Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan rawat darurat.Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan test dan prosedur,
banyak terdapat alat dan teknologi, bermacam profesi dan non profesi yang memberikan
pelayanan pasien selama 24 jam secara terus-menerus, keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikeloladengan baik terjadi kejadiaan tidak diharapkan.
Dimana kejadian tidak diharapkan merupakan kejadian yang akan mengancam keselamatan
pasien ( Depkes RI, 2008 ).

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk mengukur dan
mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan
kesehatan.Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka
kejadian tidak di harapkan yang sering terjadi pada pasien selama di rawat di rumah sakit
sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit. (Nursalam,
2016)

Negara – negara anggota WHO telah menyetujui Resolusi Dewan Kesehatan Dunia tentang
keselamatan pasien sebagai pengakuan atas kebutuhan untuk mengurangi cidera pada pasien
dan kesulitan pada keluarga pasien akibat dari pelayanan medis yang tidak
memadai.Resolusi ini juga menekankan bahwa keselamatan pasien penting untuk
meminimalisir biaya yang timbul akibat perawatan yang berulang dan biaya penanganan
infeksi yang terjadi akibat pelayanan medis.

WHO melaporkan di New Zealand KTD dilaporkan berkisar 12,9% dari angka rawat inap,
di Inggris KTD di laporkan 10,8%, di Kanada di laporkan berkisar 7,5% (Baker, 2004;
dalam Renoningsih, et.all 2018). Joint commision 3 internasional (JCI) juga melaporkan
KTD berkisar 10%dan di United Kingdom dan di Australia berkisar 16% Kejadian Tidak
Diinginkan (KTD) pada tahun 2018 sebanyak 2 insiden, meningkat di tahun 2019 sebanyak
3 insiden yang secara keseluruhan terdiri dari kejadian pasien jatuh, sedangkan angka
kejadian infeksi nosokomial masih tinggi dan belum memenuhi standar (Renoningsih dkk,
2016).

Di Indonesia insiden keselamatan pasien berdasarkan provinsi sebanyak 145 insiden yang
terdiri dari KTD 46% dan KTC 48% dan lain-lain 68%. Adapun data yang di temukan DKI
Jakarta 37.9%, Jawa Tengan 15.9%, Yogyakarta 13.8%, Jawa Timur 11.7%, Sumatera
Selatan 6.9%, Jawa barat 2.8%, Bali 1.4%, Sulawesi selatan 0.69%, Aceh 0.68% dan
sumatera utara 19,6% (Uminingsih, 2016).

keselamatan pasien di rumah sakit sesuai standar yang ditetapkan, tertuang dalam
Permenkes RI Nomor 1961/Menkes/2011 dan Permenkes RI No. 11 tahun 2017 tentang
keselamatan pasien. Salah satu penilaian dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit
(SNARS, 2018) adalah Sasaran Keselamatan Pasien (SKP), dimana terdapat 6 standar SKP.
Dari keenam standar SKP tersebut, semuanya merupakan tugas dan tanggung jawab perawat
yang dinilai setiap bulan. Program mentoring sudah dikenal dalam dunia keperawatan dan
sudah terdapat beberapa penelitian yang membutikan kegunaannya dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Clutterbuck (1991) mendefinisikan mentor sebagai seorang
individu yang berpengalaman yang memindahkan pengetahuannya tentang bagaimana
sesuatu tugas dilakukan dan bagaimana bekerja dengan orang lain.

Salah satu faktor yang penting untuk menerapkan pelaksanaan keselamatan pasien adalah
terlaksananya peran mentoring dari kepala ruangan dalam memotivasi perawat pelaksana
untuk menerapkan keselamatan pasien (Nivalinda, 2013).Mentoring menjadi program yang
tidak hanya dipakai sebagai jalan penyelesaian masalah namun juga sebagai langkah
pembinaan dan peningkatan kualitas kinerja perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan profesional, bahkan sebagai alur peningkatan jenjang karir (Pelan, 2012).

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa program mentoring mampu mendongkrak


kualitas kerja perawat sehingga perawat mampu bekerja secara profesional Kepala ruangan
sebagai manajer keperawatan harus melaksanakan fungsi pengawasan dalam melakukan
supervising dan mentoring.(Jaya, 2015).

Survei tentang budaya keselamatan pasien menjadi pendekatan umum untuk memonitor
keselamatan pasien. Menurut Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSPSC) tahun
2009 ada dua belas elemen yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan budaya
keselamatan pasien salah satunya adanya peran supervisor/manager yang mempromosikan
keselamatan pasien kepada staf nya. Pernyataan ini sesuai dengan Hatter et al (2007) dimana
penerapan budaya keselamatan pasien dapat ditingkatkan melalui kegiatan supervisi
pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh supervisor klinis keperawatan.

Sementara definisi mentoring Scandura (1994) adalah suatu hubungan antara seseorang
yang lebih senior dan berpengalaman dengan orang lain yang merupakan orang baru atau
kurang berpengalaman dalam suatu organisasi
.
Berdasarkan survei awal di RSUPH Adam Malik data yang di dapatkan berdasarkan
Laporan Kasus KTD, KPC, KNC dan KTC 2021, yaitu KTD 1,6%, KPC 84,5%, KNC 9,1%
dan KTC 4,6%. Berdasarkan hasil wawancara kepada 4 perawat, mereka mengatakan kapala
ruangan tidak setiap hari mementoring perawat pelaksana dan memberikan arahan-
arahannya.

Sesuai dengan penjelasan diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan
mentoring kepala ruangan dengan penerapan pasien safety.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu Bagaimana hubungan mentoring kepala ruangan dengan penerapan pasien safety di
RSUP H. Adam Malik
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan mentoring kepala ruangan dengan penerapan pasien
safety diruang rawat inap Rindu B RSUP H. Adam Malik

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui mentoring kepala ruangan diruang rawat inap Rinndu B RSUP H.
Adam Malik
2. Mengetahui penerapan pasien safety diruang rawat inap Rindu B RSUP H.
Adam Malik

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Untuk memberi gambaran pihak rumah sakit untuk meningkatkan hubungan kepala
ruangan dalam penerapan keselamatan pasien (patient safety).
1.4.2 Bagi Perawat
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan perawat dalam meningkatkan
kewaspadaan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya keselamatan
pasien (patient safety).
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Pada penelitian ini, dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut
tentang pengaruh hubungan kepala ruangan terhadap penerapan pasien safety.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan rancangan penelitian Cross sectional,
yaitu untuk mengetahuin hubungan mentoring kepala ruangan dengan pelaksanaan pasien
safetydi ruang inap Rindu B RSUP H.Adam Malik tahun 2022.

3.2 Populasi dan Sampel


3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang inap Rindu B
RSUP H.Adam malik yang berjumlah 30 orang.
3.2.2 Sampel
Penentuan jumlah sampel ditentukan bahwa apabila subyeknya kurang 100 lebih baik
diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi (Arikunto,
2006). Dalam penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel, sehingga penelitian ini
menggunakan teknik total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan
sampel dengan melibatkan semua populasi yang ada (Arikunto, 2006).
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang ada di ruang inap
Rindu B RSUP H.Adam malik yang berjumlah 30 orang.

3.3 Lokasi penelitian


Penelitian ini akandi ruang inap Rindu B RSUP H.Adam malik 2022

3.4 Waktu penelitian


Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari-Juli 2022.
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
V. independent Peran kepala Kuesioner Dikategorikan Ordinal
Mentoring ruangan dalam menjadi :
kepala ruangan memonitoring Baik
perawat pelaksana Cukup
dalam penerapan Kurang
pasien safety
V. dependen Upaya pencegahan Kuisioner Dikategorikan Ordinal
Pelaksanaan terjadinya cedera menjadi :
pasien safety pasien dirumah Baik
sakit. Cukup
Kurang

3.6 Aspek Pengukuran


Dalam mengukur hubungan mentoring kepala ruangan terhadap penerapan pasien safety
diruang inap Rindu B RSUP H. Adam malik tahun 2022 diberikan kuisioner untuk
hubungan mentoring kepala ruangan terhadap penerapan pasien safety dalam bentuk
pernyataan selalu, sering, jarang dan tidak pernah.
1. Mentoring kepala ruangan
Untuk mengukur mentoring kepala ruangan diberikan 31 pertanyaan dengan
menggunakan alat ukur berupa kuisioner. Dari hasil jawaban responden maka
mentoring kepala ruangan dikatagorikan baik, cukup, kurang. Pilihan jawaban
pertanyaan yaitu ”selalu” diberi skor 3 jawaban “sering” diberi skor 2, ”jarang” diberi
skor 1, jawaban “tidak pernah” diberi skor 0,penilaian hubungan mentoring kepala
ruangan menggunakan rumus sudjana(2005):
Rumus :
Rentang Kelas
P=
BK
93−0
¿
3
¿ 31 ¿
¿
Keterangan :
P = Panjang Kelas
Rentang Kelas = Skor tertinggi-Skor terendah
BK = Banyak Kelas
Dengan demikian hubungan mentoring kepala ruangan dikatagorikan :
a. Baik = 46.5 - 93
b. Cukup = 32 – 46.5
c. Kurang = 0 - 31

2. Pelaksanaan Pasien safety


Untuk mengukur pelaksanaan pasien safety diberikan 16 pertanyaan dengan
menggunakan alat ukur berupa kuisioner. Dari hasil jawaban responden maka
mentoring kepala ruangan dikatagorikan baik, cukup, kurang. Pilihan jawaban
pertanyaan yaitu ”selalu” diberi skor 3 jawaban “sering” diberi skor 2, ”jarang”
diberi skor 1, jawaban “tidak pernah” diberi skor 0,penilaian hubungan mentoring
kepala ruangan menggunakan rumus sudjana(2005):
Rumus :
Rentang Kelas
P=
BK
48−0
¿
3
¿ 16 ¿
¿

Keterangan :
P = Panjang Kelas
Rentang Kelas = Skor tertinggi-Skor terendah
BK = Banyak Kelas
Dengan demikian pelaksanaan pasien safetydikatagorikan :
a. Baik = 25 - 48
b. Cukup = 17 - 24
c. Kurang = 0 - 16
1.7. Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data
1.7.1. Alat pengumpulan data
Alat yang digunakan dalam proses pengumpulan data primer adalah dengan cara
memberikan kuesioner pada perawat di ruang rawat inap Rindu B RSUP H.adam malik.
Sedangkan data sekunder diperoleh melalui pengumpulan data dari rekam medik di RSUP
H. adam malik.
1.7.2. Prosedur pengumpulan data
Adapun prosedur pengumpulan data dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Penulis meminta izin kepada Program Studi Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia berupa surat untuk melakukan
pengambilan data dasar.
2. Surat yang telah diterima langsung diserahkan ke bagian Tata Usaha RSUP H.Adam
Malik Medan.
3. Menerima surat balasan berupa izin melakukan pengambilan data dasar di
subkoordinator pelayanan keperawatandan instalasi ruang rawat inap Rindu B RSUP
H.Adam Malik Medan.
4. Penulis datang kebagian sub coordinator pelayanan keperawatan dan instalasi ruang
rawat kardiologi untuk mendapatkan informasi dan tata cara melakukan survei awal di
RSUP H.Adam Malik Medan.
5. Penulis melakukan survei awal dengan menemui calon responden dan memberikan
beberapa pertanyaan.

3.8 Etika Penelitian


Etika penelitian pada penelitian ini ada 5 bagian yaitu:
1. Informed Concent (Persetujuan)
Sebelum peneliti membagikan kuisioner terlebih dahulu peneliti melakukan penjelasan
tujuan peneliti dalam pembagian kuisioner setelah peneliti menjelaskan maka peneliti
menanyakan kembali kepada responden untuk bersedia menjadi responden pada
penelitian ini apa bilaresponden setuju maka segera menandatangani lembaran kesediaan
menjadi responden.
2. Anonimity(Kerahasiaan Identitas)
Pada tahap ini peneliti menjaga kerahasiaan biodata dari re sponden yang berupa nama
sehingga peneliti mengganti dengan kode/tanda pada lembaran kuisioner untuk
memudahkan peneliti untuk mencek kembali bila diperlukan.
3. Confidentiallity (Kerahasiaan Informasi)
Peneliti menjaga kerahasiaan informasi yang di dapatkan dari responden, sehingga pada
analisa hanya pengelompokan data yang di laporkan oleh peneliti, dan data akan
disimpan dan dijaga kerahasiaannya serta tidak diberitahukan kepada siapapun.
4. Justice(Keadilan)
Pada saat peneliti melakukan pembagian kuisioner, dilakukan dengan melihat waktu
luang agar tidak mengganggu pekerjaan perawat atau kenyamanan responden. Hal ini
diberlakukan kepada semua responden tanpa membeda-bedakan dengan menerapkan
unsur keadilan
5. Non malefeciency(Tidak merugikan)
Penelitian yang dilakukan tidak akan membuat kerugian bagi para responden karena
penelitian tersebut hanya berupa pengisian lembar kuesioner.

3.9 Pengolahan Data Dan Analisa Data


3.9.1 Pengolah Data
Menurut Notoatmodjo, (2010) Data yang telah dikumpulkan beruba jawaban dari
setiap pernyataan kuisioner akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Dilakukan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat kesalahan dan
kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang
responden.
2. Coding
Menubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan
data.
3. Entry data
Data, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk
“kode”(angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau software computer.
4. Tabulating
Yakni memberikan table-tabel sesuai dengan tujuan penelitian atau yang
diinginkan oleh penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti yang bersifat
menyajikan hasil penelitian baik yang bersifat Univariat maupun Bivariat.

3.9.2 Analisa Data


1. Analisa Univariat
Yaitu untuk mengetahuin distribusi frekuensi dan persentse masing-masing
variabel bebas dan variabel terkait.
2. Analisa Bivariat
Yaitu untuk mengetahuin hubungan antara variabel bebas dan variabel terkait
dengan uji Statistic Chi-Square. Pada α = 0,05 dan CI 95% dengan bantuan
program computer.

Anda mungkin juga menyukai