“ANEMIA”
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Kelas : Keperawatan C
FAKULTAS KESEHATAN
GANJIL 2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
pembuatan makalah ini dengan tema “Anemia” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada dosen
mata kuliah ini yang telah memberikan tugas makalah bagi kami mahasiswa keperawatan.
Makalah ini jauh dari kata sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan
pihak lain yang berkepentngan pada umumnya.
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
Bab II Pembahasan..........................................................................................................................5
2.1 Teoritis Medis Anemia......................................................................................................5
2.1.1 Defenisi Anemia....................................................................................................5
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi...........................................................................................5
2.1.3 Etiologi ..................................................................................................................8
2.1.4 Klasifikasi Anemia................................................................................................8
2.1.5 Patofisiologi ..........................................................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis ...............................................................................................11
2.1.7 Penatalaksanaan Medis........................................................................................11
2.1.8 Komplikasi...........................................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Bagian-bagian darah menurut Syarifuddin (1997) :
a. Air : 91%
b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen)
d. Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam
amino)
Eritrosit berbentuk cakram bikonkav, tanpa inti sel, berdiameter 8 mikron, tebalnya 2
6
2) Leukosit (sel darah putih) Leukosit dibagi menjadi 2,
yaitu :
b. Plasma Darah Terdiri dari air dan protein darah yaitu albumin, globulin, dan fibrinogen.
B. Fisiologi Darah
Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut
oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh
dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme dan mengandung berbagai bahan
penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai
merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin,
protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh
jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme
berupa karbondioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh darah aorta. Darah
7
mengedarkan oksigen melalui pembuluh darah pulmonalis, lalu dibawa lagi ke jantung
melalui vena pulmonalis. Darah juga mengangkut Bahan-bahan sisa metabolisme obat-
obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk dibuang sebagai urine.
8
c. Anemia sedang : Hb 6.000 gr% - 7.90 gr%
9
untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalamurin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran seldarah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya
dapat diperoleh dengan dasar: 1) hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2) derajat proliferasi
sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat
dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
WOC
10
Hipoksia, pucat, lemah
Intoleransi
Aktivitas
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat pemberian terapi pada penderita
anemia antara lain (Bakta , 2017)
11
b. Pemberian hematinik (obat yang membantu proses pembentukan sel darah merah)
tidak dianjurkan untuk pemberian tanpa indikasi yang jelas
c. Pengobatan anemia dapat berupa ;
Terapi untuk keadaan darurat misalnya pendarahan akut akibat anemia aplastic
yang mengancam jiwa atau anemia pasca pendarahan akut yang disertai
dengan gangguan hemodinamik.
Terapi suportif, memberikan makan gizi seimbang terutama mengandung
kadar besi yang tinggi yang bersumber dari hewani yaitu hati, limfa, daging
dan dari nabati yaitu bayam, kacangkacangan.
Terapi untuk khusus untuk masing-masing jenis anemia
Terapi kausal untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia
tersebut
d. Dalam keadaan diagnose akurat tidak dapat ditegakkan, terpaksa memberikan terapi
percobaan ex juvantivus. Kita harus melakukan pemantauan yang ketat pada respon
terapi dan perubahan perjalanan penyakit dan melakukan evaluasi tentang
kemungkinan perubahan diagnosis
e. Transfusi darah diberikan pada anemia setelah pendarahan akut dengan tanda-tanda
gangguan hemodinamik. Pada anemia kronik transfusi hanya diberikan jika anemia
bersifat adanya ancaman payah jantung diberikan packed red cell jangan whole blood.
Anemia kronik sering dijumpai peningkatan volume darah oleh karena itu transfusi
darah harus diberikan tetesan secara pelan. Dapat juga diberikan diuretika kerja cepat
misalnya furosemide sebelum transfusi
f. Memperbaiki penyebab dasar.
g. Meningkatkan gizi penderita faktor utama penyebab anemia ringan adalah faktor gizi,
terutama protein dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi diperlukan oleh ibu
hamil yang mengalami anemia ringan.
h. Dengan kadar hemoglobin 9-10 gr% masih dianggap ringan sehingga hanya perlu
diberikan kombinasi 60 mg/hari zat besi, dan 400 mg asam folat peroral sekali sehari.
i. Diberikan parenteral apabila penderita tidak tahan obat besi peroral, ada gangguan
absorbsi, penyakit saluran pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri
12
secara intramuskular/intravena. Diberikan ferum desktran 100 dosis total 1000-2000
mg intravena.
j. Pemberian zat besi oral
k. Pemberian zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila respon
pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
2.1.7 Komplikasi
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa saja mengalami
beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas akibat mudah lelah. Masalah pada
jantung, seperti aritmia dan gagal jantung. Gangguan pada paru misalnya hipertensi pulmonal.
Selain itu anemia juga dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan, seperti melahirkan
premature, atau bayi terlahir dengan berat badan rendah serta resiko kematian akibat
perdarahan saat melahirkan. Penderita anemia juga rentan mengalami infeksi dan akan terjadi
gangguan tumbuh kembang apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (josephine d, 2020).
Anemia merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan pada seseorang)
yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung sementara penyebabnya belum diketahui
(hendrata c, 2010).
13
2.2 Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan
A. Identitas Klien
Identitas pasien, meliputi : Nama, Usia : yang sering terkena anemia yaitu Remaja,
dan orang dewasa. Jenis Kelamin : yang sering dominan terkena Anemia adalah
perempuan. Agama, Status perkawinan, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk, No.
RM, Diagnosa Medis, Sumber informasi : Bisa berasal dari keluarga pasien.
B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama : Klien biasanya mengeluh pusing, lemah, gemetaran, kemampuan
beraktivitas menurun serta nyeri pada luka
Kronologis Keluhan : Narasikan Faktor pencetus keluhan, lama timbulnya,
tindakan penanganan pertama, respon dari tindakan
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat Alergi : Apakah klien memiliki alergi terhadap obat, makanan atau
lingkungan tertentu.
Riwayat Kecelakaan : Apakah pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan
perdarahan yang cukup parah.
Riwayat dirawat di Rumah Sakit (kapan, alasan, dan berapa lama): Apakah pernah
dirawat sebelumnya, dan kaji apakah klien pernah mengalami anemia
sebelumnya.
Riwayat Pemakaian Obat : Apakah menngonsumsi obat tertentu dalam waktu
jangka panjang.
3. Riwayat Kesehayan Keluarga
Berisi riwayat penyakit yang diderita dalam keluarga, baik itu yang kronis, genetik,
atau menahun yang menjadi faktor resiko.
Apakah dalam keluarga ada yang mengalami anemia
Apakah dalam keluarga ada riwayat penyakit kronis atau menahun
( diabetes, darah tinggi, kanker dll )
Apakah dalam keluarga mengkonsumsi obat – obatan dalam waktu
panjang.
Genogram, merupakan riwayat keluarga yang terdapat tiga generasi atau
individu yang berisi symbol- symbol khusus untuk menjelaskan hubungan
penyakit dengan keluarga yang bertujuan mengkaji suatu riwayat penyakit
yang diperoleh dari keluarga dan klien.
14
4. Penyakit Psikososial dan Spriritual
Adakah orang terdekat pasien
Interaksi dalam keluarga : Kaji Pola komunikasinya, siapa pembuat
keputusan serta kegiatan kemasyarakatan yang diikuti klien.
Dampak penyakit pasien terhadap keluarga : Apakah anemia menimbulkan
dampak pada anggota keluarga lain
Masalah yang mempengaruhi pasien : Keluhan yang menggangu aktivitas
klien
Mekanisme Koping terhadap stress : Biasanya melalui pemeriksaan masalah,
cari pertolongan, minum obat, tidur, makan, dll.
Persepsi pasien terhadap keluarga, meliputi: Hal yang sangat dipikirkan saat
ini, harapan setelah menjalani perawatan, serta perubahan yanhg dirasakan
setelah jatuh sakit.
Sistem Nilai Kepercayaan : Berisi nilai-nilai yang bertentang dengan
kesehatan dan aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan.
6. Pola Kebiasaan : Pola hidup klien yang menjadi faktor resiko terkena anemia.
C. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan Fisik Umum , meliputi :
Berat badan : Klien biasanya mengalami penurunan berat badan
Tekanan darah : Biasanya menurun
Nadi: Klien Anemia biasanya meningkat (Takikardia) dan iramanya aritmia
atau tidak beraturan.
Frekuensi nafas: Biasanya meningkat
Suhu tubuh: Biasanya meningkat jika disertai adanya demam
Keadaan umum: Sedang, karena biasanya pasien mengalami kelemahan atau
keletihan
Kesadaran : Compos Mentis
Tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening
2. Sistem Penglihatan
Posisi mata : Biasanya Simetris
Kelopak mata, Pergerakan Bola Mata, Kornea, dan Otot-Otot mata : biasanya
Normal
Konjungtiva : Biasanya anemis
15
Sklera : biasanya tidak Ikterik
Fungsi Penglihatan : Biasanya kabur, disebabkan karena mata berkunang-
kunang dan pusing.
Kaji adanya tanda-tanda radang atau tidak, pemakaian kacamata atau tidak,
pemakaian lemsa kontak aatu tidak, serta reaksi lensa kontak terhadap
cahaya.
3. Sistem Pendengaran
Kaji bentuk Daun telinga normal atau tidak, Karakteristik warna, bau dan
konsistensi serumen
Kaji kondisi telinga tengah apakah normal, kemerahan,bengkak, dan terdapat
lesi atau tidak.
Kaji adanya cairan di telinga atau tidak
Tidak merasakan penuh di telinga
Keluhan telinga berdenging/Tinnitus pada penyakit anemia jarang ditemukan
Pendengaran klien: Kaji apakah pendengaran klien normal, kurang atau tuli.
Biasanya tidak terjadi gangguan keseimbangan.
Kaji apakah klien menggunakan alat bantu dnegar atau tidak.
4. Sistem Wicara
Kaji apakah klien memiliki sistem wicara yang Normal atau tidak normal. Jika
tidak normal, kaji apakah klien mengalami Aphasia, Aphonia, Dysatria, Dyphasia
atau Anarthia.
5. Sistem Pernafasan
Jalan napas : Biasanya ada obstruksi atau sumbatan,
Pernapasan : klien biasanya merasa sesak napas
Kaji apakah menggunakan otot bantu pernafasan atau tidak
Klien anemia biasanya memiliki frekuensi pernapasan yang cepat atau lebih
dari 20 kali per menit (normal 12-20 x/menit).
Irama Napas biasanya tidak teratur
Jenis pernapasan : Pasien anemia bisa mengalami dispnea
Klien juga biasanya mengalami batuk yang bisa disertai sputum dan darah.
Jika terdapat sputum,kaji konsistensinya kentel atau encer.
Inspeksi dada : Pergerakan dinding dada, takipnea, orthopnea, dispnea
(kesulitan bernafas ), nafas pendek, cepat lelah ketika beraktivitas yang
merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
16
Palpasi dada : taktil premitus simestris
Perkusi dada : sonor
Auskultasi dada : Kaji jenis bunyi nafas vesikuler dan adanya bunyi nafas
tambahan lainnya.
Klien anemia biasanya merasakan nyeri dada saat bernapas
Kaji adanya penggunaan otot bantu pernapasan
6. Sistem Kardiovaskuler
Kaji Sirkulasi Perifer, meliputi:
- Nadi : Frekuensi nadi klien anemia biasanya >100 x/menit (Takikardia),
Irama nadi tidak teratur, dan denyut nadinya melemah.
- Tekanan darah : Biasanya menurun
- Distensi vena jugularis : Kaji adanya JVP pada leher kanan dan kiri
- Temperatur kulit: biasanya hangat
- Warna kulit :Biasanya pucat
- Pengisian kapiler : Biasanya Melambat, penurunan aliran darah
ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi
- Edema: Kaji adanya edema di tungkai atas, tungkai bawah, periorbital,
muka, skrotalis, dan anasarka. Penderita anemia biasanya mengalami
edema pada tungkai bawah
Kaji Sirkulasi Jantung
- Kecepatan denyut apikal : Kaji bunyi denyut apikal apakah
normal ( S1-S2) atau tidak
- Irama: Biasanya tidak teratur
- Kelainan bunyi jantung: Biasanya murmur
- Penderita anemia sering merasakan nyeri dada yang timbul saat
beraktivitas. Kaji karakteristik nyeri apakah seperti ditusuk-tusuk,
seperti dibakar, atau seperti ditimpa berat badan. Serta kaji skala nyeri
yang dirasakan klien.
7. Sistem Hematologi
Pucat : Penderita anemia biasanya terlihat pucat
Pendarahan : Biasanya anemia disebabkan karena pendarahan. Penderita
anemia juga sering mengalami mimisan.
17
8. Sistem Saraf Pusat
Kaji adanya Keluhan sakit kepala: Klien anemia biasnaya merasak sakit
kepala
Tingkat kesadaran : Biasanya compos mentis dnegan GCS E4M5V6
Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial karena terjadi
perdarahan yang ditandai dengan nyeri kepala, muntah proyektil, serta papil
edema.
Kaji adanya Gangguan system persarafan yang meliputi : Kejang, pelo,
mulut mencong, kesemutan atau polyneuritis, kelumpuhan ekstermitas, dan
disorientasi.
Lakukan Pemeriksaan reflek yang meliputi: Refleks fisiologis dan refleks
patologis.
9. Sistem Pencernaan
Kaji Keadaan mulut : adanya caries gigi, penggunaan gigi palsu, stoamtitis,
lidah kotor, dan kenormalan saliva
Kaji adanya muntah
Kaji nyeri pada daerah perut, skala nyeri dan karakteristiknya.Lokasi nyeri
meliputi setempat,menyebar, berpindah-pindah dan kanan/kiri. Sedangkan
Karaktersitik nyeri pada daerah perut meliputi Seperti di tusuk-tusuk, melilit,
Cramp, panas,
Diare: biasanya mengalai diare
Kaji warna feses san konsistensi feses.
Kaji terjadinya konstipasi atau tidak
Hepar : biasanya teraba
Abdomen : Inspeksi kesimetrisan abdomen, Perkusi: biasanya tedapat bunyi
timpani, Palpasi : Terabanya pembesaran hepar/tidak, terdapat nyeri tekan
atau tidak
18
Kaji warna air kemih
Kaji adanya distensi kandung kemih atau tidak
Kaji keluhan pinggang
Kaji adanya pemasangan kateter atau tidak
D. Data Penunjang : berisi Hasil pemeriksaan diagnostic yang menunjang masalah : Lab,
Radiologi, Endoskopi, dll) dilengkapi dengan tanggal pemeriksaan.
E. Analisa Data
19
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. D.0005 Pola Napas Tidak Efektif b.d Cedera pada medula spinalis d.d Dispnea,
ortopnea,Fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun
2. D.0009 Defisit Nutrisi b.d Nyeri/Kram abdomen, nafsu makan menurun, Berat
badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal, bising usus hiperaktif,
membran mukosa pucat
3. D. 0076 Nausea b.d Iritasi lambung d.d Mengeluh mual, merasa ingin muntah,
tidak berminat makan, Pucat, takikardia
4. D.0056 Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan d.d Mengeluh lelah, dispnea saat
beraktvitas, merasa lemah, Frekuensi jantung meningkay, gambaran EKG
menunjukkan aritmia
5. D.0057 Keletihan b.d kondisi fisiologis (anemia) d.d mengeluh lelah, tampak lesu,
kebutuhan istirahat meningkat.
20
- Frekuensi napas membaik (jumlah, warna,
menurun, tekanan
aroma)
inspirasi menurun
Teraupetik
- Posisikan semi-
Fowler atau Fowler
- Berikan minum
hangat
- Lakukan
Fisioterapi dada,
jika perlu
-Berikan Oksigen,
jika perlu.
Edukasi
- Anjurkan asupan
caira 2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
- Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran dan
mukoliti, jika perlu
Jumat, 17 L.03030 Status Nutrisi . 03119
D.0009 Defisit
November 2022 Manajemen
Nutrisi
Setelah dilakukan Nutrisi
asuhan keperawatan
selama 2x24 jam maka Observasi
Defisit nutrisi b.d
Status Nutrisi membaik - Identifikasi status
Nyeri/Kram
dengan kriteria hasil : nutrisi
abdomen, nafsu
makan menurun, - Identifikasi
- Nyeri Abdomen menurun makanan yang
Berat badan menurun
- Biising usus membaik disukai
minimal 10% di
- Berat badan membaik - Identfikasi
bawah rentang ideal,
- Nafsu makan membaik kebutuhan kalori
bising usus
- Membran mukosa membaik dan jenis nutrien
hiperaktif, membran
mukosa pucat - Monitor asupan
makanan
- Monitor berat
badan
Teraupetik
- Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
21
- Berikan makan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makan,jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi
dudu, jika perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan ,
jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
Jumat, 17 L.08066 Tingkat Nausea I.03117 Manajemen
D. 0076 Nausea
November 2022 Mual
Nausea b.d Iritasi Setelah melakukan asuhan
lambung d.d keperawatan selama 2x254Observasi
Mengeluh mual, jam maka Tingkat Nausea - Identifikasi
merasa ingin muntah, menurun dnegan kriteria pengalam mual
tidak berminat hasil : - Identifikasi dampak
makan, Pucat, mual terhadap kualitas
takikardia - Nafsu makan meningkat hidup
- Kleuhan mual menurun - Identifikasi faktor
- Perasan ingin muntah penyebab mual
menurun - Monitor mual
- pucat membaik - monitor asupan
- Takikardia membaik nutrisi dan kalori
Teraupetik
- Kendalikan faktor
lingkungan penyebab
mual
- Kurangi atau
hilangkan penyebab
mual
- Berikan makanan
dalam jumlah kecil
dan menarik.
Edukasi
- Anjurkan sering
memberishkan mulut,
22
kecuali jika
merangsang mual
- Anjurkan
penggunaan teknik
farmakologis untuk
mengatasi mual.
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian antilemetik,
jika perlu.
Jumat, 17 D.05047 Toleransi I. 050176
D.0056 Intolernasi
november 2022 Aktivitas Manajemen Energi
Aktivitas
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Observasi
b.d kelemahan d.d keperawatan selama 1x24 - Identifikasi
mengeluh lelah, maka Toleransi Aktivitas gangguan fungsi tubuh
dispnea saat membaik dengan kriteria yang mengakibatkan
beraktvitas, merasa hasil: kelelahan
lemah, frekuensi 1. Frekuensi nadi - Monitor kelelahan
jantung meningkay, meningkat fisik dan emosional
gambaran ekg 2. Kemudahan dalam - Monitor pola dan
menunjukkan aritmia melakukan aktivitas sehari- jam tidur
hari meningkat Teraupetik
3. Keluhan lelah menurun - Lakukan latihan
4. Dispnea saat aktivitas rentang gerak pasif
menurun dan/atau aktif
5. Perasaan lemah menurun - Berikan aktvitas
6. Aritmia saat aktivitas distraksi yang
7. Warna kulit membaik menyenangkan
- Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur, jika
tidak berpidnah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan melakuakn
aktivitas secara
bertahap
- Anjurkan
menghubungi perawat
jika tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi
23
koping untuk
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dnegan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Jumat, 17 D. 05046 Tingkat I. 12362 Edukasi
D.0057 Keletihan
november 2022 Keletihan Aktivitas/Istirahat
Keletihan b.d kondisi
fisiologis (anemia) Setelah dilakukan asuhan Observasi
d.d mengeluh lelah, keperawatan selama 1x24 Identifikasi kesiapan
tampak lesu, maka Tingkat Keletihan dan kemampuan
kebutuhan istirahat membaik dengan kriteria menerima informasi
meningkat. hasil: Teraupetik
- Sediakan materi dan
1. Kemmapuan melakukan media pengaturan
aktivitas rutin meningkat aktivitas dan istirahat
2. Verbalisasi lelah Edukasi
menurun - Jelaskan pentingnya
3. Lesu menurun melakukan aktivitas
4. Sakit kepala menurun fisik/olahraga secara
5. Frekuensi napas menurun rutin
6. Pola napas membaik - Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
24
2.3 Pendidikan Kesehatan tentang Anemia
2.3.1 Pengertian pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk
membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran yang didalamnya perawat sebagai perawat
pendidik (Suliha,dkk,2002). Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah
upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan
tindakan - tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf kesehatannya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk kegiatan dengan
menyampaikan materi tentang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku sasaran.
25
umum.
26
termasuk identifikasi sasaran.
- Identifikasi kesenjangan pengetahuan kesehatan.
- Tulis tujuan yang spesifik, dapat dilakukan, menggunakan prioritas, dan ada
jangka waktu.
- Kaji sumber- sumber yang tersedia (dana,sarana dan manusia)
b. Tahap II. Memilih saluran dan materi/media.
Pada tahap pertama diatas membantu untuk memilih saluran yang efektif
dan matri yang relevan dengan kebutuhan sasaran. Saluran yang dapat
digunakan adalah melalui kegiatan yang ada di masyarakat. Sedangkan materi
yang digunakan disesuaikan dengan kemampuan sasaran. Tindakan
keperawatan yang perlu dilakukan adalah :
- Identifikasi pesan dan media yang digunakan.
- Gunakan media yang sudah ada atau menggunakan media baru.
- Pilihlah saluran dan caranya.
c. Tahap III. Mengembangkan materi dan uji coba
Materi yang ada sebaiknya diuji coba ( diteliti ulang ) apakah sudah
sesuai dengan sasarandan mendapat respon atau tidak. Tindakan keperawatan
yang perlu dilakukan adalah:
- Kembangkan materi yang relevan dengan sasaran.
- Uji terlebih dahulu materi dan media yang ada. Hasil uji coba akan
membantu apakah meningkatkan pengetahuan, dapat diterima, dan sesuai
dengan individu.
d. Tahap IV. Implementasi
Implementasi merupakan tahapan pelaksanaan pendidikan kesehatan.
Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
- Bekerjasama dengan organisasi yang ada di komunitas agar efektif
- Pantau dan catat perkembangannya.
- Mengevaluasi kegiatan yang dilakukan
e. Tahap V. Mengkaji efektifitas
Mengkaji keefektifan program dan pesan yang telah disampaikan
terhadap perubahan perilaku yang diharapkan. Evaluasi hasil hendaknya
berorientasi pada kriteria jangka waktu (panjang / pendek) yang telah ditetapkan.
Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah melakukan evaluasi proses
dan hasil.
f. Tahap VI. Umpan balik untuk evaluasi program
Langkah ini merupakan tanggung jawab perawat terhadap pendidikan
kesehatan yang telah diberikan. Informasi dapat memberikan gambaran tentang
kekuatan yang telah digunakan dan memungkinkan adanya modifikasi.
Tindakan keperawatan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
- Kaji ulang tujuan, sesuaikan dengan kebutuhan.
- Modifikasi strategi bila tidak berhasil.
- Lakukan kerjasama lintas sektor dan program.
- Catatan perkembangan dan evaluasi terhadap pendidikan kesehatan yang
telah dilakukan.
- Pertahankan alasan terhadap upaya yang akan dilakukan.
- Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan.
27
2.4 Telaah Jurnal Tentang Anemia
1. Pertanyaan Penelitian
a. Review Questions
“Apakah Intervensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar hemoglobin
pada penderita anemia?”
b. Komponen PICO:
P: Ibu Hamil dengan Anemia
I: Pemberian Ekstrak Bayam
C: Peningkatan Kadar hemoglobin
O: Kadar Hemoglobin dalam darah
2. Strategi Pencarian Artikel
Metode pencarian artikel atau jurnal menggunakan metode elektronik database yaitu
Google Scholar atau Google Cendekia. Kata Kunci yang digunakan untuk pencarian
yaitu Anemia dan Esktrak Bayam
3. Review Jurnal
a. Artikel 1
JUDUL Pengaruh Pemberian Zat Besi Dan Sayur Bayam Terhadap Peningkatan
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Dengan Anemia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Martapura I
PENELITI Yenny Okvitasari , Darmayanti , Maria Ulfah
TAHUN 2021
JURNAL Jurnal keperawatan suaka insan (jksi) vol. 6, no. 1,
LATAR Tingginya prevalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang
BELAKANG tengah dihadapi pemerintah Indonesia. Kejadian anemia pada ibu hamil
dari tahun 2013 didapatkan 31,7 % dan angka kejadian anemia tersebut
semakin tahun semakin meningkat, sampai 2018 anemia pada ibu hamil
didapatkan 48,9 % (Riskesdas, 2018). Intervensi Anemia pada ibu hamil
harus dilakukan karena anemia kehamilan disebut“potential danger to
mother and child” (potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah
anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010). Salah satu alternatif untuk
memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
28
sayuran yang berwarna hijau, salah satunya bayam. Zat besi yang
terkandung didalam bayam sangat tinggi sebesar 3,9 mg / 100 gram
(Merlina, 2016).
TUJUAN Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian zat besi dan sayur
bayam dengan zat besi terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil
dengan anemia.
METODE Metode penelitian ini yaitu Quasi Eksperimen dengan menggunakan Uji
Paired T-test dan Uji Independent T-test, sampel penelitian menggunakan
30 responden secara Purposive Sampling dengan kriteria inklusi dan
eksklusi.
HASIL Hasil penelitian dilakukan pada 30 responden yang dibagi menjadi dua
kelompok intervensi dan kelompok kontrol selama 14 hari. Sebelum
diberikan zat besi didapatkan nilai rerata 9,6 g/dl dan kadar hemoglobin
sesudah diberikan zat besi didapatkan nilai rerata 10,8 g/dl, selama
pemberian didapatkan rerata perubahan hemoglobin pada ibu hamil
kelompok intervensi sebesar 1,43 g/dl dan pada kelompok kontrol 1,17
g/dl. Hasil Uji Independent T-test didapatkan p-value 0,001 nilai α (<0,05)
yang artinya ada perbedaan pengaruh antara kelompok intervensi dan
kontrol dengan selisih nilai 0,26 g/dl.
b. Artikel 2
JUDUL Efektifitas Pemberian Ekstrak Bayam Terhadap Peningkatan Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Ringan
PENELITI Dheny Rohmatika1), Tresia Umarianti2)
TAHUN 2017
JURNAL Jurnal Kebidanan, Vol. IX, No. 02
LATAR Menurut Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019
BELAKANG angka kejadian ibu hamil dengan anemia sebesar 37,1% (Depkes, 2015).
Anemia yang terjadi pada ibu hamil akan berdampak pada ibu dan bayinya.
Dampak yang ditimbulkan antara lain, abortus, kurang tenaga saat
melahirkan sehingga partus lama dan infeksi pada ibu dan bayinya,
perdarahan pada waktu melahirkan, kelahiran prematur, bayi lahir dengan
berat lahir rendah serta janin mengalami kekurangan gizi saat dalam
kandungan intra uterine growth retardation IUGR). Kebijakan pemerintah
dalam menangani masalah anemia pada kehamilan adalah pemberian
suplementasi besi dan asam folat. Dalam memenuhi kebutuhan zat besi,
seseorang biasanya mengkonsumsi suplemen, akan tetapi salah satu
alternatif untuk memenuhi kebutuhan zat besi dapat dilakukan dengan
konsumsi sayuran yang mengandung zat besi dalam menu makanan. Zat
besi ditemukan pada sayur-sayuran, antara lain bayam (Amaranthus spp.).
Sayuran berhijau daun seperti bayam adalah sumber besi nonheme.
TUJUAN Untuk membuktikan Pengaruh Pemberian Ekstrak Bayam Hijau Terhadap
Perubahan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Pasien Puskesmas.
29
METODE T-test dependent, T-test independent. Pengukuran hemoglobin
menggunakan alat Hemoglobin Testing System Quick-Check set.
HASIL Hasil Penelitian Penelitian dilakukan pada 34 responden selama 7 hari.
Hasil uji uji paired sample t-test diperoleh t: 4,716 dan nilai p 0,000
(p<0.05) didapatkan nilai p < 0,05.Mengkonsumsi esktrak bayam hijau
selama 7 hari dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil
dengan rata-rata peningkatan sebesar 0.541 gr/dl. Dalam 1 gr bayam hijau
yang sudah dilakukan ekstraksi di Lab. Teknologi Pangan UNS dan Fresh
dryer di Lab SEFA UMS dan analisis kandungan dengan metode AAS di
Lab. MIPA UNS terdapat kandungan zat besi sebesar 21 mg/gr. Bayam
hijau merupakan sumber zat besi yang dapat membantu terjadinya induksi
zat besi dalam tubuh sehingga mampu berikatan dengan gugus heme pada
molekul hemoglobin anatara lain vitamin C, Vitamin B6, folat dan
isoleusin.
c. Artikel 3
Judul Pengaruh Pemberian Jus Bayam Hijau Terhadap Peningkatan Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar
Minggu Jakarta Selatan
Peneliti Rini Kundaryanti, Natasya Fardillah M, Retno Widowati
Tahun 2019
Jurnal Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan Nasional
Latar Belakang Anemia Dalam Kehamilan Memiliki Risiko Terjadinya Keguguran,
Kematian Janin Yang Dikandung, Berat Badan Lahir Rendah, Dll. Masih
Banyak Ibu Hamil Mengalami Anemia Di Wilayah Kerj Puskesmas Pasar
Minggu, Yaitu Sebanyak 529 Orang Pada Tahun 2017. Disamping Itu
Masih Banyak Ibu Hamil Yang Belum Mengetahui Manfaat Jus Bayam
Hijau Terhadap Peningkatan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil.
Tujuan Mengetahui Pengaruh Pemberian Jus Bayam Hijau Terhadap Kenaikan
Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Yang Anemia Di Puskesmas Pasar
Minggu
Metode Penelitian Quasi Experiment Dengan Desain One Group Pretest And
Posttest. Sampel Berjumlah 13 Ibu Hamil Anemia Trimester Ii.
Pengambilan Sampel Menggunakan Purposive Sampling Instrumen
Penelitian Terdiri Dari Hb Set Digital Untuk Memeriksa Kadar
Hemoglobin Dan Lembar Observasi. Ibu Hamil Mengonsumsi Jus Bayam
Hijau Sebanyak 500 Ml, Pagi Dan Sore Hari Selama 7 Hari. Data
Dianalisis Menggunakan Uji Paired T-Test.
Hasil Berdasarkan Penelitian Ini Didapat Hasil Bahwa Rata-Rata Kadar
Hemoglobin Responden Sebelum Pemberian Jus Bayam Hijau Adalah
9.0308 Dengan Std. Deviasi 0.81587, Sedangkan Sesudah Pemberian Jus
Bayam Hijau Adalah 10,2615 Dengan Std. Deviasi 0,85200. Terlihat Nilai
30
Rata-Rata Perbedaan Antara Sebelum Dan Setelah Pemberian Jus Bayam
Hijau Adalah 1,23077 Dengan Standar Deviasi 0,47150. Hasil Uji Statistik
Dengan Uji Paired Sample T Test Didapatkan Nilai 0,000 Yang Artinya <
0,05 Maka Hal Ini Menunjukkan Bahwa Ada Pengaruh Pemberian Jus
Bayam Hijau Terhadap Perubahan Kadar Haemoglobin Ibu Hamil Anemia.
d. Artikel 4
JUDUL Perbedaan Pemberian Bayam Hijau Dan Tablet Fe Terhadap Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia
PENELITI Tri Restu Handayani
TAHUN 2021
JURNAL Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Vol. 13, No. 2,
LATAR Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
BELAKANG terjadi terutama selama masa kehamilan. Menurut World Health
Organization (WHO), 40% kematian di negara berkembang berkaitan
dengan anemia dalam kehamilan. Pemerintah beserta tenaga medis
memberikan tablet Fe pada ibu hamil sebagai upaya meningkatkan zat besi
selama kehamilan. Salah satu alternatif lainnya dalam pemenuhan
kebutuhan zat besi yaitu dengan mengkonsumsi bayam hijau. Kandungan
zat besi pada bayam berperan untuk pembentukan haemoglobin.
TUJUAN Diketahuinya perbedaan pemberian bayam hijau dan tablet Fe terhadap
kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia.
METODE Desain penelitian yang digunakan yaitu eksperimen dengan pretest-posttest
with control group design. Penelitian dilakukan di Puskesmas Nagaswidak
pada Januari 2019. Subjek penelitian adalah ibu hamil trimester tiga
dengan kadar Hb < 11 gr/dl. Sampel berjumlah 30 ibu hamil yang
memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel menggunakan teknik total
sampling. Data dianalisis menggunakan uji homogenitas dan Mann
Whitney test.
HASIL Uji homogenitas terhadap karakteristik masing-masing kelompok yang
meliputi usia, paritas, pekerjaan dan pendapatan, menunjukkan nilai p >
0.05. Hasil uji non parametrik Mann Whitney test diperoleh nilai p 0.004
(p< 0.05). Terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar Hb kelompok
eksperimen yang diberikan bayam hijau dan tablet Fe dengan kelompok
kontrol yang diberikan tablet Fe.
e. Artikel 5
31
JUDUL Efektivitas pemberian jus bayam, jus tomat, dan kombinasi terhadap kadar
hemoglobin ibu hamil dengan anemia di rsau dr. Esnawan antariksa jakarta
PENELITI Luluk eka meylawat, irna nursanti, giri widakdo
TAHUN 2019
JURNAL Jurnal keperawatan dan kesehatan medisina akper ypib majalengka
vol.5,no.9
LATAR Anemia dalam kehamilan akan memberi pengaruh kurang baik pada ibu,
BELAKANG baik dalam kehamilan, persalinan maupun saat nifas dan masa selanjutnya.
Berbagai masalah dapat timbul akibat anemia seperti meningkatkan risiko
kelahiran bayi dengan berat lahir rendah, lahir sebelum waktunya,
keguguran, risiko perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan
bayinya. Pada bayi dalam kandungan dapat mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, tidak dapat mencapai tinggi optimal dan
anak menjadi kurang cerdas (kemenkes, 2014). Sumber makanan yang
kaya akan zat besi antara lain terdapat pada hati, ikan dan daging,
sedangkan sumber makanan yang banyak mengandung asam folat adalah
buah-buahan, beras merah dan sayuran hijau (mardalena, 2017). Menurut
world healthiest's food rating, bayam merupakan tumbuhan hijau yang
banyakmengandung zat besi (fe) yaitu 6,43 mg per 180 gram, dan tidak ada
satu pun zat yang dapat membahayakan tubuh terkandung pada bayam (the
george mateljan foundation, 2010).
TUJUAN Untuk mengetahui perbedaan efektivitas pemberian jus bayam, jus tomat
serta kombinasi jus bayam dan tomat terhadap kadar hemoglobin ibu hamil
dengan anemia.
METODE Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental dengan rancangan
pretest-posttest design with comparison group. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik non probability sampling dengan metode purposive
sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan alat pengukur
kadar hemoglobin digital. Data dianalisa menggunakan dua tahap yaitu
analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji t dependen dan
anova.
HASIL Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di rsau dr. Esnawan
Antariksa disimpulkan bahwa ada perbedaan kadar hemoglobin darah
sebelum dan sesudah diberikan jus bayam bayam, jus tomat dan
kombinasi jus bayam dan tomat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian rohmantika, d dan umarianti, t (2017) yang berjudul “
efektifitas pemberian ekstrak bayam terhadap peningkatan kadar
hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia ringan”. Penelitian ini
dilakukan pada 37 respondendan hasil uji paired sample sampel t-test
diperoleh t : 4,716 dan nilai p 0,000 (p<0,05) yang artinya pemberian
ekstrak bayam hijau secara sigifikan mempengaruhi perubahan kadar
hemoglobin. Daun bayam hijau (amaranthus hybridus l) memiliki
kandungan zat besi (fe) sebesar 6,43% m per 180 gram. Fungsi zat besi
32
adalah membentuk sel darah merah, sehingga apabila produksi sel darah
merah dalam tubuh cukup, maka kadar hemoglobin akan normal
(arisman, 2008).
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi sel
darah merah atau konsentrasi hemoglobin dalam aliran darah menurun. Anemia terjadi
ketika jumlah sel darah merah berkurang. Anemia atau kurang darah adalah kondisi di
mana jumlah sel darah merah atau hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang
berperan dalam mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh
bagian tubuh. Klien Anemia sering mengeluh lemah, pusing , sakit kepala, tampak pucat,
dll. Dari data tersebut perawat akan memberikan asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian yang didalamnya meliputi Keadaan umum, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dan proses analisa data. Setelah itu , perawat akan menetapkan diagnosa
keperawatan, dan pembuatan rencana keperawatan. Selain asuhan keperawatan,
pedidikan kesehatan terkait anemia juga harus diberikan agar klien bisa dengan mandiri
meningkatkan derajat kesehatannya dan menghindari pola hidup atau kebiasaan yang bisa
menyebabkan anemia.
1.2. Saran
Perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien anemia
secara optimal dan sesuai prosedur.
.
33
DAFTAR PUSTAKA
Dheny, R., & Tresia, U. (2017). Efektifitas Pemberian Ekstrak Bayam Terhadap Peningkatan Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Ringan. Jurnal Kebidanan Vol. Ix, No. 02,
165-174.
Handayani, T. R. (2021). Perbedaan Pemberian Bayam Hijau Dan Tablet Fe Terhadap Kadar
Hemoglobin Pada Ibu Hamil Dengan Anemia. Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Vol.
13, No. 2, , 19-25.
Luluk, M., Irna, N., & Giri, W. (2019). Google Scholar. Diambil Kembali Dari Jurnal Akper Pyib:
Https://Ejournal.Akperypib.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/2019/03/Medisina-Jurnal-
Keperawatan-Dan-Kesehatan-Akper-Ypib-Majalengkavolume-V-Nomor-9-Feb-2019-
11.Pdf
Pratiwi, H. P., Fildzah, K., & Syarafina, R. (2021). Efektivitas Bayam Dan Buah Bit Terhadap
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil: Systematic Literature Review Study. Mtph Journal, Volume
5, No. 1, 51-57.
Rahayunigsih, F. (2021). Google Scholar. Diambil Kembali Dari Repository Poltekkes Jogja:
Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/5878/10/Ferida%20rahayuningsih_P07120118003.Pdf
Rini, K., Natasya, F., & Retno, W. (2018). Pengaruh Pemberian Jus Bayam Hijau Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pasar Minggu Jakarta Selatan. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan Nasional.
Syaro, I. (2020). Asuhan Keperawatanpada Ny.T Dengan Kasus Anemia Di Ruang Melati Di
Rumah Sakit Daerah Balung Jember. Journal Of Medicine And Health, 1-11.
34