Disusun Oleh :
Firna Yolanda
24.19.1391
YOGYAKARTA
2020
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
ANGKATAN XXV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Di Ajukan Oleh:
FIRNA YOLANDA
Mengetahui
A. SECTIO CAESARIA
a. DEFINISI SECTIO CAESARIA
Sectio Cesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan
diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding perut dan rahim yang masih utuh. ( Prawito,
Sarwono. 2016). Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Amru Sofian,2012).
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau histerektomi untuk melahirkan janin
dalam Rahim.
b. ETIOLOGI
1. Plasenta previa ( totalis dan subtotalis )
2. Panggul sempit
3. Letak bayi melintang
4. Tumor yang menghalangi jalan lahir
5. Pasca operasi vaginal ( Vesico vaginal / Manchester vaginal )
6. Keadaan yang tak memungkinkan kelahiran vaginal
7. Gawat janin
8. Disfungsi uterus
9. Distosia jaringan lunak ( serviks )
10.Diabetes
11.Pre eklamsi / toksemia kehamilan
12.Fibroid
13.Faktor Rhesus
14.Infeksi
15.Ketidak seimbangan sefalopelviks ( CPD )
c. PATOFISIOLOGI
Sectio Cesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan
tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak,
placenta previa dan lain-lain untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum
baik dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari
aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI
yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat
regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin
maupun ibu anestesi janin sehingga kadang- kadang bayi lahir dalam keadaan apnoe
yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup.
Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan menurunkan
mobilitas usus. Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk
metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan
karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi
sehingga perlu dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
d. KOMPLIKASI
1. Infeksi, Lokasinya pada rahim dapat meluas ke organ-organ dalam rongga panggul
disekitarnya. Faktor-faktor predisposisi partus lama, ketuban pecah dini, tindakan
vaginal sebelumnya.
2. Pendarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri uterina
ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Luka kandung kemih.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada
kehamilan berikutnya.
e. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Darah lengkap, golongan darah ( A, B, AB, O )
b) Urinalis, untuk mengetahui kadar albumin
c) Kultur, untuk mengidentifikasi adanya virus herpes simplek II
d) Ultrasonography, melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan dan presentasi
janin.
f. PENATALAKSANAAN
Teknik SC Transperitonial Profunda
a) Persiapan pasien
Pasien dalam posisi transdenburg ringan. Dilakukan anestesi spinal / peridural.
Peralatan operasi, obat, dan darah dipersiapkan.
b) Penatalaksanaan
1. Pasien dilakukan desinfeksi pada daerah dinding perut dan lapangan operasi
dipersempit dengan kain steril.
2. Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis sampai dibawah
umbilikus, insisi lapis demi lapis sehingga kavum peritonium terbuka.
3. Dalam rongga perut disekitar uterus dilingkari dengan kasa besar steril
4. Di depan segmen bawah rahim secara melintang pada vesiko uteri disisihkan
secara tumpul ke arah bawah dan di samping dilindungi dengan speculum
5. Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm irisan plika vesiko uretra tadi secara
tajam dengan pisau sedang +/- 2 cm. Kemudian diperlebar secara melintang
secara tumpul dengan kedua pinset anatomis. Arah insisi pada segmen bawah
rahim dapat melintang (transversal).
6. Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan mulai
dari kepala, badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya. Tali pusat
dijepit dan dipotong, plasenta dilahirkan secara manual dari kavum uterus.
Lapisan rahim dijahit lapis demi lapis.
Lapisan I: dijahit jelujur pada endometrium dan myometrium
Lapisan II :dijahit jelujur hanya pada miometrium saja
Lapisan III : dijahit jelujur pada plika vesiko uterine
7. Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua admeksa dieksplorasi
Rongga perut dibersihkan dari sisa – sisa darah dan akhirnya luka dinding
perut dijahit lapis demi lapis ( lapisan peritonium, lapisan otot, lapisan fasia,
lapisan lemak, lapisan kulit ).
g. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. SirkulasiKehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
b. Integritas ego
1) Memperlihatkan ketidakmampuan menghadapi sesuatu
2) Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri
3) Klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima dalam
pengalaman kelahiran
c. Eliminasi
1) Adanya kateter urinary
2) Bising usus
d. Makanan / Cairan
Abdomen lunak / tak ada distensi awal
e. Neuro sensori
Kerusakan gerakan dan sensori dibawah tingkat anastesi spinal epidural
f. Nyeri / ketidaknyamanan
1) Mulut mungkin kering
2) Menunjukkan sikap tak nyaman pasca oprasi, nyeri penyerta
3) Distensi kandung kemih / abdomen
g. Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesicular
h. Keamanan
1) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh
2) Jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bekas eritema bengkak / nyeri
tekan
i. Seksualiatas
1) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus
2) Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan / banyak.
2. Prioritas Keperawatan
1) Meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga
2) Meningkatkan kenyamanan dan kesejahteran umum
3) Mencegah / meminimalkan komplikasi pasca operasi
4) Meningkatkan respon emosional positif pada pengalaman kelahiran dan
peran orang tua
5) Memberikan informasi mengenai kebutuhan pasca partum
3. Tujuan Pulang
1) Dimulainya ikatan keluarga
2) Berkurangnya nyeri atau ketidaknyamanan
3) Terpenuhinya kebutuhan fisik / psiklogis
4) Komplikasi tercegah / teratasi
5) Diekspresikan kebanggaan diri berkenaan dengan kelahiran dan peran
menjadi ibu
4. Diagnosa Keperawatan
1) Disfungsi Seksual berhubungan dengan Gangguan Fungsi Tubuh ( karena
kehamilan/ post partum )
2) Kesiapan peningkatan proses kehamilan- melahirkan berhubungan dengan
Pasca Melahirkan
3) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan post partum
4) Resiko infeksi dengan faktor resiko kerusakan jaringan ( prosedur inflasi)
5) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera mekanik (luka insisi post
SC).
5. Intervensi
Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan tindakan Bantuan Perawatan Diri (1800)
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam - observasi kemampuan
kelemahan post diharapkan defisit perawatan diri klien untuk perawatan
partum dapat diatasi dengan kriteria diri yang mandiri
hasil: - bantu klien memenuhi
Perawatan diri : aktivitas sehari- kebutuhannya
hari (0300) - Ajarkan klien/ keluarga
Klien terbebas dari bau untuk mendorong
badan kemandirian, untuk
Menyatakan kenyamanan memberikan bantuan
terhadap kemampuan hanya jika pasien tidak
untuk melakukan ADL mampu untuk
sementara melakukannya
Dapat melakukan ADL - Kolaborasi dengan
sementara keluarga untuk
memantau tingkat
kemandirian pasien
Resiko infeksi dengan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Luka (3660)
faktor resiko keperawatan selama 3 x 24 jam - Lakukan perawatan luka
kerusakan jaringan diharapkan resiko infeksi dapat dengan teknik steril
( prosedur inflasi) diatasi dengan kriteria hasil: - Ganti balutan setiap 3
Kontrol resiko : proses hari sekali
infeksi(1924) Kontrol infeksi (6540)
TTV dalam batas normal - Observasi tanda-tandaaa
Klien bebas dari tanda infeksi pada luka dan
dan gejala infeksi perineal ibu
Menunjukkan - Lakukan perineal
kemampuan untuk hygiene
mencegah timbulnya - Berikan terapi antibiotik
infeksi - Ajarkan pasien dan
Prawirohardjo, S. 2015. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Padila. Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI
Sugeng, J dan Weni, K.2012.Asuhan Keperawatan Post Operasi, Cetakan Pertama. Numed :
Yogyakarta
Varney, h., kriebs, j. m., & gegor, c. l. (2007). buku ajar asuhan kebidanan. jakarta: EGC.
Wahyuningsih, s. (2019). buku ajar asuhan keperawatan post partum dilengkapi
dengan panduan persiapan praktikum mahasiswa keperawatan.
yogyakarta: Deepublish.