Anda di halaman 1dari 9

KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

STUNTING PADA ANAK

DI SUSUN OLEH :

Nama : Dinda Gusti Cahya Nabilla

Kelas : XI Mipa 5

GURU PEMBIMBING: Ahmad Robiansyah,S.Pd

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

SMA NEGERI 1 LUBUKLINGGAU

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Stunting
Pada Anak” tepat pada waktunya.
Adapun maksud penyusunan karya tulis ilmiah ini untuk menambah wawasan
tentang hal-hal yang berkaitan tentang stunting pada anak. Terima kasih penulis ucapkan
kepada para pembimbing yang telah ikut serta membantu penulis dalam mengerjakan
karya tulis ilmiah ini.
Penulis mengakui Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan karena
kurangnya pengetahuan penulis. Oleh karena penulis harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan sarannya. Penulis harap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat
bagi para pembaca.

Lubuklinggau, April 2020

Penulis

Dinda Gusti Cahya Nabilla


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan

otak) akibat kekurangan gizi pada waktu yang lama.. Ada bukti jelas bahwa individu yang

stunting memiliki tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya

peningkatan penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental

dan intelektual akan terganggu. Stunting juga berhubungan dengan gangguan fungsi

kekebalan dan meningkatkan risiko kematian.

Secara umum gizi buruk disebabkan karena asupan makanan yang tidak mencukupi

dan penyakit infeksi. Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan

oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang

lainnya. Ada tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makan tidak seimbang

(berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak,

mineral, vitamin, dan air) riwayat berat lahir badan rendah (BBLR) dan riwayat penyakit.

Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan

laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5

besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil

Riskesdas 2010, secara 2 nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5 tahun di

Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20 % pendek.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan urairan diatas rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian kali

ini, yaitu :

1. Apakah faktor penyebab terjadinya stunting pada anak ?

2. Bagaimana keterkaitan kualitas pangan dengan perkembangan pada anak ?

3. Apakah dampak pada anak yang terkena stunting ?

C. Tujuan

Tujuan yang akan dicapai dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui cara penyebab terjadinya stunting

2. Untuk mengetahui makanan yang seperti apa yang cocok untuk pertumbuhan pada

anak

3. Untuk mengetahui dampak yang terjadi pada anak jika terkena stunting

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Masyarakat bisa mengetahui tentang gejala stunting pada anak


2. Masyarakat bisa mengetahui cara pencegahan stunting pada anak
3. Masyarakat bisa mengetahui jenis makanan apa yang bisa diberikan pada anak untuk
tumbuh kembangnya
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia. Dampak
stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya, tetapi juga berdampak
terhadap roda perekonomian dan dan pembangunan bangsa. Hal ini karena sumberdaya
manusia stunting memiliki kualiatas lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya manusia
normal. Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang,
yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro. Stunting pada balita dapat
menghambat perkembangan anak dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam
kehidupan selanjutnya seperti penurunan intelektual, rentan terhadap penyakit tidak menular,
penurunan produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan dan risiko dan melahirkana bayi
dengan berat lahir rendah.
Tiga penyebab utama stunting di Asia Selatan dan mungkin disebagian negara
berkembang adalah praktik pemberian makan yang buruk, rendahnya nutrisi ibu dan sanitASI
yang buruk . Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru terlihat setelah
anak berusia dua tahun (1.000 Hari Pertama Kehidupan) sehingga penanggulangan balita
pendek yang paling efektif dilakukan pada 1.000 HPK (Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Anak
0-23 bulan). Oleh karena itu periode ini ada yang menyebut nya sebagai “periode emas”,
“periode kritis” dan Bank Dunia (2006) menyebutnya sebagai “window of opportunity”
(World Bank, 2006).

Dampak buruk yang ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam
jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan
fisik dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk
yang ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestASI belajar, kekebalan
tubuh menurun sehingga jadi mudah sakit, berisiko tinggi terhadap penyakit diabetes,
kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke dan kualitas kerja yang tidak
kompetitif.
B. Hipotesis
1. Stunting dapat terjadi sejak anak dalam kandungan karena tidak memperoleh nutrisi
yang cukup dari ibu
2. Stunting dapat berdampak besar terhadap pertumbuhan anak ketika akan dewasa
3. Nutrisi yang cukup dan ASI ekskusif dapat mencegah terjadinya stunting pada anak
dari kecil
4. Mengkonsumsi beberapa vitamin sangat baik bagi tumbuh kembang pada anak
BAB III

PEMBAHASAN

Ibu dengan gizi kurang sejak trimester awal kehamilan berisiko untuk melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang kemudian akan tumbuh menjadi balita
stunting. Bayi prematur dengan berat lahir rendah, berat dan panjang badannya selain
dipengaruhi oleh status gizi ibu juga dipengaruhi oleh usia kehamilan. Bayi tersebut memiliki
ukuran panjang, berat dan lingkar kepala yang kurang dari ukuran bayi normal.(Santos.et.al ,
2009). Kusharisupeni (2002) dalam penelitiannya menunjukan terdapat perbedaan yang
bermakna antara rata-rata panjang bayi lahir normal dengan panjang bayi lahir prematur.
Pada kelompok panjang bayi lahir normal dengan rata-rata panjang bayi 48,4 cm dan 43,9
cm untuk panjang bayi lahir prematur.

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi keadaan kesehatan dan perkembangan
janin. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat menyebabkan berat lahir rendah
(WHO,2014). Penelitian di Nepal menunjukkan bahwa bayi dengan berat bayi rendah
mempunyai risiko lebih tinggi untuk menjadi stunting (Paudel,dkk, 2012). Faktor lain yang
berhubungan dengan stunting adalah asupan ASI eksklusif pada balita. HASIl penelitian di
Ethiopia selatan membuktikan bahwa balita yang tidak mendapat ASI eksklusif selama 6
bulan berisiko tinggi mengalami stunting (Fikadu, dkk, 2014).

Gizi sangat berperan dalam tumbuh kembang anak. Tujuan pemberian gizi yang baik
adalah mencapai tumbuh kembang anak yang adekuat. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi
akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi
secara dini akan berlanjut hingga dewasa.(Dinkes Provinsi, 2006). Usia 0-24 bulan
merupakan masa kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, karena dimasa inilah
periode tumbuh kembang anak yang paling optimal baik untuk intelegensi maupun fisiknya.
Periode ini dapat terwujud apabila anak mendapatkan asupan gizi sesuai dengan
kebutuhannya secara optimal.

Stunting dan dampaknya biasanya bersifat permanen. Anak-anak yang terhambat


pertumbuhannya tidak akan pernah mendapatkan kembali tinggi yang hilang akibat stunting
dan kebanyakan anak tidak akan pernah mendapatkan berat tubuh yang sesuai. Selain tubuh
pendek, stunting juga menimbulkan dampak lain, baik dampak jangka pendek maupun jangka
panjang. Dampak jangka pendek yaitu pada masa kanak-kanak, perkembangan menjadi
terhambat, penurunan fungsi kognitif, penurunan fungsi kekebalan tubuh, dan gangguan
sistem pembakaran. Pada jangka panjang yaitu pada masa dewasa, timbul risiko penyakit
degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas. Penelitian
terhadap masalah stunting terus dilakukan dengan upaya untuk mencegah terjadinya stunting
pada anak-anak khususnya di Indonesia.

1. Manfaat teoritis

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang faktor resiko yang mepengaruhi


stunting pada balita usia 24-59 bulan khususnya mengenai status ekonomi orang tua dan
ketahanan pangan keluarga di Indonesia

2. Manfaat praktis
A. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian diharapkan sebagai masukan dalam menentukan program
penanggulangan stunting pada balita usia 24-59 bulan.
B. Bagi Dinas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan informasi dalam menyusun
kebijakan dan strategi program kesehatan untuk menanggulangi masalah stunting terutama
dari sektor ekonomi keluarga dan ketahanan pangan keluarga.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat mendapatkan informasi dan wawasan tentang faktor
ekonomi keluarga dan ketahanan pangan keluarga yang berhubungan dengan stunting.

BAB IV

PENUTUP

Konsumsi nutrisi paling penting bagi anak untuk pencegahan terjadi stunting adalah
ketika anak berada dalam kandungan dan saat ketika anak telah lahir ke dunia. Anak yang
mendapatkan ASI eksklusif 90% tidak beresiko terkena stunting daripada anak yang sama
sekali tidak mendapatkan ASI eksklusif. Stunting dapat mempengaruhi tumbuh kembang
bagi anak dan dampaknya dapat bersifat jangka panjang, karena itu kita harus bisa mencegah
terjadinya stunting pada anak sejak dini agar tidak adanya lagi fenomena stunting pada anak
khusuhnya anak-anak Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

oogle.com/search?
q=arti+stunting&oq=arti+stunti&aqs=chrome.1.69i57j0l7.9413j1j7&sourceid=chrome&ie=U
TF-8

Anda mungkin juga menyukai