R DI
RUANG RAWAT GABUNG RSUD H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI
DISUSUN OLEH :
NAMA : HERI YAWANTO
NIM : G1B221002
KELOMPOK : III
PERIODE : MINGGU KE-2
PEMBIMBING AKADEMIK :
Dr. Muthia Mutmainnah, M.Kep, Sp. Mat
Ns. Sri Mulyani, S.Kep., M.Kep
Ns. Meinarisa, S.Kep., M.Kep
4. Manifestasi Klinis
Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan
post sectio caesarea, antara lain :
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
d. Bising usus tidak ada.
e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
5. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip
steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak
yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak
efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada
di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.
(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
WOC
Post date
SC
Persalinan tidak
normal
Resiko
Ketidakefektifa
n pemberian
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap, golongan darah (ABO)
b. Urinalis untuk mengetahui kadar albumin
c. Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II
d. Ultrasonografi melokalisasi lasenta, menentukan pertumbuhan dan
presentasi janin.
7. Penatalaksanaan
Teknik SC transperitaneal profunda
a. Persiapan pasien
Pasien dalam posisi trandenburg ringan. Dilakukan anastesi spinal /
peridural pada oprasi efektif atau anastesi umum pada darurat alat
operasi, obat dan darah dipersiapkan
b. Pelaksanaan
1) Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan
oprasi dipersempit dengan kain.
2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis
ampai dibawah umbilikus lapis demi lais sehingga kavum peritonium
terbuka.
3) dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kasa laparotomi
4) Dibuat bladder flap yaitu dengan menggunting peritonium kandung
kencing di depn segmen bawah rahim secara melintang pada
vesikouterma ini disisihkan secara tumpul ke arah bawah dan samping
dilindungi dengan spekulum kandung kencing
5) Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah irisan
plikavesikouretra tadi sc tajam dengan pisau sedang ± 2 cm.
Kemudian diperlebar sc melintang secara tumpul dengan kedua jari
telunjuk operator. Arah insisi pada segmen bawah rahim dapat
melintang (transversal)
6) Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin
dilahirkan. Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya.
Tali pusat dijepit dan diotong plasenta dilahirkan secara manual ke
dalam otot rahim intramuscular disuntik oksitosin. Laisan dinding
rahim dijahit :
Lapisan I : Dijahit jelujur pada endometrium dan miometrium
Lapisan II : Dijahit jelujur hanya pada miometrium saja
Lapisan III : Dijahit jelujur pada plika vesikoureterina
7) Setelah dinding rahim selesai dijahit kedua admeksa dieksplorasi
8) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka
dinding perut dijahit
8. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea
menurut (Mochtar R, 2002: 121) adalah sebagai berikut :
a. Infeksi puerperal (nifas)
1) Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
3) Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
b. Perdarahan
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2) Atonia uteri.
3) Perdarahan pada placental bed.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila
reperitonealisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit
perut, perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak
c. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini
meliputi berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan
lain-lain.
d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama,
keluhan, dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran,
persalinan, nifas yang lal, dan riwayat keluarga berencana yang meliputi
akseptor KB, msalah, dan rencana KB.
e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
1) Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
2) Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack
(makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi.
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
3) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi
over distensi blass, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum,
kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya terjadi diantara hari
kedua dan kelima.
4) Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
5) Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,
apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum). Insomnia mungkin teramati.
6) Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut
dan wajah.
7) Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai
ke-5 pasca partum.
8) Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat
kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
9) Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal
yaitu 36-37oC.
10) Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11) Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan
lingkungannya selama fase nifas.
12) Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase
nifas.
13) Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
14) Kebutuhan belajar
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang
perawatan ibu dan bayi selama masa nifas.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan
tekananan darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali
normal selama beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah
menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila
tekanan darah tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya pre-
eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.
b) Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit
kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai lebih dari 38oC pada hari kedua sampai hari-
hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
c) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit
yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan
istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama
post partum. Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira
110x/menit. Bisa juga terjadi gejala shock karena
infeksi khususnya bila disertai peningkatan
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada
respirasi cepat pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya
ikutan dari tanda-tanda syok.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah
konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar
tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi
kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau
pembesaran pembuluh limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasa ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie
alba, albican.
e) Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi
normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur
internal dan eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi
mukus normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan
kaji homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar.
b. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar
dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
d. Defisit perawatan diri berhubungan Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap proses
pembedahan.
3. Intervensi
No Dx Kep. Tujuan Intervensi
4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang
mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan
mencakup melakukan, membantu, memberikan askep untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada pasien, mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari
pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan
Keluarga Berencana, Jakarta : EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC.
Yogyakarta : mocaMedia
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Saifuddin, AB. 2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo
Sarwono Prawiroharjo. 2009. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM RSUD H.ABDUL MANAP
KOTA JAMBI
KEPERAWATAN MATERNITAS
1. DATA UMUM
Inisial Klien : Ny. R
Usia : 26 Th
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Kenali bawah kota baru jambi
Inisial Suami : Tn.T
Usia Suami : 32 Th
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Suami : SLTA
1 2 3 1 menit 5 menit
5. PERENCANAAN PULANG
a. Klien dianjurkan untuk mengkonsumsi patin telur dan ikan gabus untuk
menghindari luka infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka post
operasi
b. Klien tidak dianjurkan untuk mengangkat benda berat
c. Klien dianjurkan untuk mengkomsumsi makanan dengan gizi seimbang
dan mengkomsumsi susu
ANALISA DATA
No Hari/Tanggal/Jam Data Problem Kemungkinan
Penyebab
22/11/2021 1 Setelah dilakukan intervensi selama 6 jam 1. Identifikasi lokasi nyeri meliputi karaketeristik,
09.15 diharapkan nyeri berkurang, dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
1. Klien mengatakan nyeri berkurang 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
2. Skala nyeri 0-1 3. Identifikasi skala nyeri
3. Klien melakukan tindakan kontrol nyeri 4. Ajarkan teknik nafas dalam untuk mengurangi nyeri
5. Anjurkan klien untuk istirahat yang cukup
6. Kolaborasi pemberian analgetik
7. Pemeriksaan TTV secara berkala
22/11/2021 2 Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam 1. Kaji tingkat mobilitas klien
09.15 diharapkan gangguan mobilitas fisik klien teratasi, 2. Ajarkan cara mobilitas secara bertahap dimulai dari
dengan kriteria hasil : miring kanan - miring kiri, latihan duduk dan berjalan
1. Dapat mengontrol nyeri saat beraktivitas 3. Anjurkan keluarga untuk membantu seperlunya
2. Dapat melakukan aktivitas sebagian dan 4. Beri dukungan keluarga untuk latihan gerak klien
mandiri
22/09/2021 3 Setelah dilakukan intervensi selama 1x 24 jamPencegahan Infeksi :
09.15 diharapkan tidak ada tanda- tanda infeksi, dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
kriteria hasil : 2. Anjurkan konsumsi makanan dan cairan bernutrisi
1. Tidak ada kenaikan suhu tubuh (mengkonsumsi putih telur, ikan gabus) untuk
2. Keadaan luka sayatan tidak ada kalor (panas), penyembuhan luka, makan buah dan sayur serta
rubor (kemerahan), tumor (pembengkakan) banyak mengkonsumsi air putih.
dan dolor (peradangan). 3. Kolaborasi pemberian metronidazole 3x1 dan
3. Nilai hemoglobin meningkat cefadroxil 2 x1
4. Klien tidak tampak pucat Perawatan luka
1. Monitor karakteristik luka dan tanda- tanda infeksi
2. Mencuci tangan sebelum membersihkan luka
3. Ganti perban luka dengan perawatan steril
Perawatan pasca persalinan
1. Monitor tanda- tanda vital
2. Membantu dalam personal hygiene
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No Tgl/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
1 22/11/2021 1. Megindetifikasi lokasi S:
09.30 nyeri meliputi Klien masih mengatakan
karaketeristik, durasi, nyeri dengan skala 2
frekuensi, kualitas Klien mengatakan nyeri
dan intensitas nyeri masih hilang timbul
09.35 2. Mengobservasi reaksi non namun tidak sekuat
verbal klien sebelumnya.
09.40 3. Mengidentifikasi skala Klien mengatakan
nyeri melaksanakan Teknik
09.45 4. Mengajarkan teknik nafas nafas dalam jika nyeri itu
dalam dalam mengurangi muncul.
nyeri Klien mengatakan
09.45 5. Menganjurkan klien untuk tekniknya sangat
istirahat yang cukup membantu.
09.50 6. Kolaborasi pemberian Klien mengatakan
dexketoprofin 3x1, cairan nyerinya terjadi sebentar
infuse RL+Oksitosin gak sampai 2 menit.
dan pronalges 2x1 O : Klien masih terlihat
meringis kesakitansaat
bergerak, luka tampak
belum kering.
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2 22/11/2021 Terapi aktivitas : S:
09,55 1. Mengkaji tingkat Klien mengatakan masih
mobilitas dari klien merasakan nyeri disaat
Megajarkan bergerak dan berjalan
cara mobilitas secara Klien mengatakan masih
bertahap miring kanan- butuh bantuan keluarga
miring kiri, latihan untuk bergerak dan
10.00 duduk dan berjalan berjalan baik itu sebagai
3. Menganjurkan keluarga yang memopong pasien
10.05 untuk membantu dan memegang infus
seperlunya pasien.
2. Memberi dukungan Klien mengatakan
keluarga untuk Sebagian kegiatan sudah
latihan gerak klien mampu dilakukan secara
mandiri seperti makan
dan minum. Serta
mengambil obat diatas
meja.
Klien mengatakan bisa
mengontrol nyeri dengan
teknik nafas dalam yang
diajarkan oleh petugas
rumah sakit.
Klien mengatakan merasa
senang karena banyak
mendapat dukungan dari
keluarga terutama
suaminya.
Pasien mengatakan sudah
bisa melakukan miring
kanan dan kiri secara
mandiri dan mencoba
bergerak dan
berjalan.
O : Klien dapat melakukan
miring kanan, miring kiri,
duduk dengan dibantu dan
berjalan dengan bantuan
suami atau ibunya
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
3 22/11/2021 Pencegahan Infeksi : S:
10.15 1. Monitor tanda dan gejala Klien mengatakan tidak
infeksi merasakan panas,
10.20 2. Anjurkan konsumsi Klien mengatakan
makanan dan cairan keadaan lukannya tidak
bernutrisi (mengkonsumsi ada yang bengkak,
putih telur, ikan gabus) kemerahan serta tidak
untuk penyembuhan luka, dirasakan adanya
makan buah dan sayur peradangan.
serta banyak konsumsi O : Klien tidak tampak
air putih. pucat, Tidak ada kenaikan
10.25 3. Kolaborasi pemberian suhu tubuh, Kondisi luka
ceftriaxone 1 gr, baik tidak ada tanda-
metrodinazole infus. tanda infeksi, tidak ada
Perawatan luka pembengkakan, luka tidak
10.30 1. Monitor karakteristik dirasakan panas, tidak ada
luka dan tanda- tanda peradangan, luka tidak
10.35 infeksi terdapat pus.
2. Mencuci tangan sebelum
membersihkan luka
10.40 3. Ganti perban luka A : Masalah teratasi
dengan perawatan steril sebagian
Perawatan pasca persalinan P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda- tanda vital
11.00 2. Membantu dalam
11.05 personal hygiene
3. Anjurkan pasien untuk
11.10 banyak mengonsumsi
makanan penambah
darah seperti bayam,
kangkung, kuning telur
dan kacang-
kacangan