Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA PADA LANSIA

OLEH

KELOMPOK 2
B12-A

1. Ni Luh Suryaningsih (193223091)


2. Putu Eka Ambarawati (193223104)
3. I Wayan Eddy Wirawinata (193223070)
4. Putu Ayu Dharmaning (193223102)
5. I Gst Ayu Md Indriya Sari (193223061)
6. Md Tantri Indraswari (193223077)
7. Ni Nyoman Sriasih (193223096)
8. I Made Arimbawa (193223067)
9. Ni Made Yuniari Artini (193223095)

PROGRAM ALIH JENJANG


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep
Anemia Pada Lansia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Gerontik.
Dalam penulisannya penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berpartisipasi dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat dan
membangun demi menyempurnakan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Denpasar, Maret, 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang …………………………………………….. 1
B.Rumusan Masalah................................................................... 2
C.Tujuan ………….………………….………………...….…. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Lansia.............................................................................. 3
2.2 Status Kesehatan Lansia................................................................... 3
2.3 Pengertian Anemi.............................................................................. 6
2.4 Patofisiologi...................................................................................... 7
2.5 Etiologi............................................................................................. 8
2.6 Klasifikasi........................................................................................ 8
2.7 Tanda dan Gejala.............................................................................. 11
2.8 Komplikasi........................................................................................ 11
2.9 Penatalaksanaan................................................................................ 12
2.10 Pemeriksaan Penunjang.................................................................. 12
2.11 Konsep Askep................................................................................. 13

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ……….......…………………………….....…….... 26
3.2 Saran ...................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan


dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu
ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan
dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Anemia merupakan suatu kondisi atau istilah yang menunjukan
rendahnya hitungan jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin di bawah
normal. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen di dalam darah.
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh dan perubahan patofisiologis yang mendasar yang
diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium
Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
Hb sampai dibawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E
Richard, IKA Nelson ; 1680). Anemia adalah berkurangnya hingga dibawah
nilai normal jumlah SDM, kualitas Hb, dan volume packed red blood cell
(hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia A. Price. 2006). Anemia adalah istilah
yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah dan kadar hematokrit dibawah
normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Secara

1
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan Hb untuk mengangkut
oksigen ke jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan
akibat dari berbagai proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzane,
Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner dan Suddarth ; 935
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Anemia ?


2. Apa jenis-jenis Anemia?
3. Bagaimana etiologi Anemia ?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit Anemia ?
5. Apa tanda dan gejala Anemia ?
6. Bagaimana menjelasakan prinsip penanganan ?
7. Bagaimana komplikasi dari penyakit Anemia ?
8. Bagimana prinsip asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Anemia

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Anemia ?


2. Mengetahui jenis-jenis Anemia?
3. Mengetahui etiologi Anemia ?
4. Mengetahui patofisiologi penyakit Anemia ?
5. Mengetahui tanda dan gejala Anemia ?
6. Mengetahui dan menjelasakan prinsip penanganan ?
7. Mengetahui komplikasi dari penyakit Anemia ?
8. Mengetahui prinsip asuhan keperawatan pada klien dengan kasus Anemia

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Lansia

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,
penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan
satu kelompok sosial sendiri.
WHO menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
3. lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan
4. usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2.2 Status Kesehatan Lansia
Kesehatan dan status fungsional seorang lansia ditentukan oleh
resultante dari faktor–faktor fisik, psikologik dan sosio-ekonomik. Faktor-
faktor tersebut tidak selalu sama besar peranannya sehingga selalu harus
diperbaiki bersamaan dengan perawatan pasien secara menyeluruh. Di

3
negara - negara sedang berkembang faktor sosio-ekonomik/finansial hampir
selalu merupakan kendala yang penting.
Pada umumnya perjalanan penyakit lansia adalah kronik (menahun),
diselingi dengan eksaserbasi akut. Selain dari pada itu penyakitnya bersifat
progresif dan sering menyebabkan kecacatan (invalide) yang lama sebelum
akhirnya penderita meninggal dunia. Penyakit yang progresif ini berbeda
dengan penyakit pada usia remaja/dewasa yaitu tidak memberikan proteksi
atau imunitas tetapi justru menjadikan orang lansia rentan terhadap penyakit
lain karena daya tahan tubuh yang makin menurun
Dari pengamatan selama ini, terlihat bahwa penyakit kronik pada 50 tahun
terakhir ini dianggap sebagai penyebab nomor satu terjadinya morbiditas dan
mortalitas. Untuk orang–orang lanjut usia (lansia) memang prevalensi dan
akumulasi penyakit kronik meningkat. Hal ini mungkin disebabkan oleh
menurunnya atau berubahnya respons terhadap stres, termasuk stres terhadap
penyakit. Demikian juga dengan intensitas gejala dan persepsi terhadap
penyakit juga berkurang. Berbagai penyakit kronik yang dialami pasien
lansia seringkali menyebabkan masalah yang muncul berbeda dengan
masalah pada pasien usia muda. Awitan (onset) mungkin tidak jelas,
manifestasi klinis juga tidak khas. Banyak gejala dan tanda tidak disebabkan
oleh penyakitnya sendiri melainkan oleh respons tubuh terhadap penyakit–
penyakit tersebut.
Salah satu penyakit yang sering diderita orang–orang lansia yaitu anemia
dan ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada
lansia. Penyebab anemia yang paling sering pada lansia yaitu penyakit
kronik dan defisiensi besi. Anemia sebenarnya bukanlah merupahkan
diagnosa akhir dari sesuatu penyakit akan tetapi merupakan hasil dari
berbagai gangguan dan hampir selalu membutuhkan evaluasi lanjutan atau
boleh juga dikatakan bahwa anemia merupakan salah satu gejala dari sesuatu
penyakit dasar. Ada juga yang mengatakan bahwa anemia merupakan
ekspresi kompleks gejala klinis suatu penyakit yang mempengaruhi
mekanisme patogenesis gangguan eritropoesis (produksi eritrosit),
perdarahan, atau penghancuran eritrosit. Insidensi anemia bervariasi tetapi

4
diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dimana
prevalensi tertinggi berada di negara–negara sedang berkembang.
Anemia merupakan salah satu gejala sekunder dari sesuatu penyakit pada
lansia. Anemia sering dijumpai pada lansia dan meningkatnya insidensi
anemia dihubungkan dengan bertambahnya usia telah menimbulkan spekulasi
bahwa penurunan hemoglobin kemungkinan merupakan konsekuensi dari
pertambahan usia. Tetapi ada 2 alasan untuk mempertimbangkan bahwa
anemia pada lansia merupakan tanda dari adanya penyakit, yaitu:
1. Kebanyakan orang–orang lansia mempunyai jumlah sel darah merah
normal, demikian juga dengan hemoglobin dan hematokritnya,
2. Kebanyakan pasien – pasien lansia yang menderita anemia dengan
hemoglobin < 12 gr / dL, penyakit dasarnya telah diketahui.
Dari beberapa hasil studi lainnya dilaporkan bahwa prevalensi anemia
pada laki–laki lansia adalah 27–40% dan wanita lansia sekitar 16–21%.
Sebagai penyebab tersering anemia pada orang–orang lansia adalah
anemia penyakit kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh
anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainnya yaitu defisiensi
vitamin B12, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma
mielodisplastik.
Meningkatnya perasaan lemah, lelah dan adanya anemia ringan janganlah
dianggap hanya sebagai manifestasi dari pertambahan usia. Oleh karena
keluhan-keluhan tersebut di atas merupakan gejala telah terjadinya anemia
pada lansia. Selain gejala–gejala tersebut di atas, palpitasi, angina dan
klaudikasio intermiten juga akan muncul oleh karena biasanya pada lansia
telah terjadi kelainan arterial degeneratif. Muka pucat dan konjungtiva
pucat merupakan tanda yang dapat dipercayai bahwa seorang lansia itu
sebenarnya telah menderita anemia.
Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan

penyembuhan penyakit akan semakin lama. Yang mana ini nantinya akan

membawa dampak yang buruk kepada orang–orang lansia. Dari suatu

5
hasil studi dilaporkan bahwa lansia yang menderita anemia oleh karena
penyakit infeksi mempunyai resiko kematian lebih tinggi. Penelusuran
diagnosis anemia pada lansia memerlukan pertimbangan kliniS tersendiri.
Dari evaluasi epidemiologis menunjukkan walaupun telah dilakukan
pemeriksaan yang mendalam, ternyata masih tetap ada sekitar 15–25%
pasien anemia pada lansia yang tidak terdeteksi penyebab anemianya.

2.3 Pengertian Anemia


Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit)
per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotifiologis yang mendasar yang
diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

6
2.4 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada klien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;

7
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

2.5 Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

8
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid,
5. piridoksin, vitamin C dan copper

2.6 Klasifikasi anemia


Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
2.6.1 Anemia hipoproliferatif
yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh
defek produksi sel darah merah, meliputi:
1. Anemia aplastik
Penyebab:
1. agen neoplastik/sitoplastik
2. terapi radiasi
3. antibiotic tertentu
4. obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
5. benzene
6. infeksi virus (khususnya hepatitis)
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang,
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
a. Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
b. Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis,
perdarahan saluran

9
c. cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf
pusat.
d. Morfologis: anemia normositik normokromik
2. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
1. Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
2. Hematokrit turun 20-30%
3. Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
4. Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel
darah merah
5. maupun defisiensi eritopoitin
2.6.2 Anemia pada penyakit kronis http
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan
2.6.3 Anemia defisiensi besi
Penyebab:
1. Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
2. menstruasi
3. Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
4. Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises
5. oesophagus, hemoroid, dll.)
gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

10
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
1. Atropi papilla lidah
2. Lidah pucat, merah, meradang
3. Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
4. Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
2.6.4 Anemia megaloblastik
Penyebab:
1. Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2. Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor ( gastrektomi)
infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

2.6.5 Anemia hemolitika


Anemia hemolitika yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
a. Pengaruh obat-obatan tertentu
b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

11

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolysis

2.7 Tanda dan Gejala


1. Lemah, letih, lesu, lelah dan lalai
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat, penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia

2.8 Kemungkinan Komplikasi yang muncul


Komplikasi umum akibat anemia diantaranya adalah:
1. gagal jantung,
2. parestisia dan
3. kejang
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
(Sjaifoellah, 1998).

2.9 Penatalaksanaan Medis


Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang :
1. Transpalasi sel darah merah.

12
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :


1. Anemia defisiensi besi: Mengatur makanan yang mengandung zat besi,
usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
2. Pemberian preparat fe
a. Ferrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
b. Feroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
3. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
4. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
5. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.

2.10 Pemeriksaan Khusus dan Penunjang


 Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin
B12, hitung trombosit,
 waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
 Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
 Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta
 sumber kehilangan darah kronis.

2.11 Konsep Asuhan Kperawatan


1. Pengkajian

13
a. Perubahan Fisik Pengumpulan data dengan wawancara
1. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,

2. Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,

3. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri

4. Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,

5. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,

6. Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia, erubahan-perubahan


fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,

7. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam


minum obat.

b. Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik : Pemeriksanaan dilakukan


dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui
perubahan sistem tubuh.
1. Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat

kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan

mempunyai daya ingatan menurun atau melemah,

2. Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak.

Pupil: kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena

proses pemenuaan,

3. Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar,

tinnitus, serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di

bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.

4. Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan),

auskultasi denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena

jugularis, apakah ada keluhan pusing, edema.

14
5. Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual,

muntah, kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan

rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah perut kembung

ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan

inkontinensia alvi.

6. Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung kemih,

inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi,

tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat

buang air kecil, kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks,

adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual.

7. Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban),

keutuhan luka, luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya

jaringan parut, keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada

gangguan-gangguan umum.

8. Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya

tendon, gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa

bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan

melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.

c. Perubahan psikologis, data yang dikaji:


1. Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan,
2. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak,
3. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan,
4. Bagaimana mengatasi stres yang di alami,
5. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6. Apakah lansia sering mengalami kegagalan,

15
7. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang, erlu di kaji juga
mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
d. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1. Darimana sumber keuangan lansia,

2. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,

3. Dengan siapa dia tinggal

4. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,

5. Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya,

6. Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah,

7. Siapa saja yang bisa mengunjungi,

8. Seberapa besar ketergantungannya,

9. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang


ada.

e. Perubahan spiritual, data yang dikaji :


1. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya,

2. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan


keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau
fakir miskin

3. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan


berdoa,

4. Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.

.PENGKAJIAN KHUSUS PADA LANSIA: PENGKAJIAN STATUS


FUNGSIONAL, PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF

16
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)

: (L /
Nama Pasien
P)
Umur :
Tanggal :
Nama
:
Pewawancara

Benar Salah Nomor Pertanyaan


1 Tanggal berapa hari ini ?
2 Hari apa sekarang ?
3 Apa nama tempat ini ?
4 Dimana alamat anda ?
5 Berapa umur anda ?
6 Kapan anda lahir ?
7 Siapa Presiden Indonesia ?
8 Siapa nama Presiden Indonesia sebelumnya ?
9 Siapa nama ibu anda ?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
10
setiap angka yang baru , semua secara menurun.
Jumlah

Interpretasi

Salah 0-3 : Fungsi Intelektual Utuh

Salah 4-5 : Fungsi Intelektual Kerusakan Ringan

Salah 6-8 : Fungsi Intelektual Kerusakan Sedang

Salah 9-10 : Fungsi Intelektual Kerusakan

Mini-Mental State Exam ( MMSE )

Nama (Initial) : (L / P)
Umur :

Aspek Nilai Nilai


No. Kriteria
kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar :
1. Tahun
2. Musim
3. Tanggal

17
4. Hari
5. Bulan
Dimana sekarang kita berada ?
1. Negara
2. Propinsi
3. Kabupaten
5 4. Kecamatan
5. Desa
Orientasi
2 Sebutkan tiga nama Objek
Registrasi
(Kursi , Meja, Kertas)
3 kemudian ditanyakan kepada
Klien ,menjawab ;
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
Meminta Klien berhitung dari
Perhatian dan 100, kemudian dikurangi 7
3 5
Kalkulasi sampai lima tingkat
o 100, 93, 86 , ..
Meminta klien untuk
mengulangi 3 objek pada Poin
2
4 Mengingat 3
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
5 Bahasa 9 Menanyakan kepada klien
tentang benda (Sambil
menunjuk benda tersebut)
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk
mengulangi kata berikut “tak
ada jika , dan ,atau ,tetapi”
Klien menjawab _ “dan , atau ,
tetapi”.
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari tiga langkah :
“Ambil bulpoint di tangan
anda, ambil kertas , menulis
saya mau tidur”.
1. Ambil bolpen
2. Ambil kertas
3. ..
Perintahkan Klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1 point)

18
“Tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk
menulis kalimat atau menyalin
gambar
Total 30 ...
Skor Nilai 24-30 : Normal
Nilai 17-23 : Probable Gangguan Kognitif
Nilai 0-16 : Definitif Gangguan

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi yang mungkin muncul:
1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
inadekuat intake makanan.
3. Kurang pengatahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang
informasi.
4. Resiko Infeksi. Faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat
(penurunan Hb)
5. Deficit self care b.d kelemahan

19
3. Perencanaan Keperawatan
N Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
o
1. Intoleransi aktifitas Klien dapat mentoleransi Toleransi aktivitas
b.d aktivitas & melakukan 1. Menentukan penyebab 1. Menentukan penyebab
ketidakseimbangan ADL dgn baik intoleransi aktivitas & dapat membantu menentukan
suplai dan kebutuhan  Berpartisipasi dalam menentukan apakah penyebab intoleransi
oksigen aktivitas fisik dgn TD, dari fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai 2. Kaji kesesuaian aktivitas & 2. Terlalu lama bedrest dapat
 Menyatakan gejala istirahat klien sehari-hari member kontribusi pada
memburuknya efek dari 3. Tingkatkan aktivitas secara intoleransi aktivitas
OR & menyatakan bertahap, biarkan klien 3. Peningkatan aktivitas
onsetnya segera berpartisipasi dalam perubahan membantu mempertahankan
 Warna kulit normal, posisi, berpindah & perawatan kekuatan otot, tonus
hangat&kering diri

 Memverbalisasikan 4. Pastikan klien mengubah posisi 4. Bedrest dalam posisi

pentingnya aktivitas secara bertahap. supinasi menyebabkan

secara bertahap volumeplasma→hipotensi

 Mengekspresikan postural & syncope

20
pengertian pentingnya 5. Monitor gejala intoleransi 5. TV & HR respon terhadap
keseimbangan latihan & aktivitas ketika membantu klien ortostatis sangat beragam
istirahat berdiri, observasi gejala
 toleransi aktivitas intoleransi spt mual, pucat,
meningkat pusing, gangguan kesadaran &
tanda vital 6. Ketidakaktifan berkon-tribusi
6. Lakukan latihan ROM jika terhadap kekuatan otot &
klien tidak dapat menoleransi struktur sendi
aktivitas
2. Ketidakseimbangan Status nutrisi Therapi gizi
nutrisi kurang dari  Pemasukan yang adekuat 1. Monitor masukan cairan dan 1. Mengantisipasi kekurangan
kebutuhan tubuh b.d  Tidak ada tanda-tanda makanan dan hitung kalori gizi
inadekuat intake malnutrisi 2. berikan PenKes tentang
makanan.  Membran konjungtiva pentingnya gizi 2. Meningkatkan pengetahuan
dan mukosa tidak pucat ps dan keluarga tentang

 Nilai Lab.: makanan yang diperlukan

 Protein total: 6-8 gr% klien untuk memenuhi


persyaratan gizi
 Albumin: 3.5-5,3 gr %
3. Mencegah konstipasi atau
 Globulin 1,8-3,6 gr %

21
 HB tidak kurang dari 10 3. Pastikan diet gizi serat dan sembelit, Mencegah
gr % buah-buahan yang cukup penurunan nafsu makan
 makanan dengan tepat 4. *pantau lab jika perlu 4. Penanda pemenuhan keb.gizi
5. Mencegah terjadinya gizi
5. *evaluasi tanda-tanda buruk
kekurangan gizi
3 Kurang Pengetahuan tentang 1. Jelaskan tentang proses penyakit 1. Meningkatan pengetahuan
pengatahuan penyakit, Pengetahuan 2. Jelaskan tentang program dan mengurangi cemas
berhubungan tentang anemia pengobatan dan alternatif 2. Mempermudah intervensi
dengan  Ps mampu menjelaskan pengobantan
kurang informasi. kembali tentang proses 3. Jelaskan tindakan untuk
penyakit, mengenal mencegah komplikasi 3. Mencegah keparahan
kebutuhan perawatan 4. Tanyakan kembali penge-tahuan penyakit
dan pengobatan tanpa ps tentang penyakit, prosedur 4. Mereview
cemas prwtn dan pengobatan

4. Resiko infeksi Kontrol infeksi dan kontrol Manajemen Infeksi :


resiko 1. Tingkatkan upaya pencegahan  mencegah infeksi
 Bebas dari tanda-tanda (cuci tangan semua orang yg nasokomial
b.d Ps termasuk kliennya

22
infeksi sendiri setiap kali akan
 Angka leukosit normal melakukan aktifitas untuk
 Ps mengatakan tahu membantu ps
tentang tanda-tanda 2. Auskultasi bunyi nafas  Ronki mengidentifikasi
infeksi adanya akumulasisi secret
 Tidak ada ulkus/luka yang mungkin b.d
atau berkabut. pneumonia / bronchitis
3. Lakukan perubahan posisi dan  Membantu dalam
anjurkan ps untuk batuk memventilasikan semua
efektif/nafas dalam jika ps derah paru dan
sadar dan kooperatif memobilisasikan secret,
mencegah secret tidak statis
dg terjadinya peningkatan
terhadap resiko infeksi

Kontrol infeksi : 1. Mencegah infeksi sekunder


1. Batasi pengunjung 2. Meningkatkan daya tahan
2. Tingkatkan masukan gizi tubuh
yang cukup 3. Membantu relaksasi dan

23
membantu proteksi infeksi
3. Anjurkan istirahat cukup 4. Meningkatkan pengetahuan
klien

4. Berikan PenKes tentang risiko


infeksi

5 Deficit self care b.d Perawatan diri: (mandi, Membantu perawatan diri klien ADL berpakaian
kelemahan berpakaian), 1. Tempatkan alat-alat mandi Mempermudah jangkauan
 Tubuh bebas dari bau disamping TT klien 1. Melatih kemandirian
dan menjaga keutuhan 2. Libatkan keluarga dan klien
kulit 3. Berikan bantuan selama klien 2. Meningkatkan kepercayaan
 Menjelaskan cara 4. masih mampu mengerjakan 3. Memudahkan intervensi
mandi dan berpakaian sendiri
secara aman 5. Informasikan pd klien dlm 4. Melatih kemandirian
memilih pakaian selama
perawatan
6. Sediakan pakaian di tempat 5. Menghindari nyeri bertambah
yg mudah dijangkau

24
7. Bantu berpakaian yg sesuai 6. Memberikan kenyamanan
8. Jaga privacy, berikan pakaian 7. Memberikan kepercayaan diri
pribadi yg digemari dan sesuai klien

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
WHO menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
3. lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan
4. usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).

3.2 Saran
Makalah ini dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit,puskesmas,keluarga.

26
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses


keperawatan), Bandung.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan


Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan
Klien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC,
Jakarta

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second


edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,


Philadelphia, USA University IOWA., NIC and NOC Project., 1991,
Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA

27
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. KL
DENGAN ANEMIA
DI BR. KERTASARI, DESA PEGUYANGAN KAJA, DENPASAR
TANGGAL 2 MARET- 5 MARET 2020

1. 1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2020 pukul 11.00 WITA di
rumah keluarga Tn. “KL” di Br. Kertasari, Desa Peguyangan Kaja, Denpasar.
Data diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi.

1. Data Biografi
Nama Pasien : Tn. KL
Tempat, tanggal lahir : Badung, 31 Desember 1950
Jenis Kelamin : Laki-laki
Golongan Darah :O
Pendidikan Terakhir : Sekolah Rakyat (SD)
Pekerjaan : Pensiunan Guru
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Hindu
Tinggi/Berat Badan : 172 cm/55 kg
Penampilan : Bersih
Alamat : Br. Kertasari, Desa Peguyangan Kaja, Denpasar
Diagnosa Medis : Anemia

Penanggung Jawab
Nama : Tn. AY
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dengan pasien : Anak
Alamat : Jln Ayani Utara, Br. Kertasari, Desa Peguyangan
Kaja, Denpasar

28
2. Riwayat Keluarga
Genogram:

Keterangan:

: Meninggal Dunia

: Laki-laki yang masih hidup

: Perempuan yang masih hidup

: Hubungan Perkawinan

: Pasien

: Tinggal serumah
3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Tidak Bekerja

Alamat pekerjaan :-

Berapa jarak dari rumah :-

29
Alat transportasi :-

Pekerjaan sebelumnya : Guru

Berapa jarak dari rumah : ±10 km

Alat tranportasi : Sepeda Motor

Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :


Tn.KL mengatakan sumber pendapatannya dari uang pensiunan yang
diterima serta dari anak-anaknya yang sudah bekerja.

4. Riwayat Lingkungan Hidup


Type tempat tinggal : Permanen

Kamar : Di rumah klien terdapat 2 bangunan permanen


yang mana Tn. NP menempati salah satu bangunan
yang berisikan 2 kamar. Tn. NP menggunakan
kamar sebelah kanan.

Kondisi tempat tinggal: Bersih

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 6 orang yang terdiri dari Tn.
KL, istri, anak, menantu dan 2 orang cucunya.

Derajat privasi : Klien memiliki kamar sendiri untuk beristirahat.

5. Riwayat Rekreasi
Hobbi/minat : Olahraga
Keanggotaan dalam organisasi: Penglingsir Banjar

Liburan/perjalanan : Saat hari minggu biasanya klien pergi ke


taman kota Denpasar bersama istri, anak,
menantu dan cucu-cucunya

6. Sistem Pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisiotherapi : Klien mengatakan apabila sakit
langsung dibawa ke puskesmas atau
praktik dokter umum

Jarak dari rumah : ± 2 km

30
Pelayanan kesehatan di rumah : Keluarga

Makanan yang dihantarkan : Klien mengatakan sehari-hari makan


bubur dengan lauk pauk yang tidak
menentu tiap harinya, terkadang
dengan lauk tahu tempe dengan
sayuran.

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : Klien mengatakan bila


merasakan sakit pada kepalanya,
langsung minum obat panas dan
langsung istirahat

Kondisi lingkungan rumah : lingkungan rumah klien terlihat


bersih dan rapi rumah klien terdiri
dari 4 bangunan permanen.
Bangunan pertama berisi 3 buah
kamar yang digunakan oleh anak,
menantu dan cucu Tn.KL dan
bangunan kedua berisi berupa bale
dangin yang berisi 2 kamar. Satu
kamar digunakan oleh Tn. KL dan
kamar yang lain digunakan untuk
gudang penyimpanan. Satu
bangunan untuk upacara agama, dan
bangunan disisi selatan berupa
dapur dan ruang makan. Kamar
yang ditempati oleh Tn. KL dan istri
memiliki kamar mandi dalam.
Semua kamar dirumah Tn. KL
memiliki kamar mandi dalam.
Sumber air pasien diperoleh dari
PDAM.

7. Status Kesehatan
1) Status kesehatan umum selama satu bulan yang lalu :
Anemia : Tn. KL mengatakan masih sering mengalami
pusing,mual,badan lemah dan kurang nafsu makan dan
gangguan tidur sejak pulang dari Rumah Sakit 1 minggu yang
lalu,dirawat karena kurang darah hingga mendapat tranfusi
darah 2 kantong.
2) Keluhan utama :

31
 Badan terasa lemah,letih lesu,setelah beraktivitas napas terasa
cepat dan cepat lelah
 Nafsu makan berkurang,sering merasa mual.
 Sering merasa pusing dan berkunang kunang.

3) Status imunisasi : Pasien mengatakan tidak pernah diberikan


imunisasi.
4) Alergi :
 Obat-obatan: tidak memiliki alergi terhadap obat
 Makanan : Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan
 Faktor lingkungan : pasien memiliki alergi terhadap debu,
respon alergi yang dirasakan pasien adalah bersih dan timbul
bercak kemerahan ada kulit pasien.

8. Pengkajian Fungsional
Indeks Katz

AKTIVITAS SENDIRI DENGAN BANTUAN


Tanpa supervisi, Dengan supervisi, petunjuk
petunjuk atau bantuan dan bantuan
Mandi 
Berpakaian 
Toileting 
Berpindah 
Buang air besar/ 
buang air kecil
Makan 
POINT TOTAL 5= B (Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari
fungsi tersebut.)

9. Pengkajian Status Mental Lansia


Mini - Mental State Exam ( MMSE )
Skor Maksimum Skor Pasien Pertanyaan

32
5 2 Tanggal, bulan, tahun, hari apakah sekarang?

5 5 Dimanakah kita sekarang? Banjar? Desa?


Kota? Provinsi? Letak puskesmas?

3 3 Sebutkan 3 benda yang berbeda secara perlahan


lalu instruksikan pasien menirukan

5 3 Minta pasien menghitung mundur, dimulai dari


angka 50

3 3 Mengingat 3 kata yang disebutkan sebelumnya.

2 2 Sebutkan 2 kata objek dan instruksikan pasien


untuk mengulanginya.

1 1 Sebutkan kata “tidak, jika, dan, atau, tetapi”

3 3 Lipat sehelai kertas menjadi dua bagian dan


letakkan di meja, instruksikan pasien untuk
menirukannya.

1 1 Tuliskan instruksi “Tutup mata ”, instruksikan


pasien untuk membacanya dan melakukannya.

1 1 Buat 1 kalimat terdiri dari subjek dan predikat.

1 1 Istruksikan pasien meniru gambar.

30 25

Keterangan :

Skor 24-30 : Status kognitif normal


Skor 17-23 : Kemungkinan gangguan kognitif
Skor 0-16 : Gangguan kognitif
Jumlah skor yang diperoleh pasien yaitu 25, maka pasien termasuk
dalam kategori status kognitif normal

10. Pengkajian Status Emosional


1) Identifikasi Masalah Emosional
Pertanyaan tahap 1

33
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah klien mengalami kesulitan tidur?  V
2. Apakah klien sering merasa gelisah? V
3. Apakah klien sering murung dan menangis V
sendiri?
4. Apakah klien sering was-was atau kuatir? V
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika ≥ 1 jawaban “ya”.
2) Pertanyaan tahap 2
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali V
dalam sebulan
2. Ada/banyak pikiran V
3. Ada gangguan atau masalah dengan keluarga V
lain
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran V
dokter
5. Cenderung mengurung diri V
Jawaban Ya ≤ 1, berarti :Masalah Emosional Negatif  (-)
Interpretasi Hasil: Klien Tidak Mengalami Gangguan Emosional

11. Pengkajian Psikososial


 Klien mampu berkomunikasi dengan semua orang yang tinggal
serumah dengan klien
 Klien merasa puas dengan sosialisasi yang dilakukannya
 Klien mempunyai sikap yang terbuka dan ramah terhadap orang lain,
klien menerima mahasiswa keperawatan dengan tersenyum dan sapaan
hangat.
Hasil Interpretasi: tidak terdapat masalah psikososial

12. Pengkajian Spiritual


 Klien beragama Hindu, klien melakukan ibadah saat pagi, siang dan
sore hari.
 Klien mengatakan rutin bersembahyang baik saat hari-hari biasa
maupun hari besar agama atau piodalan.
 Klien mengatakan apabila merasa terpuruk akan lebih sering trisandya
dengan duduk dikursi roda.

34
Hasil Interpretasi: Tidak terdapat masalah spiritual

13. Pengkajian Tingkat Depresi


Inventaris Depresi GDS short fom
No Pertanyaan Jawaban Poin

Ya Tidak

1 Saya merasa hidup ini sangat √ 0


memuaskan

2 Saya mengalami penurunan √ 1


aktivitas dan minat

3 Saya merasa hidup tak berarti √ 0

4 Saya merasa hidup membosankan √ 0

5 Saya memiliki semangat berlebihan √ 1


sepanjang waktu

6 Saya merasakan terjadi sesuatu √ 0


yang buruk

7 Saya merasa tak berdaya √ 0

8 Secara umum saya menganggap √ 1


hidup ini indah

9 Saya merasa hidup ini bahagia √ 0

10 Saya merasa paling bahagia minggu √ 1


ini

11 Saya lebih suka tinggal dirumah √ 1


daripada keluar melakukan hal-hal
yang baru

12 Saya memiliki banyak masalah √ 0

13 Saya merasa sangat berharga √ 1

14 Saya merasa pernah semangat √ 0


dalam memandang suatu kegiatan

15 Saya merasa orang-orang disekitar √ 0

35
saya baik

Total 6

Keterangan:

0-10 = not depressed

11-20 = mil depression

20-30 = severe depression


Interpretasi Hasil Pasien memperoleh skor 6, sehingga pasien masuk
dalam kategori tidak depresi.

14. Pemeriksaan Fisik Per-Sistem


1) Sistem penglihatan
1. Inspeksi
 Tidak terdapat kelaian pada kedua bola mata
 Pupil isokor
 Tidak terdapat katarak maupun glukouma
 Sklera ikhterik
 Konjungtiva anemis(pucat)
b. Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba ada massa pada mata
pasien.
c. Uji Refleks
 Refleks pupil terhadap cahaya: saat diberikan cahaya terang pupil
kontriksi (miosis).
 Refleks Akomodasi (Daya Akomodasi) mata pasien ditemukan
pasien tidak dapat melihat benda yang dekat dengan jelas
(presbiopi)
d. Pergerakan Bola Mata
Pergerakan bola mata pasien sama dan tidak ada pergerakan secara
spontan dari bola mata pasien diluar kontrol pasien.

2) Sistem Pendengaran

36
a. Inspeksi
 Posisi telinga kanan dan kiri simetris, cukup bersih, ukuran dan
bentuk telinga kanan kiri sama, terdapat serumen.
b. Palpasi
 Tidak ada nyeri tekan
 Tidak ada nyeri tekan atau massa pada area trangus (atas telinga)
dan ke tulang mastoid (belakang telinga) dan dibawah daun telinga.
c. Pemeriksaan Pendengaran
 Pemeriksaan Rinne
- Pasien merasakan getaran dari garpu tala
 Pemeriksaan Swabach
- Pasien dapat mendengar suara garpu tala.
● Pemeriksaan Webber
- Pasien mengatakan bunyi terdengar jelas dari kedua telinga
3) Sistem Pernapasan
Alat Pernapasan Bagian Atas

a. Inspeksi
Warna kulit hidung sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi,
lubang hidung simetris, tidak ada secret, hidung cukup bersih, tidak
terlihat ada obstruksi atau massa pada hidung.

b. Palpasi
 Tidak teraba adanya nyeri tekan, massa maupun krepitasi
c. Pemeriksaan indra pembau
 Pasien dapat menebak 3 bau yang sudah disiapkan pemeriksa yaitu
minyak kelapa, minyak kayu putih dan minyak kemiri dalam waktu
10 detik.

Alat Pernapasan Bagian Bawah

a. Inspeksi
 Skapula simetris, tidak ada hiperpigmentasi, tidak terdapat retraksi
intercostal (penggunaan otot bantu pernafasan), tidak terdapat

37
jaringan parut, bentuk dada kanan kiri simetris, Frekuensi
Pernafasan 20 x/menit.
b. Perkusi
 Pada klavikula terdengar bunyi pekak, ICS 3 terdengar bunyi
rensonan,, ICS 5 terdengar bunyi redup, sedangkan pada ICS 6 –
10 terdengar suara timpani perut dan redup hati.
 ICS 8 terdengar bunyi rensonan, ICS 10 kanan dan kiri terdengar
bunyi redup, ICS 11 terdengar bunyi redup
c. Auskultasi
 Bunyi auskultasi vesikuler
d. Palpasi
 Ekspansi Dada
- Getaran dinding dada kanan dan kiri simetris
- Tidak terdapat nyeri tekan ataupun massa.
 Taktil Fremitus
- Pasien mengucapkan “Sembilan Sembilan", femitus kiri dan kanan
simetris
4) Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
 Dada simetris, tidak ada jaringan parut.
b. Palpasi
 Terdengar pulsasi pada ICS 2 kanan dan ICS 2 kiri
 Terdengar pulsasi pada ICS 5 kiri
c. Perkusi
 Terdengar bunyi redup
d. Auskultasi
● Terdengar suara jantung S1 dan tidak ada splitting ( bunyi S1 ganda)
maupun murmur
5) Sistem Muskuloskeletal
Ekstermitas atas

38
a. Inspeksi
Tangan dapat bergerak bebas tanpa hambatan

b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan,massa/benjolan

c. Motorik
Tonus otot pada tangan 555 555
ROM penuh
d. Sensorik
Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, pasien dapat merasakan panas dan
dingin.

Ekstermitas bawah

a) Inspeksi
Pergerakan kaki kiri penuh, kaki kanan penuh

b) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.

c) Motorik
Tonus otot (kanan) 555 555 (kiri)
ROM kanan penuh, kiri penuh
d) Sensorik
Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, dapat merasakan suhu panas dan dingin.

6) Sistem Genetaurinariue
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak memiliki keluhan dalam
berkemih. Sebelum maupun setelah pengkajian pasien BAK ± 7x sehari
dengan warna kuning jernih, dan bau khas urine.

15. Pengkajian Status Nutrisi


BB : 55 kg

TL : 55 cm

39
TB : (2,02 x TL) – (0,04 x umur) + 64,19

(2,02 x 55) – (0,04 x 70) + 64,19

111,1 – 2,8 + 64,19

= 172,49 cm

= 172 cm

IMT :BB/(TB)2

55/(1,72)2 = = 18,64 kg/m2 (Normal)

Klasifikasi nilai IMT :

IMT Status Gizi Kategori


< 17.0 Gizi Kurang Sangat
Kurus
17.0 - 18.5 Gizi Kurang Kurus
18.5 - 25.0 Gizi Baik Normal
25.0 - 27.0 Gizi Lebih Gemuk
> 27.0 Gizi Lebih Sangat
Gemuk
Vital Sign :

Suhu : 36,4°C

Nadi : 60 x/ menit

Respirasi : 20 x/ menit

TD tidur : 130/ 80 mmHg

TD duduk : 130/ 90 mmHg

TD berdiri : 130/ 90 mmHg

16. Risiko Jatuh


Pengkajian Risiko Jatuh menggunakan Morse Scale
No. Pengkajian Skala Nilai Keterangan

1. Riwayat jatuh : apakah lansia Tidak 0 25 Pasien jaatuh dihalaman


pernah jatuh dalam 3 bulan rumah karena terpeleset
terakhir

40
Ya 25

2. Diagnosa sekunder : Apakah Tidak 0 0 Pasien mengatakan tidak


Lansia memiliki lebih dari satu memiliki penyakit
penyakit keturunan, tekanan darah
normal
Ya 15

3. Alat Bantu jalan : 0 15 Pasien saat ini masih


menggunakan bantuan
Bedrest/dibantu perawat kursi roda untuk berpindah
Kruk /tongkat/walker/kursi 15
roda

Berpegangan pada benda – 30


benda sekitar.

(Kursi, lemari, meja)

4. Teraphy intravena : Apakah Tidak 0 0 Pasien tidak terpasang


saat ini lansia terpasang infus. infus

Ya 20

5. Gaya berjalan/ cara berpindah: 0 0 pasien berpindah dengan


bantuan kursi roda, apabila
Normal/Besrest/immobile berpindah dari kursi roda
(tidak dapat bergerak sendiri) ke tempat duduk pasien
Lemah tidak bertenaga. 10 dapat berdiri dan bersandar
pada benda yang kuat,
Gangguan atau tidak normal 20 pasien dapat berdiri namun
(pincang atau diseret). tidak lebih dari 15 detik

6. Status mental: 0 0 Pasien menyadari patah


pada kaki kanannya
Lansia menyadari kondisi
dirinya

41
Lansia mengalami keterbatasan 15 membatasa pergerakkan
daya ingat nya

Total nilai 40 Risiko Rendah

Berdasarkan nilai diatas, nilai 40 dikategorikan sebagai tingkat Risiko


rendah maka tindakan yang diberikan adalah pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh standar

17. APGAR Keluarga


APGAR keluarga

No. Fungsi Uraian Skor

1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 2


(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 2


membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya

3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima 1


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas
atau arah baru

4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1


mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai

5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya 1


menyediakan waktu bersama-sama

PENILAIAN : Pertanyaan-pertanyaan yang di jawab : 7

● Selalu : Skore 2
● Kadang-kadang : Skore 1
● Hampir Tidak Pernah : Skore 0

Interpretasi hasil dari apgar keluarga Tn. KL dengan skor 7 adalah Fungsi
Sosial Cukup.

42
ANALISA DATA
MASALAH
DATA
KEPERAWATAN

DS
 Klien mengatakan badannya lemas Intoleransi Aktivitas
 Terkadang cepat lelah
 Terasa berat napasnya setelah
beraktivitas.
DO
 Keadaan umum klien tampak lemah,
lesu..
 Nadi: 60x/menit RR: 20 X/mnt, tensi:
130/90 mmHg
DS
 Klien mengatakan : kurang nafsu Defisit Nutrisi
makan, makan yang disediakan tidak
pernah habis hanya ½ porsi saja
karena mual dan terkadang ingin
muntah Tidak adanya nafsu makan
ini sudah berlangsung sejak klien
pulang dari rumah sakit sampai
dengan sekarang.
 Menurut klien dari Sebelum masuk
Rumah Sakit sampai sekarang BB nya
mengalami banyak penurunan dari 60
kg menjadi 55 Kg
DO
 Berat badan menurun
 klien terlihat lemah, lesu, turgor
kurang, kulit kering dan anemis.
 Porsi yang disediakan dimakan 2-3

43
sendok. jenis bubur, tahu, sayur.
Frekuensi 2x/hari

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan atara suplai
dan kebutuhan oksigen,anemia,kelemahan.(D0056)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat(D0019)

44
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Implementasi


1. Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Energi 1.05178 1. Mengidentivikasi
dengan ketidakseimbangan atara tindakan keperawatan 1. Identivikasi gangguan gangguan fungsi tubuh
suplai dan kebutuhan selama 3 kali pertemuan fungsi tubuh yang yang mengakibatkan
oksigen,anemia,kelemahan.(D0056) Toleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan kelelahan
(L.05047)meningkat 2. Monitor kelelahan 2. Memonitor kelelahan
dengan kriteria hasil: fisik,lokasi dan fisik,lokasi dan
klien dapat ketidaknyamanan selama ketidaknyamanan
 Frekuensi nadi melakukan aktivitas selama melakukan
meningkat 3. Sediakan lingkungan aktivitas
 Kemudahan dalam nyaman 3. Menyediakan
melakukan aktivitas 4. Lakukan latihan rentang lingkungan nyaman
sehari-hari Cukup gerak pasif dan atau aktif 4. Melakukan latihan
meningkat 5. Anjurkan untuk rentang gerak pasif dan
 Keluhan melakukan aktivitas atau aktif
lelah,letih,lesu secara bertahap 5. Menganjurkan untuk
6. Ajarkan strategi koping melakukan aktivitas

45
menurun untuk mengurangi secara bertahap
 Dispnea setelah kelelahan 6. Mengajarkan strategi
beraktivitas menurun 7. Kolaborasi dengan ahli koping untuk
gizi tentang cara mengurangi kelelahan
meningkatkan asupan 7. Melakukan Kolaborasi
gizi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan gizi

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi


intake nutrisi yang tidak adekuat tindakan keperawatan 1. Identivikasi status 1. Mengidentivikasi
selama 4 hari Status ntrisi,alergi dan status ntrisi,alergi dan
nutrisi klien Membaik. intoleransi makanan intoleransi makanan
Kriteria hasil:(L.03030) 2. Monitor asupan makanan 2. Memonitor asupan
 Nafsu makan klien 3. Monitor Berat badan makanan
meningkat 4. Fasilitasi menentukan 3. Memonitor Berat

46
 Berat badan Membaik pedoman diet badan
 Porsi makanan yang 5. Berikan makanan tinggi 4. Memfasilitasi
dihabiskan cukup kalori dan tinggi protein menentukan pedoman
meningkat 6. Sajikan Makanan dalam diet
 Frekuensi Makan keadaan hangat 5. Memberikan makanan
membaik 7. Ajarkan Diet yang tinggi kalori dan tinggi

 Membran mukosa diprogramkan protein

tidak pucat 8. Kolaborasi dengan Ahli 6. Menyajikan Makanan


gizi untuk menentukan dalam keadaan hangat
jumlah kalori dan jenis 7. Mengajarkan Diet
nutrien yang dibutuhkan yang diprogramkan
9. Kolaborasi Pemberian 8. Melakukan Kolaborasi
terapi komplementer jus dengan Ahli gizi untuk
Bayam menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan

47
IMPLEMENTASI

Hari/Tgl DX IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf


5 maret 20 1 1. Mengidentivikasi gangguan fungsi tubuh yang 1. Pasien mengatakan merasa lelah
mengakibatkan kelelahan setelah melakukan aktivitas
2. Memonitor kelelahan fisik,lokasi dan 2. Pasien merasa tidak nyaman pada
ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas kedua kaki saat berjalan
3. Menyediakan lingkungan nyaman 3. Lantai tidak licin,penerangan sudah
4. Melakukan latihan rentang gerak pasif dan atau baik
aktif 4. Pasien mampu melakukan gerak
5. Menganjurkan untuk melakukan aktivitas secara bertahap
secara bertahap 5. Pasien mengetahui mekanisme
6. Mengajarkan strategi koping untuk mengurangi koping untuk mengurangi kelelahan
kelelahan
7. Melakukan Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan gizi

48
1. Mengidentivikasi status ntrisi,alergi dan
intoleransi makanan 1. Status Nutrisi pasien kurang,tidak
2. Memonitor asupan makanan mempunyai alergi makana
3. Memonitor Berat badan 2. Asupan makanan pasien kurang
4. Memfasilitasi menentukan pedoman diet adekuat
5 maret 20 2 5. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi 3. Berat badan pasien menurun
protein 4. Pasien mengatakan lebih bisa makan
6. Menyajikan Makanan dalam keadaan hangat makanan yang hangat
7. Mengajarkan Diet yang diprogramkan 5. Pasien mau menentukan program
8. Melakukan Kolaborasi dengan Ahli gizi untuk diet
menentukan jumlah

49
Evaluasi Keperawatan

No.
Tggl/Wakt Dx EVALUASI

u Kep.
1. S : klien mengatakan me-mahami pentingnya aktivitas
secara berta-hap, klien mengatakan posisinya di tempat
tidur sekarang tidak miring ke kiri terus, tapi miring
kiri, telen-tang dan kemudian miring kanan pelan-pelan.
Belajar duduk sendiri belum kuat.
O : untuk posisi telentang dan miring ke kiri klien dapat
bertahan + 10 menit, nadi 92x/mnt RR 24x/mnt
A : masalah belum teratasi
P : bantu klien merenca-nakan aktifitas sesuai kemampuan
klien dan observasi tanda-tanda intoleransi yang timbul
saat beraktivitas.

2. 1. S : klien mengatakan masih terasa mual setiap kali makan


O : klien makan siang habis 5 sendok, klien dapat
menyebutkan kembali fungsi makanan bagi peningkatan
kesehatannya
A : masalah belum teratasi
P : Sediakan makanan klien sesuai dengan program diet
yang sudah disepakati

50

Anda mungkin juga menyukai