Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat
dankaruniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah Komunikasi Keperawatan tepat
padawaktunya.
Ucapan terima kasih yang ditujukan kepada Dosen Penanggung Jawab Mata
Kuliah ,dosen pembimbing, beserta rekan-rekan. Untuk memenuhi Tugas komunikasi
Keperawatanyang di buat sebagai salah satu bentuk melatih kemandirian di bidang
Pendidikan danKesehatan
Kelompok 13
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Kesimpulan
Saran.
Daftar Pustaka
2
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi yang efektif menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam menjalin
hubungan, tidak hanya saat bersama pasangan namun juga dengan rekan kerja atau keluarga.
Komunikasi menjadi salah satu cara, ketika berusaha untuk memberikan respons kepada
lawan bicara
Tidak hanya sekedar memberikan respons, melainkan komunikasi juga dibutuhkan dalam
berinteraksi. Sejak kecil kita sudah diajarkan untuk berkomunikasi, namun berkomunikasi
tidak hanya sekedar kedua pihak saling berbicara, namun juga mampu mendengarkan.
Salah satu contoh komunikasi yang efisien adalah, ketika kedua pihak atau lebih mampu
menyimak pernyataan seseorang dan memberikan respons, bisa dalam bentuk pertanyaan
atau memberikan kritik atau saran, akan menunjukkan bahwa mereka setuju atau
bertentangan.
4
2.2. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat
2. Silih asih dimaksudkan bahwa setiap perawat dalam menjalankan tugasnya dapatsaling
menghargai satu sama lain, saling kasih mengasihi sebagai anggota profesi,saling
bertenggang rasa dan bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh olehhasutan yang
dapat membuat sikap saling curiga dan benci.
3. Silih asah dimaksudkan bahwa perawat yang merasa lebih pandai aau tahu dalam halilmu
pengetahuan, dapat membagi ilmu yang dimilikinya kepada rekan sesama perawat tanpa
pamrih.
5
Koordinasi dan komunikasi tidak hanya diperlukan antartenaga professionalkesehatan,
tetapi juga dalam suatu tim profesi, termasuk perawat. Dengan demikian, perawat mampu
melaksanakan peran dan fungsinya secara berkesinambungan. Telahdisadari bersama bahwa
tenaga keperawatan harus bekerja sepanjang waktu untukmember pelayanan
pemenuhankebutuhan dasar klien. Perawat merupakan profesi yangharus setia setiap saat di
sisi klien sehingga kerjasama, koordinasi, dan komunikasi antar perawat yang terlibat dalam
tim perawatan klien harus dilakukan untuk mencegahterputusnya proses keperawatan yang
diselenggarakan.
6
2.3.1. Devinisi Kelompok
1. Kelompok Primer: dalam kelompok ini terjadi interaksi sosial yang intensif serta
hubungan lebih erat Diantara anggota serta biasa disebut dengan kelompok tatap
muka yang diartikan dengan suatu Kelompok sosial yang anggotanya sering bertatap
muka dan saling mengenal dekat, serta memiliki Hubungan erat. Sifat interaksi ini
lebih bersifat kekeluargaan dan berdasarkan simpati. Pada kelompokl Ini memiliki
sense of belongingnes/rasa memiliki yang tinggi diantara anggota.
2. Kelompok Sekunder: interaksi pada kelompok ini terjadi atas saling hubungan yang
tidak langsung, Formal, berjauhan, dan kurang bersifat kekeluargaan. Hubungan ini
lebih bersifat obyektif dan rasional, Sifat interaksi atas dasar pertimbangan untung –
rugi.
3. Kelompok bentukan, kelompok ini terjadi karena dibentuk oleh kekuatan eksternal,
artinya wadah Kelompok disediakan oleh pihak tertentu, dimana anggota dari
kelompok bentukan ini terdiri dari Berbagai macam kelompok tertentu yang
disatukan. Ciri-ciri yang mudah terlihat adalah kurangnya Rasa seiya sekata dalam
langkah dan ikatan batin antar anggota kurang kuat. Kelompok ini juga Memiliki
struktur organisasi dan pembagian kerja demi kelangsungan kelompok. Kelompok ini
kurang Kuat dan mudah digoyang oleh kekuatan eksternal lain.
7
2.3.3. Unsur-unsur Komunikasi kelompok
1. Komunikator
2. Komunikan
Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan
komunikator ditujukan. Peran antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis,
saling bergantian.
3. Pesan
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa suara, mimik,
gerkomunikas bahasa lisan, dan bahasa tulisan. Pesan bersifat verbal (verbal
communication): (1) oral (komunikasi yang dijalin secara lisan); (2) written
(komunikasi yang dijalin secara tulisan). Pesan bersifat non verbal (non verbal
communication): (1) gestural communication (menggunakan sandi-sandi bidang
kerahasiaan)
Saluran komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Terdapat dua cara: (1) non mediated communication (face
to face), secara langsung; (2) dengan media.
8
5. Efek komunikasi
6. Umpan balik
Umpan balik dapat dimaknai sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator
yang disampaikan kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan
komunikan terus menerus saling bertukar peran.
1 Untuk hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara
dan Memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya seperti bagaimana suatu
kelompok secara Rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan
aktivitas yang informal, santai Dan menghibur.
2 Sebagai pendidikan dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun
informal bekerja Untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Melalui fungsi
pendidikan ini, kebutuhan- Kebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu
sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat Terpenuhi. Namun demikian, fungsi
pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang Diharapkan atau tidak,
bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang Dikontribusikan,
jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota
Kelompok. Sebagai pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok
membawa Pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru
yang disumbangkan Masing-masing anggota, mustahil fungai edukasi ini akan
tercapai.
9
3 Sebagai persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota
lainnya supaya Melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat
usaha-usaha persuasif dalam Suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima
oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika Usaha-usaha persuasif tersebut terlalu
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam Kelompok, maka justru orang
yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik, Dengan
demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok
5 Untuk terapi adalah penggunaan dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan
dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari
kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya.
Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna
mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya sendiri,
bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini
adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok
perokok berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi
dikenal dengan nama pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam suasana
yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang
apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi
yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan
mengaturnya.
10
3. Meningkatkan kesehatan dan memberi pelayanan kesehatan kepada kklien
7. Terjalinnya kerjasama yang baik antara klien dengan perawat sehingga klien
merasa betah saat Menjalani proses perawatan
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Komunikasi merupakan bagian yang paling penting dalam membangun suatu
kelompok atau komunitas melalui komunikasi kelompok bisa saling berinteraksi dan
saling mengenal.adanya komunikasi antar perawat dengan perawat apau dengan
kelompok sangat lah penting untuk mencapai tujuan bersama. adanya komunikasi
yang baik akan mempermudah penyelesaian masalh dalam keperawatan
Perawat dalam menjalankan tugasnya, harus dapat membina hubungan baik
dengan semua perawat yang berada dilingkungan kerjanya. Dalam membina
hubungan tersebut, sesama perawat harus terdapat rasa saling menghargai dan
tenggang rasa yang tinggi agar tidak terjebak dalam sikap saling curiga dan benci.
Tunjukkan selalu sikap memupuk rasa persaudaraan dengan silih asuh, silih asih,
silih asah. Koordinasi dan komunikasi tidak hanya diperlukan antartenaga
professional kesehatan, tetapi juga dalam suatu tim profesi, termasuk perawat.
Dengan demikian, perawat mampu melaksanakan peran dan fungsinya secara
berkesinambungan
Untuk terjalinnya kerjasama yang baik antara perawat dan klien, tentunya harus
ada komunikasi Yang baik, sehingga pemberian asuhan keperawatan kepada klien
dapat lebih di mengerti ( tidak Terjadinya diskomunikasi ). Akibatnya timbul
ketidakpercayaan klien terhadap segala tindakan asuhan Keperawatan yang akan
dilakukan oleh perawat. Hal ini akan merugikan baik dari pihak perawat Maupun
klien. Klien yang merasa ragu terhadap semua tindakan perawat yang seharusnya
memberikan Asuhan keperawatan kepadanya akan memperlambat proses
penyembuhan dirinya dan bahkan mungkin Memperparah keadaan penyakitnya
karena mengalami keterlamabatan dalam proses pengobatan yang Dapat beresiko
fatal bahkan mungkin dapat menyebabkan kematian.
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA