Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN OLEH

PERAWAT
Charolina Panjaitan/181101108

panjaitancharolina@gmail.com

Abstrak

Latar belakang : Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) menjadi indikator standar dasar yang utama
dalam penilaian Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 (KARS, 2013).

Tujuan : Untuk mengetahui dan memahami penerapan enam sasaran keselamatan pasien oleh
perawat.

Metode : Metode yang digunakan ialah teknik pengumpulan data atau informasi dengan
melakukan analisis, eksplorasi, kajian bebas (literatur review) yang relevan yang berfokus pada
bagimana penerapan enam sasaran keselamatan pasien oleh perawat

Hasil : Berdasarkan hasil pencarian analisis, eksplorasi dari berbagai sumber didapatkan bahwa
setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Sasaran
keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit yang diakreditas
oleh komisi akreditas rumah sakit.

Pembahasan : Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan


dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan
ini.

Penutup : Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua rumah sakit
yang diakreditas oleh komisi akreditas rumah sakit. Penerapan sasaran keselamatan pasien
adalah identifikasi pasien, komunikasi secara efektif, keamanan obat dan cairan, ketepatan
lokasi prosedur-pasien operasi, pengurangan risiko infeksi, dan pengurangan risiko pasien jatuh.

Kata kunci : Sasaran Keselamatan Pasien, Perawat, Rumah Sakit


LATAR BELAKANG

Rumah sakit merupakan layanan jasa berdampak terhadap pelayanan


yang memiliki peran penting bagi kesehatan. Program keselamatan pasien
kehidupan masyarakat. Rumah sakit bertujuan menurunkan angka Kejadian
merupakan tempat yang sangat Tidak Diharapkan (KTD) yang sering
kompleks yang terdapat berbagai terjadi pada pasien selama dirawat di
macam obat, tes dan prosedur, banyak rumah sakit sehingga sangat merugikan
alat dengan teknologinya, berbagai jenis baik pasien sendiri dan pihak rumah
tenaga profesi dan non profesi yang siap sakit.
memberikan pelayanan pasien 24 jam Sasaran keselamatan pasien
terus menerus. Sistem Akreditasi merupakan syarat untuk diterapkan di
Rumah Sakit (KARS) versi 2012 semua rumah sakit yang diakreditas
menjelaskan bahwa seluruh kegiatan oleh komisi akreditas rumah sakit.
pelayanan dirumah sakit harus Maksud dari sasaran keselamatan pasien
memberikan pelayanan yang memenuhi adalah mendorong perbaikan spesifik
standar kualitas serta jaminan rasa aman dalam keselamatan pasien. Sasaran
dan perlindungan terhadap dampak menyoroti bagian-bagian yang
pelayanan yang diberikan dalam rangka bermasalah dalam pelayanan kesehatan
memenuhi hak-hak masyarakat akan dan menjelaskan bukti serta solusi dari
pelayanan yang berkualitas serta aman. konsensus berbasis bukti dan keahlian
Keberagaman dan kerutinan atas permasalahan ini. Diakui bahwa
pelayanan tersebut apabila tidak desain sistem yang baik secara intrinsik
dikelola dengan baik dapat adalah untuk memberikan pelayanan
menimbulkan peluang untuk terjadinya kesehatan yang aman dan bermutu
kesalahan pelayanan yang dapat tinggi, sedapat mungkin sasaran secara
berakibat terhadap keselamatan pasien. umum difokuskan pada solusi – solusi
Keselamatan (safety) telah menjadi isu yang menyeluruh. Sasaran Keselamatan
global termasuk juga untuk rumah sakit. Pasien (SKP) menjadi indikator standar
Keselamatan pasien (patient safety) dasar yang utama dalam penilaian
merupakan suatu variabel untuk Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
mengukur dan mengevaluasi kualitas (KARS, 2013).
pelayanan keperawatan yang
Ada enam sasaran keselamatan HASIL
pasien yaitu Ketepatan identifikasi
Berdasarkan hasil pencarian analisis,
pasien; Peningkatan komunikasi yang
eksplorasi dari berbagai sumber
efektif; Peningkatan keamanan obat
didapatkan bahwa ada enam sasaran
yang perlu diwaspadai; Kepastian tepat-
keselamatan pasien yaitu Ketepatan
lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
identifikasi pasien, Peningkatan
operasi; Pengurangan risiko infeksi
komunikasi yang efektif, Peningkatan
terkait pelayanan kesehatan; dan
keamanan obat yang perlu diwaspadai,
Pengurangan risiko pasien jatuh
Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur,
(Permenkes Nomor 1691, 2011).
tepat-pasien operasi, Pengurangan risiko
infeksi terkait pelayanan kesehatan dan
TUJUAN
Pengurangan risiko pasien jatuh.
Berdasarkan latar belakang di atas
Adapun beberapa jurnal terkait yaitu
adapun tujuan dibuatnya ialah untuk
Jurnal pertama Implementasi
mengetahui dan memahami penerapan
Sasaran Keselamatan Pasien Di Ruang
enam sasaran keselamatan pasien oleh
Rawat Inap RSU Kabupaten
perawat.
Tangerang. Mardika Dwi Setiyani
Zuhrotunida dan Syahridal (2016).
METODE
Metode penelitian yang digunakan ialah

Metode yang digunakan ialah teknik penelitian deskriptif analitik dengan

pengumpulan data atau informasi pendekatan cross sectional. Hasil dari

dengan melakukan analisis, eksplorasi, penelitian adalah perawat)

kajian bebas (literatur review) yang mengimplementasikan ketepatan

relevan yang berfokus pada bagimana identifikasi pasien dengan baik,

penerapan enam sasaran keselamatan menggunakan gelang identitas dengan

pasien oleh perawat dengan minimal dua identitas dan 33 rekam

menggunakan 14 sumber referensi dari medik, mengimplementasikan

buku teks, buku referensi, jurnal, e- komunikasi efektif dengan baik. Secara

book yang diterbitkan 10 tahun terakhir. keseluruhan capaian implementasikan


sasaran keselamatan pasien sudah baik,
namun belum optimal dan konsisten.
Jurnal kedua Analisis Penerapan pelaksanaan kepastian tepat-lokasi,
Upaya Pencapaian Standar Sasaran tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
Keselamatan Pasien Bagi Profesional sudah sesuai dengan standar akreditasi
Pemberi Asuhan Dalam Peningkatan rumah sakit versi 2012 sedangkan
Mutu Pelayanan Di Rawat Inap RSUD pelaksanaan pengurangan risiko infeksi
Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017. dan pelaksanaan pengurangan risiko
Anna Faluzi, Rizanda Machmud, dan pasien jatuh belum sesuai dengan
Yulastri Arif, 2018. Metode penelitian standar akreditasi rumah sakit versi
ini menggunakan pendekatan deskritif 2012.
dengan jenis penelitian kualitatif. Hasil Jurnal keempat Analisis Pelaksanaan
dari penelitian adalah sarana yang Sasaran Keselamatan Pasien Di Rawat
tersedia untuk penerapan upaya Inap Rumah Sakit Umum Daerah
pencapaian standar enam sasaran Padang Pariaman. Reno Afriza Neri,
keselamatan pasien secara umum sudah Yuniar Lestari, dan Husna Yetti, 2018.
ada tetapi secara kontinuitas masih Metode penelitian adalah kualitatif.
belum sepenuhnya optimal. Untuk SKP Hasil penelitian Pelaksanaan sasaran
6, handraill sebagian besar belum keselamatan pasien di rawat inap RSUD
terpasang diarea perawatan pasien, bel Padang Pariaman dilihat dari
dikamar pasien belum ada sama sekali. pendekatan sistem, pada komponen
Jurnal ketiga Analisis Pelaksanaan input kebijakan dan SPO sudah ada,
Standar Sasaran Keselamatan Pasien namun tenaga, metode, dana dan sarana
Di Unit Gawat Darurat RSUD Dr. Sam masih belum memenuhi syarat. Pada
Ratulangi Tondano Sesuai Dengan komponen proses, pelaksanaan enam
Akreditas Rumah Sakit Versi 2012. sasaran keselamatan pasien di rawat
Angelia W. Keles, G.D. Kandou, dan inap RSUD Padang Pariaman masih
Ch. R. Tilaar, 2015. Metode penelitian belum mencapai standar, karena dalam
menggunakan metode kualitatif. Hasil pelaksanaannya belum menjadi budaya
dari penelitian menunjukkan bagi petugas di rawat inap.
pelaksanaan identifikasi pasien,
pelaksanaan komunikasi efektif, PEMBAHASAN
pelaksanaan peningkatan keamanan Setiap rumah sakit wajib
obat yang perlu diwaspadai, mengupayakan pemenuhan sasaran
keselamatan pasien. Sasaran untuk memudahkan proses identifikasi
keselamatan pasien merupakan syarat pasien. Pada saat pemasangan gelang
untuk diterapkan di semua rumah sakit identitas, pasien akan diberi tahu
yang diakreditas oleh komisi akreditas mengenai manfaat gelang dan perawat
rumah sakit. Maksud dari sasaran wajib menjelaskan risiko yang akan
keselamatan pasien adalah mendorong timbul jika tidak dipasang gelang
perbaikan spesifik dalam keselamatan identitas. Proses identifikasi pasien
pasien. Sasaran menyoroti bagian- dapat dilakukan perawat dengan
bagian yang bermasalah dalam bertanya kepada pasien sebelum
pelayanan kesehatan dan menjelaskan melakukan tindakan, jika pasien
bukti serta solusi dari konsensus menggunakan gelang tangan harus tetap
berbasis bukti dan keahlian atas dikonfirmasi secara verbal, seandainya
permasalahan ini. Enam sasaran pasien tidak dapat menyebut nama
keselamatan pasien adalah tercapainya maka perawat dapat menanyakan pada
hal-hal sebagai berikut: penunggu atau keluarga. Pasien yang
Sasaran I : Ketepatan Identifikasi tidak mampu menyebut nama, tidak
Pasien memakai gelang dan tidak ada keluarga
Berdasarkan Permenkes RI Nomor atau penunggu maka identitas
1691 (2011), pasien diidentifikasi dipastikan dengan melihat rekam medik
menggunakan dua identitas pasien oleh dua orang petugas (Unit pelayanan
(nama pasien, nomor rekam medis, jaminan mutu).
tanggal lahir, gelang identitas dengan Sasaran II : Peningkatan Komunikasi
bar-code), tidak boleh menggunakan Yang Efektif
nomor kamar atau lokasi pasien.
Menurut Kemenkes, (2011)
Proses identifikasi pasien dapat
komunikasi yang mudah terjadi
dilakukan sejak dari awal pasien masuk
kesalahan kebanyakan terjadi pada saat
rumah sakit dan akan selalu
instruksi atau perintah diberikan melalui
dikonfirmasi dalam segala proses di
telepon. Rumah sakit wajib menerapkan
rumah sakit. Semua pasien baru yang
standar keselamatan pasien dan wajib
masuk telah diberikan gelang identitas
mengupayakan pemenuhan
dan ditanyakan namanya saat gelang
keselamatan pasien. Salah satunya
disematkan, pemberian gelang tersebut
adalah peningkatan komunikasi yang
efektif. Komunikasi adalah penyebab kewaspadaan terhadap obat-obat yang
pertama masalah keselamatan pasien. tingkat bahayanya tinggi harus
Komunikasi yang tepat, akurat, lengkap, ditunjukkan dengan menyimpannya di
jelas, dan dipahami oleh pasien akan tempat khusus dan tidak di setiap
mengurangi kesalahan dan ruangan. Obat-obatan lain harus
menghasilkan peningkatan keselamatan dibawah pengawasan apoteker,
pasien. sehingga kalau ada dosis yang
berlebihan dapat disarankan ke
Sasaran III : Peningkatan Keamanan
dokternya untuk meninjau kembali
Obat Yang Perlu Diwaspadai
terapinya.
Salah satu tindakan yang Sasaran IV : Kepastian Tepat-Lokasi,
mengancam keselamatan pasien adalah Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien
kesalahan pemberian obat yang Operasi
dilakukan oleh perawat. Sebagian besar Menurut Kemenkes (2011), salah
perawat telah menerapkan keamanan lokasi, salah prosedur, salah pasien
obat dan Cairan. Penerapan delapan operasi merupakan sesuatu yang
benar dalam menunjang keselamatan mengkhawatirkan dan sering terjadi di
pasien yaitu: benar pasien, benar obat, Rumah Sakit. Kesalahan ini akibat dari
benar dosis, benar waktu, benar cara komunikasi yang tidak efektif atau tim
atau route pemberian, benar bedah yang kurang atau tidak
dokumentasi, benar informasi, dan melibatkan pasien saat penandaan
benar pengkajian juga sudah diterapkan. lokasi. Di samping itu, ada beberapa
Menurut Kemenkes (2011), obat-obatan faktor yang sering terjadi, antara lain:
menjadi bagian dari rencana pengobatan pengkajian pasien yang tidak adekuat,
pasien, manajemen RS harus berperan penelaahan ulang catatan medis tidak
secara kritis untuk memastikan adekuat, budaya yang tidak mendukung
keselamatan pasien. Nama Obat, rupa komunikasi antar anggota tim bedah.
dan ucapan mirip (NORUM), yang Sasaran keselamatan pasien yang
membingungkan staf pelaksana keempat yaitu kepastian tepat lokasi,
merupakan salah satu penyebab yang tepat prosedur, tepat pasien operasi,
paling sering dalam kesalahan obat yaitu: Memverifikasi lokasi, prosedur,
(medication error). Oleh karena itu, dan pasien yang benar, memastikan
bahwa semua dokumen, foto (imaging), Mencuci tangan yang tepat sebelum dan
hasil pemeriksaan yang relevan sudah sesudah menyentuh pasien, sebelum dan
tersedia dan diberi label yang baik dan sesudah tindakan atau aseptik, setelah
sudah dipampang, menandai lokasi terpapar cairan tubuh pasien, sebelum
operasi dilakukan atas satu pada tanda dan setelah melakukan tindakan invasif,
yang dapat dikenali dan perlu setelah menyentuh area sekitar pasien
melibatkan pasien. Tanda tersebut harus atau lingkungan, dan menggunakan alat
digunakan secara konsisten di rumah pelindung diri (APD), seperti: Sarung
sakit dan harus dibuat oleh tangan, masker, tutup kepala, jas, sepatu
operator/orang yang akan melakukan pelindung, kacamata pelindung.
tindakan, dilaksanakan saat pasien Sasaran VI : Pengurangan Risiko
terjaga dan sadar jika memungkinkan, Pasien Jatuh
dan harus terlihat sampai saat akan Jumlah kasus jatuh cukup bermakna
operasi. Menandai lokasi operasi sebagai penyebab cidera bagi pasien
dilakukan pada semua kasus termasuk rawat inap. Mengingat risiko pasien
sisi (laterality), multipel struktur (jari jatuh sangat besar maka sebagai
tangan, jari kaki, lesi) atau multipel perawat perlu memikirkan berbagai cara
level (tulang belakang). untuk mengurangi terjadinya hal
Sasaran V : Pengurangan Risiko tersebut. Hal ini dilakukan dengan
Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan tujuan pasien tidak perlu di rawat di
Rumah sakit merupakan tempat yang Rumah Sakit lebih lama akibat
rentan terjadi infeksi nosokomial atau komplikasi jatuh. Menurut Potter &
infeksi baru selama perawatan. Meski Perry (2009) beberapa intervensi yang
dapat juga terjadi pada pengunjung, dapat dilakukan perawat untuk
infeksi ini paling sering menjangkiti mencegah terjadinya jatuh pada pasien
pasien dengan kondisi daya tahan antara lain: Mengorientasikan pasien
tubuhnya sedang menurun. Adanya pada saat masuk rumah sakit dan
infeksi baru kadang-kadang juga dapat menjelaskan sistem komunikasi yang
memicu dampak yang lebih fatal saat ada, bersikap hati-hati saat mengkaji
dirawat di rumah sakit. Sasaran pasien dengan keterbatasan gerak,
keselamatan pasien yang kelima adalah melakukan supervisi ketat pada awal
menurunkan risiko infeksi, yaitu: pasien dirawat terutama malam hari,
menganjurkan menggunakan bel bila M. Djamil padang tahun 2017.
membutuhkan bantuan, memberikan Jurnal Kesehatan Andalas, 7(4),
alas kaki yang tidak licin, memberikan 34-42.
pencahayaan yang adekuat, memasang Keles, A. W., Kandou, G. D., & Tilaar,
pengaman tempat tidur terutama pada Ch. R. (2015). Analisis
pasien dengan penurunan kesadaran dan pelaksanaan standar sasaran
gangguan mobilitas, dan menjaga lantai keselamatan pasien di unit gawat
kamar mandi agar tidak licin. darurat rsud Dr. Sam Ratulangi
tondano sesuai dengan akreditas
PENUTUP rumah sakit versi 2012. Jikmu,
Setiap rumah sakit wajib 5(2), 250-259.
mengupayakan pemenuhan sasaran Najinah. (2018). Budaya keselamatan
keselamatan pasien. Sasaran pasien dan insiden keselamatan
keselamatan pasien merupakan syarat pasien di rumah sakit. Literature
untuk diterapkan di semua rumah sakit Review Journal Of Islamic
yang diakreditas oleh komisi akreditas Nursing, 3(1), 1-8.
rumah sakit. Penerapan sasaran Ismainar, H. (2015). Keselamatan
keselamatan pasien adalah identifikasi pasien di rumah sakit .
pasien, komunikasi secara efektif, Yogyakarta : Deepublish
keamanan obat dan cairan, ketepatan Publisher.
lokasi prosedur-pasien operasi, Iswati. (2015). Pengetahuan dan
pengurangan risiko infeksi, dan penerapan sasaran keselamatan
pengurangan risiko pasien jatuh. pasien pada mahasiswa semester
6 di akademi keperawatan adi
REFERENSI husada surabaya. Adi Husada
Faluzi, A., Machmud, R., & Arif, Y. Nursing Journal, 1(1), 6-12.
(2018). Analisis penerapan Rachmah. (2018). Optimilisasi
upaya pencapaian standar keselamatan pasien melalui
sasarang keselamatan pasien komunikasi SBAR dalam
bagi profesional pemberi asuhan handover. Idea Nursing Journal,
dalam peningkatan mutu 9(1), 34-41.
pelayanan di rawat inap rsup Dr.
Sakinah, S., Wigati, P. A., & Arso, S. P. Wardhani,V. (2017). Buku ajar
(2017). Analisis sasaran manajemen keselamatan pasien.
keselamatan pasien dilihat dari Malang : UB Press.
aspek pelasanaan identifikasi Yusuf, M. (2017). Penerapan patient
pasien dan keamanan obat di rs safety di ruang rawat inap rumah
keperesidenan rspad gatot sakit umum daerah Dr. Zainoel
soebroto jakarta. Jurnal Abidin. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, 5(4), Keperawatan, 5(1), 84-85.
145-152.
Zakaria, F. M. (2017). Pengaruh
Simamora, R. H. (2018). Buku ajar
pelayanan dan sasaran
keselamatan pasien melalui
keselamatan pasien terhadap
timbang terima pasien berbasis
pasien di rumah sakit prima
komunikasi efektif : SBAR.
husada malang. Jurnal Ilmu
Medan : USU Press.
Manajemen, 2(2), 98-107.
Simamora, R. H. (2019). Buku ajar
pelaksanaan identifikasi pasien.
Uwais Inspirasi Indonesia.

Simamora, R. H., & Fathi, A.(2019).


The influence of training
handover based SBAR
communication for improving
patients safety. Indian Journal
of Public Health Research &
Development, 1280-1285.

Simamora, R. H. (2019).
Documentation of patient
identification into the electronic
system to improve the quality of
nursing services. International
Journal Of Scientific &
Technology Research, 8(9),
1884-1886.

Anda mungkin juga menyukai