Anda di halaman 1dari 34

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“ANEMIA”

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Kelas : Keperawatan C

Nama Mahasiswa NPM Nama Mahasiswa NPM


Sarah F Ohoilulin 12114201210177 Petrus H Mahudin 12114201210153

Naomi A Tanmelay 12114201210140 Olry E Rehy 12114201210147

Santi G A Kaihatu 12114201210176 Mersya Liptiay 12114201210133

Nelpi C Halawane 12114201210144 Rani S Benyamin 12114201210161

Paulina Wattimury 12114201210151 Selestina Laimera 12114201210180

Putri G C Pattipawae 12114201210157 Renalda A A Aihery 12114201210163

Monica P E Lodarmasse 12114201210137 Naomi Leinussa 12114201210141

Selina D Kay 12114201210181

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

GANJIL 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
pembuatan makalah ini dengan tema “Anemia” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada dosen
mata kuliah ini yang telah memberikan tugas makalah bagi kami mahasiswa keperawatan.
Makalah ini jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan
pihak lain yang berkepentngan pada umumnya.

Ambon, 14 November 2022

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
Bab II Pembahasan..........................................................................................................................5
2.1 Teoritis Medis Anemia......................................................................................................5
2.1.1 Defenisi Anemia....................................................................................................5
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi...........................................................................................5
2.1.3 Etiologi ..................................................................................................................8
2.1.4 Klasifikasi Anemia................................................................................................8
2.1.5 Patofisiologi ..........................................................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis ...............................................................................................11
2.1.7 Penatalaksanaan Medis........................................................................................11
2.1.8 Komplikasi...........................................................................................................13

2.2 Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan..........................................................................14


2.2.1 Pengkajian Keperawatan......................................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................20
2.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................20

2.3 Pendidikan Kesehatan tentang Anemia...........................................................................25

2.4 Telaah Jurnal terkait Anemia...........................................................................................28


2.4.1 Jurnal 1.................................................................................................................28
2.4.2 Jurnal 2.................................................................................................................29
2.4.3 Jurnal 3.................................................................................................................30
2.4.4 Jurnal 4.................................................................................................................31
2.4.5 Jurnal 5.................................................................................................................31
Bab III Penutup..............................................................................................................................33
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................33
3.2 Saran.................................................................................................................................23
Daftar Pustaka...............................................................................................................................34

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anemia termasuk dalam daftar penyakit global, yang mempengaruhi total 1,159 miliar
orang di seluruh dunia (sekitar 25% dari populasi dunia). Sekitar 50% dari semua pasien
anemia menderita kekurangan zat besi (Mairita et al, 2018). Menurut WHO, Anemia adalah
10 masalah kesehatan terbesar saat ini, Kelompok yang berisiko tinggi mengalami anemia
adalah wanita usia subur, wanita hamil, Anak usia sekolah dan remaja (WHO, 2016).
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi sel darah
merah atau konsentrasi hemoglobin dalam aliran darah menurun. Anemia terjadi ketika
jumlah sel darah merah berkurang. Tentu saja, ketika hemoglobin atau darah merah
berkurang lebih awal, kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh
tubuh berkurang. Akibatnya tubuh kita tidak mendapatkan cukup oksigen yang artinya tubuh
cepat merasa lemas dan lelah.
Di negara-negara yang prevalensi anemianya lebih dari 20%, penyebab anemianya
adalah anemia defisiensi besi atau kombinasi defisiensi besi. Anemia defisiensi besi, yang
memengaruhi pembentukan sel darah merah dan fungsi tubuh lainnya, disebut anemia
defisiensi besi. Di Indonesia prevalensi anemia adalah 26,4% pada kelompok umur 5-14
tahun dan 18,4% pada kelompok umur 15-24 tahun.
Sumber utama zat besi adalah makanan hewani (besi heme), seperti:
Hati, daging (sapi dan kambing), unggas (ayam, bebek, unggas) dan ikan. 20-30% zat besi
dari sumber hewani (besi heme) dapat diserap oleh tubuh. Makanan vegetarian (tanaman)
juga mengandung zat besi (zat besi non-heme), tetapi jumlah zat besi yang diserap dari usus
jauh lebih rendah daripada zat besi dari makanan hewani.
Zat besi bebas heme (makanan nabati) yang dapat diserap tubuh adalah 1-10%. Contoh
sumber zat besi nabati antara lain sayuran hijau tua (bayam, singkong, kangkung) dan
polong-polongan (tempe, tahu, kacang merah). Di Indonesia, masyarakat banyak
mengkonsumsi zat besi dari sayuran.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain :
1. Menguraikan Teoritis Medis terkait Anemia
2. Meninjau Asuhan Keperawatan pada Anemia
3. Menguraikan Pendidikan Kesehatan tentang Anemia
4. Menelaah Jurnal terkait Anemia

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teoritis Medis terkait Anemia

2.1.1 Defenisi Anemia


Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi sel darah
merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Anemia terjadi
apabila jumlah sel darah merah berkurang. Dengan berkurangnya hemoglobin atau darah
merah tadi, tentu kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh
berkurang. Akibatnya, tubuh kita kurang mendapatkan pasokan oksigen, yang menyebabkan
tubuh lemas dan cepat lelah. Anemia terjadi karena sejak bayi anemia, infeksi cacing
tambang, kurangnya asupan zat besi karena makanan yang kurang mengandung protein
hewani, serta proses menstruasi pada remaja putri. Selain pemberian tablet zat besi, orang
yang anemia dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi, seperti daging.
Pada anemia yang lebih berat, tindakan yang diambil bias berupa transfusi darah atau
pemberian obat yang dapat merangsang produksi sel darah merah.

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi


A. Anatomi Darah

5
Bagian-bagian darah menurut Syarifuddin (1997) :
a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen)

c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium,

kalsium dan zat besi)

d. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam

amino)

Darah terdiri dari 2 bagian yaitu :


a. Sel-sel darah ada 3 macam, yaitu :

1) Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 8 mikron, tebalnya 2

mikron dan ditengah tebalnya 1 mikron. Eritrosit mengandung hemoglobin, yang

memberinya warna merah.

6
2) Leukosit (sel darah putih) Leukosit dibagi menjadi 2,

yaitu :

- Granulosit adalah leukosit yang didalam sitoplasmanya memiliki butir-butir

kasar (granula). Jenisnya adalah eosinofil, basofil, dan netrofil.

- Agranulosit adalah leukosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula, jenisnya

adalah limfosit (sel T dan sel B) dan monosit.

- Trombosit/platelet (sel pembeku darah)

b. Plasma Darah Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen.

Cairan yang tidak mengandung unsur fibrinogen disebut serum darah.

B. Fisiologi Darah

Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut

oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh

dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan

penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.

Hormon- hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai

merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,

protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang

merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem peredaran

darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh

jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme

berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah aorta. Darah

7
mengedarkan oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis, lalu dibawa lagi ke jantung

melalui vena pulmonalis. Darah juga mengangkut Bahan-bahan sisa metabolisme obat-

obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk dibuang sebagai urine.

2.1. 3 Etiologi Anemia


Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut
secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut
brunner dan suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain :
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang
berlebihan.
c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi.
d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit
kronis dan kekurangan zat besi.
e. Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena:
 Perubahan sintesa hb yang dapat menimbulkan anemia
 Perubahan sintesa dna akibat kekurangan nutrient
 Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
 Inflitrasi sum-sum tulang
f. Kehilangan darah
 Akut karena perdarahan
 Kronis karena perdarahan
 Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)
g. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena
 Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim g6pd
 Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
h. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada ini merupakan penyebab tersering dari
anemia dimana terjadi kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara
lain besi, vitamin b12 dan asam folat.

2.1.4 Klasifikasi Anemia


Klasifikasi penyakit ada 3 macam klasifikasi yaitu anemia ringan , sedang dan berat
yang diukur dengan derajat WHO yaitu :
a. Anemia ringan sekali : Hb 10.00 gr% - 13.00 gr%

b. Anemia ringan : Hb 8.00 gr% - 9.90 gr%

8
c. Anemia sedang : Hb 6.000 gr% - 7.90 gr%

d. Anemia berat : Hb < 6.00 gr%(Ainun, 2019).

Sedangkan berdasarkan morfologi dan etiologinya, anemia dapat diklasifikasikan


seperti pada tabel berikut :
Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi dan Etiologi (Sumber : Bakta, 2015.)

Klasifikasi Morfologi Klasifikasi Etiologi


Anemia Hipokromik Mikrositer A. Anemia Defisiensi Besi
B. Thalassemia Major
C.Anemia Akibat Penyakit Kronik
D. Anemia Sideroblastik
Anemia Normokromik Normositer A.Anemia Pasca Perdarahan Akut
B. Anemia Aplastik
C. Anemia Hemolitik Didapat
D. Anemia Akibat Penyakit Kronik
E. Anemia Pada Gagal Ginjal
F. Anemia Pada Sindrom Mielodisplastik
G. Anemia Pada Keganasan Hematologic
Anemia Makrositer A. Bentuk Megaloblastik
1. Anemia Defisiensi Asam Folat
2. Anemia Defisiensi B12, Termasuk Anemia
Pernisiosa
B. Bentuk Non-Megaloblastik
1. Anemia Pada Penyakit Hati Kronik
2. Anemia Pada Hipotiroidisme
3.Anemia Pada Sindrom Mielodisplastik

2.1.5 Patofisiologi dan WOC Anemia


Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam
sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil dari
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik)
maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi
plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas)

9
untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalamurin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran seldarah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya
dapat diperoleh dengan dasar: 1) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2) derajat proliferasi
sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

WOC

Defisiensi Nutrien Hemolisis (Eritrosit Penekanan sumsum tulang Pendarahan


mudah Pecah) belakang

Rusaknya Mekanisme Produksi Sel darah

Penurunan Produksi Sel-Sel Darah Merah

ANEMIA Anoreksia Nausea

Berkurangnya Hb dalam darah Intake Nutrisi Inadekuat

Viskositas darah menurun


Defisit Nutrisi

Resistensi aliran darah perifer

Pola Napas Tidak Penurunan transpor O2 ke jaringan Keletihan


Efektif

10
Hipoksia, pucat, lemah

Intoleransi
Aktivitas

2.1.6 Manifestasi Klinis


Menurut (handayani & haribowo, 2008) tanda dan gejala anemia yaitu:
1. Gejala umum pada anemia gejala umum anemia disebut sindrom anemia. Gejala umum
anemia merupakan gejala yang timbul pada semua anemia pada kadar hemoglobin yang
sudah menurun di bawah nilai normal. Gejala-gejala tersebut diklasifikasikan menurut
organ yang terkena:
a. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas, saat
beraktivitas, gagal jantung
b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang, kelemahan
otot, iritabilitasi, lesu, serta perasaan dingin pada akstermitas
c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
d. Epitel: warna kulit pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut
tipis dan halus
2. Gejala khas masing-masing anemia. Gejala khas menjadi ciri dari masing-masing jenis
anemia adalah:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah
c. Anemia hemolitik: icterus dan hepatosplenomegaly
d. Anemia aplastic: pendarahan kulit atau mukosa dan tanda infeksi.

2.1.6 Penatalaksanaan Medis

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pemberian terapi pada penderita
anemia antara lain (Bakta , 2017)

a. Pengobatan diberikan berdasarkan hasil diagnose yang telah ditegakkan

11
b. Pemberian hematinik (obat yang membantu proses pembentukan sel darah merah)
tidak dianjurkan untuk pemberian tanpa indikasi yang jelas
c. Pengobatan anemia dapat berupa ;
 Terapi untuk keadaan darurat misalnya pendarahan akut akibat anemia aplastic
yang mengancam jiwa atau anemia pasca pendarahan akut yang disertai
dengan gangguan hemodinamik.
 Terapi suportif, memberikan makan gizi seimbang terutama mengandung
kadar besi yang tinggi yang bersumber dari hewani yaitu hati, limfa, daging
dan dari nabati yaitu bayam, kacangkacangan.
 Terapi untuk khusus untuk masing-masing jenis anemia
 Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia
tersebut
d. Dalam keadaan diagnose akurat tidak dapat ditegakkan, terpaksa memberikan terapi
percobaan ex juvantivus. Kita harus melakukan pemantauan yang ketat pada respon
terapi dan perubahan perjalanan penyakit dan melakukan evaluasi tentang
kemungkinan perubahan diagnosis
e. Transfusi darah diberikan pada anemia setelah pendarahan akut dengan tanda-tanda
gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi hanya diberikan jika anemia
bersifat adanya ancaman payah jantung diberikan packed red cell jangan whole blood.
Anemia kronik sering dijumpai peningkatan volume darah oleh karena itu transfusi
darah harus diberikan tetesan secara pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja cepat
misalnya furosemide sebelum transfusi
f. Memperbaiki penyebab dasar.
g. Meningkatkan gizi penderita faktor utama penyebab anemia ringan adalah faktor gizi,
terutama protein dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi diperlukan oleh ibu
hamil yang mengalami anemia ringan.
h. Dengan kadar hemoglobin 9-10 gr% masih dianggap ringan sehingga hanya perlu
diberikan kombinasi 60 mg/hari zat besi, dan 400 mg asam folat peroral sekali sehari.
i. Diberikan parenteral apabila penderita tidak tahan obat besi peroral, ada gangguan
absorbsi, penyakit saluran pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri

12
secara intramuskular/intravena. Diberikan ferum desktran 100 dosis total 1000-2000
mg intravena.
j. Pemberian zat besi oral
k. Pemberian zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila respon
pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
2.1.7 Komplikasi
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa saja mengalami
beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas akibat mudah lelah. Masalah pada
jantung, seperti aritmia dan gagal jantung. Gangguan pada paru misalnya hipertensi pulmonal.
Selain itu anemia juga dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan, seperti melahirkan
premature, atau bayi terlahir dengan berat badan rendah serta resiko kematian akibat
perdarahan saat melahirkan. Penderita anemia juga rentan mengalami infeksi dan akan terjadi
gangguan tumbuh kembang apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (josephine d, 2020).
Anemia merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan pada seseorang)
yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung sementara penyebabnya belum diketahui
(hendrata c, 2010).

13
2.2 Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

A. Identitas Klien
Identitas pasien, meliputi : Nama, Usia : yang sering terkena anemia yaitu Remaja,
dan orang dewasa. Jenis Kelamin : yang sering dominan terkena Anemia adalah
perempuan. Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk, No.
RM, Diagnosa Medis, Sumber informasi : Bisa berasal dari keluarga pasien.

B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Keluhan Utama : Klien biasanya mengeluh pusing, lemah, gemetaran, kemampuan
beraktivitas menurun serta nyeri pada luka
 Kronologis Keluhan : Narasikan Faktor pencetus keluhan, lama timbulnya,
tindakan penanganan pertama, respon dari tindakan
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
 Riwayat Alergi : Apakah klien memiliki alergi terhadap obat, makanan atau
lingkungan tertentu.
 Riwayat Kecelakaan : Apakah pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan
perdarahan yang cukup parah.
 Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, dan berapa lama): Apakah pernah
dirawat sebelumnya, dan kaji apakah klien pernah mengalami anemia
sebelumnya.
 Riwayat Pemakaian Obat : Apakah menngonsumsi obat tertentu dalam waktu
jangka panjang.
3. Riwayat Kesehayan Keluarga
Berisi riwayat penyakit yang diderita dalam keluarga, baik itu yang kronis, genetik,
atau menahun yang menjadi faktor resiko.
 Apakah dalam keluarga ada yang mengalami anemia
 Apakah dalam keluarga ada riwayat penyakit kronis atau menahun
( diabetes, darah tinggi, kanker dll )
 Apakah dalam keluarga mengkonsumsi obat – obatan dalam waktu
panjang.
 Genogram, merupakan riwayat keluarga yang terdapat tiga generasi atau
individu yang berisi symbol- symbol khusus untuk menjelaskan hubungan
penyakit dengan keluarga yang bertujuan mengkaji suatu riwayat penyakit
yang diperoleh dari keluarga dan klien.

14
4. Penyakit Psikososial dan Spriritual
 Adakah orang terdekat pasien
 Interaksi dalam keluarga : Kaji Pola komunikasinya, siapa pembuat
keputusan serta kegiatan kemasyarakatan yang diikuti klien.
 Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : Apakah anemia menimbulkan
dampak pada anggota keluarga lain
 Masalah yang mempengaruhi pasien : Keluhan yang menggangu aktivitas
klien
 Mekanisme Koping terhadap stress : Biasanya melalui pemeriksaan masalah,
cari pertolongan, minum obat, tidur, makan, dll.
 Persepsi pasien terhadap keluarga, meliputi: Hal yang sangat dipikirkan saat
ini, harapan setelah menjalani perawatan, serta perubahan yanhg dirasakan
setelah jatuh sakit.
 Sistem Nilai Kepercayaan : Berisi nilai-nilai yang bertentang dengan
kesehatan dan aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan.

5. Kondisi Lingkungan Rumah

6. Pola Kebiasaan : Pola hidup klien yang menjadi faktor resiko terkena anemia.

C. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan Fisik Umum , meliputi :
 Berat badan : Klien biasanya mengalami penurunan berat badan
 Tekanan darah : Biasanya menurun
 Nadi: Klien Anemia biasanya meningkat (Takikardia) dan iramanya aritmia
atau tidak beraturan.
 Frekuensi nafas: Biasanya meningkat
 Suhu tubuh: Biasanya meningkat jika disertai adanya demam
 Keadaan umum: Sedang, karena biasanya pasien mengalami kelemahan atau
keletihan
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening
2. Sistem Penglihatan
 Posisi mata : Biasanya Simetris
 Kelopak mata, Pergerakan Bola Mata, Kornea, dan Otot-Otot mata : biasanya
Normal
 Konjungtiva : Biasanya anemis

15
 Sklera : biasanya tidak Ikterik
 Fungsi Penglihatan : Biasanya kabur, disebabkan karena mata berkunang-
kunang dan pusing.
 Kaji adanya tanda-tanda radang atau tidak, pemakaian kacamata atau tidak,
pemakaian lemsa kontak aatu tidak, serta reaksi lensa kontak terhadap
cahaya.
3. Sistem Pendengaran

 Kaji bentuk Daun telinga normal atau tidak, Karakteristik warna, bau dan
konsistensi serumen
 Kaji kondisi telinga tengah apakah normal, kemerahan,bengkak, dan terdapat
lesi atau tidak.
 Kaji adanya cairan di telinga atau tidak
 Tidak merasakan penuh di telinga
 Keluhan telinga berdenging/Tinnitus pada penyakit anemia jarang ditemukan
 Pendengaran klien: Kaji apakah pendengaran klien normal, kurang atau tuli.
 Biasanya tidak terjadi gangguan keseimbangan.
 Kaji apakah klien menggunakan alat bantu dnegar atau tidak.

4. Sistem Wicara
Kaji apakah klien memiliki sistem wicara yang Normal atau tidak normal. Jika
tidak normal, kaji apakah klien mengalami Aphasia, Aphonia, Dysatria, Dyphasia
atau Anarthia.

5. Sistem Pernafasan
 Jalan napas : Biasanya ada obstruksi atau sumbatan,
 Pernapasan : klien biasanya merasa sesak napas
 Kaji apakah menggunakan otot bantu pernafasan atau tidak
 Klien anemia biasanya memiliki frekuensi pernapasan yang cepat atau lebih
dari 20 kali per menit (normal 12-20 x/menit).
 Irama Napas biasanya tidak teratur
 Jenis pernapasan : Pasien anemia bisa mengalami dispnea
 Klien juga biasanya mengalami batuk yang bisa disertai sputum dan darah.
Jika terdapat sputum,kaji konsistensinya kentel atau encer.
 Inspeksi dada : Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dispnea
(kesulitan bernafas ), nafas pendek, cepat lelah ketika beraktivitas yang
merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.

16
 Palpasi dada : taktil premitus simestris
 Perkusi dada : sonor
 Auskultasi dada : Kaji jenis bunyi nafas vesikuler dan adanya bunyi nafas
tambahan lainnya.
 Klien anemia biasanya merasakan nyeri dada saat bernapas
 Kaji adanya penggunaan otot bantu pernapasan

6. Sistem Kardiovaskuler
 Kaji Sirkulasi Perifer, meliputi:
- Nadi : Frekuensi nadi klien anemia biasanya >100 x/menit (Takikardia),
Irama nadi tidak teratur, dan denyut nadinya melemah.
- Tekanan darah : Biasanya menurun
- Distensi vena jugularis : Kaji adanya JVP pada leher kanan dan kiri
- Temperatur kulit: biasanya hangat
- Warna kulit :Biasanya pucat
- Pengisian kapiler : Biasanya Melambat, penurunan aliran darah
ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi
- Edema: Kaji adanya edema di tungkai atas, tungkai bawah, periorbital,
muka, skrotalis, dan anasarka. Penderita anemia biasanya mengalami
edema pada tungkai bawah
 Kaji Sirkulasi Jantung
- Kecepatan denyut apikal : Kaji bunyi denyut apikal apakah
normal ( S1-S2) atau tidak
- Irama: Biasanya tidak teratur
- Kelainan bunyi jantung: Biasanya murmur
- Penderita anemia sering merasakan nyeri dada yang timbul saat
beraktivitas. Kaji karakteristik nyeri apakah seperti ditusuk-tusuk,
seperti dibakar, atau seperti ditimpa berat badan. Serta kaji skala nyeri
yang dirasakan klien.

7. Sistem Hematologi
 Pucat : Penderita anemia biasanya terlihat pucat
 Pendarahan : Biasanya anemia disebabkan karena pendarahan. Penderita
anemia juga sering mengalami mimisan.

17
8. Sistem Saraf Pusat
 Kaji adanya Keluhan sakit kepala: Klien anemia biasnaya merasak sakit
kepala
 Tingkat kesadaran : Biasanya compos mentis dnegan GCS E4M5V6
 Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial karena terjadi
perdarahan yang ditandai dengan nyeri kepala, muntah proyektil, serta papil
edema.
 Kaji adanya Gangguan system persarafan yang meliputi : Kejang, pelo,
mulut mencong, kesemutan atau polyneuritis, kelumpuhan ekstermitas, dan
disorientasi.
 Lakukan Pemeriksaan reflek yang meliputi: Refleks fisiologis dan refleks
patologis.

9. Sistem Pencernaan
 Kaji Keadaan mulut : adanya caries gigi, penggunaan gigi palsu, stoamtitis,
lidah kotor, dan kenormalan saliva
 Kaji adanya muntah
 Kaji nyeri pada daerah perut, skala nyeri dan karakteristiknya.Lokasi nyeri
meliputi setempat,menyebar, berpindah-pindah dan kanan/kiri. Sedangkan
Karaktersitik nyeri pada daerah perut meliputi Seperti di tusuk-tusuk, melilit,
Cramp, panas,
 Diare: biasanya mengalai diare
 Kaji warna feses san konsistensi feses.
 Kaji terjadinya konstipasi atau tidak
 Hepar : biasanya teraba
 Abdomen : Inspeksi kesimetrisan abdomen, Perkusi: biasanya tedapat bunyi
timpani, Palpasi : Terabanya pembesaran hepar/tidak, terdapat nyeri tekan
atau tidak

10. Sistem Endokrin


 Kaji adanya Pembesaran kalenjar tiroid
 Kaji napas berbau keton atau tidak
 Kaji adanya luka ganggren, luas luka, dan kedalaman luka
 Kaji Ankle Brachial Index, Ankle Brachial Index (ABI): prosedur
pemeriksaan diagnostik sirkulasi ekstremitas bawah untuk mendeteksi
kemungkinan adanya peripheral artery disease (PAD) dengan cara
membandingkan tekanan darah sistolik tertinggi dari kedua pergelangan
kaki dan lengan

11. Sistem Urogenital


 Kaji Intake, Output dan balance cairan
 Kaji adanya Perubahan pola kemih: biasanya terjadi retensi

18
 Kaji warna air kemih
 Kaji adanya distensi kandung kemih atau tidak
 Kaji keluhan pinggang
 Kaji adanya pemasangan kateter atau tidak

12. Sistem Integumen


Kaji baik buriknya Turgor kulit, warna kulit, dan keadaan kulit : apakah
terdapat lesi, ulkus, dan luka atau tidak.

D. Data Penunjang : berisi Hasil pemeriksaan diagnostic yang menunjang masalah : Lab,
Radiologi, Endoskopi, dll) dilengkapi dengan tanggal pemeriksaan.

E. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds : Dispnea, ortopnea Cedera pada medula Pola Napas Tidak
Do: Fase ekspirasi memanjang, pola spinalis Efektif
napas abnormal, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun
Ds: Nyeri/Kram abdomen, nafsu Ketidakmampuan menelan Defisit Nutrisi
makan menurun makanan
Do: Berat badan menurun minimal
10% di bawah rentang ideal, bising
usus hiperaktif, membran mukosa
pucat
Ds :Mengeluh mual, merasa ingin Iritasi Lambung Nausea
muntah, tidak berminat makan
Do: Pucat, takikardia
Ds : Mengeluh lelah, dispnea saat Kelemahan Intoleransi Aktvitas
beraktivitas, merasa lemah
Do Frekuensi jantung meningkat,
Gambaran EKG menunjukkan
aritmia
Ds: Mengeluh lelah Kondisi Fisiologis Keletihan
Do: Tampak lesu, kebutuhan (Anemia)
istirahat meningkat

19
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. D.0005 Pola Napas Tidak Efektif b.d Cedera pada medula spinalis d.d Dispnea,
ortopnea,Fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun
2. D.0009 Defisit Nutrisi b.d Nyeri/Kram abdomen, nafsu makan menurun, Berat
badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, bising usus hiperaktif,
membran mukosa pucat
3. D. 0076 Nausea b.d Iritasi lambung d.d Mengeluh mual, merasa ingin muntah,
tidak berminat makan, Pucat, takikardia
4. D.0056 Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan d.d Mengeluh lelah, dispnea saat
beraktvitas, merasa lemah, Frekuensi jantung meningkay, gambaran EKG
menunjukkan aritmia
5. D.0057 Keletihan b.d kondisi fisiologis (anemia) d.d mengeluh lelah, tampak lesu,
kebutuhan istirahat meningkat.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Hari/Tanggal Dx Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil (Berdasarkan (Berdasarkan
SLKI) SIKI)
Jumat, 17 L. 01004 Pola Napas I. 01011
D.0005 Pola Napas
november 2022 Manajemen Jalan
Tidak Efektif Setelah melakukan Napas
Pola Napas tidak Asuhan Keperawatan
efektif b.d Cedera selama 1x24 jam, Maka Observasi
pada medula spinalis Pola Napas membaik - Monitor pola
d.d Dispnea, dengan kriteria hasil : napas (frekuensi,
ortopnea,Fase kedalaman, usaha
ekspirasi - Tekanan Inspirasi napas)
memanjang, pola meningkat - Monitor bunyi
napas abnormal, - Tekanan Ekspirasi
napas
meningkta
tekanan ekspirasi - Monitor Sputum
- Dispnea menurun

20
- Frekuensi napas membaik (jumlah, warna,
menurun, tekanan
aroma)
inspirasi menurun
Teraupetik
- Posisikan semi-
Fowler atau Fowler
- Berikan minum
hangat
- Lakukan
Fisioterapi dada,
jika perlu
-Berikan Oksigen,
jika perlu.
Edukasi
- Anjurkan asupan
caira 2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran dan
mukoliti, jika perlu
Jumat, 17 L.03030 Status Nutrisi . 03119
D.0009 Defisit
November 2022 Manajemen
Nutrisi
Setelah dilakukan Nutrisi
asuhan keperawatan
selama 2x24 jam maka Observasi
Defisit nutrisi b.d
Status Nutrisi membaik - Identifikasi status
Nyeri/Kram
dengan kriteria hasil : nutrisi
abdomen, nafsu
makan menurun, - Identifikasi
- Nyeri Abdomen menurun makanan yang
Berat badan menurun
- Biising usus membaik disukai
minimal 10% di
- Berat badan membaik - Identfikasi
bawah rentang ideal,
- Nafsu makan membaik kebutuhan kalori
bising usus
- Membran mukosa membaik dan jenis nutrien
hiperaktif, membran
mukosa pucat - Monitor asupan
makanan
- Monitor berat
badan
Teraupetik
- Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu

21
- Berikan makan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makan,jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi
dudu, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan ,
jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
Jumat, 17 L.08066 Tingkat Nausea I.03117 Manajemen
D. 0076 Nausea
November 2022 Mual
Nausea b.d Iritasi Setelah melakukan asuhan
lambung d.d keperawatan selama 2x254Observasi
Mengeluh mual, jam maka Tingkat Nausea - Identifikasi
merasa ingin muntah, menurun dnegan kriteria pengalam mual
tidak berminat hasil : - Identifikasi dampak
makan, Pucat, mual terhadap kualitas
takikardia - Nafsu makan meningkat hidup
- Kleuhan mual menurun - Identifikasi faktor
- Perasan ingin muntah penyebab mual
menurun - Monitor mual
- pucat membaik - monitor asupan
- Takikardia membaik nutrisi dan kalori
Teraupetik
- Kendalikan faktor
lingkungan penyebab
mual
- Kurangi atau
hilangkan penyebab
mual
- Berikan makanan
dalam jumlah kecil
dan menarik.
Edukasi
- Anjurkan sering
memberishkan mulut,

22
kecuali jika
merangsang mual
- Anjurkan
penggunaan teknik
farmakologis untuk
mengatasi mual.
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian antilemetik,
jika perlu.
Jumat, 17 D.05047 Toleransi I. 050176
D.0056 Intolernasi
november 2022 Aktivitas Manajemen Energi
Aktivitas
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Observasi
b.d kelemahan d.d keperawatan selama 1x24 - Identifikasi
mengeluh lelah, maka Toleransi Aktivitas gangguan fungsi tubuh
dispnea saat membaik dengan kriteria yang mengakibatkan
beraktvitas, merasa hasil: kelelahan
lemah, frekuensi 1. Frekuensi nadi - Monitor kelelahan
jantung meningkay, meningkat fisik dan emosional
gambaran ekg 2. Kemudahan dalam - Monitor pola dan
menunjukkan aritmia melakukan aktivitas sehari- jam tidur
hari meningkat Teraupetik
3. Keluhan lelah menurun - Lakukan latihan
4. Dispnea saat aktivitas rentang gerak pasif
menurun dan/atau aktif
5. Perasaan lemah menurun - Berikan aktvitas
6. Aritmia saat aktivitas distraksi yang
7. Warna kulit membaik menyenangkan
- Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak berpidnah atau
berjalan

Edukasi
- Anjurkan melakuakn
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi

23
koping untuk
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dnegan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Jumat, 17 D. 05046 Tingkat I. 12362 Edukasi
D.0057 Keletihan
november 2022 Keletihan Aktivitas/Istirahat
Keletihan b.d kondisi
fisiologis (anemia) Setelah dilakukan asuhan Observasi
d.d mengeluh lelah, keperawatan selama 1x24 Identifikasi kesiapan
tampak lesu, maka Tingkat Keletihan dan kemampuan
kebutuhan istirahat membaik dengan kriteria menerima informasi
meningkat. hasil: Teraupetik
- Sediakan materi dan
1. Kemmapuan melakukan media pengaturan
aktivitas rutin meningkat aktivitas dan istirahat
2. Verbalisasi lelah Edukasi
menurun - Jelaskan pentingnya
3. Lesu menurun melakukan aktivitas
4. Sakit kepala menurun fisik/olahraga secara
5. Frekuensi napas menurun rutin
6. Pola napas membaik - Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat

24
2.3 Pendidikan Kesehatan tentang Anemia
2.3.1 Pengertian pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk
membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat
pendidik (Suliha,dkk,2002). Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah
upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan
tindakan - tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan dengan
menyampaikan materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran.

2.3.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan


Tujuan pendidikan kesehatan (Nursalam dan Efendi, 2008) yaitu : Terjadi perubahan sikap
dan tingkah laku individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam membina serta
memelihara perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Dalam hal ini, klien yang menderita anemia dapat merubah sikap dan
tingkah laku dalam memelihara kesehatannya agar terhindar dari anemia dan faktor resiko
penyakit lainnya

2.3.3 Sasaran pendidikan kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2003) sasaran pendidikan kesehatan dibagi dalam 3 (tiga) kelompok,
yaitu:
a. Sasaran primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau
promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi, Remaja putri untuk masalah anemia karena proses menstruasi
dan Ibu hamil karena resiko pendarahan dan kekurangan zat besi.
b. Sasaran sekunder (Secondary Target)
Yang termasuk dalam sasaran ini adalah para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,
dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder, karena dengan memberikan pendidikan
kesehatan kepada kelompok ini diharapkan untuk nantinya kelompok ini akan
memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya.
c. Sasaran tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah.
Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan
mempunyai dampak langsung terhadap perilaku tokoh masyarakat dan kepada masyarakat

25
umum.

2.3.4 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan


a. Ruang lingkup pendidikan kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari 3 dimensi menurut Fitriani
(2011) yaitu;
1. Dimensi sasaran
- Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah individu.
- Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya adalah kelompok
masyarakat tertentu.
- Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya adalah masyarakat luas.
- Dimensi tempat pelaksanaan
- Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasarannya adalah pasien dan
keluarga
- Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasarannya adalah pelajar
- Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasarannya
adalah masyarakat atau pekerja.
2. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
- Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (Health Promotion), misal :
peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.
- Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection)
misal : imunisasi
- Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early
diagnostic and prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan sempurna
dapat menghindari dari resiko kecacatan.
- Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan
memulihkan kondisi cacat melalui latihan - latihan tertentu.
2.3.5 Langkah-Langkah dalam Pendidikan Kesehatan
Menurut Swanson dan Nies dalam Nursalam dan Efendi (2008) ada
beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan pendidikan
kesehatan, yaitu :
a. Tahap I. Perencanaan dan pemilihan strategi
Tahap ini merupakan dasar dari proses komunikasi yang akan dilakukan
oleh pendidik kesehatan dan juga merupakan kunci penting untuk memahami
kebutuhan belajar sasaran dan mengetahui sasaran atau pesan yang akan
disampaikan.
Tindakan perawat yang perlu dilakukan pada tahap ini antara lain:
- Review data yang berhubungan dengan kesehatan, keluhan, kepustakaan,
media massa, dan tokoh masyarakat.
- Cari data baru melalui wawancara, fokus grup (dialog masalah yang
dirasakan).
- Bedakan kebutuhan sasaran dan persepsi terhadap masalah kesehatan,

26
termasuk identifikasi sasaran.
- Identifikasi kesenjangan pengetahuan kesehatan.
- Tulis tujuan yang spesifik, dapat dilakukan, menggunakan prioritas, dan ada
jangka waktu.
- Kaji sumber- sumber yang tersedia (dana,sarana dan manusia)
b. Tahap II. Memilih saluran dan materi/media.
Pada tahap pertama diatas membantu untuk memilih saluran yang efektif
dan matri yang relevan dengan kebutuhan sasaran. Saluran yang dapat
digunakan adalah melalui kegiatan yang ada di masyarakat. Sedangkan materi
yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan sasaran. Tindakan
keperawatan yang perlu dilakukan adalah :
- Identifikasi pesan dan media yang digunakan.
- Gunakan media yang sudah ada atau menggunakan media baru.
- Pilihlah saluran dan caranya.
c. Tahap III. Mengembangkan materi dan uji coba
Materi yang ada sebaiknya diuji coba ( diteliti ulang ) apakah sudah
sesuai dengan sasarandan mendapat respon atau tidak. Tindakan keperawatan
yang perlu dilakukan adalah:
- Kembangkan materi yang relevan dengan sasaran.
- Uji terlebih dahulu materi dan media yang ada. Hasil uji coba akan
membantu apakah meningkatkan pengetahuan, dapat diterima, dan sesuai
dengan individu.
d. Tahap IV. Implementasi
Implementasi merupakan tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan.
Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
- Bekerjasama dengan organisasi yang ada di komunitas agar efektif
- Pantau dan catat perkembangannya.
- Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan
e. Tahap V. Mengkaji efektifitas
Mengkaji keefektifan program dan pesan yang telah disampaikan
terhadap perubahan perilaku yang diharapkan. Evaluasi hasil hendaknya
berorientasi pada kriteria jangka waktu (panjang / pendek) yang telah ditetapkan.
Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah melakukan evaluasi proses
dan hasil.
f. Tahap VI. Umpan balik untuk evaluasi program
Langkah ini merupakan tanggung jawab perawat terhadap pendidikan
kesehatan yang telah diberikan. Informasi dapat memberikan gambaran tentang
kekuatan yang telah digunakan dan memungkinkan adanya modifikasi.
Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
- Kaji ulang tujuan, sesuaikan dengan kebutuhan.
- Modifikasi strategi bila tidak berhasil.
- Lakukan kerjasama lintas sektor dan program.
- Catatan perkembangan dan evaluasi terhadap pendidikan kesehatan yang
telah dilakukan.
- Pertahankan alasan terhadap upaya yang akan dilakukan.
- Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan.

27
2.4 Telaah Jurnal Tentang Anemia
1. Pertanyaan Penelitian
a. Review Questions
“Apakah Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar hemoglobin
pada penderita anemia?”
b. Komponen PICO:
P: Ibu Hamil dengan Anemia
I: Pemberian Ekstrak Bayam
C: Peningkatan Kadar hemoglobin
O: Kadar Hemoglobin dalam darah
2. Strategi Pencarian Artikel
Metode pencarian artikel atau jurnal menggunakan metode elektronik database yaitu
Google Scholar atau Google Cendekia. Kata Kunci yang digunakan untuk pencarian
yaitu Anemia dan Esktrak Bayam
3. Review Jurnal

a. Artikel 1
JUDUL Pengaruh Pemberian Zat Besi Dan Sayur Bayam Terhadap Peningkatan
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dengan Anemia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Martapura I
PENELITI Yenny Okvitasari , Darmayanti , Maria Ulfah
TAHUN 2021
JURNAL Jurnal keperawatan suaka insan (jksi) vol. 6, no. 1,
LATAR Tingginya prevalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang
BELAKANG tengah dihadapi pemerintah Indonesia. Kejadian anemia pada ibu hamil
dari tahun 2013 didapatkan 31,7 % dan angka kejadian anemia tersebut
semakin tahun semakin meningkat, sampai 2018 anemia pada ibu hamil
didapatkan 48,9 % (Riskesdas, 2018). Intervensi Anemia pada ibu hamil
harus dilakukan karena anemia kehamilan disebut“potential danger to
mother and child” (potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah
anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010). Salah satu alternatif untuk
memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi

28
sayuran yang berwarna hijau, salah satunya bayam. Zat besi yang
terkandung didalam bayam sangat tinggi sebesar 3,9 mg / 100 gram
(Merlina, 2016).
TUJUAN Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian zat besi dan sayur
bayam dengan zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil
dengan anemia.
METODE Metode penelitian ini yaitu Quasi Eksperimen dengan menggunakan Uji
Paired T-test dan Uji Independent T-test, sampel penelitian menggunakan
30 responden secara Purposive Sampling dengan kriteria inklusi dan
eksklusi.
HASIL Hasil penelitian dilakukan pada 30 responden yang dibagi menjadi dua
kelompok intervensi dan kelompok kontrol selama 14 hari. Sebelum
diberikan zat besi didapatkan nilai rerata 9,6 g/dl dan kadar hemoglobin
sesudah diberikan zat besi didapatkan nilai rerata 10,8 g/dl, selama
pemberian didapatkan rerata perubahan hemoglobin pada ibu hamil
kelompok intervensi sebesar 1,43 g/dl dan pada kelompok kontrol 1,17
g/dl. Hasil Uji Independent T-test didapatkan p-value 0,001 nilai α (<0,05)
yang artinya ada perbedaan pengaruh antara kelompok intervensi dan
kontrol dengan selisih nilai 0,26 g/dl.

b. Artikel 2
JUDUL Efektifitas Pemberian Ekstrak Bayam Terhadap Peningkatan Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Ringan
PENELITI Dheny Rohmatika1), Tresia Umarianti2)
TAHUN 2017
JURNAL Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02
LATAR Menurut Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019
BELAKANG angka kejadian ibu hamil dengan anemia sebesar 37,1% (Depkes, 2015).
Anemia yang terjadi pada ibu hamil akan berdampak pada ibu dan bayinya.
Dampak yang ditimbulkan antara lain, abortus, kurang tenaga saat
melahirkan sehingga partus lama dan infeksi pada ibu dan bayinya,
perdarahan pada waktu melahirkan, kelahiran prematur, bayi lahir dengan
berat lahir rendah serta janin mengalami kekurangan gizi saat dalam
kandungan intra uterine growth retardation IUGR). Kebijakan pemerintah
dalam menangani masalah anemia pada kehamilan adalah pemberian
suplementasi besi dan asam folat. Dalam memenuhi kebutuhan zat besi,
seseorang biasanya mengkonsumsi suplemen, akan tetapi salah satu
alternatif untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan
konsumsi sayuran yang mengandung zat besi dalam menu makanan. Zat
besi ditemukan pada sayur-sayuran, antara lain bayam (Amaranthus spp.).
Sayuran berhijau daun seperti bayam adalah sumber besi nonheme.
TUJUAN Untuk membuktikan Pengaruh Pemberian Ekstrak Bayam Hijau Terhadap
Perubahan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Pasien Puskesmas.

29
METODE T-test dependent, T-test independent. Pengukuran hemoglobin
menggunakan alat Hemoglobin Testing System Quick-Check set.
HASIL Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada 34 responden selama 7 hari.
Hasil uji uji paired sample t-test diperoleh t: 4,716 dan nilai p 0,000
(p<0.05) didapatkan nilai p < 0,05.Mengkonsumsi esktrak bayam hijau
selama 7 hari dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil
dengan rata-rata peningkatan sebesar 0.541 gr/dl. Dalam 1 gr bayam hijau
yang sudah dilakukan ekstraksi di Lab. Teknologi Pangan UNS dan Fresh
dryer di Lab SEFA UMS dan analisis kandungan dengan metode AAS di
Lab. MIPA UNS terdapat kandungan zat besi sebesar 21 mg/gr. Bayam
hijau merupakan sumber zat besi yang dapat membantu terjadinya induksi
zat besi dalam tubuh sehingga mampu berikatan dengan gugus heme pada
molekul hemoglobin anatara lain vitamin C, Vitamin B6, folat dan
isoleusin.

c. Artikel 3
Judul Pengaruh Pemberian Jus Bayam Hijau Terhadap Peningkatan Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
Minggu Jakarta Selatan
Peneliti Rini Kundaryanti, Natasya Fardillah M, Retno Widowati
Tahun 2019
Jurnal Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan Nasional
Latar Belakang Anemia Dalam Kehamilan Memiliki Risiko Terjadinya Keguguran,
Kematian Janin Yang Dikandung, Berat Badan Lahir Rendah, Dll. Masih
Banyak Ibu Hamil Mengalami Anemia Di Wilayah Kerj Puskesmas Pasar
Minggu, Yaitu Sebanyak 529 Orang Pada Tahun 2017. Disamping Itu
Masih Banyak Ibu Hamil Yang Belum Mengetahui Manfaat Jus Bayam
Hijau Terhadap Peningkatan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil.
Tujuan Mengetahui Pengaruh Pemberian Jus Bayam Hijau Terhadap Kenaikan
Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Yang Anemia Di Puskesmas Pasar
Minggu
Metode Penelitian Quasi Experiment Dengan Desain One Group Pretest And
Posttest. Sampel Berjumlah 13 Ibu Hamil Anemia Trimester Ii.
Pengambilan Sampel Menggunakan Purposive Sampling Instrumen
Penelitian Terdiri Dari Hb Set Digital Untuk Memeriksa Kadar
Hemoglobin Dan Lembar Observasi. Ibu Hamil Mengonsumsi Jus Bayam
Hijau Sebanyak 500 Ml, Pagi Dan Sore Hari Selama 7 Hari. Data
Dianalisis Menggunakan Uji Paired T-Test.
Hasil Berdasarkan Penelitian Ini Didapat Hasil Bahwa Rata-Rata Kadar
Hemoglobin Responden Sebelum Pemberian Jus Bayam Hijau Adalah
9.0308 Dengan Std. Deviasi 0.81587, Sedangkan Sesudah Pemberian Jus
Bayam Hijau Adalah 10,2615 Dengan Std. Deviasi 0,85200. Terlihat Nilai

30
Rata-Rata Perbedaan Antara Sebelum Dan Setelah Pemberian Jus Bayam
Hijau Adalah 1,23077 Dengan Standar Deviasi 0,47150. Hasil Uji Statistik
Dengan Uji Paired Sample T Test Didapatkan Nilai 0,000 Yang Artinya <
0,05 Maka Hal Ini Menunjukkan Bahwa Ada Pengaruh Pemberian Jus
Bayam Hijau Terhadap Perubahan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Anemia.

d. Artikel 4
JUDUL Perbedaan Pemberian Bayam Hijau Dan Tablet Fe Terhadap Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia
PENELITI Tri Restu Handayani
TAHUN 2021
JURNAL Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Vol. 13, No. 2,
LATAR Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
BELAKANG terjadi terutama selama masa kehamilan. Menurut World Health
Organization (WHO), 40% kematian di negara berkembang berkaitan
dengan anemia dalam kehamilan. Pemerintah beserta tenaga medis
memberikan tablet Fe pada ibu hamil sebagai upaya meningkatkan zat besi
selama kehamilan. Salah satu alternatif lainnya dalam pemenuhan
kebutuhan zat besi yaitu dengan mengkonsumsi bayam hijau. Kandungan
zat besi pada bayam berperan untuk pembentukan haemoglobin.
TUJUAN Diketahuinya perbedaan pemberian bayam hijau dan tablet Fe terhadap
kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia.
METODE Desain penelitian yang digunakan yaitu eksperimen dengan pretest-posttest
with control group design. Penelitian dilakukan di Puskesmas Nagaswidak
pada Januari 2019. Subjek penelitian adalah ibu hamil trimester tiga
dengan kadar Hb < 11 gr/dl. Sampel berjumlah 30 ibu hamil yang
memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling. Data dianalisis menggunakan uji homogenitas dan Mann
Whitney test.
HASIL Uji homogenitas terhadap karakteristik masing-masing kelompok yang
meliputi usia, paritas, pekerjaan dan pendapatan, menunjukkan nilai p >
0.05. Hasil uji non parametrik Mann Whitney test diperoleh nilai p 0.004
(p< 0.05). Terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar Hb kelompok
eksperimen yang diberikan bayam hijau dan tablet Fe dengan kelompok
kontrol yang diberikan tablet Fe.

e. Artikel 5

31
JUDUL Efektivitas pemberian jus bayam, jus tomat, dan kombinasi terhadap kadar
hemoglobin ibu hamil dengan anemia di rsau dr. Esnawan antariksa jakarta
PENELITI Luluk eka meylawat, irna nursanti, giri widakdo
TAHUN 2019
JURNAL Jurnal keperawatan dan kesehatan medisina akper ypib majalengka
vol.5,no.9
LATAR Anemia dalam kehamilan akan memberi pengaruh kurang baik pada ibu,
BELAKANG baik dalam kehamilan, persalinan maupun saat nifas dan masa selanjutnya.
Berbagai masalah dapat timbul akibat anemia seperti meningkatkan risiko
kelahiran bayi dengan berat lahir rendah, lahir sebelum waktunya,
keguguran, risiko perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayinya. Pada bayi dalam kandungan dapat mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, tidak dapat mencapai tinggi optimal dan
anak menjadi kurang cerdas (kemenkes, 2014). Sumber makanan yang
kaya akan zat besi antara lain terdapat pada hati, ikan dan daging,
sedangkan sumber makanan yang banyak mengandung asam folat adalah
buah-buahan, beras merah dan sayuran hijau (mardalena, 2017). Menurut
world healthiest's food rating, bayam merupakan tumbuhan hijau yang
banyakmengandung zat besi (fe) yaitu 6,43 mg per 180 gram, dan tidak ada
satu pun zat yang dapat membahayakan tubuh terkandung pada bayam (the
george mateljan foundation, 2010).

TUJUAN Untuk mengetahui perbedaan efektivitas pemberian jus bayam, jus tomat
serta kombinasi jus bayam dan tomat terhadap kadar hemoglobin ibu hamil
dengan anemia.
METODE Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental dengan rancangan
pretest-posttest design with comparison group. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik non probability sampling dengan metode purposive
sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan alat pengukur
kadar hemoglobin digital. Data dianalisa menggunakan dua tahap yaitu
analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji t dependen dan
anova.
HASIL Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di rsau dr. Esnawan
Antariksa disimpulkan bahwa ada perbedaan kadar hemoglobin darah
sebelum dan sesudah diberikan jus bayam bayam, jus tomat dan
kombinasi jus bayam dan tomat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian rohmantika, d dan umarianti, t (2017) yang berjudul “
efektifitas pemberian ekstrak bayam terhadap peningkatan kadar
hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia ringan”. Penelitian ini
dilakukan pada 37 respondendan hasil uji paired sample sampel t-test
diperoleh t : 4,716 dan nilai p 0,000 (p<0,05) yang artinya pemberian
ekstrak bayam hijau secara sigifikan mempengaruhi perubahan kadar
hemoglobin. Daun bayam hijau (amaranthus hybridus l) memiliki
kandungan zat besi (fe) sebesar 6,43% m per 180 gram. Fungsi zat besi

32
adalah membentuk sel darah merah, sehingga apabila produksi sel darah
merah dalam tubuh cukup, maka kadar hemoglobin akan normal
(arisman, 2008).

BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi sel
darah merah atau konsentrasi hemoglobin dalam aliran darah menurun. Anemia terjadi
ketika jumlah sel darah merah berkurang. Anemia atau kurang darah adalah kondisi di
mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh
bagian tubuh. Klien Anemia sering mengeluh lemah, pusing , sakit kepala, tampak pucat,
dll. Dari data tersebut perawat akan memberikan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian yang didalamnya meliputi Keadaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dan proses analisa data. Setelah itu , perawat akan menetapkan diagnosa
keperawatan, dan pembuatan rencana keperawatan. Selain asuhan keperawatan,
pedidikan kesehatan terkait anemia juga harus diberikan agar klien bisa dengan mandiri
meningkatkan derajat kesehatannya dan menghindari pola hidup atau kebiasaan yang bisa
menyebabkan anemia.

1.2. Saran
Perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien anemia
secara optimal dan sesuai prosedur.
.

33
DAFTAR PUSTAKA

Dheny, R., & Tresia, U. (2017). Efektifitas Pemberian Ekstrak Bayam Terhadap Peningkatan Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Ringan. Jurnal Kebidanan Vol. Ix, No. 02,
165-174.
Handayani, T. R. (2021). Perbedaan Pemberian Bayam Hijau Dan Tablet Fe Terhadap Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Vol.
13, No. 2, , 19-25.
Luluk, M., Irna, N., & Giri, W. (2019). Google Scholar. Diambil Kembali Dari Jurnal Akper Pyib:
Https://Ejournal.Akperypib.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2019/03/Medisina-Jurnal-
Keperawatan-Dan-Kesehatan-Akper-Ypib-Majalengkavolume-V-Nomor-9-Feb-2019-
11.Pdf
Pratiwi, H. P., Fildzah, K., & Syarafina, R. (2021). Efektivitas Bayam Dan Buah Bit Terhadap
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil: Systematic Literature Review Study. Mtph Journal, Volume
5, No. 1, 51-57.
Rahayunigsih, F. (2021). Google Scholar. Diambil Kembali Dari Repository Poltekkes Jogja:
Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/5878/10/Ferida%20rahayuningsih_P07120118003.Pdf
Rini, K., Natasya, F., & Retno, W. (2018). Pengaruh Pemberian Jus Bayam Hijau Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pasar Minggu Jakarta Selatan. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan Nasional.
Syaro, I. (2020). Asuhan Keperawatanpada Ny.T Dengan Kasus Anemia Di Ruang Melati Di
Rumah Sakit Daerah Balung Jember. Journal Of Medicine And Health, 1-11.

34

Anda mungkin juga menyukai