Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS POST SECTIO CAESAREA

Untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan anak

Oleh :

ARDYNE LUSICA

P17230224100

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR


A. KONSEP DASAR
Pengertian
Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian dengan tindakan penyelamatan bayi
serta ibunya dalam persalinan dengan cara operasi sectio caesarea (SC). Sectio Caesarea
adalah suatu cara melahirkan dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut. (amrusofian,2012). Adanya insisi dan jaringan yang rusak akibat
sayatan pada dinding perut menyebabkan sensasi rasa nyeri (Perry & Potter, 2005).
Sensasi nyeri yang dirasa tergantung pada persepsinya, dan persepsi setiap pasien
terhadap nyeri berbeda-beda, sehingga respons terhadap nyeri juga berbeda-beda, ada
yang berteriak, meringis dan lain-lain (Potter & Perry, 2001). Nyeri pada ibu post SC
dapat menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi. Laktasi adalah
keseluruhan proses menyusui mulai dari asi di produksi sampai proses bayi menghisap
dan menelan asi. Sekitar 68% ibu post SCmengalami kesulitan dengan perawatan bayi,
bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui
akibat adanya nyeri (Anggorowati, dkk 2007). Rasa nyeri tersebut akan menyebabkan
pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada bayinya, karena rasa tidak nyaman
selama proses menyusui berlangsung atau peningkatan intensitas nyeri setelah operasi
(Batubara dkk, 2008). Manajemen nyeri mempunyai beberapa tindakan atau prosedur
baik secara farmakologis maupun non farmakologis. Prosedur secara farmakologis
dilakukan dengan pemberian analgesik atau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri. Sedangkan secara non farmakologis dapat dilakukan dengan cara relaksasi, teknik
pernapasan, pergerakan atau perubahan posisi, masase, akupressur, terapi panas atau
dingin, dan musik. Selain itu terdapat pula teknik
(Yuliatun, 2008).
Penyebab

Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangkan ibu dalam memilih melakukan Operasi
Caesar secara terencana, antara lain :

 Kondisi janin dengan presentasi bokong yang mana akan sulit bila dilakukan teknik
persalinan secara normal
 Janin terlalu besar atau Makrosomia
 Kondisi kesehatan sang Ibu tidak memungkinkan untuk menjalani operasi secara normal.
 Ibu merasa lebih nyaman dengan kepastian waktu
 Meminimalkan rasa sakit
 Trauma pada persalinan sebelumnya dan takut persalinan normal tidak berjalan lancar
 Komplikasi kehamilan
 Bayi cacat lahir

Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejalan ibu akan melahirkan secara Caesar :

 Inveksi HIV
 Gagal persalinan secara normal
 Kehamilan kembar
 Kondisi plasenta yang terletak dibawah mulut Rahim (plasenta previa)
 Pertumbuhan janin terhambat
 Janin terlilit tali pusar
 Makrosomia atau berat bayi melebihi 4kg
 Detak jantung bayi tidak normal
 Posisi janin sungsang atau kondisi ketika kepala bayi tidak kunjung berada dibawah,
bahkan tetap berada di atas saat usia kehamilan lebih dari 36 minggu

Menurut Saifuddin (2002), manifestasi klinis terbagi atas 4 bagian yaitu


a. Pusing
b. Mual muntah
c. Nyeri sekitar luka operasi
d. Peristaltic usus menurun

Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik


1) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2) Pemantauan EKG
3) JDL dengan diferensial
4) Elektrolit
5) Hemoglobin/Hematokrit
6) Golongan Darah
7) Urinalis
8) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9) Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
10) Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker,Susan martin,1998. Dalam buku Aplikasi
Nanda 2015).
Pemeriksaan Laboratorium yang Dilakukan :

Patofisiologi
Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan normal tidak
memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan Secti Caesarea, bahkan sekarang
Sectio Caesarea menjadi salah satu pilihan persalinan. Adanya beberapa hambatan ada proses
persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectiocaesarea (SC). Dalam
proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi
sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri
pasien secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri. Kurangnya informasi
mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan
tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan,
pembuluh darah dan saraf-saraf di daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran
histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang
bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

Pohon Masalah atau Pathway


Kelainan / hambatan selama hamil dan proses persalinan
Etiologi dari janin : gawat janin,
Misalnya : plasenta previa sentralis/lateralis, panggul mal presentasi dan mal posisi
sempit, disproporsi chevalo pelvic, ruptur uteri janin, prolapsus tali pusat
mengancam, partus lama/tidak maju, preeklamsia, dengan pebukaan kecil.
distonia serviks, malpresentasi janin

Kurang
Sectio Caesarea (SC) Ansietas
Informasi

Insisi dinding Tindakan


Luka post op. SC
abdomen Anastesi

Terputusnya
Risiko Infeksi inkonuitas jaringan, Imobilisasi
pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar
daerah insisi
Gangguan
Mobilitas Fisik
Merangsang
pengeluaran
histamin dan Defisit
prostaglandin Perawatan
Diri

Nyeri Akut
Penatalaksanaan

a. Analgesia
1) Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg Meperidin (intra muskuler)
setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk mengatasi rasa sakit atau dapat disuntikan
dengan cara serupa 10 mg Morfin.
2) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang diberikan adalah 20 mg.
3) Wanita dengan ukuran besar, dosis yang lebih tepat adalah 100 mg Meperidin.
4) Obat-obatan antiemetik, misalnya protasin 25 mg biasanya diberikan bersama-sama
dengan pemberian prepaarat narkotik.
b. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan tekanan darah, nadi, jumlah
urine serta jumlah darah yang hilang dan keadaan fundus harus diperiksa.

e. Terapi cairan dan diet


Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti sudah cukup selama
pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya, meskipun demikian, jika output urine
jauh di bawah 30 ml/jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat pada hari
kedua.

f. Vesika Urinarius dan Usus


Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan paginya setelah
operasi. Biasanya bising usus belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan,
pada hari kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif Kembali pada hari ketiga.

g. Ambulansi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan bantuan perawatan dapat bangun
dari tempat tidur sebentar, sekurangkurangnya 2 kali pada hari ke dua pasien dapat
berjalan dengan pertolongan.

h. Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa
banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah
hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ketiga post partum, pasien dapat
mandi tanpa membahayakan luka insisi.

i. Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus segera
di cek kembali bila terdapar kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang
menunjukkan hipovolemia.

j. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memustuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompesi, biasnaya mengurangi rasa nyeri.

k. Memulangkan Pasien Dari Rumah Sakit


Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang
dari rumah sakit pada hari keempat dan kelima post operasi, aktivitas ibu seminggunya
harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
Diagnosa :
1.
Definisi :
Berhubungan dengan :

Tanda dan Gejala :

Mayor :

Minor :

2.
Definisi :
Berhubungan dengan :
Tanda dan Gejala :
Mayor :
Minor :

3.
Definisi :
Berhubungan dengan :
Tanda dan Gejala :
Mayor :
Minor :
A) Data subyektif : melakukan anamnesa
Diperoleh dari hasil wawancara dengan ibu px (presepsi ibu px mengenai kondisi
kesehatan anaknya)
Riwayat kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit masa lalu

- Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keperawatan

- Pola intake : jumlah dan jenis cairan yang dikonsumsi


- Pola eliminasi : karakteristik urin, mual muntah, kebiasaan berkemih
- Evaluasi status kehilangan cairan : haus yang berlebihan, edema, membran mukosa
kering
- Proses penyakit
B) Data obyektif : Pemeriksaan fisik
Diperoleh dari pengamatan, observasi, pengkajian, pemeriksaan fisik secara langsung
pada px.
- Kesadaran : compos mentis, apatis, somnolen, soparo comatous, coma
- Wajah : tampak pucat/tidak
- Mata : mata cekung/tidak
- Mulut dan bibir : mukosa bibir kering atau lembab
- Leher : adanya pembesaran kelenjar limfa/tidak
- Turgor kulit : <2 detik/tidak
- Berat badan turun/tidak

Aktual dan Risiko

 DX 1 :
Aktual :
Risiko :
 DX 2 :
Aktual :
Risiko :
 DX 3 :
Aktual :
Risiko ;

Tanda dan Gejala :

TTV By, Ny. Pada :

S=

N=

RR =

SPO2 =
Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSIS INTERVENSI

KEPERAWATAN Tujuan dan Kriteria Tindakan Rasional


Hasil Keperawatan

1. Setelah dilakukan Intervensi Utama : Observasi :


intervensi Terapeutik :
Observasi :
keperawatan selama Edukasi :
2 x 24 jam Terapeutik : Kolaborasi :
diharapkan
Edukasi :

Kolaborasi :

Intervensi Utama :

Observasi :
Observasi :
Terapeutik : Terapeutik :
Edukasi :
Edukasi :
Kolaborasi :
Kolaborasi :

Setelah dilakukan
2. intervensi Intervensi Utama : Observasi :
keperawatan selama Terapeutik :
Observasi :
2 x 24 jam Edukasi :
diharapkan Terapeutik : Kolaborasi :

Edukasi :

Kolaborasi :

Setelah dilakukan
3. intervensi Intervensi Utama : Observasi :
keperawatan selama Terapeutik :
Observasi :
2 x 24 jam Edukasi :
diharapkan Terapeutik : Kolaborasi :

Edukasi :

Kolaborasi :

-
DAFTAR PUSTAKA
- Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2018, Standar diagnosis keperawatan Indonesia, Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.
- Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2018, Standar luaran keperawatan Indonesia, Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.
- Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018, Standar intervensi keperawatan Indonesia, Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta.
- https://www.prenagen.com/id/mengapa-harus-melahirkan-dengan-operasi-
caesar#:~:text=Yang%20paling%20sering%20menjadi%20alasan,dan%20juga%20stress%20janin
%20berat.
- https://www.alodokter.com/ini-alasan-sebagian-ibu-hamil-memilih-operasi-caesar
- https://www.liputan6.com/hot/read/5332043/ciri-ciri-akan-melahirkan-caesar-pehatikan-
kondisi-ibu-dan-janin?page=3
-

Anda mungkin juga menyukai