Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


POST OP SECTIO CAESAREA (SC)
DI ICU RSU AMINAH

Untuk memenuhi tugas


Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah 1

Oleh:
NAMA : RAMA JUAN BAGUS YUSNANDA PUTRA
NIM : P17230201015

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BLITAR
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah di responsi dan disetujui pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :
Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Op Sectio
Caesarea (SC) di ICU RSU Aminah

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

Ns. Arif Mulyadi, M.Kep.


NIP. 197507292001121002
LAPORAN PENDAHULUAN
Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Op Sectio Caesarea (SC) di ICU RSU Aminah
BAB I
KONSEP DASAR SECTIO CAESAREA (SC)

1.1 PENGERTIAN
Menurut Subekti, 2018 operasi caesar mengacu pada tindakan pembedahan dengan
cara membuka dinding perut dan rahim ibu yang bertujuan untuk melahirkan bayi. Pada
umumnya operasi caesar dilakukan sebagai alternatif persalinan ketika sudah tidak bisa
lagi dilakukan persalinan secara normal (pervaginam). Terdapat indikasi medis dan non
medis dilakukannya operasi caesar. Indikasi medis dinilai berdasarkan temuan kondisi
pasien. Hal ini dipertimbangkan berdasarkan hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya indikasi
dilakukan operasi caesaria maka akan segera dilakukan penanganan serta tindakan yang
tepat. Operasi caesar merupakan pilihan terakhir setelah melewati berbagai pertimbangan
medis demi keselamatan ibu dan janin. Sedangkan indikasi non medis biasanya dipilih
oleh ibu berdasarkan faktor sosial. Beberapa ibu hamil memilih operasi Caesar karena
faktor persepsi, psikologi, keyakinan dan keinginan, serta ekonomi. Berdasarkan
ekonomi, operasi caesar pada umumnya diinginkan oleh ibu atau keluarga dengan status
ekonomi menengah ke atas. Hal ini dilakukan karena terdapat rasa takut merasakan nyeri
selama proses persalinan pervaginam (Tika et al. 2022).
1.2 ETIOLOGI / PENYEBAB
Menurut NANDA NIC-NOC (2015) sectio caesarea dilakukan atas indikasi
1. Etiologi berasal dari Ibu Ibu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara
tua disertai kelainan letak, disproporsi cepalo pelvik (disproporsi janin/panggul),
ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,
plasenta previa terutama pada primigravida, komplikasi kehamilan yaitu
preeklampsia-eklampsia, atas permintaan kehamilan yang disertai penyakit (Jantung,
Diabetes Mellitus), gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan
sebagainya).
2. Etiologi berasal dari janin Etiologi yang berasal dari janin seperti Fetal
distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin, prolapses
tali pusat dengan pembukan kecil, kegagalan persalinan vakum atau ferseps ekstraksi
(Ramandanty 2019).
1.3 KLASIFIKASI
Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Manuaba 2012, meliputi :
1. Sectio Caesarea Klasik Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas
rahim. Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirra-kira
sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan melalui
vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
2. Sectio Caesarea Transperitonel Profunda Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
disebut juga low cervical yaitu sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim.
Sayatan jenis ini dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup
tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal
dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
3. Sectio Caesarea Histerektomi Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan
dimana setelah janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan
rahim.
4. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea
berulang pada seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya
dilakukan di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan ins isi dinding
dan faisa abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum
(Ramandanty 2019).
1.4 TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala post sectio caesarea
1. Pusing
2. Mual muntah
3. Panggul sempit
4. Pre-eklamsia dan Hipertensi
5. Nyeri di sekitar luka operasi
6. Adanya luka bekas operasi
1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/hematocrit
6. Golongan darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi
10. Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker, Susan martin, 1998. Dalam buku Aplikasi Nanda
2015).

1.6 PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan
bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena ketidakseimbangan
ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, pre eklampsia
dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti sungsang dan lintang, kemudian
sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta yang lebih dikenal dengan plasenta previa,
bayi kembar, kehamilan pada ibu yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan,
plasenta keluar dini, ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi
lemah dan sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (Ramandanty 2019).

PATHWAY

Tindakan Sectio Caesaria

Anestesi Perdarahan Insisi


abnormal

Spinal Anestesi Blok Trauma jaringan


Risiko
(SAB)
perdarahan

Nyeri
Penurunan saraf
ekstremitas bawah Menekan laju
metabolisme oksidatif

Gangguan
Hipotermia
mobilitas fisik

1.7 PENATALAKSANAAN
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
per intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian minuman dengan
jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 sampai 8 jam pasca operasi,
berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri dapat
dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan dapat dilakukan
penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar, Hari kedua post
operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas
dalam lalu menghembuskannya, Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah
menjadi posisi setengah duduk (semifowler), Selanjutnya selama berturut-turut, hari
demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan
penderita.
5. Pemberian obat-obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda
sesuai indikasi.
6. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan
ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapat 14 diberikan tramadol atau
paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila
perlu.
7. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan
caboransia seperti neurobian I vit C.
8. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti.
9. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
10. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa
banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa nyeri (Ramandanty 2019).
BAB II
KONSEP DASAR PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NYAMAN

2.1 PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Pengkajian identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama,
suku/bangsa, bahasa, pendidikan, pekerjaan, alamat/no. telp.,
penanggungjawab
2. Riwayat sebelum sakit
Pengkajian riwayat sebelum sakit meliputi, penyakit berat yang pernah
diderita, obat – obatan yang biasa dikonsumsi, kebiasaan berobat, alergi
terhadap makanan atau obat, dan alat bantu yang digunakan.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang meliputi, keluhan utama yang dirasakan klien,
tanggal mulai terjadinya sakit, bagaimana proses terjadinya sakit, faktor
pencetus, upaya yang telah dilakukan saat sakit, pengkajian tanda tanda vital
antara lain suhu tubuh, frekuensi nadi, tekanan darah, dan SpO2 (saturasi
oksigen). Selain itu, terdapat pengkajian mengenai riwayat kesehatan
keluarga yang meliputi penyakit yang pernah diderita oleh keluarga dan
penyakit yang sedang diderita oleh keluarga.
4. Pengkajian sistem
Pengkajian sistem antara lain :
a. Sistem pernafasan (B1 = Breathing), mengkaji data subyektif dan obyektif
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, seperti mengkaji irama
nafas, suara nafas tambahan, frekuensi nafas, saturasi oksigen, dan pola
nafas.
b. Sistem kardiovaskuler (B2 = Blood), meliputi data subyektif dan obyektif
yang mengkaji tentang irama jantung, pulsasi, tekanan darah, frekuensi
dan tekanan nadi, suhu tubuh, MAP, ictus cordis, dan suara jantung
tambahan.
c. Sistem neurologi (B3 = Brain), mengkaji mengenai kesadaran, dan
kesadaran melalui GCS
d. Sistem perkemihan (B4 = Bladder), dengan melakukan pengkajian pada
area genital, pola BAB dan BAK, dan keseimbangan cairan.
e. Sistem pencernaan (B5 = Bowel), meliputi data subyektif dan obyektif
meliputi penggunaan abantu makan, adanya luka atau lesi, lingkar perut,
nyeri tekan pada abdomen, peristaltic usus, dan perkusi pada abdomen.
f. Sistem musculoskeletal ( B6= Bone), meliputi kemampuan bergerak,
kekuatan otot, warna kulit, akral, decubitus, dan adanya luka atau lesi.
g. Sistem lain seperti endokrin, imunologi, reproduksi, dan sebagainya
h. Pola istirahat
i. Personal hygiene pasien kotor pada bagian vagina karena adanya darah
nifas
5. Psikososial
Pengkajian pada psikososial meliputi social interaksi, konsep diri, dan
spiritual.
6. Tindakan medis dan obat – obatan yang diberikan
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium, darah lengkap
b. Radiologi
c. Pemeriksaan penunjang informasi lainnya

2.2 DIAGNOSIS KEPERAWATAN


Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia tahun 2017 edisi 1 cetakan kedua,
diagnosis keperawatan pada pasien dengan post op section caesarea metode ERACS,
sebagai berikut :
1. Hipotermia, adalah suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh
Penyebab :
a. Kerusakan hipotalamus
b. Konsumsi alcohol
c. Berat badan ekstrem
d. Kekurangan lemak subcutan
e. Terpapar suhu lingkungan rendah
f. Malnutrisi
g. Pemakaian pakaian tipis
h. Penurunan laju metabolisme
i. Tidak beraktivitas
j. Transfer panas (mis. Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
k. Trauma
l. Proses penuaan
m. Efek agen farmakologis
n. Kurang terpapar informasi mengenai tentnag pencegahan hipotermia
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : tidak tersedia

Objektif :
a. Kulit teraba dingin
b. Menggigil
c. Suhu tubuh di bawah nilai normal
Gejal dan Tanda Minor
Subjektif : tidak tersedia
Objektif :
a. Akrosianosis
b. Bradikardi
c. Dasar kuku sianosik
d. Hipoglikemia
e. Hipoksia
f. Pengisian kapiler >3 detik
g. Konsumsi oksigen meningkat
h. Ventilasi menurun
i. Piloereksi
j. Takikardia
k. Vassokonstriksi perifer
l. Kutis memorta (pada neonatus)
Kondisi Klinis Terkait
a. Hipotiroidisme
b. Anorreksia nervosa
c. Cedera batang otak
d. Prematuritas
e. Berat badan lahir rendah (BBLR)
f. Tenggelam
2. Gangguan mobilitas fisik, adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
atau lebih ekstermitas secara mandiri
Penyebab :
a. Kerusakan integritas struktur tulang
b. Perubahan metabolism
c. Ketidakbugaran fisik
d. Penurunan kendali otot
e. Penurunan massa otot
f. Penurunan kekuatan otot
g. Keterlambatan perkembangan
h. Kekauan sendi
i. Kontraktur
j. Malnutrisi
k. Gangguan musculoskeletal
l. Gangguan neuromuscular
m. IMT diatas presentil ke-75 sesuai usia
n. Efek agen farmakologis
o. Program pembatasan gerak
p. Nyeri
q. Kurang terpapar informasi tentnag aktivitas fisik
r. Kecemasan
s. Gangguan kognitif
t. Keengganan melakukan pergerakan
u. Gangguan sensori persepsi
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
a. Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas
Objektif :
a. Kekuatan otot menurun
b. Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
a. Nyeri saat bergerak
b. Enggan melakukan pergerakkan
c. Merasa cemas saat bergerak
Objektif :
a. Sendi kaku
b. Gerakan tidak terkoordinasi
c. Gerakan terbatas
d. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait
a. Stroke
b. Cedera medulla spinalis
c. Truma
d. Fraktur
e. Osteoarthritis
f. Osteomalasia
g. keganasan
3. Nyeri akut, adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak
atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
Penyebab :
a. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
a. Mengeluh nyeri
Objektif :
a. Tampak meringis
b. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
c. Gelisah
d. Frekuensi nadi meningkat
e. Sulit tidur
Gejal dan Tanda Minor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif :
a. Tekanan darah meningkat
b. Pola nafas berubah
c. Nafsu makan berubah
d. Proses berpikir terganggu
e. Menarik diri
f. Berfokus pada diri sendiri
g. Diaphoresis
Kondisi Klinis Terkait
a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
d. Sindrom koroner akut
e. Glaukoma (Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017)
2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan pada Post Op Sectio Caesarea (SC), melihat pada Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) tahun 2018 dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) tahun 2019, sebagai berikut :

Intervensi
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Tindakan
Keperawatan
Hasil Keperawatan Rasional

1. Hipotermia b.d. Setelah dilakukan Manajemen a. Mengetahui


Efek agen observasi selama 6 Hipotermia perkembangan
farmakologis d.d. jam di ICU (SIKI 1.14507) suhu tubuh
Menggigil, kulit diharapkan Observasi b. Untuk
berwarna pucat termoregulasi a. Monitor suhu mengetahui
membaik, dengan tubuh penyebab
kriteria hasil : b. Identifikasi hipotermia,
a. Menggigil penyebab dan dapat
menurun hipotermia melaksanakan
b. Warna kulit c. Monitor tanda intervensi
pucat menurun dan gejala
c. Mengetahui
akibat
c. Takipnea tanda dan
hipotermia
menurun gejala akibat
Terapeutik
d. Suhu tubuh d. Lakukan
hipotermia
membaik penghangatan d. Pemberian
e. Suhu kulit pasif (mis. selimut
membaik Selimut) diharapkan
f. Kadar glukosa Edukasi dapat
darah membaik e. Anjurkan meminimalisir
rasa dingin
g. CRT membaik makan/minum
h. TD membaik hangat (Tim e. Membantu
Pokja SIKI DPP memberikan
(Tim Pokja SLKI
PPNI 2018) rasa hangat
DPP PPNI 2019)
pada tubuh
pasien
2. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan a. Mengetahui
mobilitas fisik observasi selama 6 Mobilisasi apakah
b.d. Efek agen jam di ICU (SIKI 1.05173) terdapat nyeri
farmakologis d.d. diharapkan mobilitas Observasi dan dapat
Mengeluh sulit fisik meningkat, a. Identifikasi memberikan
menggerakkan dengan kriteria adanya nyeri terapi untuk
ekstremitas hasil : atau keluhan meredakan
bawah a. Pergerakan fisik lainnya nyeri yang
ekstermitas b. Identifikasi dirasakan
meningkat toleransi fisik b. Agar
b. Kekuatan otot melakukan mengetahui
meningkat pergerakkan toleransi fisik
c. Rentang gerak dan dapat
(ROM) memberikan
meningkat latihan
Terapeutik mobilisasi
d. Nyeri menurun c. Fasilitasi yang tepat
e. Gerakan terbatas aktivitas
menurun (Tim c. Untuk
mobilisasi
Pokja SLKI DPP dengan alat meminimalisir
PPNI 2019) bantu (mis. resiko jatuh
Pagar tempat d. Agar pasien
tidur) lebih merasa
d. Libatkan nyaman dan
keluarga untuk keluarga dapat
membantu mengetahui
pasien dalam bagaimana
meningkatkan cara melatih
pergerakkan gerakan
Edukasi e. Untuk melatih
e. Anjurkan mobilisasi
mobilisasi agar
sederhana yang meminimalisir
harus dilakukan kelemahan
(mis. Duduk di fisik pasien
tempat tidur)
(Tim Pokja SIKI
DPP PPNI 2018)
3. Nyeri akut b.d. Setelah dilakukan Manajemen Nyeri a. Mengetahui
agen pencedera observasi selama 6 (SIKI 1.08238) karakteristik
fisik (prosedur jam di ICU Observasi nyeri
operasi) d.d diharapkan tingkat a. Identifikasi b. Untuk
mengeluh nyeri nyeri menurun, lokasi, mengurangi
dengan kriteria karakteristik, rasa nyeri
hasil : durasi, frekuensi, tanpa teknik
a. Keluhan nyeri kualitas, farmakologis
menurun intensitas nyeri, c. Agar pasien
b. Nafsu makan skala nyeri mengetahui
membaik Terapeutik apa penyebab
b. Berikan teknik nyeri yang
c. Meringis
non dirasakan
menurun
farmakologis d. Pemberian
d. Frekuensi nadi untuk obat anti nyeri
membaik mengurangi jika perlu
e. Pola nafas nyeri (mis. Nafas
membaik dalam)
f. Tekanan darah Edukasi
membaik (Tim c. Jelaskan
Pokja SLKI DPP penyebab,
PPNI 2019) periode, dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
d. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI
2018)
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1st ed.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1st ed. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Ramandanty, Popy. 2019. “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Sectio Caesarea.”
Asuhan keperawatan, sectio caesarea.
03 (Vol. 3 No. 02 Januari (2022): Jurnal Medika Hutama).
http://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/463/320.

Anda mungkin juga menyukai