesulitan dalam psikososial, seperti
diskriminasi dari teman-teman, self-image negative, depresi, dan penurunan
sosialisasi.
Upaya agar anak terhindar dari obesitas yakni kuncinya ada pada
keluarga. Ada banyak cara untuk mengendalikan kegemukannya :
a. Orangtua perlu melakukan pencegahan seperti mengendalikan pola
makan anak agar tetap seimbang. Awasi kebiasaan makannya,
jangan berikan makanan yang kandungan lemaknya tinggi.
b. Perbanyak makan sayuran setiap makan. Jangan banyak diberikan
masakan yang mengandung banyak lemak seperti santan yang
terlalu kental.
c. Selain itu memberikan cemilan yang sehat seperti buah-buahan.
d. Jangan terlalu banyak memberikan makanan dan minuman manis,
karena itu adalah sumber kalori yang dapat meningkatkan berat
badan.
e. Upayakan melibatkan anak pada aktivitas yang bisa mengeluarkan
energinya, terutama di luar ruangan seperti lari, berenang, atau
bermain bola, dan lain-lain.
f. Dan tentunya konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi bagaimana
solusinya yang terbaik bagi anak Anda.
3. Kurang Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat

22
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata, dan untuk
kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan
penyakit misalnya campak, diare, dan penyakit infeksi lainnya. Penyakit
mata yang diakibatkan oleh kurangnya vitamin A disebut xeropthalmia.
Xeropthalmia adalah kelainan pada mata akibat kurang vitamin A,
yaitu terjadi kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening
(kornea) mata. Penyakit ini merupakan penyebab kebutaan yang paling
sering terjadi pada anak-anak usia 2 – 3 tahun.
Vitamin A berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur
kepekaan rangsang sinar pada saraf retina mata. Jumlah yang dianjurkan
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi per hari 400 ug retinol untuk anak-anak
dan dewasa 500 ug retinol. Sumbernya ada di makanan hewani sebagai
retinol dan ada juga dari nabati sebagai pro vitamin A sebagai karotin, yang
nantinya dalam usus dengan bantuan tirosin baru dikonversi menjadi retinol.
4. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Pentingnya iodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme terhadap
penyakit gondok. Kekurangan mineral iodium pada anak dapat menyebabkan
pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental, dan perkembangan
fisik. Zat iodium penting untuk kecerdasan anak.
Gondok merupakan suatu gejala pembesaran pada kelenjar tiroid yang
terjadi akibat respons terhadap defisiensi/kekurangan iodium.
Iodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua sesudah zat besi yang
dianggap penting bagi kesehatan tubuh manusia walaupun sesungguhnya
jumlah kebutuhan tidak sebanyak zat-zat gizi lainnya. Manusia tidak dapat
membuat unsur/elemen iodium dalam tubuhnya seperti membuat protein atau
gula, tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui
sarapan iodium yang terkandung dalam makanan serta minuman.
5. Anemia Zat Besi (Fe)
Anemia adalah keadaan dimana hemoglobin darah kurang daripada
normal disebabkan karena kurangnya mineral (Fe) sebagai bahan yang
diperlukan untuk pematangan eritrosit (sel darah merah). Penyebab umum
dari anemia adalah tidak memiliki cukup zat besi. Anak- anak dapat
mengalami anemia bila tidak ada kandungan zat besi dalam makanan mereka
untuk membuat jumlah normal hemoglobin dalam darah mereka. Anemia
23
pada anak disebabkan kebutuhan Fe yang meningkat akibat pertumbuhan si
anak yang pesat dan infeksi akut berulang. Gejalanya anak tampak lemas,
mudah lelah, dan pucat. Selain itu, anak dengan defisiensi (kurang) zat besi
ternyata memiliki kemampuan mengingat dan memusatkan perhatian lebih
rendah dibandingkan dengan anak yang cukup asupan zat besinya.
Zat besi diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan juga
diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang
terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom),
untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi
tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatic) sehingga anemia pada
balita sukar untuk dideteksi.
Untuk meningkatkan penyerapan zat besi oleh tubuh, kombinasikan
bahan makanan sumber zat besi dengan vitamin C, misalnya berikan
potongan tomat dalam roti sandwich untuk anak

2.4. Menu Seimbang untuk Bayi dan Balita


Macam-macam Makanan untuk Bayi dan Menu Seimbang untuk Balita
Setelah bayi berumur 6 bulan, maka untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya
diperlukan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI). Makanan pendamping ASI
yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar. Jenis-jenis MP-ASI yang dapat
diberikan dapat berupa makanan saring, makanan lunak, dan makanan padat. Macam-
macam makanan untuk bayi:
a. ASI (Air Susu Ibu)
ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan banyak manfaat bagi ibu dan
bayinya. Yang utama adalah perlindungan terhadap infeksi saluran cerna. Inisiasi
menyusu dini, dalam waktu satu jam setelah lahir, melindungi bayi baru lahir dari
infeksi sehingga menurunkan angka kematian bayi baru lahir. ASI mempunyai
keunggulan baik ditinjau segi gizi, daya kekebalan tubuh, psikologi, ekonomi, dan
sebagainya.
b. MP-ASI (Makanan Pendamping ASI)
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan setelah bayi berumur 6
bulan. Jenis MP-ASI diantaranya :
 Makanan Saring adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh:
24
bubur susu, bubur sumsum, pisang saring, pepaya saring, tomat saring, dan
lain-lain.
 Makanan Lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair, contoh: bubur nasi, nasi tim, kentang puri, dan lain-lain.
 Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan
biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, kentang rebus, biskuit,
dan lain-lain.
Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat
sehingga kebutuhan gizi yang diperlukan berbeda dengan bayi maupun orang
dewasa. Balita membutuhkan lebih banyak lemak dan sedikit serat, untuk itu menu
seimbang yang diperlukan harus memperhatikan jumlah gula dan garam, porsi
makan, kebutuhan energi dan nutrisi, serta susu pertumbuhan.
Menu seimbang yang harus terpenuhi adalah :
a) Karbohidrat seperti nasi, roti, sereal, kentang, atau mie.
b) Buah dan sayur seperti pisang, pepaya, apel, jeruk, tomat, dan tomat.
c) Susu dan produk olahan susu.
d) Protein seperti ikan, susu, daging, telur, kacang-kacangan.
e) Lemak dan gula seperti yang terdapat dalam minyak, santan, mentega, roti,
dan kue mengandung omega 3 dan omega 6 yang penting untuk
perkembangan otak.
Makanan selingan balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat zat yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang
pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia
dewasa sampai lanjut.
Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel
otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu
diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil.
Pertumbuhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan
makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia 6 bulan yang telah diterima oleh
bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.

25
Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga.
Peranan orang tua sangat dibutuhkan untuk membentu perilaku makan yang sehat.
Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui dan mampu menerapkan makan yang
seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari
orang tua da orang di sekelilingnya dalam keluarga.
Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam diantara
makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup
menerima porsi makan karena susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan
pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap
yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem arem nasi isi
daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, pizza dan
lain lain.
Fungsi makanan selingan
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan
makanan selingan
2. Melengkapi zat zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utama
(pagi,siang dan malam)
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri dirumah sehingga sangat higenis
dibandingkan jika dibeli di luar rumah.
Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang
lengkap gizi, jangan banyak sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung
gula saja. Mkanan ini jika diberikan terus menerus sangat berbahaya. Jika sejak
kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa
samapai dewasa dan resiko obesitas menjadi meningkat. Obesitas merupakan
factor resiko pada usia yang relatif mudah dapat terserang penyakit tertentu.

26
BAB III
PENUTUP

.1. Kesimpulan
Dari Makalah yang sudah diketik diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
Asupan gizi mempunyai pengaruh yang besa terhadap perkembangan kesehatan
bayi sampai masa dewasanya kelak. Kebutuhan masing-masing bayi berbeda satu
sama lain tergantung pada usia, kecepatan tumbuh, aktifitas, efisiensi penyerapan
dan penggunaan makanan dalam tubuh. Diit yang seimbang juga akan berpengaruh
pada sistim imunitas, kemampuan intelektual dan pembentukan emosional.
Pemberian gizi yang berkualitas dan tepat harus diberikan pada masa ini karena
gangguan zat gizi pada masa ini akan mempengaruhi kualitas kehidupan masa
selanjutnya.
Lalu Balita adalah kelompok anak yang berusia 1 -5 tahun, dimana usia 1- 3
tahun termasuk dalam kelompok konsumen pasif dan diatas 3 tahun sampai 5 tahun
masuk dalam katagori konsumen aktif. Masalah gizi yang banyak terjadi pada
kelompok balita adalah Kurang Energi Protein, Obesitas, KVA, GAKY dan
anemia. Penanganan masalah gizi harus ditangani secara individual sesuai kasus
yang diderita. Kesehatan dan asupan gizi yang seimbang sesuai dengan
kebutuhannya merupakan kegiatan pencegahan terbaik untuk menanggulani
munculnya masalah gizi. Pemenuhan kebutuhan energi balita digunakan untuk
metabolisme basal, aktifitas, Spesific dynamic action, pertumbuhan dan
pembuangan feses.

.1. Saran
Sebagai Mahasiswa Kebidanan kita harus memahami gizi pada bayi dan balita,
karena nantinya kita akan membantu seorang ibu merawat bayi dari dalam
kandungannya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Didit, Pritasari, dan Nugraheni Tri. 2017. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta:
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan

Kemenkes. 2014. Pedoman Gizi Seimbang, Kemenkes RI

Soekirman, Tuti Soenardi, Sri Wahjoe Soekirman, Sunita Almatsier, Sudarmani Djoko,
Husaini Mahdi, Muhilal, Didit Damayanti, Pritasari. (2006) Hidup Sehat Gizi
Seimbang dalam siklus kehidupan manusia, Gramedia

Wiyono, Sugeng, Holil M. Par’i, dan Titus Priyo Harjatmo. 2017. Penilaian Status Gizi.
Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan

WHO

28

Anda mungkin juga menyukai