Anda di halaman 1dari 11

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN STUNTING DENGAN PRODUKTIVITAS SUATU NEGARA


Dosen Pengampu : Zulfa Fahmy, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Nadyatul Jannah (2207026047)
Gizi 1B

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena karunianya
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Hubungan Stunting dengan
Produktivitas Suatu Negara” sebagai pertanggung jawaban dari tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia dan Karya Tulis Ilmiah yang di ampu oleh Bapak Zulfa Fahmy, S.Pd., M.Pd. Karya
Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat waktu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, yakni Kedua orang tua saya yang telah mendukung saya secara batin dan
finansial, serta Bapak Zulfa Fahmy, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing, dan teman-
teman kelas gizi 1b. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih atas kontribusi bantuan yang
telah diberikan dalam berbagai bentuk.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan  laporan ini,
baik dari segi EYD, kosakata, tata bahasa, maupun isi. Maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang kemudian akan penulis jadikan sebagai
evaluasi mendatang.
Demikian semoga karya ilmiah ini bisa diterima dan semoga dapat menambah
wawasan akan pentingnya pengaruh stunting bagi suatu negara. Semoga karya ilmiah saya ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga untuk penulis sendiri.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………........ i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………….……………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….. 1
C. Tujuan …………………………………………………………….……...... 1
D. Manfaat ……………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Stunting ……………………………………………………..…. 3
B. Status Gizi …………………………………………………………….....… 3
C. Faktor Penyebab Stunting …………………………………………….....… 3
D. Dampak Stunting ………………………………………………………..… 4
E. Cara Menanggulangani ……………………………………..…………..…. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………..….… 6
B. Saran ………………………………………………………..………..….…. 6
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan
perkembangan pada anak yang disebabkan oleh pola makan yang tidak tepat, infeksi
yang sering terjadi, dan simulasi psikososial yang tidak memadai. Ketika tinggi badan
anak lebih kecil dari standar deviasi pertumbuhan anak yang ditetapkan WHO, maka
dikatakan stunting. Deformitas merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di
negara berkembang, termasuk Indonesia (UNICEF, 2017).
Stunting dan permasalahan kekurangan gizi lain yang terjadi pada anak erat
kaitannya dengan kemiskinan. Pada daerah-daerah dengan kemiskinan tinggi,
seringkali ditemukan anak kekurangan gizi akibat ketidakmampuan orang tua
memenuhi kebutuhan primer rumah tangga. Stunting atau perawakan pendek adalah
masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi dalam
jangka waktu yang lama, sehingga menyebabkan stunting pada anak, yaitu tinggi
badan anak di bawah standar (Kemenkes RI, 2018).
Anak yang mengalami stunting berisiko mengalami penurunan intelektual,
produktivitas dan peningkatan resiko penyakit degeneratif dimasa yang akan datang.
Dan stunting pada anak erat kaitannya dengan penurunan prestasi pendidikan yang di
alami anak. Oleh karena itu anak stunting merupakan cikal bakal kualitas sumber
daya manusia yang buruk, yang selanjutnya akan melemahkan kapasitas produktif
negara di masa depan (UNICEF Indonesia, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari stunting?
2. Apa saja resiko anak yang mengalami stunting?
3. Apa saja dampak yang disebabkan anak yang mengalami stunting?
4. Apa saja pengaruh stunting bagi suatu negara?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian stunting
2. Mengetahui resiko anak yang mengalami stunting
3. Mengetahui dampak yang disebabkan anak mengalami stunting
4. Mengetahui pengaruh stunting bagi suatu negara

D. Manfaat
1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang faktor resiko yang mepengaruhi stunting pada anak.
1
2. Hasil penulisan ini diharapkan orang tua lebih memperhatikan nutrisi yang di
konsumsi anak.
3. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menanggulangani dampak yang akan datang
yang di sebabkan oleh anak stunting.
4. Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan masukan informasi terkait
produktivitas suatu negara yang dipengaruhi oleh stunting, sehingga dapat
dijadikan masukan untuk kebijakan kesehatan dan strategi program kesehatan
untuk mengatasi masalah stunting.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Stunting
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang dialami oleh anak akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga membuat anak terlihat lebih pendek dari standar
usianya. Stunting juga menggambarkan perbandingan tinggi badan seorang anak
dengan standar tinggi badan yang ada di suatu populasi yang sehat pada umur dan
jenis kelamin yang sama (Anastasia, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), stunting adalah gangguan
perkembangan pada anak yang disebabkan oleh pola makan yang tidak tepat, infeksi
yang sering terjadi, dan simulasi psikososial yang tidak memadai. Ketika tinggi badan
anak lebih kecil dari standar deviasi pertumbuhan anak yang ditetapkan WHO, maka
dikatakan stunting.

Pertumbuhan anak dapat diketahui melalui grafik pertumbuhan. Grafik


pertumbuhan adalah komponen penting dari perangkat pediatric (cabang ilmu
kedokteran yang mempelajari tentang pengobatan berbagai macam penyakit anak).
Nilai grafik pertumbuhan sangat membantu dalam menentukan sejauh mana
kebutuhan fisiologis untuk pertumbuhan dan perkembangan pada anak telah terpenuhi
selama masa anak-anak.

B. Status Gizi
Pemenuhan gizi, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, menjadi upaya
pertama untuk mencegah stunting. Pemenuhan gizi tersebut meliputi gizi selama
kehamilan dan masa kanak-kanak hingga anak berusia dua tahun. Kesehatan ibu
hamil dan anak juga harus dijaga dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
sehingga mengurangi resiko terjadinya infeksi pada ibu hamil dan anak.
Protein sendiri sangat penting untuk pertumbuhan. Selain protein ada juga
mikronutrien antara lain zinc, yodium, zat besi, vitamin A, vitamin D, vitamin B12,
asam folat. Kebutuhan energi harus tercukupi agar protein tidak dimanfaatkan sebagai
sumber energi oleh tubuh sehingga protein dapat digunakan untuk pertumbuhan
supaya tidak mengalami stunting. Selain jumlah yang cukup, perlu diperhatikan juga
kualitas dan keberagaman jenis pangan agar zat gizi yang terdapat dalam makanan
lengkap sesuai kebutuhan. Maka dari itu, perlunya konsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang.

C. Faktor Penyebab Stunting


Menurut UNICEF (1998) dalam (Sholikah, Rustiana, & Yuniastuti, 2017)
mengemukakan bahwa faktor-faktor penyebab kurang gizi dapat dilihat dari penyebab
langsung, tidak langsung, dan pokok permasalahan. Faktor penyebab langsung
meliputi
3
kekurangan gizi kronis dan penyakit infeksi. Faktor penyebab tidak langsung meliputi
ketahanan pangan dikeluarga, pola asuh, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan,
dan rendahnya pendidikan orang tua yang mengakibatkan kurangnya pengetahuan
terhadap kesehatan dan gizi seimbang sebelum kehamilan, masa kehamilan, serta
setelah ibu melahirkan. Faktor lain yang mempengaruhi status gizi adalah status
ekonomi keluarga yang berdampak pada pola makan, pemilihan bahan makanan dan
kecukupan zat gizi pada anak.

1. Pengaruh Rendahnya Pendidikan Ibu


Seperti di banyak negara berkembang lainnya, pendidikan merupakan
masalah penting bagi Indonesia. Pendidikan orang tua sangat berpengaruh
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak karena seorang ibu
merupakan guru pertama bagi anaknya. Anak sendiri merupakan pelopor
cikal bakal kualitas sumber daya manusia, yang selanjutnya akan menjadi
penentu keproduktifitas suatu negara di masa depan.
Menurut Sulastri dan Kristanto, menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan seorang ibu akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara
pemilihan bahan pangan yang dikomsumsinya. Ibu yang berpendidikan
lebih tinggi cenderung untuk memilih bahan makanan yang lebih baik
dalam kualitas dan kuantitas suatu hidangan dibandingkan mereka yang
berpendidikan rendah atau sedang. Karena ibu yang berpendidikan tinggi
mengetahui mengenai kebutuhan gizi seimbang yang dibutuhkan oleh
anak. Sehingga makin tinggi tingkat pendidikan pada ibu maka makin baik
juga status gizi anaknya.
2. Pengaruh Status Ekonomi
Status ekonomi keluarga merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada
anak. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan yang bergizi
tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga. Semakin tinggi
pendapatan orang tua, maka semakin tinggi pula kemampuan dalam
membeli bahan makanan yang bergizi seperti sayur dan buah. Sehingga
status ekonomi yang tinggi berpengaruh untuk menghambat stunting pada
anak.
3. Pengaruh Sanitasi Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang baik sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimal. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara
lain: lingkungan perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja),
penyediaan air bersih, membuangan sampah, pembuangan air kotor
(sepiteng), rumah hewan ternak (kandang), dan sebagainya. Keadaan
lingkungan yang kurang baik memungkinkan anak terjangkitnya berbagai
penyakit antara lain stunting, diare, dan infeksi saluran pernapasan.
4
D. Dampak Stunting
Dampak jangka pendek yang dapat ditimbulkan oleh anak yang mengalami
stunting adalah gangguan perkembangan otak, kecerdasan, pertumbuhan fisik
terhambat, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Dampak jangka panjangnya yang
dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar pada
anak, menurunnya kekebalan tubuh sehingga anak mudah sakit, dan berisiko tinggi
mengalami penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua. Dari semua itu akan menurunkan kualitas
sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa (Kemendes,
2017).

E. Cara Menanggulangani Stunting


Dalam rangka memberikan jaminan penurunan stunting anak balita,
Pemerintah telah memiliki landasan program pangan dan gizi dalam UU No. 17
Tahun 2007 mengenai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
tahun 2005-2025. Terjaminnya ketersediaan pangan yang meliputi produksi,
pengolahan, distribusi dan konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup
diharapkan dapat menurunkan prevalensi stunting pada Indonesia.
Memberikan pengetahuan terkait peningkatan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kebutuhan gizi ibu saat anak masih dalam kandungan hingga anak
berumur dua tahun. Serta memberikan pengetahuan kepada ibu hamil dan pasca
melahirkan tentang asupan gizi seimbang yang benar dan beragam jenisnya.
Pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan neonatal kepada ibu hamil secara
intensif dan mendorong ibu untuk memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif.
Pengetahuan ibu baik terhadap asupan gizi saat ibu mengandung calon bayi dan
memberikan nutrisi pada bayi dan balitanya sangat penting untuk menghambat
stunting pada anak.
5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penulisan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
stunting dapat dilihat dari penyebab langsung, tidak langsung, dan pokok
permasalahan. Faktor langsung seperti kekurangan gizi kronis dan penyakit infeksi.
Faktor penyebab tidak langsung meliputi faktor ketahanan pangan dikeluarga, faktor
rendahnya pendidikan orang tua, faktor pola asuh, faktor pelayanan kesehatan, dan
faktor sanitasi lingkungan. Faktor lain yang mempengaruhi status gizi adalah faktor
pokok permasalahan yaitu status ekonomi keluarga yang berdampak pada pola
makan, pemilihan bahan makanan dan kecukupan zat gizi pada anak. Stunting harus
mendapatkan perhatian yang serius bagi pemerintah, karena anak merupakan cikal
bakal penerus bangsa, yang dimana jika anak mengalami stunting maka berpotensi
besar menjadi kualitas sumber daya manusia yang buruk, yang selanjutnya akan
melemahkan keproduktifitas suatu negara di masa yang akan datang.

B. Saran
1. Diharapkan bagi ibu untuk selanjutnya dapat meningkatkan kesadaran dan
konsistensi dalam memenuhi kebutuhan gizi pada saat anak masih dalam
kandungan hingga anak berumur dua tahun.
2. Diharapkan orang tua lebih peduli akan kebersihan rumah dan lingkungan tempat
tinggal.
3. Diharapkan puskesmas setempat wajib memberikan pengetahuan kepada ibu
hamil dan pasca melahirkan tentang asupan gizi seimbang yang benar dan
beragam jenisnya.
4. Diharapkaan pemerintah wajib memberikan pelayanan kesehatan neonatal kepada
ibu hamil secara intensif.
5. Diharapkan orang tua memantau perkembangan anak tiap bulan di Posyandu
menggunakan grafik pertumbuhan, supaya mengetahui apakah anak mengalami
tinggi badan yang normal apa tidak.
6
Daftar Pustaka

Renyoet, B. S., Martianto, D., & Sukandar, D. (2016). Potensi kerugian ekonomi karena
stunting pada balita Di indonesia tahun 2013. Jurnal Gizi Dan Pangan, 11(3), 247-254.

Nurul Aini, A. G. (2022). Hubungan Rendahnya Tingkat Ekonomi Terhadap Risiko


Terjadinya Stunting: A Systematic Review. Volume 3, Nomor 2, Juni 2022, 127-135. Jakarta:
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Apriluana, G., & Fikawati, S. (2018). Analisis Faktor-Faktor Risiko Terhadap Kejadian
Stunting Pada Balita (0-59 bulan) di Negara Berkembang dan Asia Tenggara. Media
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 28, 247-256.

Anggryni, M., Mardiah, W., Hermayanti, Y., Rakhmawati, W., Ramdhanie, G. G., &
Mediani, H. S. (2021). Faktor Pemberian Nutrisi Masa Golden Age dengan Kejadian
Stunting pada Balita di Negara Berkembang. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia
Dini, 5, 1764-1776.

Helmyati, S., Atmaka, D. R., Wisnusanti, S. U., & Wigati, M. (2020). Stunting:


Permasalahan dan Penanganannya. UGM PRESS.

Daracantika, A., Ainin, A., & Besral, B. (2021). Pengaruh Negatif Stunting terhadap
Perkembangan Kognitif Anak. Jurnal Biostatistik, Kependudukan, Dan Informatika
Kesehatan, 1(2), 124-134.

Trisnawati, Y., Purwanti, S., & Retnowati, M. (2016). Studi Deskriptif Pengetahuan dan
Sikap Ibu Hamil tentang Gizi 1000 Hari Pertama Kehidupan di Puskesmas Sokaraja
Kabupaten Banyumas. Jurnal Kebidanan.

Sudargo, T., & Aristasari, T. (2018). 1000 hari pertama kehidupan. Ugm Press.

Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah


Kesehatan Sandi Husada, 9(1), 225-229.

Ruaida, N. (2018). Gerakan 1000 hari Pertama Kehidupan Mencegah Terjadinya Stunting
(Gizi Pendek) di Indonesia. Global Health Science, 3(2), 139-151.

Anda mungkin juga menyukai