Anda di halaman 1dari 41

,BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium


Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak
dengan target menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiga
antara tahun 1990 hingga tahun 2015. Untuk mencapai tujuan tersebut
maka pemerintah melakukan strategi dan usaha, salah satunya yaitu
melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. Untuk
mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif diharapkan
dapat tercapai maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan menerapkan program inisiasi menyusu dini (IMD)
(Roesli,2008).
Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu
dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Menurut
Roesli tahun 2008 Inisiasi Menyusu Dini adalah permulaan kegiatan
menyusu dengan meletakan bayi tersebut diatas perut ibu atau dada
ibu,dalam waktu hampir satu jam bayi akan merangkak mencari puting
susu ibunya dan mulai menyusu sendiri. Menurut penelitian Unicef
tahun 2000 yang menyebutkan bahwa Inisiasi Menyusu Dini yang
dilakukan setelah satu jam pertama kelahiran dapat menyelamatkan
30.000 bayi di Indonesia yang biasanya meninggal pada bulan
pertama setelah kelahirannya.
Keberhasilan program IMD sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor,salah satunya adalah sosialisasi. Sosialisasi merupakan salah
satu cara menyampaikan informasi kepada publik, dan dapat
mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman mereka akan sesuatu.
Kurangnya pengetahuan dari orang tua, pihak medis maupun

1
keengganan untuk melakukannya membuat IMD masih jarang
dipraktekan.
Bidan dan tenaga gizi mempunyai peranan yang sangat penting
dalam memberikan pengaruh, edukasi, dan dukungan terhadap
praktek Inisiasi Menyusu Dini, memberikan konseling, memberikan
bimbingan dan promosi air susu ibu. Dengan turut andil dan
berkontribusi bidan dan tenaga gizi untuk memberikan pendampingan
bagi ibu menyusui. Sehingga akan semakin banyak ibu-ibu menyusui
di Indonesia yang akan menyadari bahwa IMD dan Asi Ekslusif sangat
penting dalam program 1000 HPK.
Pada kenyataannya pelaksanaan IMD diKelurahan Molawe masih
sangat kurang. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu
hamil dan kurangnya dukungan keluarga. Selain pengetahuan ibu dan
dukungan keluarga, bidan juga sangat berperan penting dalam
pelaksanaan IMD. Sebagian bidan yang berada diwilayah kerja
puskesmas molawe masih kurang melakukan promosi dan sosialisasi
tentang pentingnya IMD, ada juga sebagian bidan yang enggan
melakukan IMD disebabkan karena ibunya masih capek setelah
proses kelahiran. Hanya beberapa bidan yang melakukan IMD
meskipun pengetahuan mereka tentang IMD cukup baik namun
mereka masih kurang menyadari betapa pentingnya IMD tersebut
sebab mereka lebih mempomosikan susu formula demi kepentingan
mereka sendiri.
Puskesmas molawe terletak di Kecamatan Molawe Kabupaten
Konawe Utara. Dari data yang diperoleh pada tahun 2015 persentase
Asi Ekslusif pada bulan februari yang mendapat asi ekslusif sebesar
75% lebih tinggi dibanding pada bulan agustus sebesar 57,5% dan
belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu 80%, ini
disebabkan karena kurangnya penggetahuan ibu terhadap pentingnya
Inisiasi Menyusu dini (IMD) dan pemberian asi ekslusif

2
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada bayi sebelum
mencapai usia satu tahun. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling
dominan dan faktor yang kurang dominan. Tersedianya berbagai
fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan kesehatan dari tenaga
medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah
kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang
kesehatan merupakan faktor – faktor yang sangat berpengaruh
terhadap tingkat AKB. Beberapa penyebab kematian bayi dapat
bermula dari masa kehamilan 28 minggu sampai hari ke – 7 setelah
persalinan (masa perinatal). Penyebab kematian bayi yang banyak
adalah karena pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada  janin,
kelahiran premature dan berat badan bayi lahir rendah. Pada tahun
2012 Jumlah Kematian Bayi di laporkan 31 orang.
Kematian ibu maternal dikabupaten konawe utara pada tahun
2011 berjumlah 4 orang, dan pada tahun 2012 kematian ibu maternal
terjadi penurunan yaitu berjumlah 3 orang. Jika dilihat dari penyebab
kematiannya, kasus kematian ibu tahun 2012 adalah pada kasus
kematian ibu hamil, ibu nifas dan kematian ibu bersalin. (Dinkes
konut,2012)
Berdasarkan data dinas kesehatan Kabupaten Konawe Utara
angka kematian bayi pada tahun 2014 sebanyak 14 orang, dan pada
tahun 2015 sebanyak 24 orang yang meninggal. Sedangkan angka
kematian ibu pada tahun 2014 sebanyak 2 orang, dan pada tahun
2015 sebanyak 3orang ibu hamil yang meninggal. Berdasarkan data
diatas dapat disimpulkan bahwa angka kematian bayi dan angka
kematian ibu mengalami peningkatan setiap tahunnya.

3
B. Perumusan Masalah

Adapun Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah


bagaimana peran bidan melalui pemberdayaan kelas ibu hamil dalam
program peningkatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) diwilayah kerja
Puskesmas Molawe Kabupaten Konawe Utara tahun 2017.

C. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran Bidan melalui pemberdayaan kelas ibu
hamil dalam program peningkatan Inisiasi Menyusu Dini ( IMD )
diwilayah kerja Puskesmas Molawe Kabupaten Konawe Utara.
2) Tujuan Khusus
1. Mengetahui peran Bidan dalam program peningkatan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) melalui pemberdayaan kelas ibu hamil
diwilayah kerja Puskesmas Molawe Kabupaten Konawe Utara.
2. Mengetahui Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi
Menyusu Dini ( IMD ) melalui pemberdayaan kelas Ibu hamil
diwilayah kerja Puskesmas Molawe Kabupaten Konawe Utara.
3. Mengetahui sikap Ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini( IMD)
melalui pemberdayaan kelas Ibu hamil diwilayah kerja
Puskesmas Molawe Kabupaten Konawe Utara.
4. Mengetahui Tingkat pengetahuan Bidan tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) diwilayah kerja Puskesmas Molawe
Kabupaten Konawe Utara.
5. Mengetahui Peningkatan Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
diwilayah kerja Puskesmas Molawe Kabupaten Konawe utara.

4
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara Dapat digunakan


sebagai bahan evaluasi atau rekomendasi yang berguna untuk
mendukung/ meningkatkan sosialisasi program Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) sehingga hasil sosialisasi program tersebut lebih
optimal, tujuan program tercapai dan semua bidan melakukan IMD
dalam setiap pertolongan persalinan sehingga cakupan IMD di
puskesmas Molawe meningkat.
2. Bagi Profesi IBI
Untuk memberikan masukan kepada Organisasi Ikatan Bidan
Indonesia (IBI), khususnya Kabupaten Konawe Utara agar lebih
memotivasi anggotanya untuk melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan, serta mampu menciptakan solusi-solusi terhadap
kendala-kendala yang umumnya terjadi di masyarakat.
3. Bagi Politeknik Kesehatan Kendari
Memberikan gambaran hasil mahasiswa selama proses
pembelajaran,dan dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan
keilmuan khususnya bidang praktik bidan dalam pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) .
4. Bagi Peneliti Lain
Dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan tentang Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dengan variabel dan jenis penelitian lain, untuk
tercapainya hasil yang optimal.

5
E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Inisiasi menyusu dini (IMD) telah banyak


dilakukan, namun penelitian tersebut dilakukan dengan variabel yang
berbeda dengan penelitian ini. Berikut ini beberapa penelitian tentang
IMD yang pernah dilakukan.

Tabel 1.2. Keaslian Penelitian


Penelitian Subjek Metode Persamaan Perbedaan
Mujiati & Ibu Study kasus 1.Melakukan 1.Tempat
Novianti nifas sosialisasi penelitian
2015 tentang IMD. diKecamatan
2. Tujuan MOlawe.
khusus: 2.Subjeknya: ibu
mengetahui hamil dan bidan
tingkat 3.Metode
pengetahuan Ibu penelitian:deskriptif
tentang IMD dengan
pendekatan cross
sectional.
Dianita & Ibu Deskriptif 1.Desain 1.Tehnik sampling
Ayu 2014 hamil penelitian: yang digunakan :
deskriptif total sampling
2.pengambilan 2. Seluruh Ibu
data hamil dan bidan
mengunakaan
kuesioner
Khiyarotu Bidan Korelasional 1.metode yang 1. Seluruh Ibu
n & Noveri digunakan Hamil dan bidan
2010 dengan 2.metode
pendekatan coss penelitian:
sectional Deskriptif
2.Tujuan Khusus
Mengetahui
peran bidan
dalam praktek
IMD

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusu Dini (Imd)

1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD atau Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu


segera setelah dilahirkan, dimana bayi mencari putting susu ibunya
sendiri tidak disodorkan keputing susu ( Rusli.U,2008).
Pengertian IMD menurut Kemenkes (2014) adalah proses bayi
menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari
putting susu ibunya sendiri (tidak dituntun keputing susu). Dua
puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang
sangat penting untuk keberhasilan menyusu selanjutnya. Pada jam-
jam pertama setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang
bertanggung jawab terhadap produksi ASI.
Berikut ini langkah –langkah melakukan Inisiasi Menyusu Dini yang
dianjurkan:
1) Begitu lahir , bayi diletakan diperut ibu yang sudah dialasi
kain kering.
2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala
secepatnya,kecuali kedua tanggannya.
3) Tali pusat dipotong lalu diikat.
4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi
sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman
kulit bayi.
5) Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan didada atau
diperut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan
bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi

7
untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya
(Roesli.U,2008).

2. Manfaat IMD
Manfaat kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan
bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan
(Roesli,2012):
a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi
merangkak mencari payudara.
b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak
jantung bayi lebih stabil.
c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri
dari kulit ibunya dan dia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan
bakteri baik dari kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang
biak membentuk koloni dikulit dan usus bayi. Menyaingi bakteri
jahat dari lingkungannya.
d. Ikatan kasih sayang (Bonding) antara bayi-ibu akan lebih baik
karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga.
Setelah itu biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.
Pemberian ASI lebih awal dapat membantu bayi untuk belajar
menyusu ( UNICEF,2015).
e. Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini lebih berhasil
menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui. Menunda
permulaan menyusu lebih dari satu jam menyebabkan
kesukaran menyusui.
f. Peletakan bayi pada ibu dan pengisapan putting ibu
merangsang pengeluaran hormone oksitosin dan proklatin.
Hormon proklatin akan merangsang produksi ASI.
IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga
pengeluaran ASI dapat terjadi pada hari pertama kelahiran. ASI
yang keluar pada hari pertama kelahiran mengandung kolostrum

8
yang memiliki protein dan immunoglobulin dengan konsentrasi
paling tinggi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena kaya
akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus dan
ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi
kelangsungan hidupnya.

3. Perilaku bayi sebelum menyusu


Semua bayi akan melalui 5 tahapan yang sama saat IMD,
antara lain (Yuliarti,2010;Roesli,2012) :
a. Selama 30 menit pertama merupakan stadium
istirahat/diam dalam keadaan siaga. Bayi diam tidak
bergerak, masa tenang yang istimewa ini merupakan
penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke
keadaan diluar kandungan. Bonding (hubungan kasih
sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam
suasana aman serta meningkatkan kepercayaan diri ibu
dan ayah terhadap kemampuan keberhasilan menyusui
(Roesli,2012).
b. Antara 30-40 menit sesudah bayi tenang, bayi akan
mengecap bagian atas telapak tangannya. Bau ditelapak
tangan ini mirip dengan ASI yang akan keluar, jadi bau ini
memandu bayi untuk mencari putting susu ibunya. Oleh
karena itu, saat membersihkan bayi, bagian atas telapak
tangannya jangan dikeringkan.
c. Menekan diatas perut tepat diatas rahim guna
menghentikan perdarahan. Hal tersebut dapat membantu
mengecilkan kontraksi rahim.
d. Bayi mulai bergerak kearah payudara dan menekan
payudara dan hal tersebut akan merangsang susu keluar.
Sambil bergerak, ia menjilat dan mengambil bakteri dari
kulit ibunya. Seberapa banyak ia menjilat Cuma ia yang

9
tahu berapa kebutuhannya akan bakteri yang masuk
kepencernaannya itu dan menjadi bakteri lactobacillus. Ia
memasukan mulutnya, kemudian dijilat sampai ia yakin
oksitosin ibunya cukup, baru naik keatas. jadi hanya dia
yang tahu.
e. Setelah merasa cukup maka ia akan bergerak kearah
puting susu sampai menemukannya. Pada saat tersebut,
tidak mesti ASI keluar yang penting ia telah mencapai
putting dan mulai mengisap. Walaupun ia sudah
menemukan putting susu ibunya, biarkan selama 1 jam
untuk proses skin to skin contact.
4. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya
kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi menurut Roesli (2008) yaitu :
1) Bayi kedinginan
Berdasarkan Penelitian dr Niels Bergman (2005) ditemukan
bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi 1°C lebih panas
daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang
diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun
1°C. Jika bayi kedinginan suhu dada ibu akan meningkat 2°C
untuk menghangatkan bayi.
2) Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui
bayinya Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya
segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke
kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.
3) Tenaga Kesehatan kurang tersedia
Saat usia bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat
menjalankan tugas. Bayidapat menemukan sendiri payudara
ibu. Lihat ayah atau keluarganya terdekat unuk menjaga bayi
sambil memberikan dukungan pada Ibu.

10
4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk
Dengan bayi diatas ibu, ibu dapat dipindahkan keruang pulih
atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk
meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
5) Ibu harus dijahit
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi diarea payudara.
yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit
gonore (gonorhea) harus segera diberikan setelah lahir
7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan
diukur. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan
hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix (zat
lemak putih yang melekat pada bayi) meresap, melunakkan dan
melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera
setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda
sampai menyusu dini selesai.
8) Bayi kurang siaga
Pada 1 -2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert).
Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi
mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih
penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk
bonding (ikatan kasih sayang).
9) Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai
sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal) Kolostrum
cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi
dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat
dipakai pada saat itu.
10)Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya bagi bayi.
Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi.
Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada

11
bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding
usus yang masih muda.
5. Pengetahuan Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini ( IMD)
Didasari oleh pengetahuan yang positif maka seorang bidan
akan melakukan kegiatan yang positif contohnya ibu-ibu
diperintah/ dianjurkan oleh seorang bidan berdasarkan
pengetahuan yang dia dapati untuk melakukan penggunaan ASI
Eksklusif dan pentingnya melakukan inisiasi menyusu secara
dini,mereka akan segera melakukan perintah/ anjuran tersebut.
Pengetahuan petugas penolong persalinan, merupakan
salah satu peran yang berarti terhadap praktek inisiasi menyusu
dini. Informasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dominan didapatkan
dari bidan yang menangani pemeriksaan kehamilan dan
persalinan, yang menjadi masalah karena informasi tersebut tidak
selamanya disampaikan bidan jauh sebelum praktek IMD
dilakukan, bahkan terkadang diberi tahu sesaat setelah
melahirkan.
Namun yang paling dominan, adalah yang mendapatkan
informasi saat pemeriksaan kehamilan. Dengan pengetahuan
seorang bidan terhadap IMD maka dapat menginformasikan pada
pasien yang datang memeriksakan kehamilannya mengenai ASI
Eksklusif maupun IMD, meskipun terkadang informasi itu diberikan
pada umur kehamilan yang mendekati persalinan. Keterlambatan
penyampaian informasi menyebabkan masih adanya ibu yang
ragu mengambil keputusan untuk IMD.
6. Sikap Bidan Dalam Inisiasi Menyusu Dini ( IMD)
Menurut Notoadmojo (2007), sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
penghayatan terhadap objek. Sikap juga diartikan sebagai

12
penggambaran setuju atau tidak setuju seseorang terhadap objek,
yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain dan
membuat seseorang mendekati atau menjauhi objek lain. Dikutip
dari Aprilia (2010) salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan IMD dan pemberian ASI Eksklusif adalah faktor
sikap, petugas kesehatan khususnya bidan dalam hal motivasi, ibu
dalam pelaksanaan IMD.
Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat
membangkitkan rasa percaya diri ibu untuk membuat keputusan
menyusui bayinya. Informasi tentang perawatan payudara selama
masa kehamilan, lama menyusui, keuntungan menyusui, inisiasi
menyusu dini, merupakan dukungan tenaga kesehatan untuk
menyukseskan kelangsungan pemberian ASI Eksklusif.
Sikap bidan dalam praktek inisiasi menyusu dini juga
diungkapkan oleh Februhartanty, dalam penelitiannya bahwa
sekitar 80% bayi baru lahir ini menerima makanan/ minuman
prelakteal berdasarkan anjuran dari petugas kesehatan. Kutipan
hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa terlaksana atau
tidaknya inisiasi menyusu dini, ikut dipengaruhi oleh peran (sikap)
petugas kesehatan, dalam hal ini bidan.
Menurut Roesli (2008), umumnya praktek (tindakan) inisiasi
menyusu dini yang kurang tepat tetapi masih dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
1. Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi
kain kering.
2. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering tali pusat lalu
dipotong dan diikat.
3. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan
selimut bayi.
4. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu (tidak
terjadi kontak kulit).

13
5. Setelah bayi dibedong kemudian diangkat dan disusukan
pada ibu dengan cara memasukan puting susu ibu ke mulut
bayi.
6. Setelah itu, bayi ditimbang, diukur, diazankan oleh ayahnya,
diberi suntikan vitamin K, dan kadang-kadang diberi tetes
mata.
7. Peranan Bidan Dalam Pelaksanaan IMD
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan Program Pendidikan bidan yang telah diakui
pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang
berlaku, yang mempunyai tugas penting dalam bimbingan dan
penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan nifas, dan menolong
persalinan serta mempunyai tugas penting dalam pendidikan dan
konsling, tidak hanya untuk klien, tetapi juga untuk keluarga dan
masyarakat (Notoatmodjo,1993 dalam Puspitasari E, 2009).
Dalam pelaksanaan praktiknya, bidan mempunyai
wewenang yang diatur sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900/ MENKES/ SK/VII /
2002, dimana seorang bidan mempunyai wewenang yang diberikan
tersebut, bidan harus:
a. Melaksanakan tugas kewenangan sesuai dengan standar
profesi.
b. Memiliki keterampilan dan kemampuan untuk tindakan yang
dilakukannya.
c. Mematuhi dan melaksanakan protap yang berlaku di
wilayahnya.
d. Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan dan
berupaya secara optimal dengan mengutamakan keselamatan
ibu dan bayi atau janin. Salah satu wewenangnya adalah
pelayanan kesehatan kepada anak yang meliputi:

14
a) Pelayani neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit di
luar rumah sakit:
1. Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih dan
aman.
2. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini.
3. Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi
bernafas spontan.
4. Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan.
5. Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui
perawatan tali pusar secara higienis, pemberian
imunisasi dan pemberian ASI Eksklusif.
b). Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan
pada bayi 0 – 28 hari.
c). Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI Eksklusif
untuk bayi di bawah 6 bulan dan makanan pendamping ASI
(MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan.
d). Pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan
kualitas tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan
stimulasi tumbuh kembang balita.
e). Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit
ringan sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang sudah
ditetapkan dan segera merujuk pada dokter.
Peran Bidan dalam Meningkatkan IMD dan Pemberian ASI
Eksklusif Berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat
pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada
petugas kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter karena
merekalah yang pertama-tamaakan membantu ibu bersalin
melakukan Inisiasi Menyusu Dini
Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami
tatalaksana IMD dan laktasi yang baik dan benar, petugas
kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif

15
terhadap IMD danASI Eksklusif. Mereka diharapkan dapat
memahami, menghayati dan mau melaksanakannya. Betapa pun
sempitnya waktu yang dipunyai oleh petugas kesehatan tersebut,
diharapkan masih dapat meluangkan waktu. untuk memotivasi dan
membantu ibu habis bersalin untuk melaksanakan IMD dan ASI
Eksklusif.
Kesiapan petugas kesehatan termasuk bidan dalam program
laktasi merupakan kunci keberhasilan Peranan bidan dalam
menyukseskan IMD dan ASI Eksklusif tidak lepas dari wewenang
bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu dan anak
sebagaimana tercantum dalam Kepmenkes no 900/ Menkes /SK/
2002 Bab V Pasal 18 yaitu meningkatkan pemeliharaan dan
penggunaan air susu ibu. Disamping itu dengan menginformasikan
ASI pada setiap wanita hamil serta membantu ibu memulai
pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir.
Guna mendukung keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini dan
ASI Eksklusif, WHO merekomendasikan kepada seluruh tenaga
kesehatan agar melakukan 7 kontak ASI atau 7 pertemuan ASI
dalam upaya sosialisasi program dan setiap kali melakukan
pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu:
a. Pada saat Ante Natal Care (ANC) pertama / kunjungan
pertama (K1) di Klinik Kesehatan Ibu dan Anak.
b. Pada saat Ante Natal Care (ANC) kedua / kunjungan kedua
di Klinik Kesehatan Ibu dan Anak.
c. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh bidan/ dokter
penolong persalinan di kamar bersalin atau kamar operasi.
d. Sosialisasi ASI di ruang perawatan pada hari ke 1-2.
e. Sosialisasi ASI pada saat kontrol pertama hari ke 7.
f. Sosialisasi ASI pada saat kontrol kedua hari ke 36.
g. Sosialisasi ASI pada saat imunisasi.

16
8. Peran tenaga gizi dipuskesmas
a. Pengertian tenaga gizi
Tenaga gizi puskesmas adalah tenaga yang diberi
tangungg jawab wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melaksanakan pelayanan dibidang gizi
masyarakat termasuk makanan, yang meliputi pengamatan,
penyusunan program, pelaksanaan, dan penilaian gizi bagi
perorangan dan kelompok masyarakat ( Depkes RI, 2008)
b. Peran dan tugas tenaga gizi
Peran utama tenaga gizi puskesmas adalah sebagai
pengelola dan pelaksana program gizi puskesmas yaitu sebagai
penyuluh, pelatih dan pelaksana program gizi. Fungsi tenaga
gizi puskesmas terdiri dari :
1. Merencanakan, mengkoordinir, melaksanakan program-
program, memantau dan menilai program gizi yang
dilaksanakan di puskesmas.
2. Melatih kader gizi yang mendapat tugas untuk membantu
kegiatan gizi didesa.
3. Menyuluh kelompok masyarakat tertentu dalam rangka
memperbaiki pengetahuan gizi sehat.
4. Melaksanakan kegiatan-kegiatan gizi lain dalam rangka
memperbaiki status gizi masyarakat.
Tugas tenaga gizi puskesmas adalah mengelolah
program gizi mulai dari perencanaan, pengkoordinasian,
pelaksanaan, pemantauan dan penilaian. Selain itu juga
melaksanakan tugas penyuluhan/ penyuluhan gizi pengunjung
puskesmas, penyuluhan gizi masyarakat, pelatihan kader, dan
bimbingan teknis gizi.
Peran tenaga gizi dalam penelitian ini yaitu melakukan
sosialisasi tentang pentingnya inisiasi menyusu dini (IMD)

17
terhadap ibu hamil dengan tujuan mengurangi angka kematian
ibu dan bayi, sehingga program peningkatan inisiasi menyusu
dini (IMD) dapat meningkat di Kabupaten Konawe Utara.
9. Karateristik Ibu Hamil
a. Umur ibu
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat
yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum
cukup tinggi dewasanya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman
jiwa ( Nursalam,2001)
Sedangkan usia ibu hamil adalah usia ibu yang diperoleh
melalui pengisian kuesioner. Penyebab kematian maternal dari
faktor reproduksi diantaranya adalah maternal age/usia ibu.
Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk
kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian
maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah
20 tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun.
Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai
35 tahun (Sarwono, 2008).
Usia seorang wanita pada saat hamil sebaiknya tidak
terlalu muda dan tidak terlalu tua. Umur yang kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun, berisiko tinggi untuk melahirkan.
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil harus siap fisik,
emosi, psikologi, sosial dan ekonomi (Ruswana, 2006). Usia ibu
kurang dari 20 tahun Remaja adalah individu antara umur 10-19
tahun. Penyebab utama kematian pada perempuan berumur 15-
19 tahun adalah komplikasi kehamilan, persalinan, dan
komplikasi keguguran. Kehamilan dini mungkin akan

18
menyebabkan para remaja muda yang sudah menikah
merupakan keharusan sosial (karena mereka diharapkan untuk
membuktikan kesuburan mereka), tetapi remaja tetap
menghadapi risiko-risiko kesehatan sehubungan dengan
kehamilan dini dengan tidak memandang status perkawinan
mereka.
Kehamilan yang terjadi pada sebelum remaja berkembang
secara penuh, juga dapat memberikan risiko bermakna pada
bayi termasuk cedera pada saat persalinan, berat badan lahir
rendah, dan kemungkinan bertahan hidup yang lebih rendah
untuk bayi tersebut. Wanita hamil kurang dari 20 tahun dapat
merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan
perkembangan janin karena belum matangnya alat reproduksi
untuk hamil.
b. Tingkat Pengetahuan ibu
Pengetahuan didifinisikan sebagai pengenalan terhadap
kenyataan, kebenaran, prinsip dan keindahan terhadap suatu
objek. Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang
diperhatikan, dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal
dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non
formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio,
menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya.
Menurut Notoatmodjo ( 2003) pengetahuan merupakan
hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
dipengaruhi oleh usia,lingkungan pendidikan, agama, dan sosial
ekonomi.
Penelitian Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa
sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru di dalam diri
orang tersebut terjadi proses untuk mendapatkan pengetahuan

19
terlebih dahulu. Proses tersebut secara berurutan sebagai
berikut:
1) awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus;
2) interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek
tersebut, di sinilah sikap objek sudah mulai timbul;
3) evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagidirinya;
4) trial (mencoba) dimana subjek mulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus;
5) adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap
stimulus.
Tingkatan Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003),
pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai
6 tingkatan. Enam tingkatan pengetahuan tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Tahu (know);
2) Memahami (comprehension);
3) Aplikasi (aplication);
4) Analisis (analysis);
5) Sintesis (syntesis);
6) Evaluasi (evaluation). Pengetahuan seperti halnya sikap
dapat diukur melalui metode wawancara, observasi dan uji
tertulis.
c. Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah lamanya proses belajar secara formal
yang dialami oleh individu selama masa kehidupannya. Proses
belajar tersebut bertujuan untuk meningkatkan atau
mematangkan intelektual.

20
Karena didalam proses pendidikan tersebut terjadi roses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan perubahan
kearaha yang lebih dewasa lebih baik dan lebih matang pada
diri individu kelompok atau masyarakat.
Kegiatan atau proses belajar dapat terjadi diaman saja
kapan saja dan oleh siapa saja seseorang dapat dikatakan
belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tau,
menjadi tau, dari tidak mengerjakan menjadi dapat
mengerjakan sesuatu. Namun demikian tidak semua
perubahan itu terjadi karena belajar saja, misalnya
perkembangan anak dari tidak dapat berjalan menjadi dapat
berjalan. Perubahan itu terjadi bukan hasli proses belajar, tetapi
karena proses kematangan.
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku
yang dinamis dimana perubahan tersebut bukan sekedar
proses transfer materi atau teori dari seseorang ke orang lain
dan bukan seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan
tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri
individu, kelompok atau masyarakat itu sendiri.

d. Pengertian sikap
Sikap secara umum dapat diartikan sebagai sebuah
kecendrungan untuk melakukan tindakan. Tindakan ini dapat
berupa tindakan yang positif maupun tindakan yang negative.
Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tetap
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek atau benda,
tindakan atau peristiwa.

21
Menurut Notoatmodjo (2010),terdapat bebrapa tingkatan sikap,
yaitu :
1. Menerima, diartikan seseorang mau menerima stimulus yang
diberikan.
2. Menanggapi, diartikan subjek memberikan jawaban atau
tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai diartikan subjek memberikan nilai positif
terhadap objek/stimulus, dalam arti membahasnya dengan
orang lain bahkan mengajak atau mempengaruhi atau
menganjurkan orang lain untuk merespon.
4. Bertanggungjawab, diartikan bertanggungjawab atas segala
sesuatu yang telah diyakininya dengan segala resiko
tingkatan ini merupakan tingkatan sikap yang paling tinggi
Sikap seseorang dapat mempengaruhi orang lain untuk
bertindak. Sikap bidan yang tidak mau memberikan informasi
mengenai IMD kepada ibu hamil atau melahirkan dapat
mempengaruhi tindakan ibu untuk melakukan IMD.
Pengukuran sikap yang dipaparkan oleh Notoatmodjo
2011 dilakukan dengan berdasarkan jenis penelitian yang
akan dilakukan ( kuantitatif atau kualitatif ). Mengukur sikap
sama halnya dengan menggali suatu pendapat atau
penilaian seseorang terhadap suatu objek yang terkadang
objek tersebut bersifat abstrak. Cara pengukuran sikap sama
halnya dengan mengukur pengetahuan yang berbeda hanya
pada pertanyaan saja.
Cara mengukur sikap dengan cara yang sederhana
adalah responden hanya dihadapkan pada dua pilihan,
contohnya suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju,
positif dan negative, dan sebagainya. Sedangkan
pengukuran yang kompleks adalah dengan menghadapkan

22
respon pada pilihan yang bertingkat, contohnya sangat tidak
setuju, tidak setuju, netral, setuju, dan sangat setuju.

10. Sosialisasi
Dalam rangaka peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi
juga peningkatan cakupan ASI ekslusif ,perlu dilakukan suatu
program yang dilaksanakan secara terarah dan kontinyu.
Menanamkan prinsip Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekslusif pada
setiap asuhan yang diberikan bidan kepada masyarakat sangatlah
penting, hal ini berhubungan dengan upaya untuk merubah prilaku
ibu supaya selalu melakukan IMD.
Defenisi sosialisasi yang ditulis di Wikipedia(2008) adalah
sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari satu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah
kelompok atau masyarakat. Menurut Depkes RI (2005) sosialisasi
adalah penyebar luasan informasi (program, kebijakan,peraturan)
dari satu pihak (pemilik program,kebijakan,peraturan) kepada pihak
–pihak lain (aparat,masyarakat yang terkena program,dan
masyarakat umum).
Berbagai jenis informasi dalam rangka sosialisasi dapat
disampaikan dalam pola dan bentuk kegiatan kegiatan, yaitu
melalui berbagai jenis event seperti : seminar, workshop, talkshow,
simulasi ataupun penyebaran buku,leflet, brosur, CD dan sebaran
lainnya. Tergantung pada khalayak sasaran dan jenis pesan atau
informasi yang ingin disebarluaskan, sosialisasi dapat dilakukan
melalui tiga metode berikut ini :
1. Komunikasi tatap muka seperti pertemuan warga (musyawarah
dusun,musyawarah desa),kunjungan rumah, kunjungan
ketempat-tempat berkumpulnya warga, lokakarya,rapat
evaluasi.

23
2. Komunikasi massa seperti penyebar luasan leflet, pamphlet,
poster, komik,newsletter,dan pemutaran film documenter.
3. Pelatihan pelaku seperti pelatihan untuk fasilitator, konselor
maupun mutivator ASI.
B. Kerangka Teori

Perilaku seseorang menurut teori model Precede yang


dikutip dalam Notoadmodjo (2010),dipengaruhi oleh beberapa
faktor ,yaitu faktor predisposisi (pengetahuan,sikap,keyakinan,nilai-
nilai dan beberapa unsur yang terdapat dalam diri individu atau
masyarakat), Faktor pendukung (faktor pendukung ini terlihat dalam
bentuk lingkungan fisik), dan faktor penguat (terlihat dalam bentuk
kebijakan dan lain-lain) Dengan demikian,berdasarkan uraian
diatas maka dapat dibuat dalam suatu kerangka teori yaitu :
1. Kerangka teori

Faktor predisposisi

- Umur
- pendidikan
- Pengetahuan
- Sikap
- Pekerjaan
- Sosial ekonomi
- Motifasi
Sosialisasi
Faktor pendukung IMD

- Keluarga
- Lingkungan
- Sosial budaya

Faktor pendorong

- Peran petugas kesehatan

24
Gambar 1 : Kerangka Teori
Sumber : Teori model Precede yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010).

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan dari tujuan penelitian maka dapat dibuat


kerangka konsep yang merupakan bentuk penyederhanaan dari
kerangka teori yang telah diuraikan diatas,Variabel yang menjadi
fokus peneliti dalam penelitian ini adalah karateristik ibu
(pengetahuan,dan sikap) dan faktor pendorong (bidan) serta
variable dependent yaitu sosialisasi Inisiais Menyusu Dini (IMD).
Dengan demikian dapat dibuat kerangka konsep penelitian ini
sebagai berikut :

2. Kerangka konsep penelitian


Variabel Independent Variabel Dependent
Faktor predisposisi
Karakteristik ibu
- Pengetahuan
- Sikap

Faktor pendukung
- Keluarga
- Lingkungan Sosialisasi IMD
- Sosial budaya

Faktor pendorong
- Bidan
.
Keterangan:
: variabel yang diteliti

25
: variabel yang tidak diteliti

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :


Ho: Tidak ada pengaruh Persepsi ibu pada proses sosialisasi IMD
melalui pemberdayaan kelas ibu hamil diwilayah Puskesmas
Molawe, Kabupaten Konawe Utara
Ha: Ada pengaruh Persepsi ibu pada proses sosialisasi IMD melalui
pemberdayaan kelas ibu hamil diwilayah Puskesmas Molawe,
Kabupaten Konawe Utara

26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan desain penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan


pendekatan cross sectional dimana variable bebas dan terikat diukur
pada priode waktu yang bersamaan.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bidan yang
berjumlah 6 orang dan ibu hamil berjumlah 62 orang yang ada
diwilayah puskesmas molawe, Kabupaten Konawe Utara.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bidan dan ibu hamil yang
berada diwilayah kerja puskesmas molawe, tehnik sampling yaitu
total sampling, jumlah sampling bidan sebanyak 6 orang dan ibu
hamil sebanyak 62 orang dari 6 desa diantaranya desa Mataiwoy
sebanyak 10 orang, Desa Bandaeha sebanyak 8 0rang, Kelurahan
Molawe sebanyak 20 orang,desa Awila sebanyak 11orang, Desa
Awila Puncak sebanyak 8 orang, dan Desa Mowundo sebanyak 5
orang (Pkm.molawe 2016).

C. Tempat dan waktu Penelitian

27
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas
Molawe Kabupaten Konawe Utara pada bulan Juli 2017.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian antara lain:


1. Variabel Bebas
Faktor karateristik ibu yang meliputi : tingkat
pengetahuan, dan sikap.
2. Variabel Terikat
Peran bidan melalui pemberdayaan kelas ibu hamil
dalam program peningkatan IMD diwilayah Puskesmas Molawe
Kabupaten Konawe Utara.

E. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

1. IMD atau inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu


segera setelah dilahirkan, dimana bayi mencari putting susu
ibunya sendiri tidak disodorkan keputing susu ( Roesli.U,2008).
2. Praktek bidan tentang IMD atau inisiasi menyusu dini.
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa
yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan
melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau
disikapinya ( notoatmodjo : 2003 ). Praktek inisiasi menyusu dini
oleh bidan yaitu bidan melaksanakan program IMD pada ibu-ibu
yang melakukan persalinan
kriteria objektif :
a. Melakukan praktek Inisiasi Menyusu Dini

28
b. Tidak melakukan praktek Inisiasi Menyusu Dini

3. Sosialisasi tenaga gizi terhadap IMD


Defenisi sosialisasi yang ditulis di Wikipedia(2008) adalah
sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai
dan aturan dari satu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah
kelompok atau masyarakat. Menurut Depkes RI (2005)
sosialisasi adalah penyebar luasan informasi (program,
kebijakan,peraturan) dari satu pihak (pemilik
program,kebijakan,peraturan) kepada pihak –pihak lain
(aparat,masyarakat yang terkena program,dan masyarakat
umum).
a. Melakukan sosialisasi IMD
b. Kurang melakukan sosialisasi IMD
4. Pengetahuan Ibu Hamil
Menurut Notoatmodjo ( 2003) pengetahuan merupakan
hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
dipengaruhi oleh usia,lingkungan pendidikan, agama, dan sosial
ekonomi.
kriteria objektif sebagai berikut :

1). Tingkat pegetahuan cukup apa bila skor jawaban ≥ 60%


2).Tingkat pengetahuan kurang apabila skor jawaban < 60
(notoadmodjo,2003)
5. Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu.

29
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tetap dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek atau benda,
tindakan atau peristiwa..skornya dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1). Cukup : Bila jawaban responden ≥ 60)%

2). Kurang : Bila jawaban responden < 60%

F. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
a. Data perimer
Data primer mengenai identitas sampel yaitu
karateristik ibu meliputi pengetahuan ibu, sikap ibu,serta
peran bidan dalam pelaksanaan IMD.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah keadaan umum wilayah kerja
puskesmas molawe, data mengenai jumlah ibu hamil dan
jumlah bidan yang berada diwilayah puskesmas molawe.
2. Teknik pengumpulan data
Data primer berupa sikap ibu, pengetahuan ibu, peran
bidan dalam pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
pengumpulannya dilakukan melalui wawancara dengan
mengunakan kuesioner (terlampir).
Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan dan
pelaporan di puskesmas molawe.

G. Instrumen dan Bahan Penelitian

30
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner pengukuran pengetahuan ibu,sikap ibu dan praktek
bidan, yang dirancang sendiri oleh peneliti berdasar pada
sumber kepustakaan.
H. Prosedur Penelitian

Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti mengajukan


surat permohonan untuk mendapatkan rekomendasi dari
Sekolah Politeknik Kesehatan Kendari Program Study Diploma
IV dan permintaan ijin penelitian kepada Kepala Puskesmas
Molawe Kabupaten Konawe Utara. Setelah mendapatkan
persetujuan, kemudian peneliti melakukan penelitian yang
sesuai dengan prinsip-prinsip etis penelitian yaitu meminta
persetujuan kepada responden. Kemudian peneliti menjelaskan
maksud dari penelitian serta dampak yang mungkin terjadi
selama dan sesudah pengumpulan data. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada ibu yang
memenuhi kriteria penelitian distribusi frekuensi dan proporsi
masing-masing variabel yang diteliti.

I. Manajemen Data

1. Pengolahan data
a) Editing
Editing yaitu memeriksa data yang sudah terkumpul untuk
meneliti kelengkapan jawaban responden sesuai kuesioner
yang diberikan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada
kesesuaian antara semua pertanyaan yang diberikan dengan
jawaban.
b) Coding

31
Memberikan kode angka pada instrument penelitian untuk
memudahkan dalam anlisis data. Misalnya skala penelitian satu
untuk jawaban benar dan nol untuk jawaban salah.
1) Pengetahuan ibu hamil tentang IMD di kategorikan
(Notoatmodjo. 2003)
1) Hasil data pengetahuan dijumlahkan kemudian hasil dari
penjumlah dibagi jumlah soal dikali seratus, kemudian
hasil tersebut dikategorikan jika pengetahuan cukup, bila
total skor jawaban ≥ 60%
2) Hasil data pengetahuan dijumlahkan kemudian hasil dari
penjumlah dibagi jumlah soal dikali seratus, kemudian
hasil tersebut dikategorikan jika pengetahuan kurang, bila
total skor jawaban ˂ 60%
2) Sikap ibu hamil tentang IMD di kategorikan (Notoatmodjo.
2003)
1) Hasil data sikap dijumlahkan kemudian hasil dari
penjumlah dibagi jumlah soal dikali seratus, kemudian
hasil tersebut dikategorikan jika sikap cukup, bila total
skor jawaban ≥ 60%.
2) Hasil data sikap dijumlahkan kemudian hasil dari
penjumlah dibagi jumlah soal dikali seratus, kemudian
hasil tersebut dikategorikan jika sikap kurang, bila total
skor jawaban ˂ 60%
c) Tabulating
Memasukan data jawaban dari responden dalam tabel
sesuai dengan skor jawaban kemudian dimasukkan dalam
master tabel yang telah disiapkan.
2. Analisis Data
Analisis univariat digunakan untuk menganalisis data
secara deskriptif. Analisa deskriptif dilakukan dalam bentuk
proporsi atau persentase.

32
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Y, 2010, Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan


Asi Ekslusif Kepada Bidan Dikabupaten Klaten, http: eprints.undip.
ac. id/ 23900/1/Yesie Aprillia.pdf,Diakses November 2016.
Depkes RI, 2005,Sistem Kesehatan Nasional, Depkes RI, Jakarta.

, 2008,Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal,

Kemenkes, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


nomor 9 tahun 2014 tentang klinik. Jakarta.
Dinas Kesehatan Konawe Utara. Profil Kesehatan Kabupaten Konawe
Utara 2012
Mujiati & Novianti. 2015. IPI Pelaksanaan Sosialisasi IMD Dirumah Sakit
ST Carolus dan Rumah Sakit Umum Daerah Budi Asih Jakarta:
view article. Portal Garuda (Diakses Desember 2016.)
Niswah & Aisyah. 2010. IPI Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Bidan Tentang Inisiasi Menyusu Dini dengan praktik IMD
dipuskesmas Kota Semarang: view article.Portal garuda (Diakses
Desember 2016)
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
PT Rineka Cipta.
. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta
PT Rineka Cipta
. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT
Rineka Cipta.
Nursalam. 2001. Pendekatan Prakteis Metodologi Riset Keperawatan.
Jakarta : Info Medika.
Primihastuti,D&puspita.A.2014.http://id.portalgaruda.org/Index.php?
ref:Browse&mod=view article&article=313421. Tinggkat
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang IMD Di BPS Ny. Arifin
Jalan Wonorejo Kota Surbaya.Portal garauda.(Diakses desember
2016)

33
Roesli, U. 2007. Promosi Kesehatan ilmu dan perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
Roesli, U. 2008. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta :
Pustaka Bunda.
Ruswana, 2006. Ibu Hamil Resiko Tinggi. Tersedia Dalam : /2
medica321store.co/ penyakit/ 569/kehamilan resiko tinggi.html
(diakses tanggal 19 april 2011)
Sarwono,2008. Ilmu kebidanan. Jakarta. PT.Bina Pustaka.

Trisnawati,dkk,2010.http://id.portalgaruda.org/Index.php?
ref:Browse&mod=view article&article=200719. Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Bidan tentang IMD terhadap prilaku
Bidan Melakukan IMD. Portal Garuda.(diakses desember 2016)
UNICEFF, 2015. Ringkasan Kajian Gizi. Jakarta : Pusat Promosi

Yuliarti, 2010. Keajaiban Asi, Penerbit Andi Yogyakarta.

Wikipedia., 2008.http://id.wikipedia.org/wiki/atsiri.( 03 Agustus 2008).

34
KUESIONER
KOLABORASI PERAN BIDAN DAN TENAGA GIZI DALAM
PENINGKATAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI (IMD) MELALUI
PEMBERDAYAAN KELAS IBU HAMIL

I. Karateristik Responden
1. Nama ibu :
2. Umur Ibu :
3. Pekerjaan ibu :
4. Pendidikan ibu :
5. Umur kehamilan ibu:
6. Anak keberapa :
II. Pengetahuan ibu hamil
1. Apakah ibu mengetahui yang dimaksud dengan IMD?
a. Bayi dibiarkan menyusu sendiri setelah lahir
b. Menyusui sampai berumur 6 bulan
c. Bayi dibersihkan dan ditimbang
d. Tidak tahu
2. Apakah ibu mengetahui kapan IMD sebaiknya dianjurkan ?
a. Begitu bayi lahir, diletakan diperut ibu
b. Setelah bayi dimandikan dan dibedong
c. Bayi diangkat dan disusukan pada ibu
d. Tidak tahu
3. Apakah Ibu mengetahui kapan IMD diberikan kepada bayi?
a. Satu jam setelah bayi dilahirkan
b. Setelah bayi dimandikan
c. Dalam keadaan di bedong, bayi diletakkan didada ibu
d. Tidak tahu

35
4. Apakah ibu mengetahui arti kolestrum pada saat menyusui
pertama kali diberikan?
a. Susu yang keluar pertama kali pada saat melahirkan
b. Susu yang keluar selama hamil
c. Susu yang keluar setelah bayi keluar
d. Tidak tahu
5. Apakah ibu mengetahui manfaat pemberian kolostrum?
a. Mengandung zat anti kekebalan untuk melindungi bayi dari
infeksi
b. Membuat bayi menjadi kurus
c. Membuat bayi menjadi kuning
d. Tidak tahu
6. Apakah ibu mengetahui keuntungan dari menyusui bagi ibu ?
a. Mengurangi kanker payu dara
b. Dapat menunda kehamilan
c. Mempecepat menstruasi
d. Tidak tahu
7. Apakah ibu mengetahui tujuan dari IMD ?
a. Membantu bayi untuk menyusu sendiri
b. Membantu angka kematian balita
c. Membantu kelaparan dan kemiskinan
d. Tidak tahu

36
III. Sikap Ibu hamil
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah ibu setuju tentang dilaksanakannya IMD
2 Apakah ibu setuju IMD dapat membuat bayi bisa
menyusu
3 Apaka ibu setuju apabila IMD yang dilakukan
pada bayi tidak perlu dibersihkan dahulu
4 Apakah ibu setuju bayi yang baru lahir harus
segera diberi ASI
5 Apakah ibu setuju pemberian ASI tidak perlu
dijadwal
6 Apakah ibu setuju dengan pemberian ASI ada
saat kurang dari 30 menit setelah melahirkan
7 Apakah ibu setuju bahwa menyusui merupakan
proses alamiah yag harus dilakukan ibu-ibu
terhadap bayinya
8 Apakah ibu setuju bahwa cairan kekuning-
kuningan yang keluar pertama kali tidak perlu
dibuang

37
IV. Identitas Bidan
1. Nama petugas kesehatan :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. Lama bekerja sebagai tenaga kesehatan :
V. Tindakan Bidan Terhadap IMD
1. Apakah saudara pernah mengikuti pelatihan tentang IMD ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah saudara pernah membaca buku panduan tentang IMD ?
a. Ya
b. Tidak
3. Sebagai petugas kesehatan pernakah memberikan penerangan
tentang inisiasi menyusu dini kepada ibu yang baru melahirkan?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah saudara sebagai petugas kesehatan pernah
menyarankan program IMD kepada ibu hamil?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah saudara sebagai petugas kesehatan pernah
membimbing ibu untuk melakukan IMD?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah saudara pernah menganjurkan untuk tidak memberikan
makanan lain selain ASI sampai usia bayi 4 sampai 6 bulan?
a. Ya
b. Tidak
7. Bagaimana saudara memberikan cara perawatan payu dara
agar produksi ASI lancar ?
a. Dengan cara messenger

38
b. Payu dara atau keadaan putting apakah ada kelainan atau
tidak
c. Menganjurkan makan makanan yang bergizi
d. Tidak pernah
8. Apakah saudara menyarankan untuk memberikan susu
formula/madu setelah bayi lahir ?
a. Ya
b. tidak
VI. Pengetahuan bidan tentang IMD
1. Apakah yang dimaksud dengan IMD ?
a. Bayi menyusu sampai 6 bulan ?
b. Bayi dibiarkan menyusu sendiri setelah lahir
c. Bayi menyusu didada ibu
2. Kapan sebaiknya IMD dilaksanakan ?
a. Setelah bayi dimandikan dan didiselimuti
b. Segera setelah bayi lahir
c. Setelah ibu cukup sehat
3. Berapa lama tahapan pelaksanaan IMD pada bayi ?
a. 1 jam setelah lahir
b. 10 menit setelah lahir
c. 100 menit setelah lahir
4. Apakah alasan utama dilaksanaakannya IMD ?
a. Menurunkan angka kematian bayi
b. Menurunkan angka kematian ibu
c. Menurunkan angka kematian bayi dan ibu
5. Apakah manfaat IMD untuk bayi ?
a. Meningkatkan kecerdasan bayi
b. Menurunkan suhu tubuh bayi
c. Menurunkan daya anti imunitas bayi
6. Apakah manfaat IMD untuk ibu ?
a. Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan ayah

39
b. Membuat ibu cepat langsing
c. Meningkatkan produksi ASI
7. Apakah kerugian penundaan pelaksanaan IMD ?
a. Penundaan IMD akan mengakibatkan berkurangnya reflek
bayi dalam menyusu
b. Penundaan IMD akan mengakibatkan ibu tidak siap
menyusu
c. Penundaan IMD tidak akan menyebabkan kerugian bagi ibu
dan bayi
8. Persalinan yang bagaimana bisa menerapkan IMD ?
a. Normal saja
b. Semua jenis persalinan
c. Operasi saja
9. Berapa lama kehamilan yang harus dilalui agar bayi yang
dilahirkan sukses melakukan IMD ?
a. 28 – 32 minggu
b. 32 – 37 minggu
c. 37 – 42 minggu
10. Kondisi seperti apakah yang dapat menyebabkan ibu tidak bisa
melakukan IMD ?
a. Ibu terlalu capai untuk melakukan IMD
b. Ibu memiliki penyakit HIV, hepatitis, atau sifilis
c. Tidak ada kondisi yang dapat menyebabkan ibu tidak bisa
melakukan IMD
11. Siapa saja yang terlibat dalam keberhasilan IMD ?
a. Ibu saja
b. Tenaga kesehatan
c. Ibu, ayah dan tenaga kesehatan

40
41

Anda mungkin juga menyukai