TERAPEUTIK
DISUSUN
OLEH: KELOMPOK 2
(KELAS 3C)
Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan masukan dan
dukungan. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Komunikasi Terapeutik
Keperawatan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang “tahap-tahap
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.
2. Dosen pembimbing, Ns. Diana Arianti, M.Kep selaku dosen mata kulih Komunikasi
3. Dan teman-teman anggota kelompok 2 yang telah ikut dalam proses pembuatan
Bagi kami sebagai penulis dan penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bertujuan untuk
membangun kesempurnaan dalam pembuatan makalah ini di masa yang akan datang .
Padang,13-10-23
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL I
KATA PENGANTAR II
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Simpulan 9
3.2 Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
berkomunikasi tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan pasien, juga
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Afnuhazi
Proses komunikasi terapeutik terdiri dari tahap persiapan atau pra interaksi, tahap
perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi (Suryani, 2015). Salah satu tujuan
teraupeutik harus memiliki kemampuan antara lain pengetahuan yang cukup, keterampilan
yang memadai, serta teknik dan sikap komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang
baik dari perawat merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses
dan evaluasi.
mempengaruhi kepuasan pasien, hal ini disebabkan karena seringnya interaksi antara perawat
dan pasien. Salah satu hal yang diterapkan perawat dalam menjaga kerjasama baik dengan
pasien dalam membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, maupun dengan tenaga
kesehatan lain dalam rangka membantu mengatasi masalah pasien adalah dengan
1
berkomunikasi. Dengan berkomunikasi perawat dapat mendengar perasaan pasien dan
Sasaran komunikasi terapeutik yaitu menolong pasien untuk menjelaskan beban perasaan
dan daya pikir serta bisa membuat keputusan untuk merubah kondisi yang ada bila pasien
yakin dalam hal yang diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil
keputusan akurat dan menguatkan pertahanan ego serta serta mempengaruhi orang lain,
1.3 TUJUAN
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan
Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah
yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang
mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua
terapeutik termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama anatara perawat dan klien
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
sertadapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal
peningkatanderajat kesehatan.
4. Mempererat hubungan dan interaksi antara klien dan terapis (tenaga kesehatan)
3
2.3 TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN
Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi dengan
klien (Christina, dkk, 2002). Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga mencari informasi tentang klien.
Tahap ini harus dilakukan oleh seorang perawat untuk memahami dirinya, mengatasi
kecemasannya, dan meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien
(Suryani, 2015).
klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri (Stuart, G.W dalam Suryani, 2015.
) Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi yang akan dilakukan.
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan
agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraks
memulai pembicaraan dansensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin
c. Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan
mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien. Paling tidak
perawat bisa mengetahui identitas klien yang bisa digunakan pada saat memulai
4
d. Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu merencanakan
pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana,
dan strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani,
2015).
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak
dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer dalam Suryani, 2015). Dengan
memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan
akan mendorong klien untukmembuka dirinya (Suryani, 2015). Tujuan tahap ini adalah untuk
memvalidasi keakuratan datadan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini,
serta mengevaluasi hasil tindakanyang lalu (Stuart, G.W dalam Suryani, 2015).
(Stuart, G.W dalamSuryani, 2015), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak
mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina
tidak bersifat statis, bisa berubah tergantung pada situasi dan kondisi (Rahmat, J
dalam Suryani 2015). Karena itu, untuk mempertahankan atau membina hubungan
saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa
b. Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Kontrak ini sangat penting
Pada saat merumuskan kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi
peran-peran perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien terhadap
5
kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk menghindari adanya harapan yang
terlalu tinggi dari klien terhadap perawat karena klien menganggap perawat seperti
dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2015).
Perawat perlu menekankan bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan
keinginan untuk berubah ada pada diri klien sendiri (Suryani, 2015).
c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini
klien.
bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini
Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya,
tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan
keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan
dengan hal yang telah dilakukan bersama klien (Cristina, dkk, 2002).
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart, G.Wdalam Suryani, 2015). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama
untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan
perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga dituntut
untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan
6
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada tahap
kerjaini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active listening, perawat
membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi
masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih.
menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting
dalam percakapan, dan membantu perawat klien memiliki pikiran dan ide yang sama
(Murray, B & Judth dalam Suryani, 2015). Tujuan tehnik menyimpulkan adalah membantu
klien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting (Fontaine & Fletcner dalam
Suryani, 2015)
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien (Christina, dkk, 2002).
Tahapini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W dalam
Suryani, 2015).
sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah
ditentukan.
keseluruhan.
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini
juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan
menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau
menyimpulkan.
7
b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan pera
saan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat perlu mengetahui bagaimana
perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Apakah klien merasa bahwa
interaksi itu dapat menurunkan kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa interaksi
itu ada gunanya? Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi
klien.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini juga
disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak lanjut yang diberikan harus
relevan dengan interaksi yang akan dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir
interaksi klien sudah memahami tentang beberapa alternative mengatasi marah. Maka
untuk tindak lanjut perawat mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar
terdapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan berikutnya. Kontrak
Stuart G.W. (1998) dalam Suryani (2015), menyatakan bahwa proses terminasi perawat-
klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak
dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada
klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka,
empati dan responsif terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
1. Dijelaskan tahap pra interaksi dengan mencari informasi pasien dengan membuka
2. Tahap perkenalan tahap saat pertama kali bertemu atau kontak dengan pasien dengan
menyapa pasien dan memperkenalkan diri serta bina hubungan saling percaya.
3. Tahap kerja dengan perawat mampu membantu dan mendukung pasien dalam
komunikasi yang telah disampaikan pasien melalui komunikasi verbal dan non verbal.
4. Terminasi akhir terbagi menjadi dua sementara dan akhir , terminasi sementara yaitu
pertemuan perawat dan pasien tetapi masih ada kontrak waktu yang akan datang,
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
dan berbagai pihak terkait mengenai pembahasan makalah diatas demi penyempurnaan
makalah ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
Publishing, Jakarta
Wijaya, Leni. (2021). Buku Ajar Komunikasi Terapeutik Dalam Proses Keperawatan. Banten
:YPSIM
Aziz Alimul Hidayat, A.2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika.
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogjakarta : Graha Ilmu.
10