NIM : 201802036
2020
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Operasi Sectio Caesarea adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding
perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus).Section caesarea adalah suatu
persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat jenis diatas
500 gram. (Wiknjosastro, 2005)
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
badan diatas 500 gram, melalui sayatan dinding uterus yang masih utuh (Smeltzer,
2001).
B. JENIS
1. Sectio caesarea klasik (corporal)
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm panjangnya
2. Sectio caesarea ismika (profunda)
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim ± 10 cm
C. ETIOLOGI
1. Indikasi yang berasal dari ibu
Menurut Prawirro (2001), pada primigravida dengan kelainan letak, primi
para tua disertai kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvic (disproporsi
janin/panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan buruk, terdapat
kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solusio
plasenta tingkat I – II, komplikasi kehamilan yaitu preeclampsia – eklamsia
atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gannguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya)
2. Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress/gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum dan
forceps ekstraksi.
E. INDIKASI
Dokter spesialis kebidanan akan menyarankan bedah sesar ketika proses
kelahiran melalui vagina kemungkinan akan menyebabkan risiko kepada sang
ibu atau si bayi. Hal-hal lainnya yang dapat menjadi per bangan disarankannya
bedah sesar antara lain: (Prawirro, 2001)
1. proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan
normal (distosia)
2. detak jantung janin melambat (fetal distress)
3. adanya kelelahan persalinan
4. komplikasi pre-eklampsia
5. sang ibu menderita herpes
6. putusnya tali pusar
7. risiko luka parah pada rahim
8. persalinan kembar (masih dalam kontroversi)
9. sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping
10. kegagalan persalinan dengan induksi
11. kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau vakum)
12. bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg)
13. masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan
lahir), placental abruption atau placenta accreta)
14. kontraksi pada pinggul
15. sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi)
16. sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum
(oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn)
17. CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala
bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat)
18. Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus)
19. Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)
20. Gemeli (bayi kembar)
F. PATOFISIOLOGI
Hamil
persalinan
Indikasi SC
kesehatan darah
terputus
terputusnya
kontinuitas jaringan,
cemas
perdarahan saat pembuluh darah, dan
operasi
saraf-saraf di daerah
insisi
Resiko shock
hipovolemi
merangsang
pengeluaran histamin
dan prostaglandin
defisit volume
cairan
nyeri akut
G. PERAWATAN PERIOPERATIF DI KAMAR BEDAH
Perawatan intra operasi di kamar bedah menurut Prawirro (2001), diantaranya:
1. Perawatan Pre Operasi:
a. Persiapan Pre Operasi:
1. Pasien sebaiknya tiba di ruang operasi dengan daerah yang akan di
operasi sudah dibersihkan (di cukur dan personal hygiene)
2. Kateterisasi
3. Persiapan saluran pencernaan dengan puasa mulai tengah malam
sebelum operasi esok paginya (pada spinal anestesi dianjurkan untuk
makan terlebih dahulu)
4. Informed Consent
5. Pendidikan Kesehatan (Penkes) mengenai tindakan yang dilakukan di
meja operasi, seperti anestesi yang digunakan, tindakan yang dilakukan
dan lamanya operasi (terlampir)
b. Perawatan Pre Operasi:
1. Menerima Pasien:
a) Memeriksa kembali persiapan pasien:
1) Identitas pasien
2) Surat persetujuan operasi
3) Pemeriksaan laboratorium darah, rontgen, EKG.
4) Mengganti baju pasien
5) Menilai KU dan TTV
b) Memberikan Pre Medikasi: Mengecek nama pasien sebelum
memberikan obat dan memberikan obat pre medikasi.
c) Mendorong pasien kekamar tindakan sesuai jenis kasus pembedahan
d) Memindahkan pasien ke meja operasi
2. Perawatan Intra Operasi
a. Melaksanakan orientasi:
1. Memberi dukungan mental
2. Menjelaskan tentang fasilitas di sekitar meja operasi
3. Mengenalkan pasien kepada ahli anestesi, dokter ahli, dokter asisten,
perawat instrument.
b. Memasang alat-alat pemantau hemodinamik(infus, kateter, alat
monitoring,EKG)
c. Membantu pelaksanaan pembiusan
d. Mengatur posisi pasien
e. Menyiapkan bahan atau alat untuk desinfeksi daerah pembedahan
f. Memasang selang section
g. Memasang drapping
h. Membantu pelaksanaan tindakan
i. Memeriksa kelengkapan instrument
j. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan: Menyiapkan label,
menyiapkan tempat, menyiapkan formulir pemeriksaan.
k. Menutup luka dengan kasa steril dengan memberi NaCl 0,9% kemudian
diplester
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Hari : Kamis
Tanggal : 20 Desember 2012
Tempat : Ruang OK 3
Jam : 09.02 WIB
Metode :
Sumber :
Oleh : Adi Prasetyo
A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Umur : 34 tahun
Alamat : Panjer 2/11 Kebumen
Pekerjaan : IRT
Status : Kawin
Diagnosa : G3 P1 A1 ( letak lintang )
No. RM : 824577
Tgl. Masuk : 19 Desember 2012
B. Penanggungjawab
Nama : Tn.D
Umur : 36 tahun
Alamat : Panjer 2/11, Kebumen
Hubungan dengan pasien : Suami pasien
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien merasa cemas dan mengatakan kenceng-kenceng sudah 2 kali
sejak pukul 05.00 WIB.
2. Riwayat Kesehatan sekarang
Pasien di ruang operasi (persiapan SC), pasien sudah dipersiapkan untuk
operasi Sectio Caesarea (SC), pasien mengatakan khawatir dan takut
akan melakukan operasi SC untuk pertama kalinya dan tampak gelisah
dan berdoa.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah mengalami oprasi sebelumnya dan tidak punya
penyakit asma atau pun alergi lainnya
4. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan dari keluarga juga tidak ada yang mempunyai
penyakit keturunan.
Keb. Rekreasi
Sebelum sakit : Ny.S jarang berekreasi ,yang dilakukan adalah
menonton televisi untuk rekreasinya
Saat dikaji : Ny.S melakukan rekreasinya dengan mengobrol
Keb. Belajar
Sebelum sakit: Ny.S mengetahui banyinya dalam letak lintang dan
harus dilakukan pembedahan
Saat dikaji : Klien belum tahu tentang pembedahan
E. Keadaan Umum
TD : 130/80 mmHg TB : 155 cm
RR : 24x/menit BB : 68 kg
N : 88x/menit
S : 37 oC
F. Pemeriksaan fisik
KU : baik
Kesadaran : CM
Data Fokus
DS :
Klien merasa cemas akan dilakukan tindakan pembedahan
DO :
1. Pernafasan (B 1 : Breathing)
Frekuensi 24x/menit, Irama teratur, tidak terlihat gerakan cuping hidung,
tidak terlihat Cyanosis, tidak terlihat keringat pada dahi
2. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
130
Nadi 88x/menit kuat dan teratur, tekanan darah /80 mmHg, Suhu 37
0
C, akral hangat
3. Persyarafan (B 3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik
4. Perkemihan-Eliminasi Urine (B.4 : Bladder)
Jumlah urine 500cc, warna urine kuning jernih.
Genital Hygiene cukup bersih.
5. Pencernaan-Eliminasi Alvi (B 5 : Bowel)
Tidak terdapat obstipasi, klien tidak mengalami diare
6. Tulang-Otot-Integumen (B 6 : Bone)
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus
2. Pemeriksaan Penunjang
b. Diagnosa Keperawatan
ansietas berhubungan dengan krisis situasi, akan dilakukan tindakan operasi
c. Rencana Keperawatan
2) INTRA OPERASI
a. Data Fokus
Anamnesa : Pasien mengatakan lemas
A (Airway) : Tidak ada sumbatan jalan nafas
B (Breathing) : Suara nafas vesikuler, RR 24 x/menit
C (Circulation) : Tidak ada sianosis, CRT 3 detik, TD 92/65 mmHg,
N: 80x/m, perdarahan ± 600 cc
Waktu Operasi : 09.20 wib – 11.00 wib
Posisi : Supinasi
Jenis anestesi : Spinal anestesi
1. Pelaksanaan Asisten/Instrumen
b. Analisa Data
Tgl/ Jam Data Fokus Etiologi Problem
19-12-2012 DS: Perdarahan Gangguan
09.25 WIB Pasien mengatakan lemas balance
DO: cairan
Adanya luka insisi vertical di
abdomen ± 12 cm, perdarahan ±
300 cc, TD 92/65 mmHg, N 80x/m,
RR 24x/m, pasien terlihat pucat,
CRT 3 detik
c. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Balance Cairan berhubungan dengan perdarahan
d. Rencana Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal untuk melakukan suatu keperawatan yang
berguna untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui kebutuhan
klien sehingga dapat menentukan asuhan keperawatan yang akan dilakukan.
Dalam pengumpulan data kami menggunakan metode wawancara atau Tanya
jawab dengan keluarga pasien dan klien serta observasi dengan menggunakan
pemeriksaan fisik dan menggunakan studi dokumentasi pada status pasien.
Selama melakukan pengkajian kami menemui kesulitan, hal ini dikarenakan
kami dihadapkan pada satu kasus yang memiliki keterbatasan informasi berkaitan
dengan penyakit yang di derita pasien. Pada pemerikasaan fisik, kami
menemukan indikasi khas yang sesuai dengan teoritis yaitu: pemeriksaan leopold
yang menunjukkan letak melintang pada kandungan ibu.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan pustaka asuhan keperawatan pada kasus SC kami
mendapat hasil diagnosa keperawatan yaitu :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi, akan dilakukan tindakan operasi
2. Gangguan balance cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan efek anestesi
C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kriterianya, maka kami membuat rencana berdasarkan acuan pada
tinjauan teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, rencana tindakan di buat selama
proses pembedahan dari mulai pasien masuk ke ruang induksi sampai pasien
keluar dari ruang RR. Dari diagnosa ini intervensi dapat diterapkan pada kasus
karena berkat kerjasama yang baik antara perawat, keluarga, dan klien. Dalam
menyusun tindakan yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang
ditemukan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Pada intra operasi balance cairan sangat di monitor demi mempertahankan
status cairan, karena pada saat operasi berlangsung perdarahan yang terjadi
lumayan banyak ± 600 cc.
Setelah selesai operasi yang berjalan ± 90 menit berlangsung klien
dipindahkan ke ruang RR (recovery room), disini pasien dinilai apakah sudah
boleh dipindahkan dan dirawat di bangsal dengan cek respon pasien melalui
Bromage Score. Dimana nilai normal untuk bromage score < 2. Sedangkan nilai
bromage score adalah 1, maka pasien boleh dipindahkan dan dirawat dibangsal.