Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan. Sehingga janin di
lahirkan melalui perut dan dinding perut serta dinding rahim agar anak lahir
dengan keadaan utuh dan sehat (Anjarsari, 2019).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Martowirjo, 2018).
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sagita,
2019).

B. KLASIFIKASI
Menurut Ramandanty (2019), klasifikasi bentuk pembedahan Sectio Caesarea
adalah sebagai berikut :
1. Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.
Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya
melahirkan melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan
pembedahan ini.
2. Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu
sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini
dilakukan jika bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup
tipis untuk memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian
sayatan vertikal dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
3. Sectio Caesarea Histerektomi
Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah
janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan
rahim.
4. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada
seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya
dilakukan di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan
dengan insisi dinding dan faisa abdomen sementara peritoneum dipotong
ke arah kepala untuk memaparkan segmen bawah uterus sehingga uterus
dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
Sedangkan menurut Sagita (2019), klasifikasi Sectio Caesarea adalah sebagai
berikut :
1. Sectio caeasarea transperitonealis profunda
Sectio caeasarea transperitonealis profunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang
atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini :
a. Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak
seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga
luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio Caesarea korporal / klasik
Pada Sectio Caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan
apabila ada halangan untukmelakukan Sectio Caesarea transperitonealis
profunda. Insisi memanjang pada segmen uterus.
3. Sectio Caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan tehadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga
peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uteri berat.
4. Sectio Caesarea hysteroctomi
Setelah Sectio Caesarea, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat

C. ETIOLOGI
Menurut Amin & Hardi (2015) operasi Sectio Caesarea dilakukan atas
indikasi sebagai berikut :
1. Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, Cefalo Pelvik
Disproportion (disproporsi janin/ panggul), ada sejarah kehamilan dan
persalinan yang buruk, ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan
panggul ibu, keracunan kehamilan yang parah, komplikasi kehamilan
yaitu pre eklampsia dan eklampsia berat, atas permitaan, kehamilan yang
disertai penyakit (jantung, DM), gangguan perjalanan persalinan (kista
ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2. Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress/ gawat janin, mal persentasi dan mal posisi kedudukan janin
seperti bayi yang terlalu besar (giant baby), kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kelainan tali pusat dengan pembukaan kecil seperti
prolapsus tali pusat, terlilit tali pusat, adapun faktor plasenta yaitu
plasenta previa, solutio plasenta, 8 plasenta accreta, dan vasa previa.
kegagalan persalinan vakum atau forseps ekstraksi, dan bayi kembar
(multiple pregnancy).
D. PATOFISIOLOGI
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya karena
ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu, keracunan kehamilan
yang parah, pre eklampsia dan eklampsia berat, kelainan letak bayi seperti
sungsang dan lintang, kemudian sebagian kasus mulut rahim tertutup plasenta
yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar, kehamilan pada ibu
yang berusia lanjut, persalinan yang berkepanjangan, plasenta keluar dini,
ketuban pecah dan bayi belum keluar dalam 24 jam, kontraksi lemah dan
sebagainya. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Dalam
proses operasi, dilakukan tindakan anastesi yang akan menyebabkan pasien
mengalami imobilisasi. Efek anastesi juga dapat menimbulkan otot relaksasi
dan menyebabkan konstipasi.Kurangnya informasi mengenai proses
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi akan menimbulkan
masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehinggga menyebabkan
terputusnya inkontiunitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf disekitar
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rangsangan pada area sensorik
sehingga menyebabkan adanya rasa nyeri sehingga timbullah masalah
keperawatan nyeri (Nanda Nic Noc, 2015).
E. PATHWAY

Indikasi Sectio Caesarea

Indikasi dari ibu : Indikasi dari janin :


Prigmivida kelainan letak Fetal distress
Disproporsi sefalopelvik Giant baby
Ketuban pecah dini Kelainan letak bayi
komplikasi kehamilan

Tindakan Sectio Caesarea

Pre operasi Faktor etiologi : Insisi dinding abdomen Luka post op SC


efek tindakan
anastesi/ suhu
Kurang informasi ruangan rendah Terputusnya inkonuitas Jaringan terbuka
jaringan, pembuluh darah,
dan saraf - saraf di sekitar
Ansietas Perubahan suhu daerah insisi Kurang proteksi

Memepengaruhi Merangsang pengeluaran Invasi bakteri


sel-sel hipotalamus histamin dan prostaglandin

Resiko Infeksi
Vasodilatasi Nyeri Akut
pembuluh darah

Panas tubuh hilang

Hipotermi
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Amin & Hardi (2015), manifestasi klinis pada klien Sectio Caesarea
antara lain :
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
2. Panggul sempit
3. Disporsi sevalopelvik, yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan
ukuran panggul
4. Ruptur uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distosia serviks
8. Pre-eklamsia dan hipertensi
9. Malpresentasi janin
a. Letak lintang
b. Letak bokong
c. Presentasi janin dan muka (letak defleksi)
d. Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil
e. Gemeli

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Martowirjo (2018), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu
Sectio Caesarea adalah sebagai berikut :
1. Hitung darah lengkap
2. Golongan darah (ABO),dan pencocokan silang, tes Coombs Nb
3. Urinalisis : menentukn kadar albumin/glukosa.
4. Pelvimetri : menentukan CPD
5. Kultur : mengidentifikasi adanya virus heres simpleks tipe II
6. Ultrasonografi : melokalisasi plasenta menetukan pertumbuha,kedudukan,
dan presentasi janin
7. Amniosintess : Mengkaji maturitas paaru janin
8. Tes stres kontraksi atau non-stres : mengkaji respons janin terhadap
gerakan/stres dari polakontraksi uterus/pola abnormal
9. Penetuan elektronik selanjutnya : memastikan status janin/aktivitas uterus

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Ramadanty (2019), penatalaksanan Sectio Caesarea adalah sebagai
berikut :
1. Pemberian Cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan per intavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan per infus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan per oral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6
sampai 8 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : Miring kanan dan kiri
dapat dimulai sejak 6 sampai 10 jam setelah operasi, Latihan pernafasan
dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah
sadar, Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya,
Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler), Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari,
pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.
4. Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan rasa tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian Obat-Obatan
Antibiotik cara pemilihan dan pemberian antibiotik sangat berbeda-beda
sesuai indikasi.
6. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Obat yang dapat di berikan melalui supositoria obat yang diberikan
ketopropen sup 2x/24 jam, melalui orang obat yang dapatdiberikan
tramadol atau paracetamol tiap 6 jam, melalui injeksi ranitidin 90-75 mg
diberikan setiap 6 jam bila perlu.
7. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit C.
8. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
9. Pemeriksaan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
10. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan
tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan
payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya mengurangi rasa
nyeri.

I. KOMPLIKASI
Menurut NANDA NIC-NOC (2015) Sectio Caesarea komplikasi pada
pasien Sectio Caesarea adalah :
1. Komplikasi pada ibu
Infeksi puerperalis, bisa bersifat ringan seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas, atau bersifat berta seperti peritonitis,
sepsis dan sebagainya. Infeksi postoperatif terjadi apabila sebelum
pembedahan sudah ada gejala-gejala yang merupakan predisposisi
terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah ketuban pecah,
tindakan vaginal sebelumnya). Perdarahan, bisa timbul pada waktu
pembedahan jika cabang cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena
atonia uteri. Komplikasikomplikasi lain seperti luka kandung kencing dan
embolisme paru. suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah
kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa ruptur uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah
Sectio Caesarea.
2. Komplikasi-komplikasi lain
Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih, dan embolisme
paru.
3. Komplikasi baru
Komplikasi yang kemudian tampak ialah kurang kuatnya parut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur
uteri. Kemungkinan peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah Sectio
Caesarea Klasik.

J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada ibu post operasi Sectio Caesarea
menurut Sagita (2019) adalah sebagai berikut :
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, tanggal masuk rumah
sakit, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada post operasi Sectio Caesarea biasanya adalah
nyeri dibagian abdomen akibat luka jahitan setelah operasi,
pusing dan sakit pinggang.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang berisi tentang pengkajian data
yang dilakukan untuk menentukan sebab dari dilakuakannya
operasi Sectio Caesarea seperti kelainan letak bayi (letak
sungsang dan letak lintang), faktor plasenta (plasenta
previa, solution plasenta, plasenta accrete, vasa previa),
kelainan tali pusat (prolapses tali pusat, telilit tali pusat),
bayi kembar (multiple pregnancy), pre eklampsia, dan ketuban
pecah dini yang nantinya akan membantu membuat rencana
tindakan terhadap pasien. Riwayat pada saat sebelum inpartus
di dapatkan cairan yang keluar pervaginan secara spontan
kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat Sectio Caesarea
sebelumnya, panggul sempit, serta letak bayi sungsang.
Meliputi penyakit yang lain dapat juga mempengaruhi
penyakit sekarang, seperti danya penyakit Diabetes Melitus,
jantung, hipertensi, hepatitis, abortus dan penyakit kelamin.
3) Riwayat perkawinan
Pada riwayat perkawinan hal yang perlu dikaji adalah menikah
sejak usia berapa, lama pernikahan, berapa kali menikah, status
pernikahan saat ini.
4) Riwayat obstetric
Pada pengkajian riwayat obstetri meliputi riwayat
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, berpa kali ibu
hamil, penolong persalinan, dimana ibu bersalin, cara bersalin,
jumlah anak, apakah pernah abortus, dan keadaan nifas post
operasi Sectio Caesareayang lalu.
5) Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tanggal persalinan, jenis persalinan, lama
persalinan, jenis kelamin anak, keadaan anak.
6) Riwayat KB
Pengkajian riwayat KB dilakukan untuk mengetahui apakah
klien pernah ikut program KB, jenis kontrasepsi, apakah
terdapat keluhan dan masalah dalam penggunaan kontrasepsi
tersebut, dan setelah masa nifas ini akan menggunakan alat
kontrasepsi apa.
7) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung,
Hipertensi, TBC, Diabetes Melitus, penyakit kelamin,
abortus yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien.
d. Pola fungsi kesehatan
1) Pola aktivitas
Aktivitas klien terbatas, dibantu oleh orang lain untuk
memenuhi keperluannya karena klien mudah letih, klien hanya
isa beraktivitas ringan seperti : duduk ditempat tidur,
menyusui.
2) Pola eliminasi
Klien dengan pos partum biasanya sering terjadi adanya
perasaan sering/susah kencing akibat terjadinya odema dari
trigono, akibat tersebut menimbulkan inpeksi uretra
sehingga menyebabkan konstipasi karena takut untuk BAB.
3) Pola istirahat dan tidur
Klien pada masa nifas sering terjadi perubahan pola
istirahat dan tidur akibat adanya kehadiran sang bayi dan
nyeri jahitan
4) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan menjadi ibu dan istri yang baik untuk suaminya
5) Pola Penanggulangan Stress
Klien merasa cemas karena tidak bisa mengurus bayinya sendiri
6) Pola Sensori Kognitis
Klien merasakan nyeri pada prineum karena adanya luka
janhitan akibat Sectio Caesarea
7) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien merasa dirinya tidak seindah sebelum hamil,
semenjak melahirkan klien menalami perubahan pada ideal
diri
8) Pola Reproduksi dan Sosial
Terjadi perubahan seksual atau fungsi seksualitas akibat
adanya proses persalinan dan nyeri ekas jahitan luka Sectio
Caesarea
e. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda - Tanda Vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun
2) Kepala
a) Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan
rambut, dan apakah ada benjolan
b) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata
pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sclera kuning
c) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga
d) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung
e) Mulut atau gigi
Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab Saat
dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar
tiroid, karna adanya proses penerangan yang salah

3) Leher
Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar
tiroid, karna adanya proses penerangan yang salah
4) Thorax
a) Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada payudara,
areola hitam kecoklatan, putting susu menonjol, air susu
lancer dan banyak keluar
b) Paru-paru
Inspeksi : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada /
tidak terlihat pembengkakan.
Palpasi : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba
massa
Perkusi : Redup / sonor
Auskultasi : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
c) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis teraba / tidak
Palpasi : Ictus cordis teraba / tidak
Perkusi : Redup / tympani
Auskultasi : Bunyi jantung lup dup
d) Abdomen
Inspeksi : Terdapat luka jahitan post op ditutupi
verban, adanya striegravidarum
Palpasi : Nyeri tekan pada luka,konsistensi uterus
lembek / keras
Perkusi : Redup
Auskultasi : Bising usus
e) Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air
ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses
yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya
kelainan letak anak

f) Ekstremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan
karena membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau
karena penyakit jantung atau ginjal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
b. Nyeri Akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan/agen cedera fisik
c. Hipotermi berhubungan dengan efek agen farmakologis/terpapar suhu
lingkungan rendah
d. Resiko infeksi dibuktikan dengan luka post operasi (Nurarif, dkk,
2015)
3. Intervensi keperawatan

a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit


Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Ansietas berhubungan dengan NOC NIC a. Meningkatkan bina hubungan
kurang pengetahuan tentang a. Anxiety self-control Anxiety reduction (penurunan saling percaya
penyakit. b. Anxiety level kecemasan) b. Agar pasien mengetahui
Batasan Karakteristik: c. Coping a. Gunakan pendekatan yang tujuan dan prosedur tindakan
a. Penurunan produktivitas Kriteria Hasil : menenangkan c. Mengurangi kecemasan
b. Gerakan yang ireleven a. Klien mampu mengidentifikasi b. Jelaskan semua prosedur dan apa pasien
c. Gelisah dan mengungkapkan gejala yang dirasakan selama prosedur d. Membantu mengurangi
d. Insomnia cemas c. Temani pasien untuk memberikan tingkat kecemasan
e. Tampak waspada b. Mengidentifikasi, keamanan dan mengurangi takut e. Mengetahui tingkat
Faktor yang berhubungan mengugkapkan dan d. Berikan informasi faktual kecemasan pasien
a. Perubahan dalam (status menunjukkan tehnik untuk mengenai diagnosis, tindakan f. Membantu pasien agar lebih
ekonomi, lingkungan, status mengontrol cemas prognosis tenang
kesehatan, pola interaksi, c. Vital sign dalam batas normal e. Identifikasi tingkat kecemasan g. Membantu pasien tenang dan
fungsi peran, status peran) d. Postur tubuh, ekspresi wajah, f. Bantu pasien mengenal situasi nyaman
b. Krisis maturasi, krisis bahasa tubuh dan tingkat yang menimbulkan kecemasan h. Cemas berkurang, pasien
situasional aktivitas menunjukkan g. Dorong pasien untuk merasa tenang
berkurangnya kecemasan mengungkapkan perasaan,
c. Stess, ancaman kematian ketakutan, persepsi i. Untuk mengurangi kecemasan
d. Ancaman pada (status h. Instruksikan pasien menggunakan
ekonomi, lingkungan, status teknik relaksasi
kesehatan, pola interaksi, i. Berikan obat
fungsi peran, status peran,
konsep diri)
e. Kebutuhan yang tidak
dipenuhi
b. Nyeri Akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri Akut berhubungan dengan NOC NIC Pain Management
terputusnya kontinuitas jaringan a. Pain level Pain Management g. mengetahui tindakan dan obat
Batasan Karakteristik: b. Pain Control a. Lakukan pengkajian nyeri secara yang akan diberikan
c. Comfort level
a. Laporan secara verbal atau komprehensif termasuklokasi, h. mengetahui tingkat nyeri pasien
nonverbal Kriteria Hasil: karakteristik, durasi, frekuensi, i. membantu pasien
b. Fakta dari observasi a. Mampu mengontrol nyeri kualitas dan faktor presipitasi
mengungkapkan perasaan
c. Posisi antalgik (menghindari (tahu penyebab nyeri, mampu b. observasi reaksi non verbal dari
nyerinya
nyeri) menggunakan tekhnik ketidaknyamanan
j. untuk memberikan intervensi
d. Gerakan melindungi nonfarmakologis, mencari c. Gunakan teknik komunikasi
yang tepat
e. Tingkah laku berhati-hati terapeutik untuk mengetahui
bantuan), k. membantu mengurangi nyeri
f. Muka topeng (nyeri) pengalaman nyeri pasien
b. Melaporkan nyeri berkurang pasien
g. Gangguan tidur (mata sayu, d. Evaluasi bersama pasien dan tim
dengan menggunakan
tampak capek, sulit atau kesehatan lain tentang l. untuk mengurangi nyeri
manajemen nyeri, m. membantu mengurangi rasa
gerakan kacau, menyeringai) ketidakefektifan kontrol nyeri
h. Terfokus pada diri sendiri c. Mampu mengenali nyeri masa lampau nyeri pasien
i. Fokus menyempit (penurunan (skala, intensitas, frekuensi e. Kontrol lingkungan yang dapat n. memberikan intervensi yang
persepsi waktu, kerusakan dan tanda), mempengaruhi nyeri seperti suhu tepat
proses berpikir, penurunan d. Menyatakan rasa nyaman ruangan, pencahayaan dan o. mengurangi nyeri dengan cara
interaksi dengan orang lain setelah nyeri berkurang kebisingan pengobatan non farmakologis
dan lingkungan) f. Kurangi faktor presipitasi nyeri p. nyeri dapat berkurang
j. Tingkah laku distraksi, contoh g. Pilih dan lakukan penanganan q. nyeri terkontrol
jalan-jalan, menemui orang nyeri (farmakologi, non Analgesic Administration
lain dan atau aktivitas farmakologi dan inter personal) a. untuk memberikan intervensi
berulang-ulang h. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
yang tepat
k. Respon autonom (seperti menentukan intervensi
b. benar dalam pemberian obat
berkeringat, perubahan i. Ajarkan tentang teknik non
c. menentukan obat yang tidak
tekanan darah, perubahan farmakologi
alergi untuk pasien
nafas, nadi dan dilatasi pupil j. Berikan analgetik untuk
d. memberikan obat yang sesuai
l. Perubahan otonom dalam mengurangi nyeri
dengan keluhan
tonus otot (mungkin dalam k. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
rentang dari lemah ke kaku) l. Tingkatkan istirahat e. mengetahui kondisi pasien

m. Tingkah laku ekspresif Analgesic Administration f. membantu mengurangi nyeri

(contoh gelisah, merintih, a. Tentukan lokasi, karakteristik,


menangis, waspada, iritabel, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
nafas panjang/berkeluh kesah pemberian obat
n. Perubahan dalam nafsu b. Cek instruksi dokter tentang jenis
makan dan minum obat, dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi Pilih analgesik
yang diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
d. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
e. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
f. Berikan analgesik pada saat nyeri
c. Hipotermi berhubungan dengan efek agen farmakologis/terpapar suhu lingkungan rendah
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Hipotermi berhubungan dengan efek NOC NIC
agen farmakologis/terpapar suhu a. Thermoregulation Temperature regulation
lingkungan rendah b. Thermoregulation : neonate a. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : b. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
a. Suhu tubu dibawah kisaran normal a. Suhu tubuh dalam rentang normal c. Monitor TD, nadi, dan RR
b.  Kulit dingin b. Nadi dan RR dalam rentang normal d. Monitor warna dan suhu kulit
c. Dasar kuku sianotik e. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
d.  Hipertensi f. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
e. Pucat g.  Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
f.  Piloreksi kehangatan tubuh
g. Menggigil h.  Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
h. Pengisian ulang kapiler lambat akibat panas
i. Takikardi i. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
Faktor yang berhubungan : dan kemungkinan efek negatif dan kedinginan
a. Penuaan j. Beritahukan tentang indikasi terjadinya
b. Konsumsi alcohol keletihan dan penanganan emergency yang
c. Kerusakan hipotalamus diperlukan
d. Penurunan kemampuan menggigìl k. Ajarkan indikasi dan hipotermi dan penanganan
e. Penurunan laju metabotisme yang diperlukan
f. Penguapan / evaporasi kulit l. Berikan anti piretik jika perlu
dilingkungan yang dingin Vital sign Monitoring
g. Pemajanan Iingkungan yang dingin a. Monitor Tekanan Darah, nadi, suhu, dan RR
h. Penyakit b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
i. Tidak beraktivitas c. Monitor Vital Sign saat pasien berbaring,
j. Pemakaian pakaian yang tidak duduk, atau berdiri
adekuat d. Auskultasi pada kedua lengan dan bandingkan
k. Malnutrisi e.  Monitor Tekanan Darah , nadi, pernapasan,
l. Medikasi Trauma sebelum, selama, dan setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
h. Monitor suara paru
i.  Monitor pola pernapasan abnormal
j. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
k. Monitor sianosis perifer
l.  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
m. Identifikasi penyebab dan perubahan vital sign
d. Resiko infeksi dibuktikan dengan luka post operasi
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Resiko infeksi dibuktikan NOC Nic Infection control (kontrol infeksi)
dengan luka post operasi a. Immune status Infection control (kontrol infeksi) a. Utuk mencegah resiko infeksi

Faktor-faktor resiko: b. Knowledge : infection a. Bersihkan lingkungan setelah b. Menurunkan resiko

a. Prosedur Infasif control dipakai pasien lain kontminasi silang

b. Ketidakcukupan b. Pertahankan teknik isolasi c. Menurunkan resiko infeksi


c. Risk control
pengetahuan untuk batasi pengunjung bila perlu d. Mencegah terjadinya
Kriteria hasil :
menghindari paparan c. Instruksikan pada pengunjung kontaminasi silang
a. Klien bebas dari tanda
patogen untuk mencuci tangan saat e. Mencegah terpajan pada
dan gejala infeksi
c. Trauma berkunjung dan setelah organisme infeksius
b. Mendeskripsikan proses
d. Kerusakan jaringan dan berkunjung meninggalkan f. Menurunkan resiko infeksi
penularan penyakit, factor g. Mempertahankan teknik steril
peningkatan paparan pasien
lingkungan
yang mempengaruhi d. Gunakan sabun antimikrobia h. Membantu meningkatkan

e. Ruptur membran amnion penularan serta untuk cuci tangan respon imun

f. Agen farmasi penatalaksanaannya e. Cuci tangan setiap sebelum i. Mencegah terjadinya infeksi

(imunosupresan) c. Menunjukkan dan sesudah tindakan Infection protection (proteksi

g. Malnutrisi kemampuan untuk keperawatan terhadap infeksi)

h. Peningkatan paparan f. Cuci tangan setiap sebelum a. Mengidentifikasi keadaan


mencegah timbulnya
lingkungan pathogen dan sesudah tindakan umum pasien dan luka
i. Imonusupresi infeksi keperawatan b. Mengidentfikasi adanya
j. Ketidakadekuatan imun d. Jumlah leukosit dalam g. Pertahankan lingkungan infeksi
buatan batas normal aseptik selama pemasangan c. Menghindari resiko infeksi
k. Tidak adekuat pertahanan alat d. Meningkatkan kesembuhan
e. Menunjukkan perilaku
sekunder (penurunan Hb, h. Tingkatkan intake nutrisi e. Mengetahui tingkat
hidup sehat
Leukopenia, penekanan i. Berikan terapi antibiotik bila kesembuhan pasien
respon inflamasi) perlu f. Membantu meningkatkan
l. Tidak adekuat pertahanan Infection protection (proteksi status pertahanan tubuh
tubuh primer (kulit tidak terhadap infeksi) terhadap infeksi
utuh, trauma jaringan, a. Monitor tanda dan gejala g. Mempertahankan teknik
penurunan kerja silia, infeksi sistemik dan local aseptic
cairan tubuh statis, b. Monitor hitung granulosit, h. Mengetahui terjadinya infeksi
perubahan sekresi ph, wbc pada luka
perubahan peristaltik) c. Monitor kerentanan terhadap
m. Penyakit kronik infeksi
d. Berikan perawatan kulit pada
area epidema
e. Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
f. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
g. Ajarkan cara menghindari
infeksi
h. Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Anjarsari, Dian. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny. B dan Ny. E Pasien Post

Sectio Caesarea Indikasi Preeklampsia Berat dengan Masalah

Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik di RSUD dr. Haryoto Lumajang

tahun 2017. Program Studi D3 Keperawatan, Fakultas Keperawatan:

Universitas Jember.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Martowirjo, A L, (2018). Asuhan keperawatan pada pasien post op sectio
caesaria dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman (nyeri) di
ruang nifas RSU Dewi Sartika Kendari, KTI, Politeknik kesehatan
kemenkes Kendari.
Ramandanty, P. Freytisia. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi

Sectio Caesarea Di Ruang Mawar Rsud A.W Sjahranie Samarinda.

Karya Tulis Ilimiah, Prodi D-III Keperawatan. Kalimantan Timur :

Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur.

Sagita, F. Erin. (2019). Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Dengan Post

Operasi Sectio Caesarea Di Ruangan Rawat Inap Kebidanan Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019. Tulis Ilimiah, Prodi D-III

Keperawatan. Padang : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.

Anda mungkin juga menyukai