Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KOMUNIKASI DASAR KEPERAWATAN

Komunikasi Efektif Perawat dengan Sesama dan Perawat dengan Kelompok

Dosen Pengampu : Dr.Ns.Hj.Ernawati Umar,S.Kep,M.Kes

Disusun Oleh :

1. Ali Yudin (8884220046)

2. Muhamad Ridwan Baihaqi (8884220050)

3. Mutmainahtun Nufus (8884220052)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dankaruniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah Komunikasi Keperawatan tepat
padawaktunya.

Ucapan terima kasih yang ditujukan kepada Dosen Penanggung Jawab Mata
Kuliah ,dosen pembimbing, beserta rekan-rekan. Untuk memenuhi Tugas komunikasi
Keperawatanyang di buat sebagai salah satu bentuk melatih kemandirian di bidang
Pendidikan danKesehatan

.Adapun tujuan dilaksanakan Komunikasi Keperawatan adalah untuk


menambahwawasan, juga meningkatkan prestasi Mahasiswa, dengan dilaksanakan ini penulis
dapatmengembangkan, melaksanakan dan mempraktikkan ilmu yang telah di dapat

.Penulis menyadari bahwa pembuatan Makalah ini masih terdapat kekurangan


baikdalam bentuk tulisan, isi, informasi maupun dalam bentuk penyajian. Oleh karena itu
penulissangat mengharapkan kritik serta saran untuk perbaikan makalah ini. Semua
untukmendukung agar yang penulis buat dapat lebih baik lagi di kemudian hari

Serang, 21 Februari 2023

Kelompok 13

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian

BAB II KOMUNIKASI EFEKTIF

2.1 Pengertian Komunikasi Efektif

2.2 Komunikasi Terhadap sesama perawat

2.2.1 Hubungan Perawatan dengan Sesama Perawat

2.2.2. Gangguan Komunikasi Antar Perawat

2.3 Komunikasi Terhadap Kelompok


2.3.1. Definisi kelompok
2.3.2. Unsur-unsur komunikasi Kelompok
2.3.3. Jenis Kelompok
2.3.4. Penggunaan komunikasi dalam kelompok
2.3.5. Manfaat komunikasi kelompok

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran.

Daftar Pustaka

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia ada berbagai macam profesi dalam kesehatan. Profesi tersebut


jugamengakibatkan banyaknya institusi kesehatan, diantaranya dokter, bidan,ahli gizi,
kesehatanmasyarakat, radiologi, teknobiomedik, farmasi, analis kesehatan, dan perawat.
Semua profesitadi diwajibkan saling bekerjasama dalam menjalankan profesionalitas
profesinya masing-masing

.Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada.Semua


profesikesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan
kesehatanyang prima. Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak sendirian. Perawat
ditemani olehdokter, analis kesehatan, tim kesehatan masyarakat, analis kesehatan,ahli
gizi,radiologi danlainnya.

Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan dapat


berjalansecara harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal? Kolaborasi pendidikan
dan praktik antar profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan.Semua jenis profesi
harusmempunyai keinginan untuk berkolaborasi. Perawat,bidan, dokter, dan semua profesi
lainmerencanakan dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya di bangku
pelajar.Ketergantungan antar profesi pun dapat tetap ada asalakan dalam batas-batas lingkup
praktekyang sesuai dengan aturan yang ada.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara berkomunikasi perawat dengan perawat?

2. Bagaimana proses komunikasi perawat dengan perawat?

3. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Kelompok?

4. Apa Unsur Unsur Komunikasi Kelompok?

5. Bagaimana penggunaan komunikasi dalam kelompok?

6. Apa Manfaat dari Komunikasi Kelompok dalam Keperawatan?

3
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui cara berkomunikasi perawat dengan perawat

2. Untuk mengetahui proses komunikasi perawat dengan perawat

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi kelompok

4. Untuk mengetahui apa saja unsur komunikasi kkelompok.

5. Untuk mengetahui apa kegunaan komunikasi dalam kelompok

6. Untuk mengetahui manfaat komunikasi kelompok dalam keperawatan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Efektif

Komunikasi yang efektif menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menjalin
hubungan, tidak hanya saat bersama pasangan namun juga dengan rekan kerja atau keluarga.
Komunikasi menjadi salah satu cara, ketika berusaha untuk memberikan respons kepada
lawan bicara

Tidak hanya sekedar memberikan respons, melainkan komunikasi juga dibutuhkan dalam
berinteraksi. Sejak kecil kita sudah diajarkan untuk berkomunikasi, namun berkomunikasi
tidak hanya sekedar kedua pihak saling berbicara, namun juga mampu mendengarkan.

Salah satu contoh komunikasi yang efisien adalah, ketika kedua pihak atau lebih mampu
menyimak pernyataan seseorang dan memberikan respons, bisa dalam bentuk pertanyaan
atau memberikan kritik atau saran, akan menunjukkan bahwa mereka setuju atau
bertentangan.

4
2.2. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar


tenagakesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi
tentangklien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat
dapattersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.

Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan


dapatdiklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan
hubunganintrapersonal. Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan
hubungan yang terjadikarena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanankeperawatan.

Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau


strukturmasing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang
dantanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat
pelaksanatentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim
kepadakepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan
kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.

Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim


danterjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal
yangtidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas
danwewenangnya.

2.2.1. Hubungan Perawat dengan Sesama Perawat

Perawat dalam menjalankan tugasnya, harus dapat membina hubungan baik


dengansemua perawat yang berada dilingkungan kerjanya. Dalam membina hubungan
tersebut,sesama perawat harus terdapat rasa saling menghargai dan tenggang rasa yang tinggi
agartidak terjebak dalam sikap saling curiga dan benci. Tunjukkan selalu sikap memupuk
rasa persaudaraan dengan silih asuh, silih asih, silih asah :

1. Silih asuh dimaksudkan bahwa sesama perawat dapat saling membimbing,manasihati,


menghormati, dan mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan ataukekeliruan.

2. Silih asih dimaksudkan bahwa setiap perawat dalam menjalankan tugasnya dapatsaling
menghargai satu sama lain, saling kasih mengasihi sebagai anggota profesi,saling
bertenggang rasa dan bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh olehhasutan yang
dapat membuat sikap saling curiga dan benci.

3. Silih asah dimaksudkan bahwa perawat yang merasa lebih pandai aau tahu dalam halilmu
pengetahuan, dapat membagi ilmu yang dimilikinya kepada rekan sesama perawat tanpa
pamrih.

5
Koordinasi dan komunikasi tidak hanya diperlukan antartenaga professionalkesehatan,
tetapi juga dalam suatu tim profesi, termasuk perawat. Dengan demikian, perawat mampu
melaksanakan peran dan fungsinya secara berkesinambungan. Telahdisadari bersama bahwa
tenaga keperawatan harus bekerja sepanjang waktu untukmember pelayanan
pemenuhankebutuhan dasar klien. Perawat merupakan profesi yangharus setia setiap saat di
sisi klien sehingga kerjasama, koordinasi, dan komunikasi antar perawat yang terlibat dalam
tim perawatan klien harus dilakukan untuk mencegahterputusnya proses keperawatan yang
diselenggarakan.

2.2.2 Gangguan komunikasi antar perawat

Gangguan komunikasi antar perawat dapat mengakibatkan proses keperawatan


terhenti,kinerja asuhan keperawatan juga akan menurun. Agar kerjasama iniberhasil dengan
baik,diperlukan hal-hal berikut

1. Pesesuaian tentang tujuan perawatan yang akan dilakukan dan pemahamantentang


masing masing tugas anggota tim keperawatan
2. Pendelegasian wewenang.
3. Kesediaan untuk menerima umpan balik antar anggota tim keperawatan
4. Terciptanya raaa solidaritas kelompok
5. Terciptanya iklim kerja yang kondusif dalam tim

2.3. Komunikasi terhadap kelomok


Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa
orang dalam suatu Kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan
sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi Secara tatap muka antara tiga
orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi Informasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
Karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi
komunikasi kelompok di Atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap
muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang


berinteraksi satu Sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka Sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok
ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, Kelompok pemecahan masalah, atau
suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu Keputusan. Dalam
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu
Kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

6
2.3.1. Devinisi Kelompok

 Cartwright dan Zender (1968): kelompok itu sekumpulan individu yang


mempunyai hubungan Antara anggota yang satu dengan yang lain yang
membuat mereka saling tergantung dalam Tingkatan tertentu.
 Baron & Byrne (1979): kelompok memiliki dua tanda psikologis, yaitu
pertama, adanya sense of Belonging; kedua, nasib anggota kelompok
tergantung satu sama lain sehingga hasil setiap Anggota terkait dengan
anggota yang lain.
 Forsyth (1983): kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling
mempengaruhi melalui Interaksi sosial.
 Gibson: kumpulan yang terdiri dari dua individu atau lebih yang berinteraksi
dan saling Bergantungan, yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan
tertentu.

2.3.2. Jenis Kelompok

1. Kelompok Primer: dalam kelompok ini terjadi interaksi sosial yang intensif serta
hubungan lebih erat Diantara anggota serta biasa disebut dengan kelompok tatap
muka yang diartikan dengan suatu Kelompok sosial yang anggotanya sering bertatap
muka dan saling mengenal dekat, serta memiliki Hubungan erat. Sifat interaksi ini
lebih bersifat kekeluargaan dan berdasarkan simpati. Pada kelompokl Ini memiliki
sense of belongingnes/rasa memiliki yang tinggi diantara anggota.
2. Kelompok Sekunder: interaksi pada kelompok ini terjadi atas saling hubungan yang
tidak langsung, Formal, berjauhan, dan kurang bersifat kekeluargaan. Hubungan ini
lebih bersifat obyektif dan rasional, Sifat interaksi atas dasar pertimbangan untung –
rugi.
3. Kelompok bentukan, kelompok ini terjadi karena dibentuk oleh kekuatan eksternal,
artinya wadah Kelompok disediakan oleh pihak tertentu, dimana anggota dari
kelompok bentukan ini terdiri dari Berbagai macam kelompok tertentu yang
disatukan. Ciri-ciri yang mudah terlihat adalah kurangnya Rasa seiya sekata dalam
langkah dan ikatan batin antar anggota kurang kuat. Kelompok ini juga Memiliki
struktur organisasi dan pembagian kerja demi kelangsungan kelompok. Kelompok ini
kurang Kuat dan mudah digoyang oleh kekuatan eksternal lain.

7
2.3.3. Unsur-unsur Komunikasi kelompok

Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar


manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur
yaitu: pengirim pesan (komunikator), penerima pesan (komunikan) dan pesan itu
sendiri. Awal tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang
lebih sederhana yang dikenal dengan "SMCR", yaitu: Source (pengirim), Message
(pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima).

1. Komunikator

Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif


menyampaikan pesan
untuk mewujudkan motif komunikasinya. Komunikator dapat dilihat dari jumlahnya
terdiri dari (a)
satu orang; (b) banyak orang dalam pengertian lebih dari satu orang; (c) massa.

2. Komunikan

Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan
komunikator ditujukan. Peran antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis,
saling bergantian.

3. Pesan

Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa suara, mimik,
gerkomunikas bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat verbal (verbal
communication): (1) oral (komunikasi yang dijalin secara lisan); (2) written
(komunikasi yang dijalin secara tulisan). Pesan bersifat non verbal (non verbal
communication): (1) gestural communication (menggunakan sandi-sandi bidang
kerahasiaan)

4. Saluran komunikasi dan media komunikasi

Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Terdapat dua cara: (1) non mediated communication (face
to face), secara langsung; (2) dengan media.

8
5. Efek komunikasi

Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator


dalam diri komunikannya. Terdapat tiga pengaruh dalam diri komunikan : (1) kognitif
(seseorang menjadi tahu sesuatu); (2) afektif (sikap seseorang terbentuk) dan (3)
konatif (tingkah laku, hal yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu).

6. Umpan balik

Umpan balik dapat dimaknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator
yang disampaikan kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan
komunikan terus menerus saling bertukar peran.

2.2.4. Penggunaan Komunikasi dalam kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya


penggunaan atau fungsi Yang akan dilaksanakannya. Penggunaan komunikasi tersebut
mencakup untuk hubungan sosial, Pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan
pembuatan keputusan dan fungsi terapi. Semua ini Dimanfaatkan untuk pembuatan
kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu Sendiri.

1 Untuk hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara
dan Memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu
kelompok secara Rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan
aktivitas yang informal, santai Dan menghibur.
2 Sebagai pendidikan dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun
informal bekerja Untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Melalui fungsi
pendidikan ini, kebutuhan- Kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu
sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat Terpenuhi. Namun demikian, fungsi
pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang Diharapkan atau tidak,
bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang Dikontribusikan,
jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota
Kelompok. Sebagai pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok
membawa Pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru
yang disumbangkan Masing-masing anggota, mustahil fungai edukasi ini akan
tercapai.

9
3 Sebagai persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota
lainnya supaya Melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat
usaha-usaha persuasif dalam Suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima
oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika Usaha-usaha persuasif tersebut terlalu
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam Kelompok, maka justru orang
yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik, Dengan
demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok

4 Penggunaan keompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk


memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah
(problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak
diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision making)
berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahanmasalah
menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.

5 Untuk terapi adalah penggunaan dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan
dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari
kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya.
Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna
mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri,
bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini
adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok
perokok berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi
dikenal dengan nama pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam suasana
yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang
apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi
yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan
mengaturnya.

2.2.5. Manfaat Komunikasi Kelompok dalam Keperawatan

Komunikasi antar kelompok dalam keperawatan sangatlah penting. Komunikasi


kelompok ini
Terjadi pada saat penyerahan tugas dari dinas pagi ke dinas siang, dari dinas siang ke
dinas malam dan Sebagainya untuk kepentingan pelayanan klien. Adapun manfaat
dari komunikasi kelompok dalam Keperawatan, antara lain adalah:
1. Untuk pemberian asuhan keperawatan selanjutnya

2. Memberikan pelayanan kepada klien sebaik mungkin

10
3. Meningkatkan kesehatan dan memberi pelayanan kesehatan kepada kklien

4. Adanya bentuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam pelayanan


keperawatan pada Klien

5. Mempercepat proses penyembuhan klien

6. Menghindari terjadinya kesalahpahaman atau diskomunikasi antara klien


maupun keluarga pada Saat menyampaikan informasi mengenai kesehatan
klien

7. Terjalinnya kerjasama yang baik antara klien dengan perawat sehingga klien
merasa betah saat Menjalani proses perawatan

8. Memberikan informasi atau penyuluhan mengenai penyakit klien dan cara


penanggulangannya Sehingga ketika klien sembuh, klien dapat mengantisipasi
kemungkinan penyakitnya kambuh lagi

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Komunikasi merupakan bagian yang paling penting dalam membangun suatu
kelompok atau komunitas melalui komunikasi kelompok bisa saling berinteraksi dan
saling mengenal.adanya komunikasi antar perawat dengan perawat apau dengan
kelompok sangat lah penting untuk mencapai tujuan bersama. adanya komunikasi
yang baik akan mempermudah penyelesaian masalh dalam keperawatan
Perawat dalam menjalankan tugasnya, harus dapat membina hubungan baik
dengan semua perawat yang berada dilingkungan kerjanya. Dalam membina
hubungan tersebut, sesama perawat harus terdapat rasa saling menghargai dan
tenggang rasa yang tinggi agar tidak terjebak dalam sikap saling curiga dan benci.
Tunjukkan selalu sikap memupuk rasa persaudaraan dengan silih asuh, silih asih,
silih asah. Koordinasi dan komunikasi tidak hanya diperlukan antartenaga
professional kesehatan, tetapi juga dalam suatu tim profesi, termasuk perawat.
Dengan demikian, perawat mampu melaksanakan peran dan fungsinya secara
berkesinambungan
Untuk terjalinnya kerjasama yang baik antara perawat dan klien, tentunya harus
ada komunikasi Yang baik, sehingga pemberian asuhan keperawatan kepada klien
dapat lebih di mengerti ( tidak Terjadinya diskomunikasi ). Akibatnya timbul
ketidakpercayaan klien terhadap segala tindakan asuhan Keperawatan yang akan
dilakukan oleh perawat. Hal ini akan merugikan baik dari pihak perawat Maupun
klien. Klien yang merasa ragu terhadap semua tindakan perawat yang seharusnya
memberikan Asuhan keperawatan kepadanya akan memperlambat proses
penyembuhan dirinya dan bahkan mungkin Memperparah keadaan penyakitnya
karena mengalami keterlamabatan dalam proses pengobatan yang Dapat beresiko
fatal bahkan mungkin dapat menyebabkan kematian.

3.2 Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai