OLEH
KELOMPOK 2
B12-A
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep
Anemia Pada Lansia”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Gerontik.
Dalam penulisannya penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berpartisipasi dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat dan
membangun demi menyempurnakan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang …………………………………………….. 1
B.Rumusan Masalah................................................................... 2
C.Tujuan ………….………………….………………...….…. 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan Hb untuk mengangkut
oksigen ke jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan
akibat dari berbagai proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzane,
Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner dan Suddarth ; 935
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,
penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan
satu kelompok sosial sendiri.
WHO menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
3. lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan
4. usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
2.2 Status Kesehatan Lansia
Kesehatan dan status fungsional seorang lansia ditentukan oleh
resultante dari faktor–faktor fisik, psikologik dan sosio-ekonomik. Faktor-
faktor tersebut tidak selalu sama besar peranannya sehingga selalu harus
diperbaiki bersamaan dengan perawatan pasien secara menyeluruh. Di
3
negara - negara sedang berkembang faktor sosio-ekonomik/finansial hampir
selalu merupakan kendala yang penting.
Pada umumnya perjalanan penyakit lansia adalah kronik (menahun),
diselingi dengan eksaserbasi akut. Selain dari pada itu penyakitnya bersifat
progresif dan sering menyebabkan kecacatan (invalide) yang lama sebelum
akhirnya penderita meninggal dunia. Penyakit yang progresif ini berbeda
dengan penyakit pada usia remaja/dewasa yaitu tidak memberikan proteksi
atau imunitas tetapi justru menjadikan orang lansia rentan terhadap penyakit
lain karena daya tahan tubuh yang makin menurun
Dari pengamatan selama ini, terlihat bahwa penyakit kronik pada 50 tahun
terakhir ini dianggap sebagai penyebab nomor satu terjadinya morbiditas dan
mortalitas. Untuk orang–orang lanjut usia (lansia) memang prevalensi dan
akumulasi penyakit kronik meningkat. Hal ini mungkin disebabkan oleh
menurunnya atau berubahnya respons terhadap stres, termasuk stres terhadap
penyakit. Demikian juga dengan intensitas gejala dan persepsi terhadap
penyakit juga berkurang. Berbagai penyakit kronik yang dialami pasien
lansia seringkali menyebabkan masalah yang muncul berbeda dengan
masalah pada pasien usia muda. Awitan (onset) mungkin tidak jelas,
manifestasi klinis juga tidak khas. Banyak gejala dan tanda tidak disebabkan
oleh penyakitnya sendiri melainkan oleh respons tubuh terhadap penyakit–
penyakit tersebut.
Salah satu penyakit yang sering diderita orang–orang lansia yaitu anemia
dan ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai pada
lansia. Penyebab anemia yang paling sering pada lansia yaitu penyakit
kronik dan defisiensi besi. Anemia sebenarnya bukanlah merupahkan
diagnosa akhir dari sesuatu penyakit akan tetapi merupakan hasil dari
berbagai gangguan dan hampir selalu membutuhkan evaluasi lanjutan atau
boleh juga dikatakan bahwa anemia merupakan salah satu gejala dari sesuatu
penyakit dasar. Ada juga yang mengatakan bahwa anemia merupakan
ekspresi kompleks gejala klinis suatu penyakit yang mempengaruhi
mekanisme patogenesis gangguan eritropoesis (produksi eritrosit),
perdarahan, atau penghancuran eritrosit. Insidensi anemia bervariasi tetapi
4
diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dimana
prevalensi tertinggi berada di negara–negara sedang berkembang.
Anemia merupakan salah satu gejala sekunder dari sesuatu penyakit pada
lansia. Anemia sering dijumpai pada lansia dan meningkatnya insidensi
anemia dihubungkan dengan bertambahnya usia telah menimbulkan spekulasi
bahwa penurunan hemoglobin kemungkinan merupakan konsekuensi dari
pertambahan usia. Tetapi ada 2 alasan untuk mempertimbangkan bahwa
anemia pada lansia merupakan tanda dari adanya penyakit, yaitu:
1. Kebanyakan orang–orang lansia mempunyai jumlah sel darah merah
normal, demikian juga dengan hemoglobin dan hematokritnya,
2. Kebanyakan pasien – pasien lansia yang menderita anemia dengan
hemoglobin < 12 gr / dL, penyakit dasarnya telah diketahui.
Dari beberapa hasil studi lainnya dilaporkan bahwa prevalensi anemia
pada laki–laki lansia adalah 27–40% dan wanita lansia sekitar 16–21%.
Sebagai penyebab tersering anemia pada orang–orang lansia adalah
anemia penyakit kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh
anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainnya yaitu defisiensi
vitamin B12, defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma
mielodisplastik.
Meningkatnya perasaan lemah, lelah dan adanya anemia ringan janganlah
dianggap hanya sebagai manifestasi dari pertambahan usia. Oleh karena
keluhan-keluhan tersebut di atas merupakan gejala telah terjadinya anemia
pada lansia. Selain gejala–gejala tersebut di atas, palpitasi, angina dan
klaudikasio intermiten juga akan muncul oleh karena biasanya pada lansia
telah terjadi kelainan arterial degeneratif. Muka pucat dan konjungtiva
pucat merupakan tanda yang dapat dipercayai bahwa seorang lansia itu
sebenarnya telah menderita anemia.
Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan
penyembuhan penyakit akan semakin lama. Yang mana ini nantinya akan
5
hasil studi dilaporkan bahwa lansia yang menderita anemia oleh karena
penyakit infeksi mempunyai resiko kematian lebih tinggi. Penelusuran
diagnosis anemia pada lansia memerlukan pertimbangan kliniS tersendiri.
Dari evaluasi epidemiologis menunjukkan walaupun telah dilakukan
pemeriksaan yang mendalam, ternyata masih tetap ada sekitar 15–25%
pasien anemia pada lansia yang tidak terdeteksi penyebab anemianya.
6
2.4 Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada klien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
7
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia
↓
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
2.5 Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
8
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid,
5. piridoksin, vitamin C dan copper
9
c. cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf
pusat.
d. Morfologis: anemia normositik normokromik
2. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
1. Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
2. Hematokrit turun 20-30%
3. Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
4. Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel
darah merah
5. maupun defisiensi eritopoitin
2.6.2 Anemia pada penyakit kronis http
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan
2.6.3 Anemia defisiensi besi
Penyebab:
1. Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
2. menstruasi
3. Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
4. Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises
5. oesophagus, hemoroid, dll.)
gangguan eritropoesis
↓
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
↓
10
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
1. Atropi papilla lidah
2. Lidah pucat, merah, meradang
3. Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
4. Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
2.6.4 Anemia megaloblastik
Penyebab:
1. Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
2. Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor ( gastrektomi)
infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu
↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
11
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolysis
12
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen.
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
13
a. Perubahan Fisik Pengumpulan data dengan wawancara
1. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
proses pemenuaan,
14
5. Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual,
inkontinensia alvi.
gangguan-gangguan umum.
tendon, gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
15
7. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang, erlu di kaji juga
mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
d. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1. Darimana sumber keuangan lansia,
16
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
: (L /
Nama Pasien
P)
Umur :
Tanggal :
Nama
:
Pewawancara
Interpretasi
Nama (Initial) : (L / P)
Umur :
17
4. Hari
5. Bulan
Dimana sekarang kita berada ?
1. Negara
2. Propinsi
3. Kabupaten
5 4. Kecamatan
5. Desa
Orientasi
2 Sebutkan tiga nama Objek
Registrasi
(Kursi , Meja, Kertas)
3 kemudian ditanyakan kepada
Klien ,menjawab ;
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
Meminta Klien berhitung dari
Perhatian dan 100, kemudian dikurangi 7
3 5
Kalkulasi sampai lima tingkat
o 100, 93, 86 , ..
Meminta klien untuk
mengulangi 3 objek pada Poin
2
4 Mengingat 3
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
5 Bahasa 9 Menanyakan kepada klien
tentang benda (Sambil
menunjuk benda tersebut)
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk
mengulangi kata berikut “tak
ada jika , dan ,atau ,tetapi”
Klien menjawab _ “dan , atau ,
tetapi”.
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari tiga langkah :
“Ambil bulpoint di tangan
anda, ambil kertas , menulis
saya mau tidur”.
1. Ambil bolpen
2. Ambil kertas
3. ..
Perintahkan Klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1 point)
18
“Tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk
menulis kalimat atau menyalin
gambar
Total 30 ...
Skor Nilai 24-30 : Normal
Nilai 17-23 : Probable Gangguan Kognitif
Nilai 0-16 : Definitif Gangguan
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi yang mungkin muncul:
1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
inadekuat intake makanan.
3. Kurang pengatahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang
informasi.
4. Resiko Infeksi. Faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat
(penurunan Hb)
5. Deficit self care b.d kelemahan
19
3. Perencanaan Keperawatan
N Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
o
1. Intoleransi aktifitas Klien dapat mentoleransi Toleransi aktivitas
b.d aktivitas & melakukan 1. Menentukan penyebab 1. Menentukan penyebab
ketidakseimbangan ADL dgn baik intoleransi aktivitas & dapat membantu menentukan
suplai dan kebutuhan Berpartisipasi dalam menentukan apakah penyebab intoleransi
oksigen aktivitas fisik dgn TD, dari fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai 2. Kaji kesesuaian aktivitas & 2. Terlalu lama bedrest dapat
Menyatakan gejala istirahat klien sehari-hari member kontribusi pada
memburuknya efek dari 3. Tingkatkan aktivitas secara intoleransi aktivitas
OR & menyatakan bertahap, biarkan klien 3. Peningkatan aktivitas
onsetnya segera berpartisipasi dalam perubahan membantu mempertahankan
Warna kulit normal, posisi, berpindah & perawatan kekuatan otot, tonus
hangat&kering diri
20
pengertian pentingnya 5. Monitor gejala intoleransi 5. TV & HR respon terhadap
keseimbangan latihan & aktivitas ketika membantu klien ortostatis sangat beragam
istirahat berdiri, observasi gejala
toleransi aktivitas intoleransi spt mual, pucat,
meningkat pusing, gangguan kesadaran &
tanda vital 6. Ketidakaktifan berkon-tribusi
6. Lakukan latihan ROM jika terhadap kekuatan otot &
klien tidak dapat menoleransi struktur sendi
aktivitas
2. Ketidakseimbangan Status nutrisi Therapi gizi
nutrisi kurang dari Pemasukan yang adekuat 1. Monitor masukan cairan dan 1. Mengantisipasi kekurangan
kebutuhan tubuh b.d Tidak ada tanda-tanda makanan dan hitung kalori gizi
inadekuat intake malnutrisi 2. berikan PenKes tentang
makanan. Membran konjungtiva pentingnya gizi 2. Meningkatkan pengetahuan
dan mukosa tidak pucat ps dan keluarga tentang
21
HB tidak kurang dari 10 3. Pastikan diet gizi serat dan sembelit, Mencegah
gr % buah-buahan yang cukup penurunan nafsu makan
makanan dengan tepat 4. *pantau lab jika perlu 4. Penanda pemenuhan keb.gizi
5. Mencegah terjadinya gizi
5. *evaluasi tanda-tanda buruk
kekurangan gizi
3 Kurang Pengetahuan tentang 1. Jelaskan tentang proses penyakit 1. Meningkatan pengetahuan
pengatahuan penyakit, Pengetahuan 2. Jelaskan tentang program dan mengurangi cemas
berhubungan tentang anemia pengobatan dan alternatif 2. Mempermudah intervensi
dengan Ps mampu menjelaskan pengobantan
kurang informasi. kembali tentang proses 3. Jelaskan tindakan untuk
penyakit, mengenal mencegah komplikasi 3. Mencegah keparahan
kebutuhan perawatan 4. Tanyakan kembali penge-tahuan penyakit
dan pengobatan tanpa ps tentang penyakit, prosedur 4. Mereview
cemas prwtn dan pengobatan
22
infeksi sendiri setiap kali akan
Angka leukosit normal melakukan aktifitas untuk
Ps mengatakan tahu membantu ps
tentang tanda-tanda 2. Auskultasi bunyi nafas Ronki mengidentifikasi
infeksi adanya akumulasisi secret
Tidak ada ulkus/luka yang mungkin b.d
atau berkabut. pneumonia / bronchitis
3. Lakukan perubahan posisi dan Membantu dalam
anjurkan ps untuk batuk memventilasikan semua
efektif/nafas dalam jika ps derah paru dan
sadar dan kooperatif memobilisasikan secret,
mencegah secret tidak statis
dg terjadinya peningkatan
terhadap resiko infeksi
23
membantu proteksi infeksi
3. Anjurkan istirahat cukup 4. Meningkatkan pengetahuan
klien
5 Deficit self care b.d Perawatan diri: (mandi, Membantu perawatan diri klien ADL berpakaian
kelemahan berpakaian), 1. Tempatkan alat-alat mandi Mempermudah jangkauan
Tubuh bebas dari bau disamping TT klien 1. Melatih kemandirian
dan menjaga keutuhan 2. Libatkan keluarga dan klien
kulit 3. Berikan bantuan selama klien 2. Meningkatkan kepercayaan
Menjelaskan cara 4. masih mampu mengerjakan 3. Memudahkan intervensi
mandi dan berpakaian sendiri
secara aman 5. Informasikan pd klien dlm 4. Melatih kemandirian
memilih pakaian selama
perawatan
6. Sediakan pakaian di tempat 5. Menghindari nyeri bertambah
yg mudah dijangkau
24
7. Bantu berpakaian yg sesuai 6. Memberikan kenyamanan
8. Jaga privacy, berikan pakaian 7. Memberikan kepercayaan diri
pribadi yg digemari dan sesuai klien
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
WHO menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
3. lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan
4. usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
3.2 Saran
Makalah ini dapat digunakan sebagai kerangka acuan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien di rumah sakit,puskesmas,keluarga.
26
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
27
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN. KL
DENGAN ANEMIA
DI BR. KERTASARI, DESA PEGUYANGAN KAJA, DENPASAR
TANGGAL 2 MARET- 5 MARET 2020
1. 1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2020 pukul 11.00 WITA di
rumah keluarga Tn. “KL” di Br. Kertasari, Desa Peguyangan Kaja, Denpasar.
Data diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan dokumentasi.
1. Data Biografi
Nama Pasien : Tn. KL
Tempat, tanggal lahir : Badung, 31 Desember 1950
Jenis Kelamin : Laki-laki
Golongan Darah :O
Pendidikan Terakhir : Sekolah Rakyat (SD)
Pekerjaan : Pensiunan Guru
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Hindu
Tinggi/Berat Badan : 172 cm/55 kg
Penampilan : Bersih
Alamat : Br. Kertasari, Desa Peguyangan Kaja, Denpasar
Diagnosa Medis : Anemia
Penanggung Jawab
Nama : Tn. AY
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dengan pasien : Anak
Alamat : Jln Ayani Utara, Br. Kertasari, Desa Peguyangan
Kaja, Denpasar
28
2. Riwayat Keluarga
Genogram:
Keterangan:
: Meninggal Dunia
: Hubungan Perkawinan
: Pasien
: Tinggal serumah
3. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Tidak Bekerja
Alamat pekerjaan :-
29
Alat transportasi :-
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 6 orang yang terdiri dari Tn.
KL, istri, anak, menantu dan 2 orang cucunya.
5. Riwayat Rekreasi
Hobbi/minat : Olahraga
Keanggotaan dalam organisasi: Penglingsir Banjar
6. Sistem Pendukung
Perawat/bidan/dokter/fisiotherapi : Klien mengatakan apabila sakit
langsung dibawa ke puskesmas atau
praktik dokter umum
30
Pelayanan kesehatan di rumah : Keluarga
7. Status Kesehatan
1) Status kesehatan umum selama satu bulan yang lalu :
Anemia : Tn. KL mengatakan masih sering mengalami
pusing,mual,badan lemah dan kurang nafsu makan dan
gangguan tidur sejak pulang dari Rumah Sakit 1 minggu yang
lalu,dirawat karena kurang darah hingga mendapat tranfusi
darah 2 kantong.
2) Keluhan utama :
31
Badan terasa lemah,letih lesu,setelah beraktivitas napas terasa
cepat dan cepat lelah
Nafsu makan berkurang,sering merasa mual.
Sering merasa pusing dan berkunang kunang.
8. Pengkajian Fungsional
Indeks Katz
32
5 2 Tanggal, bulan, tahun, hari apakah sekarang?
30 25
Keterangan :
33
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah klien mengalami kesulitan tidur? V
2. Apakah klien sering merasa gelisah? V
3. Apakah klien sering murung dan menangis V
sendiri?
4. Apakah klien sering was-was atau kuatir? V
Lanjutkan ke pertanyaan tahap 2 jika ≥ 1 jawaban “ya”.
2) Pertanyaan tahap 2
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali V
dalam sebulan
2. Ada/banyak pikiran V
3. Ada gangguan atau masalah dengan keluarga V
lain
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran V
dokter
5. Cenderung mengurung diri V
Jawaban Ya ≤ 1, berarti :Masalah Emosional Negatif (-)
Interpretasi Hasil: Klien Tidak Mengalami Gangguan Emosional
34
Hasil Interpretasi: Tidak terdapat masalah spiritual
Ya Tidak
35
saya baik
Total 6
Keterangan:
2) Sistem Pendengaran
36
a. Inspeksi
Posisi telinga kanan dan kiri simetris, cukup bersih, ukuran dan
bentuk telinga kanan kiri sama, terdapat serumen.
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada nyeri tekan atau massa pada area trangus (atas telinga)
dan ke tulang mastoid (belakang telinga) dan dibawah daun telinga.
c. Pemeriksaan Pendengaran
Pemeriksaan Rinne
- Pasien merasakan getaran dari garpu tala
Pemeriksaan Swabach
- Pasien dapat mendengar suara garpu tala.
● Pemeriksaan Webber
- Pasien mengatakan bunyi terdengar jelas dari kedua telinga
3) Sistem Pernapasan
Alat Pernapasan Bagian Atas
a. Inspeksi
Warna kulit hidung sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi,
lubang hidung simetris, tidak ada secret, hidung cukup bersih, tidak
terlihat ada obstruksi atau massa pada hidung.
b. Palpasi
Tidak teraba adanya nyeri tekan, massa maupun krepitasi
c. Pemeriksaan indra pembau
Pasien dapat menebak 3 bau yang sudah disiapkan pemeriksa yaitu
minyak kelapa, minyak kayu putih dan minyak kemiri dalam waktu
10 detik.
a. Inspeksi
Skapula simetris, tidak ada hiperpigmentasi, tidak terdapat retraksi
intercostal (penggunaan otot bantu pernafasan), tidak terdapat
37
jaringan parut, bentuk dada kanan kiri simetris, Frekuensi
Pernafasan 20 x/menit.
b. Perkusi
Pada klavikula terdengar bunyi pekak, ICS 3 terdengar bunyi
rensonan,, ICS 5 terdengar bunyi redup, sedangkan pada ICS 6 –
10 terdengar suara timpani perut dan redup hati.
ICS 8 terdengar bunyi rensonan, ICS 10 kanan dan kiri terdengar
bunyi redup, ICS 11 terdengar bunyi redup
c. Auskultasi
Bunyi auskultasi vesikuler
d. Palpasi
Ekspansi Dada
- Getaran dinding dada kanan dan kiri simetris
- Tidak terdapat nyeri tekan ataupun massa.
Taktil Fremitus
- Pasien mengucapkan “Sembilan Sembilan", femitus kiri dan kanan
simetris
4) Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Dada simetris, tidak ada jaringan parut.
b. Palpasi
Terdengar pulsasi pada ICS 2 kanan dan ICS 2 kiri
Terdengar pulsasi pada ICS 5 kiri
c. Perkusi
Terdengar bunyi redup
d. Auskultasi
● Terdengar suara jantung S1 dan tidak ada splitting ( bunyi S1 ganda)
maupun murmur
5) Sistem Muskuloskeletal
Ekstermitas atas
38
a. Inspeksi
Tangan dapat bergerak bebas tanpa hambatan
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan,massa/benjolan
c. Motorik
Tonus otot pada tangan 555 555
ROM penuh
d. Sensorik
Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, pasien dapat merasakan panas dan
dingin.
Ekstermitas bawah
a) Inspeksi
Pergerakan kaki kiri penuh, kaki kanan penuh
b) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
c) Motorik
Tonus otot (kanan) 555 555 (kiri)
ROM kanan penuh, kiri penuh
d) Sensorik
Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, dapat merasakan suhu panas dan dingin.
6) Sistem Genetaurinariue
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak memiliki keluhan dalam
berkemih. Sebelum maupun setelah pengkajian pasien BAK ± 7x sehari
dengan warna kuning jernih, dan bau khas urine.
TL : 55 cm
39
TB : (2,02 x TL) – (0,04 x umur) + 64,19
= 172,49 cm
= 172 cm
IMT :BB/(TB)2
Suhu : 36,4°C
Nadi : 60 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
40
Ya 25
Ya 20
41
Lansia mengalami keterbatasan 15 membatasa pergerakkan
daya ingat nya
● Selalu : Skore 2
● Kadang-kadang : Skore 1
● Hampir Tidak Pernah : Skore 0
Interpretasi hasil dari apgar keluarga Tn. KL dengan skor 7 adalah Fungsi
Sosial Cukup.
42
ANALISA DATA
MASALAH
DATA
KEPERAWATAN
DS
Klien mengatakan badannya lemas Intoleransi Aktivitas
Terkadang cepat lelah
Terasa berat napasnya setelah
beraktivitas.
DO
Keadaan umum klien tampak lemah,
lesu..
Nadi: 60x/menit RR: 20 X/mnt, tensi:
130/90 mmHg
DS
Klien mengatakan : kurang nafsu Defisit Nutrisi
makan, makan yang disediakan tidak
pernah habis hanya ½ porsi saja
karena mual dan terkadang ingin
muntah Tidak adanya nafsu makan
ini sudah berlangsung sejak klien
pulang dari rumah sakit sampai
dengan sekarang.
Menurut klien dari Sebelum masuk
Rumah Sakit sampai sekarang BB nya
mengalami banyak penurunan dari 60
kg menjadi 55 Kg
DO
Berat badan menurun
klien terlihat lemah, lesu, turgor
kurang, kulit kering dan anemis.
Porsi yang disediakan dimakan 2-3
43
sendok. jenis bubur, tahu, sayur.
Frekuensi 2x/hari
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan atara suplai
dan kebutuhan oksigen,anemia,kelemahan.(D0056)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat(D0019)
44
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
45
menurun untuk mengurangi secara bertahap
Dispnea setelah kelelahan 6. Mengajarkan strategi
beraktivitas menurun 7. Kolaborasi dengan ahli koping untuk
gizi tentang cara mengurangi kelelahan
meningkatkan asupan 7. Melakukan Kolaborasi
gizi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan gizi
46
Berat badan Membaik pedoman diet badan
Porsi makanan yang 5. Berikan makanan tinggi 4. Memfasilitasi
dihabiskan cukup kalori dan tinggi protein menentukan pedoman
meningkat 6. Sajikan Makanan dalam diet
Frekuensi Makan keadaan hangat 5. Memberikan makanan
membaik 7. Ajarkan Diet yang tinggi kalori dan tinggi
47
IMPLEMENTASI
48
1. Mengidentivikasi status ntrisi,alergi dan
intoleransi makanan 1. Status Nutrisi pasien kurang,tidak
2. Memonitor asupan makanan mempunyai alergi makana
3. Memonitor Berat badan 2. Asupan makanan pasien kurang
4. Memfasilitasi menentukan pedoman diet adekuat
5 maret 20 2 5. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi 3. Berat badan pasien menurun
protein 4. Pasien mengatakan lebih bisa makan
6. Menyajikan Makanan dalam keadaan hangat makanan yang hangat
7. Mengajarkan Diet yang diprogramkan 5. Pasien mau menentukan program
8. Melakukan Kolaborasi dengan Ahli gizi untuk diet
menentukan jumlah
49
Evaluasi Keperawatan
No.
Tggl/Wakt Dx EVALUASI
u Kep.
1. S : klien mengatakan me-mahami pentingnya aktivitas
secara berta-hap, klien mengatakan posisinya di tempat
tidur sekarang tidak miring ke kiri terus, tapi miring
kiri, telen-tang dan kemudian miring kanan pelan-pelan.
Belajar duduk sendiri belum kuat.
O : untuk posisi telentang dan miring ke kiri klien dapat
bertahan + 10 menit, nadi 92x/mnt RR 24x/mnt
A : masalah belum teratasi
P : bantu klien merenca-nakan aktifitas sesuai kemampuan
klien dan observasi tanda-tanda intoleransi yang timbul
saat beraktivitas.
50