Wisnu Subekti
A01802426
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM SC
A. Pengertian
Seksio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau vagina yang disebut juga
histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Maryuani, 2014).
Seksio caesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana
irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histerektomi) untuk
mengeluarkan bayi (Maryuani, 2014).
Seksio caesarea adalah suatu persalian buatan di mana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo, 2010).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seksio caesarea
adalah suatu proses persalinan buatan melalui pembedahan yang di mana
sayatan dilakukan di perut ibu dan dinding rahim ibu untuk melahirkan janin
dari dalam rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram.
B. Etiologi
1. Indikasi Ibu
- Panggul sempit absolut
- Stenosis serviks/vagina
- Plasenta previa
- Disproposi sefalopelvik
2. Indikasi Janin
- Kelainan letak
- Gawat janin
- Prolapsus plasenta
3. Kontra Indikasi
- Janin mati
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis seksio caesarea menurut Doenges (2001):
- Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
D. Patofisiologi
Seksio cesarea adalah suatu proses persalinan melalui pembedahan pada
bagian perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram. Selain berasal dari faktor ibu seperti panggul sempit absolut,
kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi, tumor-
tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/vagina, plasenta
previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri membakat, indikasi dilakukannya
sectio caesarea dapat berasal dari janin seperti kelainan letak, gawat janin,
prolapsus plasenta, perkembangan bayi yang terlambat, mencegah hipoksia janin,
misalnya karena preeklamsia.
Setiap operasi sectio caesarea anestesi spinal lebih banyak dipakai
dikarenakan lebih aman untuk janin. Tindakan anestesi yang diberikan dapat
mempengaruhi tonus otot pada kandung kemih sehingga mengalami penurunan
yang menyebabkan gangguan eliminasi urin.
Sayatan pada perut dan rahim akan menimbulkan trauma jaringan dan
terputusnya inkontinensia jaringan, pembuluh darah, dan saraf disekitar daerah
insisi. Hal tersebut merangsang keluarnya histamin dan prostaglandin. histamin
dan prostaglandin ini akan menyebabkan nyeri pada daerah insisi. Rangsangan
nyeri yang dirasakan dapat menyebabkan munculnya masalah keperawatan
hambatan mobilitas fisik. Selanjutnya hambatan mobilisasi fisik yang dialami
oleh ibu nifas dapat menimbulkan masalah keperawatan defisit perawatan diri.
Adanya jaringan terbuka juga akan menimbulkan munculnya risiko tinggi
terhadap masuknya bakteri dan virus yang akan menyebabkan infeksi apabila
tidak dilakukan perawatan luka yang baik.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Risiko Infeksi
3. Defisit Perawatan Diri
4. Hambatan Mobilitas Fisik
F. Intervensi Keperawatan
1. DX Nyeri Akut
Manajemen Nyeri:
- Kaji nyeri secara komprehensif
- Observasi reaksi verbal dan non verbal
- Monitor TTV
- Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesik
2. DX Resiko Infeksi
a. Perawatan area sayatan
1) Jelaskan prosedur pada pasien, gunakan persiapan sensorik
(2) Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau tanda-
tanda dehiscence atau eviserasi
(3) Catat karakteristik drainase
(4) Monitor proses penyembuhan di daerah sayatan
(5) Bersihkan mulai dari area yang bersih ke area yang kurang bersih
(6) Monitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi
(7) Arahkan pasien cara merawat luka insisi selama mandi
(8) Arahkan pasien dan/atau keluarga cara merawat luka insisi,
termasuk tanda-tanda dan gejala infeksi
b. Kontrol infeksi
(1) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap
pasien
(2) Batasi jumlah pengunjung
(3) Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat
(4) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki
dan meninggalkan ruangan pasien
(5) Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
(6) Dorong intake cairan yang sesuai
(7) Dorong intake nutrisi yang tepat
c. Perawatan postpartum
(1) Pantau tanda-tanda vital
(2) Monitor lokia terkait dengan warna, jumlah, bau, dan adanya
gumpalan
(3) Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin
sebelum pemeriksaan postpartum dan sesudahnya
(4) Pantau perineum atau luka operasi dan jaringan sekitarnya (yaitu,
memantau adanya kemerahan, edema, ekinosis, cairan/nanah, dan
perkiraan tepi luka)
(5) Berikan analgesic sesuai kebutuhan
a. Memandikan
(1) Bantu memandikan pasien
(2) Mandi dengan air yan mempunyai suhu yang nyaman
(3) Monitor kondisi kulit saat mandi
(4) Monitor fungsi kemampuan saat mandi
b. Bantuan perawatan diri: mandi/kebersihan
(1) Letakkan handuk, sabun, deodorant, alat brcukur, dan asesoris lain
yang diperlukan disisi tempat tidur atau kamar mandi
(2) Sediakan barang pribadi yang diinginkan
(3)Sediakan lingkungan yang terapeutik dengan memastikan
kehangatan, suasana rileks, privasi dan pengalaman pribadi
c. Berpakaian
1) Identifikasikan area dimana pasien membutuhkan bantuan dalam
berpakaian
(2) Monitor kemampuan pasien untuk berpakaian sendiri
d. Bantuan perawatan diri
(1) Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
(2) Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan perawatan diri
mandiri
(3) Bantu pasien menerima kebutuhan pasien terkait dengan kondisi
ketergantungannya
4. Hambatan Mobilitas Fisik
a. Perawatan tirah baring
(1) Jelaskan alas an diperlukannya tirah baring
(2) Hindari menggunakan kain linen kasur yang teksturnya kasar
(3) Jaga kain linen kasur tetap bersih, kering, dan bebas kerutan
(4) Monitor kondisi kulit pasien
(5) Ajarkan latihan di tempat tidur, dengan cara yang tepat
b. Pengaturan posisi
(1) Tempatkan pasien diatas matras/tempat tidur terapeutik
(2) Berikan matras yang lembut
(3) Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi
(4) Monitor sattus oksigenasi pasien sebelum dan setelah perubahan
posisi
(5) Tempatkan pasien dalam posisi terapeutik yang sudah dirancang
(6) Jangan menempatkan pasien pada posisi yang bias meningkatkan
nyeri jangan memposisikan pasien dengan penekanan pada luka
(7) Tempatkan barang secara berkala dalam jangkauan pasien
(8) Tempatkan lampu pemanggil dalam jangkauan pasien
G. Penatalaksanaan
- Ruang Pemulihan
- Tanda-Tanda Vital
- Analgesik
- Pemeriksaan laboratorium
- Menyusui
- Mobilisasi
- Katerisasi
Daftar Pustaka
Ainuhikma, L. (2018). Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea Dengan Fokus
Studi Pengolalaan Nyeri Akut Di RSUD Djojonegoro Kabupaten
Temanggung. Semarang: Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.
Dzulyadjaeni , S. (2010). Sectio Caesarea Dalam Penatalaksanaan Medis .
Surabaya: Mahesa Jaya .
Maryuani, A. (2014). Perawatan Luka Seksio Caesarea (SC) dan Luka
Kebidanan Terkini. Bogor: IN Media.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI.
Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kandungan . Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
NIM : A02019077
A. Identitas Klien
Nama : Ny.S
Umur : 22 tahun 5 bulan 8 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tanahsari, Kebumen
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal Masuk RS : 31-7-2021
Diagnosa Medik : G2 P1 A0 uk 42 minggu dengan letak oblig
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tanahsari, Kebumen
Pekerjaan : Pelayaran
C. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada luka post sc
D. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke RS pada tanggal 31-7-2021 jam 10.15 di ruang VK. Klien
dilakukan SC karena mempunyai riwayat SC sebelumnya. Klien mulai op jam
17.15 dan selesai jam 18.00. Pasca dilakukan SC, klien dipindahkan ke
bangsal salamah pada pukul 18.30. Klien mengatakan nyeri pada bekas luka
SC tidak menjalar dengan nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6 dan nyeri
hilang timbul, nyeri pada saat bergerak. Selama di bangsal salamah, klien
hanya baru bisa melakukan tirah baring 2 bantal.
E. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan dulu mempunyai riwayat SC 2 tahun yang lalu dengan
alasan SC yaitu sungsang.
F. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat
penyakit menurun dan menular seperti DM, Hipertensi, HIV, dan sebagainya.
G. Genogram
Keterangan :
1. Laki-laki :
2. Perempuan :
3. Pasien :
H. Riwayat Ginekologi
Klien mengatakan pertama kali menstruasi pada usia 12 tahun dengan lama
menstruasi 6-7 hari dan siklus kurang lebih 30 hari serta klien mengganti
pembalut 3-4 kali/hari ketika menstruasi. HPHT: 20-03-2020, HPL: 27-12-
2020, Usia Kehamilan: 38+2 minggu
I. Riwayat KB
4. KB suntik, 1 bulan dan lamanya kurang lebih 0,5 tahun
- S: Skala Nyeri 6
DO:
DO: OP SC)
- Luka sepanjang 10 cm
Prioritas Diagnosa Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Ruang : Salamah
Indikator S T
Kerusakan 2 4
Jaringan
Kerusakan 2 4
Lapisan Kulit
Implementasi Keperawatan
Ruang : Salamah
- Q: Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
- R: Nyeri di bagian
perut luka post OP
SC tidak menjalar
- S: Skala Nyeri 6
- T: Nyeri hilang
timbul
DO:
Menganjurkan untuk
meningkatkan nutrisi DS: -
10.00 2
DO: klien dan
keluarga dapat
memahami apa yang
dikatakan
Mengontrol lingkungan
DS: -
untuk memperlambat rasa
10.00 1 nyeri DO: klien dan
keluarga kooperatif
Memonitor TTV
DS:-
11.30 1 DO:
- N: 88x/menit
- S: 360C
- SPO2: 92
Berkolaborasi pemberian
analgetic (Kaltrofen Supp DS: -
- Sudah dilakukan
perawatan luka
- Q: Nyeri seperti
ditusuk-tusuk
- R: Nyeri di bagian
perut luka post OP
SC tidak menjalar
- S: Skala Nyeri 4
- T: Nyeri hilang
timbul
DO:
KU: baik
DO:
N: 80x/menit
S: 360C
SPO2: 95
Evaluasi Keperawatan
Ruang : Salamah
- S: Skala Nyeri 6
O:
Indikator S T H
Keluhan Nyeri 2 4 3
Skala Nyeri 2 4 3
Meringis 3 4 3
A: Masalah Keperawatan Nyeri Akut b.d Agen
Cedera Fisik belum teratasi
2 Opnya
O:
Indikator S T H
Kerusakan 2 4 3
Jaringan
Kerusakan 2 4 3
Lapisan Kulit
A: Masalah Keperawatan Gangguan Integritas
Kulit Belum Teratasi
- S: Skala Nyeri 4
O:
Indikator S T H
Keluhan Nyeri 3 4 4
Skala Nyeri 3 4 4
Meringis 3 4 4
A: Masalah Keperawatan Nyeri Akut belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi keperawatan
2 O:
Indikator S T H
Kerusakan 3 4 4
Jaringan
Kerusakan 3 4 4
Lapisan Kulit
A: Masalah Keperawatan Gangguan Integritas
Kulit Belum Teratasi