Anda di halaman 1dari 21

Hasil Analisis Kasus yang Berhubungan dengan Mental Health Seseorang

Disusun Oleh:
Raisa Adzraa H 210610190045
Nisa Ulayya Mardhiyyah 210610190053
Putri Azka Azzahra DP. 210610190058
Ersya Fadhila Damayanti 210610190073

Universtitas Padjadjaran

Sumedang

2020

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan
berkahnya kami dapat menyusun makalah ini. Tidak lupa, ungkapan terima kasih
kepada Ibu Herlina Agustin dan Ibu Evelyn karena telah membimbing dan
memberikan tugas kepada kami, sehingga kami dapat mengetahui pentingnya
kesehatan mental di dalam kehidupan.

Makalah ini tidak sempurna, dan banyak kesalahan baik dalam penulisan maupun
tutur kata. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca akan
kami terima dan pelajari agar kami bisa memperbaiki diri kedepanya.

Meskipun tidak sempurna, makalah ini kami tulis dengan harapan memiliki
banyak manfaat bagi pembaca untuk menyadari pentingnya kesehatan mental di
kehidupan sehari- hari.

Sumedang, 15 Maret 2020

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 4

BAB II 5

Pembahasan 5

2.1 Tujuan Penulisan 5

2.2 Hasil Analisis Kasus 12

BAB III 14

PENUTUP 14

3.1 Kesimpulan 14

3.2 Saran 16

Daftar Pustaka 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi memiliki berbagai hal menarik yang dapat dipelajari, salah satunya
kesehatan mental. Kesehatan mental merupakan kebutuhan setiap individu.
Menurut Kartono (1989), pribadi yang memperlihatkan sikap sesuai dengan
aturan dalam masyarakat disebut dengan pribadi yang sehat secara mental.
Menurut WHO atau World Health Organization, kesehatan mental sendiri
merupakan suatu kondisi damai yang disadari, dimana suatu individu dapat
mengontrol stress secara wajar yang nantinya dapat menjalankan peran serta
kegiatannya secara produktif.

Kesehatan mental tidak melulu hanya berkaitan dengan psikis suatu individu.
Akan tetapi, kesehatan mental juga memiliki korelasi dengan fisik individu
tersebut. Kesehatan fisik dan psikis merupakan suatu hal yang tidak bisa
dilepaskan dan akan selalu bersinggungan.

Lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan mental suatu individu. Individu akan


memberikan dampak bagi lingkungannya. Begitu pula lingkungan akan
memberikan dampak bagi suatu individu. Dengan begitu, suatu lingkungan dapat
menjelaskan kondisi mental suatu individu. Gangguan kesehatan mental sendiri,
dapat dilihat salah satunya dari kegagalan individu tersebut dalam beraptasi
dengan lingkungan..

4
Kesehatan mental sudah harus menjadi perhatian khusus dunia. Setidaknya
terdapat 877.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Jumlah ini
tentu saja sangat memprihatinkan dimana banyak juga berasal dari para pesohor
besar yang menjadi panutan banyak orang. Pengetahuan tentang kesehatan mental
bukan hanya berguna bagi orang lain tapi juga berguna untuk diri kita sendiri.

5
Menurut data WHO, individu yang menderita gangguan kesehatan mental
jumlahnya selalu bertambah setiap tahunnya. Angka individu yang mengalami
gangguan mental meningkat sejak tahun 2000-2001 dari 12%-13%. Individu yang
mengalami skizofrenia di tahun 2002 sebanyak 25 juta dan depresi sebanyak 154
juta. Dan pada saat ini penduduk dunia yang mengalami gangguan kesehatan
mental jumlahnya mecapai 450 juta penduduk serta 877.000 orang berakhir
dengan bunuh diri setiap tahunnya. Jumlah ini tentu bukanlah jumlah yang sedikit
mengingat satu jiwa penduduk sangatlah berharga.

Permasalahan tentang kesehatan mental bukan lagi menjadi suatu hal yang tabu.
Namun, issue tentang kesehatan mental ini semakin ramai diperbincangkan
terutama beberapa tahun terakhir karena kemajuan teknologi yang berkembang
begitu pesat. Mungkin kita sudah tak asing lagi dengan berita orang-orang yang
sengaja menayangkan langsung peristiwa bunuh diri dan peristiwa-peristiwa
mengerikan lainnya. Hal ini tentu sangat memprihatinkan dimana bisa saja diikuti
oleh segelintir orang karena kemudahan akses dalam mendapatkan informasi-
informasi tersebut.

Berdasarkan hal-hal diatas, seharusnya treatment atau perawatan serta


pengetahuan terhadap gangguan kesehatan mental sudah semakin baik dan
beragam. Namun sayangnya, masih banyak masyarakat yang menganggap
gangguan kesehatan mental adalah suatu aib atau suatu hal yang memalukan.
Serta, stigma bahwa gangguang mental sangat lekat hubungannya dengan hal
mistis juga masih sangat kental di masyarakat. Hal-hal seperti ini yang sangatlah
disayangkan karena pengobatan gangguan kesehatan mental bukanlah pengobatan

6
yang instan. Diperlukan treatment khusus dan berkala serta penangaan yang
berbeda dalam setiap kasusnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu kesehatan mental?

2. Faktor apa yang menyebabkan penurunan tingkat kesehatan mental seseorang?

3. Apa akibat berkurangnya tingkat kesehatan mental seseorang?

4. Kasus- kasus apa saja yang bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang?

7
BAB II

Pembahasan

2.1 Tujuan Penulisan

8
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan tugas psikologi
sosial, menambah pengetahuan penulis, dan menjadi ladang informasi bagi
pembaca.

1. Apa itu kesehatan mental?

Kesehatan mental memiliki banyak pengertian, bergantung pada individu yang


mengungkapkanya, bergantung pula dengan pengalaman hidup apa yang telah ia
lewati. Beberapa orang menganggap ia sudah sehat mentalnnya jika ia tenang,
bahagia, bisa melakukan aktivitas sehari- hari dengan normal serta memiliki
manfaat bagi orang disekitarnya. Beberapa orang juga berkata, ia sehat mental jika
tidak ada ketakutan- ketakuan atau bisikan- bisikan yang menghantui kepalanya,
atau beberapa orang menganggap ia sehat mental jika ia bisa berkomunikasi serta
mengungkapkan ekspresinya dengan lancar tanpa ada kendala.

Menurut KBBI sehat adalah normal, dan mental adalah hal yang berkaitan dengan
batin manusia, jadi kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang merasa
perasaanya normal, tidak ada perasaan gelisah atau aneh yang terjadi di dalam
pikiranya dan bisa mengganggu kondisi fisiknya serta aktivitas sehari-harinya.

Menurut WHO, orang yang sehat mental adalah orang yang merasa dirinya
terlepas dari berbagai macam gangguan (well being), mengetahui potensi yang ada
di dalam dirinya, mampu menguasai dan mengendalikan permasalahan kehidupan
yang normal, dan dapat menghasilkan manfaat bagi dirinya sendiri atau bagi
orang- orang disekelilingnya.

Kesehatan mental mencakup keadaan emosional, psikologis dan kesejahteraan


sosial. Menurut World Health Organization (WHO) orang- orang memiliki
kesehatan mental yang baik, memiliki ciri- ciri sebagai berikut:

9
a. Sikap baik dan memiliki semangat terhadap diri sendiri.

b. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan bakat dan kariernya.

c. Berkemampuan menhadapi dan mengendalikan tingkat stress dan


kecemasan.

d. Impresi yang dilihat sesuai dengan realitas.

e. Memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri.

2. Faktor apa yang menyebabkan penurunan tingkat kesehatan mental


seseorang?

a. Faktor Fisik

Jika seseorang mengalami sakit secara fisik baik sakit ringan (lecet, luka terbuka)
ataupun sakit berat (kanker, tumor, diabetes) secara sadar atau tidak, akan
berpengaruh langsung terhadap kesehatan mental orang yang memiliki penyakit
tersebut. Sebagai contoh, orang yang memiliki luka terbuka akan tertekan
memikirkan kapan luka itu akan sembuh, akan berbekas atau tidak, akan semakin
buruk, dan hal lainya. Begitu pula dengan orang yang mengidap penyakit kronis,
ia akan merasa sebagian tubuh nya hilang, ia mungkin akan terpikirkan akan
meninggal dan hal lainya yang malah akan memperburuk kesehatan fisiknya.

b. Faktor Mental

Menurut Hallosehat.com, orang- orang memiliki resiko penyakit mental jika


mengalami hal berikut:

● Tertekan secara emosional dalam waktu panjang.

● Pernah mengalami perubahan psikologis atau fisik secara signifikan, seperti


perang, berada dalam suatu bencana, mengalami tindak kriminal seperti kejahatan
atau kekerasan.

10
● Mengalami kekerasaan dalam rumah tangga (KDRT)

● Faktor genetik.

● Abnormalitas pada otak.

● Cedera kepala.

● Terasingkan dari kehidupan sosial atau kesepian.

● Kehilangan pemasukan akibat bangkrut atau pemutusan kontrak kerja.

● Kehilangan (harta benda atau keluarga), kemiskinan atau utang.

● Mengalami segregasi atau pemisahan akibat dari asumsi yang berkembang di


masyarakat.

● Merawat kerabat atau teman yang sedang mengidap penyakit mental.

11
3. Apa akibat berkurangnya tingkat kesehatan mental seseorang?

Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan mental membuat


kebanyakan masyarakat memilih untuk diam. Masyarakat cenderung hanya
melakukan hal yang sangat sederhana sebagai bentuk pemecahan masalahnya.
Padahal, kesehatan mental sendiri memeiliki urgensi yang sebanding dengan
kesehatan fisik sebab keduanya memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan.

Dampak gangguan kesehatan mental jika tidak diatasi dengan benar yang pertama
akan memengaruhi kondisi psikologisnya. Misal, emosi yang tidak stabil,
mungkin akan pengaruhi fisiknya yaitu merasa lelah, jenuh, pusing. Kesehatan
mental yang terganggu, seperti gangguan kecemasan akan menimbulkan masalah
pada sistem kardiovaskular dan kesehatan jantung. Untuk jangka panjang, akibat
dari lemahnya kesehatan mental yang tidak kunjung diatasi akan mengarah pada
depresi atau lebih parahnya berujung pada tindakan menyakiti diri sendiri.

Kesehatan mental yang lemah juga dapat memengaruhi hubungan sosial individu,
seperti keluarga, pertemanan, atau pekerjaan. Kondisi mental yang tidak stabil
akan menimbulkan hilangnya ketertarikan atau motivasi dalam melakukan sesuatu
sehingga menurunkan produktivitas.

Jika individu mengalami perubahan pada dalam dirinya, maka akan terjadi suatu
reaksi, baik secara lahiriah maupun batiniah yang biasa disebut sebagai stres.
Salah satu contohnya stress rentan terjadi di lingkungan kerja, seperti pekerjaan
yang menumpuk atau mengalami kesulitan saat menjalin hubungan kerja. Stres
dapat terjadi pada setiap individu tanpa mengenal latar belakang dan waktu
tertentu karena stress adalah bagian dari kehidupan yang tidak dapat terelakkan.

12
Ada berbagai macam reaksi yang terjadi pada seseorang apabila mengalami stress.
Bentuk reaksinya dapat berupa reaksi positif atau negatif. Sebuah reaksi dapat
dikatakan reaksi yang negatif apabila reaksi tersebut merugikan, seperti
menimbulkan keluhan dan gangguan pada individu dan lingkungannya.
Sebaliknya, reaksi dapat dikatakan reaksi yang positif apabila mendorong individu
untuk melakukan usaha-usaha yang positif.

4. Kasus- kasus apa saja yang bisa mempengaruhi kesehatan mental seseorang?
Masa remaja sangat rentan terjadi masalah penampilan. Penampilan penampilan
berpakaian hingga bentuk badan sangat dinilai pada masa ini. Seakan- akan orang
yang memiliki bentuk badan yang ideal, kulit putih, hidung mancung, memiliki
nilai yang lebih tinggi dibandingkan orang yang memiliki badan gemuk. Badan
gemuk sendiri biasa disebabkan oleh kurang sehat-nya gaya hidup yang terapkan
sehingga menyebabkan obesitas.

Orang yang memiliki badan gemuk atau kegemukan memiliki kepercayaan diri
yang rendah. Hal ini disebabkan karena orang yang memiliki badan gemuk
cenderung dijauhi teman- temannya. Akibat kepercayaan diri yang rendah akan
menyebabkan masalah psikologis. Masalah psikologis tersebut datang dari
cemohan dari lingkungan sekitar.

Orang yang memiliki obesitas cenderung lebih sensitif dibandingkan orang yang
tidak mengalami obesitas. (Schacter,1971). Remaja obesitas menarik diri dari
pergaulan karena diejek, ditertawakan, dan diganggu oleh lingkungan remaja
tersebut. Mereka tidak diberi dukungan moral melainkan mendapat tekanan dari
lingkungannya. Hal ini mengganggu perkembangan sosial sehinga remaja obesitas
mengalami rasa kurang percaya diri, pendiam, putus asa, hingga depresi.

Tindakan cemooh ini dapat menjadi umpan balik mengenai penampilan fisik,
yang memicu perasaan individu dan mempengaruhi self- esteem (Cash&

13
Pruzinsky, 2002). Percaya diri dapat membantu dirinya dalam menghadapi situasi
yang ia hadapi dan membuat keadaan sekitar menjadi lebih baik. Jika seseorang
memiliki self- esteem yang rendah hal tersebut terbentuk akibat individu telah
melewati banyak pengalaman negatif.

Pengalaman yang telah dilalui oleh individu membentuk rasa percaya diri. Jika ia
memiliki pengalaman yang positif maka ia akan memiliki self- esteem yang besar
dan akan membantu dia dalam menghadapi beberapa situasi. Sedangkan, jika
individu tersebut lebih sering mengalami pengalaman yang negatif, maka ia akan
memiliki self- esteem yang rendah dan kurang bisa mengekspresikan dirinya
dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh rasa cemas untuk mengekspresikan apa
yang ada dalam pikiran.

2.2 Hasil Analisis Kasus

Beberapa ahli berpendapat salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan mental
adalah hubungan interpersonal atau komunikasi antar individu dalam lingkungan
sosial. Hubungan antar individu yang efektif akan berpengaruh terhadap
kesehatan mental individunya. Hal ini mendukung di atas bahwa hubungan
lingkungan sosial akan mempengaruhi kesehatan mental.

Perbedaan pendapat antar individu, persaningan antar kelompok, atau iri hati
dapat menimbulkan perasaan benci dan menghambat perkembangan lingkungan
sosial. Upaya memperbaiki hubungan interpersonal sangat dibutuhkan. Solusi
yang bisa kita gunakan adalah memaafkan. Memaafkan adalah sikap individu
yang telah disakiti untuk tidak melakukan perbuatan balas dendam terhadap
pelaku, ia hanya memiliki keinginan untuk berdamai dan berbuat baik walaupun
pelaku telah menyakiti.

Selain memaafkan, hal lain yang dapat dilakukan individu untuk meningkatkan
kesehatan mental adalah dengan bersyukur. Bersyukur adalah kondisi psikologis

14
sebagai sebuah emosi, sikap, kebijakan moral, sifat kepribadian, atau sebuah cara
merespon yang dapat memberi kontribusi terhadap kesehatan mental
(McCullough, Emmons, & Tsang, 2002). Perasaan syukur ini dapat mendorong
individu untuk berterima kasih dan mengapresiasi atas hal yang telah diterima.
Sehingga menimbulkan kondisi tenang dan puas secara psikologis (Watkins,
Woodward, Stone, & Kolts, 2003).

Penelitian telah menguji pengaruh memaafkan dan bersyukur terhadap tinggi


rendahnya kesehatan mental, telah dilakukan oleh Toussaint & Friedman (2009)
menemukan korelasi positif antara memaafkan dengan kesejahteraan psikologis.

Lewat memaafkan, individu dapat meningkatan kesehatan mental lewat beberapa


tahap. Tahap pertama adalah mengungkap dan membuka. Dalam tahap ini,
individu mampu setuju dengan kehidupan serta pengampunan kepada seseorang
yang telah melukai. Selanjutnya, tahap memutuskan. Dalam tahap ini, individu
telah berkomitmen. Tahap selanjutnya adalah bertindak secara realistis dan
empati. Terakhir, tahap pendalaman, dimana pengaruh negative menurun dan
memperbaharui tujuan hidup (Enright, 2001). Memaafkan merupakan proses
dimana seseorang dapat menemukan diri nya kembali dan terlepas dari “penjara
emosional”.

Bersyukur dapat menstimulasi orang untuk memotivasi, menghargai, dan


memahami orang lain seperti simpati dan empati (McCullough, Kilpatrick,
Emmons, & Larson, 2001). Rasa syukur dapat menciptakan suasana yang nyaman
bagi hubungan antar individu dan menimbulkan emosi positif. Memaafkan dan
bersyukur mempunyai peran yang penting dalam pengembangan kesehatan
mental.

15
Kasus dalam point empat, yang mempermasalahkan self- esteem remaja yang
rendah dapat diselesaikan lewat memaafkan dan bersyukur. Terkadang, remaja
yang memiliki self- esteem yang rendah belum bisa memaafkan dirinya sendiri.
Kejadian di masa lampau yang menyakitinya masih sering menghantui dan
membuat dirinya tidak bisa berkembang dan percaya diri. Saat seseorang sulit
untuk memaafkan, baik kepada dirinya maupun orang lain. Ia membawa sebuah
beban pikiran. Beban pikiran ini lah yang pada akhirnya menjadi stress dan
kesehatan mental pun terganggu.

Tentu, memaafkan butuh proses, tidak berlangsung secara cepat, ditambah jika
masalah tersebut melukainya begitu dalam. Namun, dalam proses memaafkan diri
sendiri, seseorang dapat menemukan dirinya kembali. Apa yang dirinya sering
lewati, apa yang dirinya inginkan menjadi lebih mudah untuk diketahu. Hal ini
membuat seseorang menjadi percaya diri karena tahu tujuan yang ingin dia raih.

Individu dengan self- esteem yang rendah tidak dapat peka dengan keadaan
sekitar. Ia merasa dirinya gagal dan tidak memiliki nilai untuk menjalani hidup
dengan percaya diri. Mungkin, sebenarnya ia dikelilingi oleh orang- orang yang
perhatian padanya. Namun, ia terlalu fokus dengan kelemahan yang ada sehingga
membuat dirinya sulit merasakan kasih sayang dari sekitarnya. Dengan rasa
bersyukur, memudahkan seseorang untuk menerima apa yang ada disekitar.
Bersyukur membuat seseorang lebih menghargai posisi dan keadaan sekarang.

Bersyukur dan memaafkan merupakan dua hal yang dapat membantu merawat
kesehatan mental. Kesehatan mental kini sering dipengaruhi oleh lingkungan
sosial kita. Unggahan di sosial media yang mengglorifikasi kebahagian juga
pencapaian terkadang membuat kita memiliki self- esteem yang rendah karena
terus merasa tidak puas dengan pencapaian diri kita sendiri. Memaafkan diri
sendiri dan bersyukur menjadi kunci untuk memiliki kesehatan mental yang baik.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesehatan mental (mental health) merupakan hal vital bagi manusia, sama halnya
seperti kesehatan fisik atau tubuh pada umumnya. Aspek kehidupan yang lain
dalam dirinya akan bekerja secara lebih maksimal jika mental atau kejiwaan
seseorang dalam keadaan sehat.

Indonesia merupkan negara yang terus berkembang dalam berbagai aspek


sehingga menjadikan masyarakatnya semakin modern. Modernisasi tersebut
identik dengan meningkatkatnya tuntutan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi
masyarakat sehingga berdampak pada tekanan yang berlebihan di pikiran yang
kemudian menjadikan masyarakat lebih rentan terkena stress. Hal ini dapat
menjadi awal dari gangguan mental yang lebih serius.

Baik edukasi kesehatan mental maupun penderita gangguan kesehatan mental itu
sendiri masih dianggap sebagai hal yang tabu bahkan memalukan bagi keluarga
atau kerabat yang salah satu anggota keluarga mengalami gangguan kesehatan
mental atau kejiwaan. Masyarakat Indonesia beranggapan bahwa kesehatan
mental atau kejiwaan yang terganggu tidak dapat disembuhkan sehingga bagi
penderitanya layak dikucilkan.

Kuatnya stigma negatif masyarakat pada penderita gangguan kesehatan mental


menjadikan penderita tidak mendapatkan perawatan yang sesuai dan memadai.

17
Keluarga penderita gangguan kesehatan mental lebih memilih mengurung anggota
keluarga yang terkena gangguan mental di rumah karena dianggap sebagai aib
atau bahkan masih sering ditemui yang memilih memasung karena berpikiran
bahwa penderita gangguan kesehatan mental dapat membahayakan keselamatan
orang lain.

Jika stigma negatif masih tumbuh di tengah masyarakat, maka akan sulit institusi
kesehatan yang menangani pesoalan ini untuk membantu mereka yang
membutuhkan perawatan. Kurangnya keterbukaan masyarakat terhadap gangguan
kesehatan mental juga menjadikan masyarakat terjebak di dalam perspektif
masing-masing sehingga sulit menemukan solusi yang tepat untuk dirinya
3.2 Saran

Saran bagi tenaga profesional kesehatan mental, program pengenalan dan layanan
kesehatan mental di negara-negara maju banyak menyasar pada anak-anak
maupun remaja di sekolah. Apabila program serupa akan diadaptasi di Indonesia,
maka penulis menyarankan sasaran modul tidak hanya menargetkan individual
dalam kelompok dengan latar tertentu, akan tetapi juga menyasar komunitas di
tempat individu tersebut tinggal. Hal ini patut dilakukan karena adanya
keterkaitan antara literasi kesehatan mental dan sikap komunitas terhadap
pencarian pertolongan formal.

Saran bagi pemangku kepentingan di bidang kesehatan, tingginya prevalensi


gangguan mental secara global, menarik perhatian para pengambil kebijakan
untuk memerhatikan peningkatan layanan kesehatan mental. Fokus pada
peningkatan literasi kesehatan mental pada level individu saja tidak cukup jika
tidak memperhatikan sikap dan keyakinan yang selama ini ada di masyarakat
sehingga dampakbya pada peningkatan penggunaan layanan kesehatan mental
tidak akan signifikan.

18
Saran bagi masyarakat, baik individu yang memiliki gangguan mental, keluarga
yang anggotanya memiliki gangguan mental, dan masyarakat secara umum adalah
untuk berusaha lebih mengenal diri sendiri dan peka terhadap lingkungan di
sekitar. Kesadaran diri mengenai pentingnya kesehatan mental akan secara
perlahan mengatasi stigma negatif terhadap orang dengan kesehatan mental yang
lemah.

19
Daftar Pustaka

Lika Aprilia Simadi. (2017, Februari 9). hellosehat.com. Retrieved from


https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/penyakit-mental/

WHO. (n.d.). Retrieved from www.who.int:


https://www.who.int/mental_health/resources/mental_health_in_emergeni
ces_bahasa.pdf?ua=1

Dewi, Kartika Sari. 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. UPT UNDIP Press :
Semarang.

Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A. S. (2015). KESEHATAN MENTAL


MASYARAKAT INDONESIA (PENGETAHUAN, DAN
KETERBUKAAN MASYARAKAT TERHADAP GANGGUAN
KESEHATAN MENTAL). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(2). https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13535

Afziz, Rahmat., Esa Nur dan Wildan Wargadinata, (2018). Kontribusi Bersyukur

Dan Memaafkan Dalam Mengembangkan Kesehatan Mental Di Tempat

Kerja. Insan Vol.3 No.2, Surabaya

Nisa, Fadila., Ihsana Sabriani, dan Hedi Wahyudi, (2017). Efektivitas Cognitive

Behavior Art Theraphy Untuk Meningkatkan Self- Esteem Remaja

Obesitas Yang Menjadi Korban Perundungan. Journal of Psychological

Science and Profesion (JPSP), Vol 1 No. 1, Bandung

Putri, Afriani Ade, (2019). Hubungan Aktivitas Keagamaan dan Forgiveness


dengan Kesehatan Mental pada Warga Binaan Wanita di Lembaga
Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Medan. Tesis Magister. Fakultas

20
Psikologi. Universitas Sumatera Utara. Diakses tanggal 29 Juni 2020
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/16866

21

Anda mungkin juga menyukai