Anda di halaman 1dari 8

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN

PENGEMBANGAN IPTEKS DAN SENI


EDISI V, 2019

 
GAMBARAN PENDERITA MORBUS HANSEN DI KOTA JAYAPURA

INNEKE V. SUMOLANG1 DAN RENO D. RUMBINO2


1,2
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Cenderawasih
1
Email: innekesumolang@yahoo.com

ABSTRACT

Morbus Hansen is a chronic infectious disease caused by Mycobacterium leprae. This


disease is a type of granulomatous disease that attacks the peripheral nerves, mucosa of the
upper respiratory tract, and skin. If left untreated, leprosy can be very progressive, causing
damage to the skin, nerves, limbs and eyes. Leprosy has a negative impact that causes material
loss for sufferers. This study has a purpose to look at the characteristics of leprosy patients in
Jayapura City. The sample of the study came from 12 health centers (Puskesmas) in Jayapura
City and patients with leprosy during the period July to September 2018. Data were taken to
analyze the data using descriptive statistics. The results of this study indicate that the highest
prevalence rate per 10,000 population and the highest Case Detection Rate / CDR value in
Jayapura City is Puskesmas Imbi.
Key word; leprosy, disease

PENDAHULUAN kabupaten yang belum dapat dieliminasi


(KemenkesRI, 2012).
Salah satu faktor yang Angka prevalensi tahun 2002 per
menyebabkan kusta sebagai masalah 10.000 penduduk di tingkat provinsi
kesehatan, adalah kusta dapat bervariasi. Prevalensi terendah di
menimbulkan masalah kompleks, mulai Yokyakarta (0,00) dan tertinggi di Maluku
dari aspek medis, sosial, ekonomi, budaya, Utara (6,72).3 Angka prevalensi penderita
keamanan, dan ketahanan nasional. kusta di Sulawesi Utara adalah 2,0 (tahun
Keadaan ini dapat menimbulkan keresahan 2007) dan 1,7 (tahun 2008).Jumlah
tidak hanya bagi penderita tapi juga bagi penderita kusta yang terdaftar di Sulawesi
keluarga dan masyarakat sekitarnya Utara tahun 2008 sebanyak 388 orang
(DinkesPapua, 2015). Masih banyak dengan 326 (84,02%) di antaranya adalah
masyarakat menganggap kusta sebagai penderita tipe MB. Angka penemuan
penyakit kutukan Tuhan, akibat guna-guna, penderita baru pada tahun 2008 adalah 1,9
sangat menular dan tidak dapat per 100.000 penduduk (Kemenkes, 2015).
disembuhkan. Rasa takut yang berlebihan Pada kondisi tertentu, diperlukan
dan stigma negatif terhadap penyakit kusta, penanganan lebih lanjut dan rawat inap di
menyebabkan kecenderungan untuk rumah sakit. Indikasi rujukan adalah: untuk
mengisolasi penderita dan memperlakukan memastikan diagnosis, terdapat neuritis
mereka secara kurang manusiawi (Kamath, akut dan subakut, reaksi kusta berat (tipe I
2014). dan II), ulkus, komplikasi pada mata, reaksi
Di Indonesia, kusta masih terhadap obat multi drug therapy (MDT),
merupakan salah satu masalah kesehatan di tersangka resisten dapson, penderita kusta
Indonesia, walaupun pada pertengahan yang membutuhkan tindakan bedah
tahun 2000, Indonesia sudah dapat rekonstruksi, kondisi umum jelek atau
mencapai eliminasi kusta. Hal ini dengan keadaan darurat lain, penderita
disebabkan karena sampai akhir tahun kusta yang membutuhkan latihan
2002 masih ada 13 provinsi dan 111 fisioterapi, terapi okupasi, tindakan bedah
septik ( osteomielitis, sinus dalam, fistel),

LPPM UNCEN 61 ISBN 978-602-7905-39-9


GAMBARAN PENDERITA MORBUS HANSEN ...
INNEKE V. SUMOLANG1 DAN RENO D. RUMBINO
 
protesa, rehabilitasi karya, indikasi sosial, b. Tahap Pelaksanaan
penderita yang membutuhkan klofazimin pasien diminta kesediaannya untuk
atau talidomid untuk mengatasi reaksi tipe mengisi inform consent yang
II berat, serta penderita dengan ulkus dan berkaitan dengan kegiatan
neuropati (Wardhani, 2014). penelitian. Pasien yang diduga
Reaksi merupakan fenomena yang menderita kusta diambil sampel
sering terjadi pada penderita kusta, deteksi kerokan kulitnya untuk dilakukan
dini dan penatalaksanaan yang tepat pemeriksaan dan parameter klinis
merupakan bagian penting dalam lainnya. Selanjutnya penelitian
mengsukseskan program penanganan melakukan pengumpulan data,
kusta. Faktor-faktor pemicu antara lain pengumpulan data diperoleh dari
stress mental dan fisik, terapi kusta (MDT), data primer. Data primer diperoleh
vaksinasi, kehamilan, tindakan bedah, langsung dari subyek penelitian
perlukaan, dan infeksi (Hidayat, 2014). menggunakan kuesioner dan hasil
Penanganan reaksi kusta terutama pemeriksaan laboratorium.
ditujukan untuk mengatasi neuritis sebagai
pencegahan paralisis atau kontraktur; Pengumpulan data
menghindari kebutaan, membunuh kuman Setelah selesai dilakukan
penyebab agar penyakit tidak meluas dan pengumpulan data, kemudian dilakukan
mengatasi rasa nyeri (Pongtiku, 2016). pengelolahan data melalui tahap berikut:
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti 1. Pengeditan
ingin mengetahui gamabaran para Pengeditan digunakan untuk
penderita kusta yang ada di Kota Jayapura. memeriksa ulang data yang telah
diperoleh mencakup kelengkapan
METODE PENELITIAN data.
2. Pengkodean
Waktu dan Tempat Tahap dilakukan pengkodean di
Desain penelitian ini adalah cross klasifikasi berdasarkan katagori
sectional. Penelitian dilakukan di bagian masing-masing untuk
Penyakit dalam RSD Dok II mulai Juli mempermudah membaca data.
sampai September 2018. 3. Tabulasi
Input dapat dalam excel secara
Sampel Penelitian seksama berdasarkan karakter data
Sampel penelitian ini berasal dari dan selanjutnya digunakan untuk
12 puskesmas yang ada di kota Jayapura pengolahan data lebih lanjut.
dan orang yang datang ke bagian penyakit
kulit dan kelamin positif dinyatakan Analisa Data
menderita kusta berdasarkan pemeriksaan Analisis statistik deskriptif
laboratorium. digunakan untuk mengetahui gambaran
umum pasien yang positif menderita kusta
Prosedur Penelitian ditampilkan dalam distribusi dan
Langkah – langkah pelaksanaan kecenderungan pola data dan analisis
penelitian ini adalah sebagai berikut: kualitatif menggunakan program SPSS V
a. Tahap Persiapan 17.
Peneliti menyiapkan instrumen
penelitian berupa lembar kuesioner HASIL DAN PEMBAHASAN
yang berisi biodata dan data dukung Hasil
pasien yang dibutuhkan seperti Penelitian ini menggunakan data
jenis kelamin, etnis, alamat, berat penderita kusta yang terdistribusi pada 12
badan dan tabel hasil pemeriksaan puskesmas yang ada di Kota Jayapura.
laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rate

LPPM UNCEN 62 ISBN 978-602-7905-39-9


GAMBARAN PENDERITA MORBUS HANSEN ...
INNEKE V. SUMOLANG1 DAN RENO D. RUMBINO
 
prevalensi per 10.000 penduduk tertinggi Sedngkan angka prevalensi rate paling
di puskesmas Imbi Kota Jayapura. rendah berada di puskesmas Waena yang
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit mencapai angka 4,75. Secara lebih jelas
lama dan baru yang berjangkit dalam data revalensi rate per 10.000 penduduk
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ yang tersebar di kota Jayapura pada 12
negara pada suatu waktu tertentu. Angka puskesmas dapat dilihat pada gambar 1
prevalensi rate tertinggi sebesar 49,59. berikut.

Gambar 1. Prevalensi rate dalam 10.000 penduduk Penderita Kusta

Case Detection Rate/CDR Adalah di bawah ini. Tampak pada gambar kasus
persentase jumlah pasien baru BTA positif tertinggi pada wilayah kerja Puskesmas
yang ditemukan dan diobati dibanding Imbi kota Jayapura (521,32) dan kasus
jumlah pasien baru kusta yang diperkirakan yang terdeteksi paling rendah terdapat pada
ada dalam wilayah tersebut. Case puskesmas Yoka dengan angka Nol (0,0).
Detection Rate menggambarkan cakupan Sedangkan posisi kedua dan keiga secara
penemuan pasien baru kusta positif pada berurutan ditempati oleh Puskesmas Koya
wilayah tersebut. Pada kasus kusta yang Barat pada angka 407,04 dan Puskesmas
terdeteksi dari 12 puskesmas yang ada di Elly Uyo Polimak Jayapura pada angka
Kota Jayapura dapat dilihat pada gambar 2 313,94.

Gambar 2. CDR 10.000 Penduduk Setiap Puskesmas

LPPM UNCEN 63 ISBN 978-602-7905-39-9


GAMBARAN PENDERITA MORBUS HANSEN ...
INNEKE V. SUMOLANG1 DAN RENO D. RUMBINO
 
Parameter lain yang berhasil ditempati oleh puskesmas Imbi (31 ) orang
dikumpulkan dalam penelitian termasuk dan puskesmas Elly Uyo (31 ) orang anak.
jumlah penderita ditinjau dari segi umur Wilayah kerja Puskesmas Yoka Waena
atau anak anak dapat dilihat pada gambar 3 sama sekali tidak ditemukan penderita
berikut ini. Penderita kusta pada setiap kusta kategori anak. Jumlah tersebut
puskesmas memiliki jumlah yang merupakan data terakhir yang didata
bervariasi. Jumlah penderita tertinggi terbaru dari berbagai wilayah puskesmas
ditemukan di wilayah kerja puskesmas pada tahun 2018 sampai dengan bulan
Skouw mencapai 48 orang anak. Agustus.
Sedangkan peringat kedua dan ketiga

Gambar 3.Proporsi Penderita Kusta Pada Usia Anak

Gambar 4. Proporsi Cacat Para Penderita Kusta Di Berbagai Puskesmas

Dampak negatif kusta yang dapat kematian bagi penderitanya. Proporsi


dialami oleh enderitanya adalah kecacatan. penderita kusta yang termasuk kategori MB
Penyakit kusta merupakan penyakit (multi basiler) dapat diperhatikan pada
menular kronis yang disebabkan oleh gambar 5 di bawah ini. Secara umum
Mycobacterium leprae. Pada dasarnya jumlah proporsi penderita tipe MB tidak
penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, jauh berbeda antara satu puskesmas dengan
hingga dapat menyerang organ-organ yang lainnya. Tampak bahwa puskesmas
tubuh lainnya. Bakteri tersebut diduga Waena paling banyak dengan jumlah 94
menyebar melalui droplet. Penyakit ini sedangkan puskesmas Abepantai pada
merupakan penyakit yang dapat peringkat dua dengan jumlah 92.
menyebabkan cacat permanen bahkan

LPPM UNCEN 64 ISBN 978-602-7905-39-9


GAMBARAN PENDERITA MORBUS HANSEN ...
INNEKE V. SUMOLANG1 DAN RENO D. RUMBINO
 

Gambar 5. Penderita kusta berdasarkan tipe MB

Gambar 6.Penemuan penderita baru per tri wulan

Penyakit kusta merupakan penyakit Pembahasan


menular yang menimbulkan masalah Penelitian gambaran kusta di
kompleks, tidak hanya dari segi medis wilayah kerja dua belas puskesmas di Kota
tetapi juga masalah sosial dan ekonomi Jayapura fokus pada beberapa hal seperti
yang terjadi akibat stigma buruk prevalensi rate, case detection rate,
masyarakat terhadap kecacatan penderita proporsi penderita anak pada anak,
kusta. Jumlah penemuan penderita baru proporsi kecacatan, proorsi penderita tipa
penyakit kusta setiap puskesmas di wilayah Multi Basier (MB) dan penemuan baru per
Kota Jayapura meunjukkan angka yang tri wulan pada tahun 2018. Hasil temuan
bervariasi. Pola trend yang menonjol menunjukkan bahwa angka prevalensi rate
berada pada area wilayah kerja Puskesmas yang dihitung jumlahnya berragam pada
Imbi dan Puskesmas Hamadi. Sedangkan setiap area wilayah kerja puskesmas.
salah satu puskesmas yang tidak ditemukan Jumlah tertinggi terdapat pada Puskesmas
penderita baru hanya wilayah kerja Imbi Kota Jayapura. Kondisi ini dapat
Puskesmas Yoka. Gambaran secara umum terjadi karena beberapa hal yang dapat
variasi jumlah penderita baru dapat diamati mendukung terjadinya prevalensi rate per
pada gambar 6 di atas. 10.000 penduduk pada penderita kusta.
Penelitian ini masih relevan dengan kajian
Ernawati (2016) bahwa prevalensi rate
dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.
LPPM UNCEN 65 ISBN 978-602-7905-39-9
GAMBARAN PENDERITA MORBUS HANSEN ...
INNEKE V. SUMOLANG1 DAN RENO D. RUMBINO
 
Faktor – faktor tersebut meliputi Pola yang positif kusta pada periode ini. Kondisi
Hidup Bersih Sehat (PHBS), persentase tersebut mengindikasikan bahwa anak d
rumah sehat, persentase jamban sehat, daerah Skouw sangat rentan dan berpotensi
persentase jenis sarana air bersih, lebih tinggi dari orang dewasa. Faktor
kepadatan penduduk, persentase penduduk pendukung utama pada insidensi kusta
miskin, persentase rumah tangga pada anak diduga faktor imunitas,
menggunakan sumber air minum tidak lingkungan dan PHBS yang buruk. Sesuai
layak, persentase rumah tangga dengan alas dengan penelitian lain yang menjelaskan
lantai tanah, dan persentase tenaga medis bahwa derajat keparahan penyakit kusta
puskesmas ( (Ernawati, 2016). sangat ditentukan oleh respons imunitas
Mycobacterium leprae merupakan pasien terutama respons imun seluler.
bakteri penyebab penyakit kusta. Dampak Perkembangan sistem imunitas pada anak-
yang diakibatkan kusta bervariasi dan anak relatif kurang sempurna dibandingkan
kompleks, dari aspek medis orang dewasa (Wulan, 2015). Selain itu
mengakibatkan cacat fisik dan masalah penelitian serupa menjelaskan bahwa
sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan gambaran klinis kusta pada anak seperti
ketahanan nasional. Kecacatan yang pada orang dewasa dapat berupa lesi di
dialami oleh penderita kusta berimbas pada kulit, gejala neural, reaksi, dan kecacatan.
kualitas hidupnya karena usaha untuk Penelitian sebelumnya di India, didapatkan
sosialisasi dan berkarya akan terhambat. 67% kasus 16 kusta pada anak berupa lesi
Penyakit ini sendiri merupakan salah satu pada kulit (Ranjan, 2005).
gambaran nyata kemiskinan di masyarakat Aspek lain penelitian ini adalah
Indonesia, karena kenyataannya sebagian tentang dampak kusta sehingga
besar penderita kusta berasal dari golongan mengakibatkan kecacatan penderitanya.
ekonomi lemah. Parameter berikutnya Kecacatan pada penderita kusta sampai
adalah CDR (Case Detection Rate) adalah saat ini masih menimbulkan stigma di
data yang menggambarkan cakupan masyarakat, sehingga penderita kusta sulit
penemuan pasien baru kusta positif pada diterima di masyarakat walaupun
wilayah tersebut. Insidensi kusta tidak penyakitnya sudah dinyatakan sembuh.
terlepas dari berbagai faktor Penderita kusta yang cacat ditemukan pada
pendukungnya. Dari temuan ini dapat area kerja puskesmas Abepura dan
dipahami bahwa CDR dapat juga Abepantai. Perbedaan jumlah kecacatan
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, usia akibat kusta pada setiap puskesmas
terdiagnosa, higienis personality, jenis bervariasi jumlahya. Kecacatan dapat
kelamin, tingkat pendidikan dan terjadi karena terambat berobat ke
lingkungan penderita kusta ( (Manyullei, puskesmas atau rumah sakit. Salah satu
2012). faktor yang menimbulkan kecacatan pada
Kusta dapat menyerang siapa saja kusta adalah aktivitas perawatan diri.
baik dewasa atau anak – anak. Anak Kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas
merupakan generasi penerus sehingga perawatan diri yang baik akan
kualitas anak khususnya dalam hal mempengaruhi kecacatan yang dialami
kesehatan akan menentukan perannya oleh klien kusta. Adanya perawatan diri
dalam pembangunan. Selain itu masa anak yang baik pada klien kusta tanpa kecacatan
adalah masa yang aktif sehingga pasien maupun dengan kecacatan kusta akan
penyakit kusta dapat menjadi sumber mampu mencegah atau mengurangi
penularan baik di lingkungan keluarga, kecacatan pada klien kusta dan mencari
tetangga, ataupun di sekolah.Penderita solusi untuk persoalan yang mereka hadapi.
yang tergolong anak – anak paling tinggi Kecacatan yang biasa ditemukan
ditemukan di daerah puskesmas Skouw pada penderita kusta terjadi pada mata,
(gambar 3) menunjukkan angka 48 anak tangan dan kaki penderitanya. Sesuai

LPPM UNCEN 66 ISBN 978-602-7905-39-9


GAMBARAN PENDERITA MORBUS HANSEN ...
INNEKE V. SUMOLANG1 DAN RENO D. RUMBINO
 
dengan hasil penelitian di Surabaya bahwa KESIMPULAN
kecacatan pada mata ini harus mendapat
perhatian serius sebab kecacatan pada mata Hasil penelitian ini menunjukkan
merupakan kecacatan yang paling bahwa Rate prevalensi per 10.000
mengganggu bagi penderita dibandingkan penduduk tertinggi dan nilai Case
dengan kecacatan pada tangan dan kaki. Detection Rate/CDR tertinggi di
Dalam penelitian ini terlihat beberapa puskesmas Imbi Kota Jayapura.
faktor risiko yang berhubungan dengan
terjadinya kecacatan yaitu umur, jenis DAFTAR PUSTAKA
kelamin, lama menderita kusta, tipe kusta.
Pada penelitian ini angka kecacatan kusta Depkes. (2011). Buku Pedoman Nasional
tertinggi didapatkan pada mereka yang Pengendalian Penyakit Kusta.
menderita sakit > 6 bulan. Tingginya Jakarta.
indeks bakteriologis ternyata tidak DinkesPapua. (2015). Analisa Situasi
berhubungan dengan peningkatan risiko Program Pemberantasan Penyakit
terjadinya kecacatan (Putra & Agusni , Kusta Tahun 2015. Jayapura.
2006). Ernawati. (2016). Analisis Faktor-Faktor
Penyakit kusta secara umum yang Memengaruhi Angka
dibedakan menjadi yaitu jenis MB (multi Prevalensi Penyakit Kusta di Jawa
basiler ) dan PB (Pausi Basiler). Temuan Timur dengan Pendekatan Spatial
penelitian ini menunjukkan bahwa jenis Durbin Model. JURNAL SAINS
kusta jeis MB pada setiap puskesmas tidak DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016)
jauh berbeda jumlahnya. Kondisi tersebut , 2337-3520 (2301-928X Print) .
dapat diartikan bahwa insidensi kusta MB Hidayat, W. (2014). Panduan Praktik
paling banyak dibandingkan jenis PB. Pada Klinik Bagi Dokter, Leprae, Edisi
penelitian ini masih relevan dengan Revisi Tahun 2014. Jakarta.
penelitian lainnya yang menunjukkan Kamath, K. (2014). Kamath, Recognizing
bahwa secara umum baik dilihat dari segi and Managing The Immunologic
umur maupun jenis kelamin, penderita Reactions In Leprosy. Journal Of
dengan tipe kusta MB memiliki jumlah Am Acad Dermatol, pp. 1-7.
terbanyak dab beresiko menularkan bakteri Kemenkes. (2015). Peraturan Mentri
kusta melalui kontak fisik sebesar lima Kesehatan Republik Indonesia
sampai delapan kali dibanding dengan tipe Nomor 5 Tahun 2014. . Jakarta, pp.
PB (Pausi Basiler) yang hanya dua kali 35-43.
(Susanti, 2015). Manyullei, S. (2012). GAMBARAN
Keterbatasan penelitian ini adalah FAKTOR YANG
belum melakukan identifikasi terperinci BERHUBUNGAN DENGAN
tentang data primer penderita yang terdiri PENDERITA KUSTA DI
jenis kelamin, tingkat pendidikan dan data KECAMATAN TAMALATE
dukung lainnya. Data yang diambil masih KOTA MAKASSAR. Indonesian
sebatas data numerik yang terdapat pada Journal of Public Health, 10-17.
setiap puskesmas sehingga informasi Pongtiku. (2016). Kusta. Jayapura: Dinkes
lainnya yang masih dapat digunakan belum Papua.
dapat diketahui, sehingga penelitian Putra, D., & Agusni , I. (2006). Kecacatan
lanjutan kelak sebaiknya dilakukan secara pada Penderita Kusta Baru di Divisi
komprehensive lagi. Kusta URJ Penyakit Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo
Surabaya Periode 2004–2006.
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit

LPPM UNCEN 67 ISBN 978-602-7905-39-9


GAMBARAN PENDERITA MORBUS HANSEN ...
INNEKE V. SUMOLANG1 DAN RENO D. RUMBINO
 
dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Surabaya.
Ranjan, B. (2005). Visible deformity in
childhood leprosy - a 10-year study
. Int JLepr Other Mycobact Dis
2005.
Sumarto, M. (2015). Profil penderita kusta
yang dirawat di Instalasi rawat inap
penyakit kulit dan kelamin RSU Dr.
Soetomo-Surabaya periode Januari
2003Desember 2005. ilmu penyakit
kulit dan kelamin.
Susanti, K. (2015). Hubungan Status
Vaksinasi BCG, Riwayat Kontak
dan Personal Hygiene dengan
Kusta di Kota Pekalongan. Unnes
Journal of Public Health, 5(2): ,
130-139. .
Susanto. (2006). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Tingkat
Kecacatan Penderita Kusta (Kajian
di Kabupaten Sukoharjo). .
Universitas Gadjah Mada Press.
Wardhani, O. (2014). Kusta. Jakarta:
Kapita Selecta.
Wulan, K. (2015). Profil Pasien Kusta Baru
pada Anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga / Rumah
Sakit Umum Daerah Dr.Soetomo
Surabaya.

LPPM UNCEN 68 ISBN 978-602-7905-39-9

Anda mungkin juga menyukai