R
DENGAN KASUS POST SECTIO CAESERIA PLASENTA PREVIA DI RUANG
ARAFAH II RUMAH SAKIT ZAINOEL ABIDIN
Oleh :
NAZALIA ASRITA
21175031
UNIVERSITAS ABULYATAMA
ACEH BESAR
2022
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan kelolaan ini sudah mendapatkan saran dan masukan dari masing-
masing pebimbing akademik dan CI klinik dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus sectio caeseria plasenta
previa di ruang arafah II rumah sakit umum Zainoel Abidin
Nazalia Asrita
21175031
MENGETAHUI
Koordinator Stase
PENDAHULUAN
A. Definisi
Sektio Sesarea adalah proses dilakukan tindakan pembedahan, berupa irisan
di perut ibu (laparatomi) dan Rahim (histerektomi) untuk mengeluarkan bayi, Sektio
Sesarea merupakan prosedur efektif untuk mengatasi ketidaknormalan dalam proses
persalinan. ( jurnal kebidanan bestari vol 4 2020 )
Sectio Caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut atau vaginam atau suatu histeretomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Section caesaria adalah suatu persalinan
buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding
rahim. ( jurnal kebidanan besurek 2016 )
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen
bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir,
plasenta previa adalah kondisi dimana plasenta berimplantasi menutupi jalan lahir. (
jurnal keperawatan muhammadiyah bengkulu vol 7 )
Plasenta previa merupakan salah satu perdarahan antepartum. Belum
diketahui secara pasti penyebabnya, namun kerusakan dari endometrium pada
persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagai
mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa
Plasenta previa merupakan salah satu risiko dalam kehamilan. Apabila plasenta
previa ini tidak diitangani dengan baik, maka akan menyebabkan perdarahan yang
dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin. (jurnal keperawatan Muhamadiyah
bengkulu Vol 7 2019)
B. Etiologi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal
yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan
normal (Dystasia).
a. Pada ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para tua disertai kelainan
letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul), ada sejarah
kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul. Plasenta
previa terutama pada primigarvida, solutsio plasenta tingkat I-II, komlikasi
kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas permintaan kehamilan yang
disesrtai penyakit (jantung, DM) gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium,
mioma uteri dan sebagainya).
b. Pada anak
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan yang vakum
atau forceps ekstraksi. ( jurnal keperawatan sriwijaya)
C. Patofisiologi
Section caesaria merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distosia
jaringan lunak, plasenta previa, dll utuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan Sectio Caesaria ibu akan mengalami adaptasi post partum baik
dari aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari
aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI
yang keluar hanya sedikit, luka dan insisi akan menjadi post de entries bagi kuman.
Oleh karena itu perlu diberikan antibiotic dan perawatan luka dengan prinsip steril.
Nyeri adalah salah satu yang utama karena insisi yang mengakibatkan
gangguan rasa nyaman. Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anastesi
bisa bersifat regional dan umum. Namun anastesi umum lebih banyak pengaruhnya
terhadap janin maupun ibu anastesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam
keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anastesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa
atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap napsu
yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat secret yang berlebihan karena kerja otot
nafas silia yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan post section caeseria, menurut
prawiroharjo, 2007 antara lain:
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml
b. Terpasang kateter : urin jernih dan pucat
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi
d. Bising usus tidak ada
e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda
g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
E. Komplikasi
Adapun komplikasi seksio sesarea menurut Maryunani 2014 sebagai berikut:
1. Komplikasi pada ibu
a. Infeksi puerperal atau sepsis sesudah pembedahan Infeksi peurperalis
- dapat bersifat ringan seperti kenaikan suhu beberapa hari dalam masa
nifas atau dapat bersipat berat seperti peritonitis dan sepsis.
- Infeksi post operatif terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada
gejala infeksi intra partum atau faktor yang merupakan predisposisi
terhadap kelainan itu.
- Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian antibiotika akan
tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali.
b. Pendarahan yang jumlahnya banyak dapat timbul pada waktu pembedahan
jika cabang arteri uterine ikut terbuka, atau karena atonia uteri. Dalam hal ini
pendarahan primer terjadi akibat kegagalan pencapai hemostasis dan
ditempat insisi lain rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi setelah
pemanjangan masa persalinan.
2. Komplikasi pada bayi
a. Seperti halnya dengan ibu nya, nasib anak yang dilahirkan dengan seksio
sesarea banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk
dilakukan seksio sesarea.
b. Menurut statistic di Negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal
yang baik kematian perinatal pasca seksio seasrea berkisar 4-7 %.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. Elektrolit
4. Hemoglobin / hematocrit
5. Golongan darah
6. Urinalis
7. Amniosentensis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
8. Ultrasound sesuai pesanan
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pada pasien yang sudah menjalani seksio sesarea adalah
sebagai berikut:
1. Analgesia
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Terapi cairan dan diet
4. Vesika urinarius dan usus
5. Ambulansi
6. Perawatan luka
7. Laboratorium
8. Perawatan payudara
9. Memulangkan pasien dari rumah sakit
H. Pencegahan
1. Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang 1 tahun, dengan memakai
kontasepsi.
2. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
3. Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang besar, apakah persalinan yang
berikut harus dengan section caeseria dan keadaan pada kehamilan berikutnya.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian keperawatan
1. Definisi pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien menurut Lyer et al
(1996, dalam Setiadi, 2012). Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisanya (Manurung, 2011). Pengkajian adalah
pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-
masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan menurut Effendy (1995, dalam Dermawan, 2012).
2. Tujuan pengkajian keperawatan
Tujuan pengkajian menurut Dermawan (2012) adalah sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan pasien.
b. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan pasien.
c. Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
d. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya.
3. Tipe data pengkajian keperawatan
Tipe data menurut Setiadi (2012) adalah sebagai berikut:
a) Data subjektif
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai masalah kesehatannya.
Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien,
perasaan dan ide tentang status kesehatannya. Sumber data lain dapat diperoleh
dari keluarga, konsultan dan tenaga kesehatan lainnya.
b) Data objektif
Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran dari status kesehatan
pasien.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Definisi diagnosa keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien /pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidahkaidah
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan,bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien
untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Asuhan keperawatan dapat di pertanggungjawabkan berdasarkan
substansi ilmiah yaitu logis, sistimatis, dinamis dan restruktur (Muhlisin, 2011).
Proses keperawatan adalah suatu metode ilmiah yang sistematis dan terorganisir
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang berfokus pada respon
individu terhadap gangguan kesehatan yang dialami.
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan
yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual
maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk
mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ). Diagnosa keperawatan adalah pernyataan
yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien yang nyata serta
penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan
menurut Gordon (1982, dalam Dermawan, 2012).
2. Kriteria diagnosa keperawatan
Kriteria antara lain sebagai berikut ( Nursalam, 2015 ) :
a. Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk menentukan
kesenjangan.
b. Diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan
pemenuhan kebutuhan pasien.
c. Diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang.
d. Komponen diagnosa terdiri atas PE/PES.
e. Pengkajian ulang dan revisi terhadap diagnosis berdasarkan data terbaru
3. Tujuan diagnosa keperawatan
Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi menurut Wahid &
Suprapto (2012) sebagai berikut:
a. Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau
penyakit.
b. Faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
c. Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
d. Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.
e. Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam indentifikasi masalah klien.
f. Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan intervensi
keperawatan.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Definisi
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan
masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan
dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari
semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis
yang menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan,
tindakan-tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik (Manurung,
2011).
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian
dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau
untuk memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012).
2. Tujuan perencanaan keperawatan
Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut Dermawan (2012)
yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi fokus keperawatan kepada pasien atau kelompok.
2. Untuk membedakan tanggungjawab perawat dengan profesi kesehatan
lainnya.
3. Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi
keperawatan.
4. Untuk menyediakan kriteria klasifikasi pasien.
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN POST SECTION CAESERIA
Penanggung Jawab
Suami : Tn. A
Usia : 38 tahun
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan terakhir: SLTA sederajat
Section Dr Cukup
1. 2019 perempu 2800 Tidak ada
Caesaria SPOG bulan
an
D. RIYAWAT GINEKOLOGI
1. Masalah ginekologi
- Riwayat haid teratur dan tidak ada masalah selama sebelum hamil anak kedua
- Riwayat KB : ibu pernah ikut KB suntik setelah melahirkan anak pertama
Involusi Uterus
- Fundus uterus : (letak 2 jari dibawah pusat, terdapat nyeri tekan pada fundus
uteri)
Umbilicus
- Kandung kemih : tidak ada nyeri tekan dan tidak penuh
- Diastasis rektus abdominalis : tampak kedua otot rektus abdominalis hancur
melebar kesamping dan disertai perluasan jaringan linea alba
- Fungsi pencernaan : pencernaan berfungsi dengan baik
Masalah khusus:
4. Ekstremitas
- Ekstremitas Atas : (tidak ada edema, tidak ada Masalah pada
ekstremitas atas )
- Ekstremitas Bawah : (tidak tampak udem, lesi, ulkus, tidak ada varises,)
Masalah khusus :
5. Eliminasi
- Urin : (pasien terpasang kateter urine, warna jernih kekuningan, bau khas
urine)
- Feses : (pasien tidak memiliki masalah BAB)
Masalah khusus:
9. Keadaan mental
- Adaptasi psikologis : (pasien tampak sedih , keluarga dan suami tampak selalu
memberi support pada kesembuhannya)
- Penerimaan terhadap bayi : -
- Kemampuan mental : pasien memiliki koping yang baik dalam menghadapi
segala problemnya
Masalah khusus:
F. PROGRAM TERAPI
1. Ketrolak 30mg / 8jam ( IV)
2. Paracetamol 500mg / 8 jam
3. Ceftriaxone 1gr / 12 jam
4. Rl 500 cc/30 tetes / menit
5. Dexamethasone 6mg / 12 jam
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. cek labolatorium:
- Hb: 13,1 g/dl
- Ht: 37 %
- Leukosit : 7,8 10³/mm³
- Trombosit :202 10³/mm³
- Limfosit: 22 %
b. Usg:
Dari hasil usg tidak ditemukan sisa jaringan yang memperparah perdarahan yang
akan menyebakan subinvolusi
A. Diagnosa keperawatan
- Gangguan pola tidur
- Nyeri
- Hambatan mobilitas fisik
B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. DS : Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri pada ( D.0077 )
luka sayatan post op di
bagian perut
DO:
k/u : lemah
TTV : TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5
P: sayatan post op
Q: pasien mengatakan
nyerinya perih seperti diiris-
iris
R: nyeri pada lokasi
abdomen
S: skala nyeri 4 (NRS)
T: Nyeri hilang timbul
DO :
k/u : Lemah
- Pasien terbaring ditempat
tidur
- Pasien masih kesusahan
untuk miring kanan kiri
- Segala aktifitas dibantu
keluarga
- Terpasang selang kateter
TTV :
TD : 90/80 mmHg
HR : 98 x/menit
RR : 22x/menit
T : 36,9 derajat
DO:
k/u: lemah
- Pasien tampak pucat
- Mata tampak sayu
- Pasien sering menguap
- Akral dingin
TTV:
- TD : 110/70 mmhg
- HR :80x/m
- RR : 20x/m
- T : 36.8
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Edukasi
A:
Hambatan
mobilitas fisik
P:
Intervensi
dilanjutkan
-mengajarkan
pasien melakukan
gerakan yang
sederhana Seperti
miring kanan dan
kiri
A:
- Gangguan pola
tidur
P:Intervensi
dilanjutkan
- edukasi dengan
pasien teknik untuk
meningkatkan tidur
A:
Gangguan mobilitas
fisik
P:
Intervensi
dilanjutkan
- edukasi dengan
pasien cara melatih
rom dengan
sederhana
A:
- Gangguan pola
tidur
P:
Intervensi
dilanjutkan
-kolaborasi dengan
keluarga cara
mengatur Jam tidur
pasien
N Hari/tgl jam Implementasi Jam Evaluasi (soap)
O
dx
1. jumat 18:00 - mengobservasi reaksi 20.00 S:
19/08/22 nonverbal dari pasien mengatakan
ketidaknyamanan nyeri sudah
- menggunakan teknik berkurang
komunikasi teurapeutik O:
untuk mengetahui k/u : lemah
pengalaman nyeri pasien TTV :
- mengevaluasi bersama TD : 110/80 mmHg
pasien dan tim kesehatan HR : 120 x/menit
lain tentang RR : 20x/menit
ketidakefektikan control T : 36,5 derajat
nyeri Skala nyeri : 2
- membantu pasien dan (NRS)
keluarga untuk mencari
dan menemukan dukungan A : nyeri akut
- mengkontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi P: Intervensi tidak
pencahayaan, dan
kebisingan.
- memberi analgetik tepat
waktu, terutama pada saat
nyeri hebat.
A:
Gangguan mobilitas
fisik
A:
- Gangguan pola
tidur
P:
- Intervensi tidak
dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal kebidanan Besurek , tahun 2016 faktor yang mempengaruhi kejadian tindakan medis
section caesarea