Anda di halaman 1dari 10

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

KELOMPOK 5 :

SELLA OKTAVIANI

DESIKA RISKI

ZULFITRI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN 2020
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

1. Hakikat Tuhan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia : Tuhan adalah suatu yang
diyakini, dipuja, disembah oleh manusia, sebagai yang maha kuasa, maha
perkasa dan lain sebagainya.
Dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa, Allah adalah Tuhan yang
menciptakan segala sesuatu yang ada. Qur’an surah Thaaha ayat 14, nama
Allah sebagai nama tuhan kita, adalah dia sendiri yang mengatakan dan
memberitahukan kepada manusia.
Tuhan diyakini dalam agama islam sebagai realitas tertinggi yang tidak
dapat dibandingkan atau disejajarkan dengan realitas yang lain dalam Al-
Qur’an, kitab suci yang diyakini umat islam, menjelaskan bahwa tuhan
disebut dengan nama Allah yang memiliki sifat kekal, tidak tergantung
kepada segala sesuatu, dan menjadi sumber pencipta alam semesta. Hanya
dengan mengakui Allah sebagai Al-Shamad (penyebab yang tidak
Disebabkan atas segala sesuatu) kaum muslimin dapat menyelami dimensi
realitas melampaui ruang dan waktu.
Allah adalah tuhan yang tidak dapat diketahui selain melalui wahyu
yang diturunkan dan gejala-gejala yang dapat ditangkap pemahaman
manusia. Allah tidak akan pernah diketahui lewat pencarian figure atau
fisik, Allah hanya dapat dipahami melalui keyakinan bahwa “Tiada Tuhan
selain Allah” Allah adalah realitas tertinggi yang kebenarannya hanya
dapat digapai melalui hubungan batin tiap umat yang senantiasa
menjalankan perintah-Nya dan juga menjauhi larangan-Nya.
2. Pengertian Tuhan dalam perpektif Islam
Dalam Al-Qur’an perkataan Tuhan dikenal dengan beberapa istilah, yaitu :
a. Rabb
b. Maalik atau malik
c. Ilaah

Rabb
Rabb adalah “Tuhan Sang Maha Pencipta” yang menciptakan
keseluruhan alam. Dalam Al-Quran, perkataan Rabb sering
dihubungkan dengan kata kerja seperti yang terdapat di dalam surah
Al-Alaq (96) ayat 1-5 : Artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajarkan (manusia)
dengan perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.”
Karena itulah Rabb mempunyai pengertian Tuhan yang berbuat
aktif. Jadi Dia hidup dan ada dengan sesungguhnya, bukan ada dalam
pikiran saja.

Maalik atau malik

Dalam Al-Qur’an kata malik dipakai untuk menunjuk pada Tuhan


yang berkuasa, mempunyai, memiliki, atau merajai sesuatu.
Sebagaimana yang tercantum dalam :

Surah Al-Fatihah (1) ayat 4 : “Yang menguasai hari pembalasan”.

Sedangkan dalam surah An-nass (114) ayat 2 : “Raja manusia”.


Apabila Rabb itu berarti yang berbuat aktif, maka Malik menunjuk
pada yang menguasai semua apa yang telah diperbuat-Nya tadi.

Ilaah

Secara etimologis ‘ilaah’ berarti : sebagai yang disembah dengan


sebenarnya atau tidak sebenarnya. Apa saja yang disembah manusia,
dapat disebut dengan ilaah. Ini yang membedakan seseorang apakah
muslim atau bukan.

Semuah Nabi, menurut keyakinan islam membawa pesan yang sama:

‘La Ilaha Ila Allah” (Tidak ada Tuhan yeng berhak disembah kecuali
Allah)

Meskipun segala sesuatu dapat disebut sebagai Ilaah, namun Ilaah


yang sebenarnya ialah Ilaah yang mempunyai jabatan Rabbun dan
Malikun. Dengan kata lain, walaupun segalah sesuatu dapat dipertuhan
dan disembah manusia, namun Tuhan yang sebenarnya yang berhak
disembah manusia ialah Tuhan pencipta dan penguasa alam semesta
yaitu Allah SWT.

3. Pemikiran Manusia Tentang Tuhan

Dinamisme
Berasal dari bahasa Yunani “dunamos”, diterjemahkan ke bahasa inggris :
dynamic, dalam bahasa Indonesia : Kekuatan, kekuasaan, khasiat, daya.
a. Dinamisme :
Kepercayaan agama primitif pada zaman sebelum kedatangan agama
Hindu di Indonesia.
Disebut preanismisme, yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda atau
makhluk mempunyai mana (percaya akan adanya kekuatan yang maha
yang berada dimana)
b. Tujuan Dinamisme :
Memperoleh tuah/mana sebanyak-banyaknya, memahami benda-benda
bertuah, memahami fetish yang telah diisi tuah yang bertujuan untuk
memperoleh ketentraman dan keselamatan manusia selama hidup.

Anamisme
Berasal dari kata “Anima”, dari bahsan Latin “Animus”, dari bahasa
Yunani “Avepos”, dalam bahasa sansekerta “Prana”, dalam bahasa Ibrani
“ruah”, yang berarti nafas atau jiwa.
a. Animisme :
Kepercayaan terhadap makhluk halus dan roh yang awalnya muncul
dari kepercayaan primitive.
Setiap benda, baik yang bernyawa atau tidak, mempunyai ruh atau
(spirit) jiwa mesti dihormati. Ruh tersebut dipercaya akan bersikap
kepada manusia, atau sebaliknya. Missal : kawasan tertentu (jalan-jalan,
kebun, gunung, gua, pohon, batu besar) hewan (babi, harimau) dsb.
b. Tujuan Anamisme
Dipercaya dapat melindungi manusia dari ruh jahat, serta diyakini
membantu dalam kehidupan keseharian mereka.

4. Pandangan Islam Terhadap Animisme Dan Dinamisme


Animism dan Dinamisme hanyalah kepercayaan yang hayal belaka.
Dalam islam, hal ini dianggap syirik, dan orang yang melakukannya
dikatakan musyrik.
Islam mengajarkan untuk tidak boleh menyembah selain Allah,
sebagaimana di tegaskan dalam syahadat pertama :
“saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”.
Menurut islam, kepercayaan ini sama sekali tidak memberikan
manfaat kepada manusia. Islam juga sangat melarang kita untuk menganut
kepercayaan tersebut.

5. Pembuktian Adanya Allah


Wujud (ada)-nya Allah SWT adalah sesuatu yang badihiyah. Namun
demikian untuk membuktikan wujud-Nya dapat diketemukan beberapa
dalil, antara lain :
a. Dalil Fitrah
b. Dalil Akal
c. Dalil Wahyu

Dalil Fitrah
Yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia mengenai adanya dzat
yang maujud, tidak terbatas, tidak berkesudahan, mengawasi segala
sesuatu, mengurus dan mengatur segala sesuatu yang ada di alam semesta,
diharapkan kasih saying-Nya dan ditakuti kemurkaan-Nya. Hal ini
digambarkan oleh Allah SWT dalam QS. Yunus/10:22.
“Dialah Tuhan yang menjadikana kamu dapat berjalan di daratan, (dan
berlayar) dilautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan
meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada
didalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira
karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari
segenap penjuru, dan mereka berdo’a dengan tulus ikhlas kepada Allah
semata. (seraya berkata), “sekiranya engkau menyelamatkan kami dari
(bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur”.
Dalil Akal
Yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang
merupakan manifestasi dari eksistensi Allah Subhana Wa Ta’ala.
Terdapat empat unsur alam semesta yang terkandung didalamnya :
a. Ciptaan-Nya
Bila kita perhatikan makhluk yang hidup dimuka bumi, kita akan
menemukan berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup dan
cara berkembang biak (QS. Fatir/35:28)
“Dan demikian (pula) diantara manusia, makhluk bergerak yang
bernyawa dan hewan-hewan ternak yang bermacam-macam warnanya
(dan jenisnya)…”
Semua itu menunjukan adanya dzat yang menciptakan, membentuk,
menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan (QS. Al-
Ankabut/29:19-20)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah
(makhluk), kemudian Dia mengulanginya (kembali). Sungguh yang
demikian itu mudah bagi Allah. Katakanlah, “berjalanlah dibumi, maka
perhatikanlah bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk)…”
Sepintar apapun manusia, tentu ia tidak akan dapat membuat
makhluk hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah Subhana Wa Ta’ala
menentang manusia untuk meminta sesembahan mereka membuat
seekor lalat jika mereka mampu (QS. Al-Mu’minun/22:73)
“…Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah tidak dapat
menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya…”
Nyatalah bahwa tiada yang dapat menciptakan alam semesta ini
kecuali Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.
b. Kesempurnaan
Kalau kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam ini sangat tersusun
rapi, diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat. Hal
ini menunjukan adanya kehendak yang bersumber dari sang Pencipta.
Sebagai contoh, seandainya matahari memberikan panasnya pada bumi
hanya setengah dari panasnya sekarang, pastilah manusia akan
membeku kedinginan. Dan seandainya malam lebih panjang sepuluh
kali lipat dari malam yang normal tentulah matahari pada musim panas
akan membakar seluruh tanaman di siang hari, dan di malam hari
seluruh tumbuhan membeku. Firman Allah :
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuati
yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya
penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan
sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.”
(QS. Al-Mulk/67:34)

c. Perbandingan Ukuran Yang Tepat Dan Akurat (QS. Al-Furqan/25:2)


“Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak
ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia menciptakan
segalah sesuatu, lalu menciptakan ukuran-ukurannya dengan tepat.”
Alam ini diciptakan dalam perbandingan ukuran, susunan,
timbangan, dan perhitungan yang tepat akurat. Bila tidak, maka tidak
akan mungkin para ilmuwan berhasil menyusun rumus-rumus
matematika, fisika, kimia bahkan biologi. Satu kenyataan yang santa
mengherankan tentang pengetahuan ilmiah ialah bahwa bukti-bukti
ilmiah itu menunjukan adanya hubungan antara pikiran manusia dengan
susunan alam yang ia pelajari.
d. Hidayah (Tuntunan dan Petunjuk) (QS. 20:50)
“Dia (Musa) menjawab : “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah
memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian
memberinya petunjuk.”
Allah memberikan hidayah (tuntunan dan petunjuk) kepada
makhluk-Nya untuk dapat menjalankan hidupnya dengan mudah, sesuai
dengan karakteristiknya masing-masing. Pada manusia sering disebut
sebagai ilham dan pada hewan disebut insting/naluri.
Kita sering mendengar seseorang ditimpah musibah yang membuat
hatinya hancur luluh, putus harapan, lalu ia berdo’a menghadap Allah
Subhana Wa Ta’ala. Tiba-tiba musibah itu hilang, kebahagiaan pun
kembali dan datanglah kemudahan sesudah kesusahan. Siapa yang
mengabulkan do’a, siapa pula yang mengajarkan, orang yang kafir
sekali pun, untuk meminta pertolongan pada suatu zat diluar dirinya
yang dirasakannya bersifat Maha Kuasa dan Maha Berkehendak?
Firman Allah :
“Dan apabila kamu ditimpah bahaya di lautan, niscaya hilanglah yang
kamu seru kecuali Dia. Maka takalah Dia menyelamatkan kamu ke
daratan, kamu pun berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak
berterima kasih.” (QS. Al-Isra/17:67)
Eksistensi Allah terlihat dalam banyak fenomena kehidupan.
Barang siapa yang membaca alam yang maha luas ini dan
memperhatikan penciptaan langit dan bumi serta dirinya sendiri, pasti ia
akan menemukan bukti-bukti yang jelas tentang adanya Allah Subahana
Wa Ta’ala. Firman Allah :
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah
bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.” (QS. Fussilat/41:53)
Dalil Wahyu
Para rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda pada zaman yang
berbeda. Semua rasul menjalankan misi dari langit dengan perantara
wahyu. Dengan membawa bukti yang nyata (kitab/wahyu dan mukjizat)
mengajak umatnya agar beriman kepada Allah, mengesahkan-Nya dan
menjalin hubungan baik dengan-Nya, serta memberi peringatan akan
akibat buruk dari syirik/berpalingn dari-Nya. Siapa yang mengutus mereka
dengan tugas yang persis sama? Siapa yang memberikan kekuatan,
mendukung dan mempersenjatai mereka dengan mukjizat? Tentu zat yang
eksis (maujud), Yang Maha Kuat dan Perkasa, yaitu Allah. Keberadaan
para rasul ini merupakan bukti eksistensi Allah.

Anda mungkin juga menyukai