Disusun oleh :
Asri Mulyani
( P27905120004 )
1. Definisi
Section Caesarea adalah suatu cara melakukan dengan membuat system
pada dinding uterus melalui dinding dengan perut ( Amru Sofian, 2012 ).
Section Caesare adalah cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina ( Moctar, 1998 dalam
siti, dkk 2013 ).
Pre Eklampsi adalah suatu penyakit kehamilan yang disebabkan
kehamilan itu sendiri, pre eklampsia yang teiah lanjut atau pre eklampsia berat
menunjukan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria (Tabel, 1994 :
236).
Masa nifas atau post parfum adalah masa pulih kembali, mulai dan
persalinan selesai sampai dengan pulihnya alat-alat reproduksi sampai keadaan
sebelum hamil, berlangsung 6-8 minggu (Mochtar, 1998 : 115). Berdasarkan
pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa post sectio caesaria
dengan indikasi pre eklampsia adalah masa pulihnya alat-alat reproduksi setelah
kelahiran janin melalui insisi dinding abdomen dan uterus disebabkan
kehamilan itu sendiri dengan gejala trias yaitu hipertensi, oedema, dan
proteinuria.
2. Etiologi
a. Etiologi yang berasal dari ibu
Yaitu, pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik ( disproporsi janin / panggul ),
ada sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan
penggul, Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta
tingkat I – II, komplikasi kehamilan yang disertai penyakit ( Jantung, DM ).
Gangguan perjalanan persalinan ( Kista Ovarium, mioma uteri, dan
sebagainya ).
b. Etiologi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau
forceps ekstraksi ( Nurarif & Hardhi, 2015 ).
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Diet
Pemberian cairan perinfus basanya dihentikan setelah penderita flatus,
lalu dimualilah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan ppada 6 –
8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
2) Mobilisasi
Mobilisasi diakukan secara bertahap meliputi : miring kanan dan kiri,
dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi. Latihan pernafasan dapat
dilakukan pasien sambal tidur terlentang sendiri mungkin setelah sadar.
Hari kedua post operasi, pasien dapat didudukan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya. Kemudian
posisi tidur terlentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
( semifowler ). Selanjutnya selam berturut – turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, berjalan – jalan, dan kemudia
berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
3) Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 ari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
4) Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada ari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan
payudara tanpa banyak menimbulkan kompresi, biasanya mengurangi
rasa nyeri.
5) Pemeriksaan rutin
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, TD,
nadi, dan pernafasan.
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2) Pemantauan EKG
3) JDL dengan diferensial
4) Elektrolit
5) Hemoglobin/Hematokrit
6) Golongan Darah
7) Urinalis
8) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9) Pemeriksaan sinar X sesuai indikasi.
10) Ultrasound sesuai pesanan. (Tucker,Susan martin,1998. Dalam buku
Aplikasi Nanda 2015).
7. Komplikasi
Komplikasi operasi sectio caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar
atau caesarean section, dapat dibedakan menjadi komplikasi pasca operasi dan
komplikasi jangka panjang. Teknik operasi dan indikasi operasi yang baik dapat
mengurangi komplikasi akibat SC.
Komplikasi SC dapat menyebabkan mortalitas ibu, sehingga perlu
diperhatikan. SC juga dapat menyebabkan komplikasi pada neonatus, seperti
transient tachypnea of the newborn.
a. Komplikasi Jangka Pendek
Komplikasi jangka pendek akibat sectio caesarea (SC) dapat terjadi
intraoperatif ataupun pasca operasi. Komplikasi yang dapat terjadi antara
lain adalah:
• Infeksi
Infeksi pasca operasi SC paling sering disebabkan oleh endometritis,
infeksi luka bekas operasi, dan tromboflebitis akibat akses intravena.
Pemberian profilaksis antibiotik serta teknik operasi yang baik dapat
mengurangi infeksi pasca partum pada SC. Infeksi juga dapat terjadi
akibat pemasangan kateter.
• Sepsis
Pasien yang mengalami infeksi pasca SC juga berisiko mengalami sepsis.
Sepsis terjadi pada 6.8%-9.7% pasien dengan luka operasi terinfeksi dan
3.9-18.4% pada pasien endometritis pasca operasi. Pemberian antibiotik,
drainasi, laparotomi ulang, serta eksloprasi luka dapat dilakukan untuk
menangani sepsis pasca SC.
• Perdarahan
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi SC yang paling sering
terjadi. Perdarahan dapat terjadi secara langsung ataupun lambat/delayed.
Faktor risiko perdarahan pasca SC antara lain adalah: plasenta previa,
distosia, perdarahan antepartum, fibroid uterus, obesitas, pemakaian
anestesi umum. Perdarahan umumnya disebabkan karena atonia uteri,
trauma jaringan, trauma kandung kemih, gangguan koagulasi, atau
masalah plasenta. Penanganan akan sangat bergantung dari etiologi
perdarahan. Apabila terjadi atonia uterus, dapat dilakukan pemijatan
uterus, pemberian oksitosin, dan bila diperlukan dapat dilakukan
histerektomi.
• Gangguan Traktus Urinarius
Masalah traktus urinarius yang paling sering terjadi adalah trauma
kandung kemih atau trauma ureter. Hal ini cukup jarang terjadi, tetapi
dapat berakibat fatal. Teknik operasi yang baik dapat mengurangi
insidensi terjadinya gangguan traktus urinarius pasca SC. Pemasangan
kateter juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti
inkontinensia, retensio, infeksi, hematuria, dan sebagainya.
• Gangguan Traktus Gastrointestinal
Ileus merupakan komplikasi yang cukup sering terjadi (12%). Ileus
pasca SC umumnya berhubungan dengan sindrom Ogilvie. Trauma usus
juga dapat terjadi, akan tetapi cukup jarang dan lebih sering terjadi intra
operasi karena teknik operatif yang kurang baik.
• Tromboemboli
Tromboemboli, terutama deep vein thrombosis (DVT) dapat terjadi
pasca SC. Risiko TVD lebih tinggi 4x lipat pada SC dibandingkan
persalinan per vaginam.
• Disrupsi Luka
Disrupsi luka / gagal menutup dapat terjadi pasca SC, terutama pada
wanita dengan obesitas, diabetes, insisi vertikal, dan riwayat disrupsi
luka. Disrupsi luka juga meningkatkan risiko terjadinya infeksi luka
operasi. Operasi ulang untuk menutup luka dapat dilakukan.
• Komplikasi Anestesi
Komplikasi anestesi yang terjadi berbeda-beda tergantung teknik
anestesi yang dipilih. Anestesi regional merupakan pilihan yang lebih
baik, tetapi tetap dapat menyebabkan komplikasi seperti hematoma,
nyeri kepala, nyeri punggung, dan sebagainya.
b. Komplikasi Jangka Panjang
Komplikasi jangka panjang sectio caesarea (SC) adalah :
• Komplikasi luka
Komplikasi luka yang dapat terjadi antara lain bekas luka insisi keloid.
• Adhesi
Adhesi merupakan komplikasi SC yang paling sering terjadi. Risiko
seorang wanita mengalami adhesi meningkat seiring dengan
bertambahnya operasi SC. Prevalensi adhesi pada SC kedua adalah 12-
46% dan pada SC ketiga adalah 26-75%.
• Ruptur Uteri
Ruptur uteri cukup jarang terjadi pasca SC, namun risikonya meningkat
pada wanita-wanita yang menjalani Trial of Labor After Cesarean
(TOLAC).
• Plasentasi Abnormal
Wanita yang menjalani SC memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami
plasenta previa, plasenta akreta, dan solusio plasenta pada kehamilan
berikutnya. Plasenta previa merupakan komplikasi yang paling sering
dengan peningkatan risiko sekitar 3-4x lebih sering.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Nuraruf & Kusuma( 2015 ), meliputi :
1) Biodata
Indetitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
tanggal masuk sakit, rekam medis.
2) Keluhan utama
Pada umumnya pasien post SC mengeluh nyeri pada daerah luka bekas
operasi. Nyeri biasanya bertambah parah jika pasien banyak gerak.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Dalam mengkaji riwayat kesehatan dahulu hal yang perlu dikaji adalah
penyakit yang pernah diderita pasien khususnya penyakit kronis, menular,
dan menahun seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis
dan penyakit dalam.
4) Riwayat kesehata keluarga
Riwayat kesehatan keluarga berisi tentang pengkajian apakah keluarga
pasien memiliki riwayat penyakit kronis, menular, dan menahun seperti
penyakit ajntung, hipertensi, diabetes, TBC, hepatitis dan penyakit kelamin
yang merupakan salah satu factor predisposisi terjadinya pre eclampsia dan
giant baby, seperti diabetes dan hipertensi yang sering terjadi pada beberapa
keturunan.
5) Riwayat perkawinan
Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah sejak usia berapa,
lama pernikahan, berapa kali menikah, status pernikahan saat ini.
6) Riwayat obsterti
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu, berpa kali ibu hamil, penolong persalinan, dimana ibu
bersalin, cara bersalin, jumlah anak, apakah pernah abortus, dan keadaan
nifas yang lalu.
7) Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan anak.
8) Riwayat KB
salah.
tekan, kedua puting susu menonjol, areola hitam, warna kulit tidak
terdapat striae dan linea), auskultasi (peristaltic usus normal 5-35 kali
kemih diperiksa apakah kandung kemih ibu penuh atau tidak, jika
penuh minta ibu untuk berkemih, jika ibu tidak mampu lakukan
kateterisasi
oedema, reflek patella, reflek Babinski, nyeri tekan atau panas pada
3. Perencanaan Keperawatan
No, SDKI SLKI SIKI
1. Nyeri akut b.d agen Kontrol Nyeri ( L.08063 ) Manajemen Nyeri
pencedera fisik pasca ( I. 08238 )
pembedahan Ekspetasi : meningkat
( D.0077 ) Observasi
Kriteria hasil − Identifikasi lokasi,
Meningkat : karakteristik, durasi,
− Melaporkan nyeri frekuensi, kualitas,
terkontrol intensitas nyeri
− Kemampuan − Identifikasi skala nyeri
mengenali onset nyeri − Identifikasinrespons
− Kemampuan nyeri nonverbal
mengenali penyebab − Monitor efek samping
nyeri penggunaan analgetik
− Kemampuan Terapeutik
menggunakan tekik − Berikan teknik
nonfarmakologis nonfarmakologis
Menurun : untung menhurangi
− Keluhan nyeri nyeri
− Penggunaan analgetik − Fasilitasi istirahat dan
tidur
− Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
startegi meredakan
nyeri
Edukasi
− Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
− Jelaskan startegi
meredakan nyeri
− Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
− Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
− Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
− Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Menyusui tidak efektif Status menyusui Perawatan Kangguru
b.d hambatan pada ( L.03029 ) ( I.14559 )
neonates ( prematuritas )
( D. 0029 ) Ekspetasi : membaik Obervasi
− Monitor faktor orang
Kriteria hasil tua yang
Meningkat : mempengaruhi
− Perlekatan bayi pada keterlibatannya dalam
payudara ibu perawatan
− Kemampuan ibu
meposisikan bayi Terapeutik
dengan benar − Pastikan status
− Berat badan bayi fisiologis bayi
terpenuhi dalam
− Tetesan / pancaran ASI perawatan
− Putting tidak lecet − Sediakan lingkungan
setelah 2 minggu yang tenang, nyaman,
melahirkan dan hangat
− Bayi tidur setelah − Posisikan bayi
menyusui terlungkup tegak lurus
− Hisapan bayi di dada orang tua
− Miringkan kepala bayi
Menurun kesalah satu sisi kanan
− Bayi rewel atau kiri dengan kepala
− Bayi menangis setelah sedikit tengadah
menyusui ( ekstensi )
− Biarkan bayi telanjang
hanya mengenakan
popok, kaus kaki dan
topi
− Posisikan panggul dan
lengan bayi dalam
posisi fleksi
− Posisikan bayi
diamankan dengan
kain panjang atau
pengikat lainnya
− Buat ujung pengikat
tepat berada di bawah
kuping bayi
−
Edukasi
− Jelaskan tujuan dan
prosedur perawatan
kanguru
− Jelaskan keuntungan
kontak kulit ke kulit
orang tua dan bayi
− Anjurkan orang tua
menggunakan pakaian
yang nyaman dengan
bagian depan terbuka
3. Gangguan mobilitas fisik Mobilitas fisik Dukungan Mobilisasi
b.d nyeri ( D. 0054 ) ( L.05042 ) ( I.05173 )
Terapeutik
− Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
− Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
− Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
− Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
− Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan ( miss,
duduk ditempat tidur,
duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi )
4. Evaluasi
Menurut Dion dan Betan (2013) evaluasi keperawatan adalah tahap akhir
dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan sistematis dab terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kritria hasil yang dibuat pada
tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan keluarga. Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan
keluarga dalam mencapai tujuan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu :
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawtan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
Subjektif ( data berupa kebutuhan klien ), Objektif ( data hasil pemeriksaan ),
Analisa data ( perbandingan data dengan teori )m dan Planning
( perencanaan ).
b. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai
dna memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode
yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara
pada akhir layanan, menanyakan respon pasien dan keluarga terkait layanan
keperawatan mengadakan pertemuan pada akhir pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Rini Susilo, indri Heri Susanti. 2018. PENURUNAN NYERI PADA IBU POST SECTIO CAESARIA
PASCA INTERVENSI BIOLOGIC NURTURING BABY LED FEEDING. Vol 16(2) : 83-88.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Indikator Diagnostik ( 1st ed ). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan ( 1st ed ). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018. Standar Liuaran Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Ktiteria Hasil Keperawatan ( 1st ed ). Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.