Anda di halaman 1dari 13

TAHAP-TAHAP DALAM KOMUNIKASI

TERAPEUTIK

DISUSUN

OLEH: KELOMPOK 2
(KELAS 3C)

REZA MAY FITRI 2214201158


ASIFA GIRNES 2214201129
SHINTYA SARI 2214201166
RITISCIA HANDINI 2214201160
SOFFI CELSI UTARI 2214201169
SHINTYA NABILA PUTRI 2214201165

DOSEN PENGAMPU :Ns. Diana Arianti, M.Kep

MATA KULIAH :Komunikasi Terapeutik Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 3C


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG TAHUN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah

ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih

terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan masukan dan

dukungan. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Komunikasi Terapeutik

Keperawatan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang “tahap-tahap

komunikasi terapeutik” bagi pembaca.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil.

2. Dosen pembimbing, Ns. Diana Arianti, M.Kep selaku dosen mata kulih Komunikasi

Terapeutik Keperawatan di kelas 3C yang telah memberikan arahan, bimbingan

serta masukan dalam proses pembuatan makalah ini.

3. Dan teman-teman anggota kelompok 2 yang telah ikut dalam proses pembuatan

makalah dari awal hingga selesai.

Bagi kami sebagai penulis dan penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.

Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bertujuan untuk

membangun kesempurnaan dalam pembuatan makalah ini di masa yang akan datang .

Padang,13-10-23

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I

KATA PENGANTAR II

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik 3


2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik 3
2.3 Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik 4

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan 9

3.2 Saran 9

DAFTAR PUSTAKA 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan,

kegiatannya difokuskan pada kesembuhan pasien, perawat yang memiliki keterampilan

berkomunikasi tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan pasien, juga

mencegah terjadinya masalah ilegal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan

keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Afnuhazi

dalam Soleman, 2021).

Proses komunikasi terapeutik terdiri dari tahap persiapan atau pra interaksi, tahap

perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi (Suryani, 2015). Salah satu tujuan

komunikasi teraupeutik adalah membentuk suatu keintiman, saling ketergantung dengan

kapasitas memberi dan menerima. Seorang perawat dalam melaksanakan komunikasi

teraupeutik harus memiliki kemampuan antara lain pengetahuan yang cukup, keterampilan

yang memadai, serta teknik dan sikap komunikasi yang baik. Kemampuan komunikasi yang

baik dari perawat merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses

keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi.

Komunikasi yang dilaksanakan perawat dalam menyampaikan informasi sangat

berpengaruh terhadap kesembuhan pasien. Perawat merupakan kunci yang dapat

mempengaruhi kepuasan pasien, hal ini disebabkan karena seringnya interaksi antara perawat

dan pasien. Salah satu hal yang diterapkan perawat dalam menjaga kerjasama baik dengan

pasien dalam membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien, maupun dengan tenaga

kesehatan lain dalam rangka membantu mengatasi masalah pasien adalah dengan

1
berkomunikasi. Dengan berkomunikasi perawat dapat mendengar perasaan pasien dan

menjelaskan prosedur tindakan keperawatan (Mundakir, 2016).

Sasaran komunikasi terapeutik yaitu menolong pasien untuk menjelaskan beban perasaan

dan daya pikir serta bisa membuat keputusan untuk merubah kondisi yang ada bila pasien

yakin dalam hal yang diperlukan, mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil

keputusan akurat dan menguatkan pertahanan ego serta serta mempengaruhi orang lain,

lingkungan dan dirinya sendiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Definisi Komunikasi Terapeutik?

2. Tujuan Komunikasi Terapeutik?

3. Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui definisi Komunikasi Terapeutik.

2. Mengetahui tujuan dari Komunikasi Terapeutik.

3. Mengetahui Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan

antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan

rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah

yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang

mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua

komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Komunikasi

terapeutik termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan

pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama anatara perawat dan klien

yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien.

2.2 TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Tujuan Komunikasi Terapeutik :

1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran

sertadapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya

padahal-hal yang diperlukan.

2. Mengurangi keraguan,membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif

danmempertahankan kekuatan egonya

3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal

peningkatanderajat kesehatan.

4. Mempererat hubungan dan interaksi antara klien dan terapis (tenaga kesehatan)

secara professional proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien.

3
2.3 TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN

1). Tahap Persiapan (Prainteraksi)

Tahap Persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum berinteraksi dengan

klien (Christina, dkk, 2002). Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga mencari informasi tentang klien.

Kemudian perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien.

Tahap ini harus dilakukan oleh seorang perawat untuk memahami dirinya, mengatasi

kecemasannya, dan meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien

(Suryani, 2015).

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

a. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi dengan

klien, perawat perlu mengkaji perasaannya sendiri (Stuart, G.W dalam Suryani, 2015.

) Perasaan apa yang muncul sehubungan dengan interaksi yang akan dilakukan.

Apakah ada perasaan cemas?Apa yang dicemaskan? (Suryani, 2015).

b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan sendiri. Kegiatan ini sangat penting dilakukan

agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada saat berinteraks

i dengan klien. Misalnya seorang perawat mungkin mempunyai kekuatan mampu

memulai pembicaraan dansensitif terhadap perasaan orang lain, keadaan ini mungkin

bisa dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam membuka pembicaraan

dengan klien dan membina hubungan saling percaya (Suryani, 2015).

c. Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena dengan

mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien. Paling tidak

perawat bisa mengetahui identitas klien yang bisa digunakan pada saat memulai

interaksi (Suryani, 2015).

4
d. Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu merencanakan

pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana,

dan strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan pertama tersebut (Suryani,

2015).

2). Tahap Perkenalan

Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak

dengan klien (Christina, dkk, 2002). Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan

dirinya terlebih dahulu kepada klien (Brammer dalam Suryani, 2015). Dengan

memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan

akan mendorong klien untukmembuka dirinya (Suryani, 2015). Tujuan tahap ini adalah untuk

memvalidasi keakuratan datadan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini,

serta mengevaluasi hasil tindakanyang lalu (Stuart, G.W dalam Suryani, 2015).

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka.

Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan terapeutik

(Stuart, G.W dalamSuryani, 2015), karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak

mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina

tidak bersifat statis, bisa berubah tergantung pada situasi dan kondisi (Rahmat, J

dalam Suryani 2015). Karena itu, untuk mempertahankan atau membina hubungan

saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa

adanya, menepati janji, dan menghargai klien (Suryani, 2015).

b. Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2002). Kontrak ini sangat penting

untuk menjamin kelangsungan sebuah interaksi (Barammer dalam Suryani, 2015).

Pada saat merumuskan kontrak perawat juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi

peran-peran perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah pahaman klien terhadap

5
kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk menghindari adanya harapan yang

terlalu tinggi dari klien terhadap perawat karena klien menganggap perawat seperti

dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu (Gerald, D dalam Suryani, 2015).

Perawat perlu menekankan bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan

keinginan untuk berubah ada pada diri klien sendiri (Suryani, 2015).

c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini

perawat mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan memberikan

pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat mendorong klien untuk

mengekspresikan pikiran dan perasaan nya sehingga dapat mengidentifikasi masalah

klien.

d. merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi

bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini

dirumuskan setelah klien di identifikasi.

Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya,

tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan

keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Umumnya dikaitkan

dengan hal yang telah dilakukan bersama klien (Cristina, dkk, 2002).

3). Tahap Kerja

Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik

(Stuart, G.Wdalam Suryani, 2015). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama

untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan

perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat juga dituntut

untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan

dalam respons verbal maupun nonverbal klien.

6
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat pada tahap

kerjaini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active listening, perawat

membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi, bagaimana cara mengatasi

masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang telah dipilih.

Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien. Tehnik

menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting

dalam percakapan, dan membantu perawat klien memiliki pikiran dan ide yang sama

(Murray, B & Judth dalam Suryani, 2015). Tujuan tehnik menyimpulkan adalah membantu

klien menggali hal-hal dan tema emosional yang penting (Fontaine & Fletcner dalam

Suryani, 2015)

4). Tahap Terminasi

Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien (Christina, dkk, 2002).

Tahapini dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart, G.W dalam

Suryani, 2015).

T e r m i n a s i s e m e n t a r a adalah akhir dari tiap pertemuan perawat-klien, setelah terminasi

sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah

ditentukan.

T e r m i n a s i a k h i r terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara

keseluruhan.

Tugas perawat pada tahap ini antara lain:

a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini

juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, perawat tidak boleh terkesan

menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya terkesan sekedar mengulang atau

menyimpulkan.

7
b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan menanyakan pera

saan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat perlu mengetahui bagaimana

perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Apakah klien merasa bahwa

interaksi itu dapat menurunkan kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa interaksi

itu ada gunanya? Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi

klien.

c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindakan ini juga

disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak lanjut yang diberikan harus

relevan dengan interaksi yang akan dilakukan berikutnya. Misalnya pada akhir

interaksi klien sudah memahami tentang beberapa alternative mengatasi marah. Maka

untuk tindak lanjut perawat mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu

dari alternative tersebut.

d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat agar

terdapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan berikutnya. Kontrak

yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan interaksi.

Stuart G.W. (1998) dalam Suryani (2015), menyatakan bahwa proses terminasi perawat-

klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika hal tersebut tidak

dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan kecemasan dapat terjadi lagi pada

klien. Timbulnya respon tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka,

empati dan responsif terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

1. Dijelaskan tahap pra interaksi dengan mencari informasi pasien dengan membuka

data-data pasien untuk membuat rencana berinteraksi.

2. Tahap perkenalan tahap saat pertama kali bertemu atau kontak dengan pasien dengan

menyapa pasien dan memperkenalkan diri serta bina hubungan saling percaya.

3. Tahap kerja dengan perawat mampu membantu dan mendukung pasien dalam

menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa pesan

komunikasi yang telah disampaikan pasien melalui komunikasi verbal dan non verbal.

4. Terminasi akhir terbagi menjadi dua sementara dan akhir , terminasi sementara yaitu

pertemuan perawat dan pasien tetapi masih ada kontrak waktu yang akan datang,

terminasi akhir telah menyelesaikan proses keperawatan kemudian evaluasi Tanya

perasaan pasien setelah berinteraksi dengan perawat.

3.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kata kesempurnaan. Penulis akan

memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat

dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca

dan berbagai pihak terkait mengenai pembahasan makalah diatas demi penyempurnaan

makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, Ridhyalla. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Gosyen

Publishing, Jakarta

Wijaya, Leni. (2021). Buku Ajar Komunikasi Terapeutik Dalam Proses Keperawatan. Banten

:YPSIM

Suryani. (2015). Komunikasi Terapeutik Perawat Teori&Praktik. Jakarta : ECG

Aziz Alimul Hidayat, A.2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba

Medika.

Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogjakarta : Graha Ilmu.

10

Anda mungkin juga menyukai