OLEH
KELOMPOK 2
B12-A
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “trends dan
issue sistem persarafan ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas KMB III.
Dalam penulisannya penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berpartisipasi dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat dan
membangun demi menyempurnakan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............…………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 4
1.3 Tujuan ..........………….………………….………………...….…. 4
1.4 Mamfaat............................................................................................... 5
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang
Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan didaerah kepala atau
merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala.
Klasifikasi The Internasional Headache Society (HIS) tahun 1988 membagi nyeri
kepala menjadi dua kategori utama yaitu primer dan sekunder. Nyeri kepala
sekunder terjadi karena gangguan organik lain seperti infeksi, trombosis, penyakit
metabolisme, tumor atau penyakit sistemik lain, sedangkan nyeri kepala primer
mencakup nyeri kepala karena ketegangan, nyeri kepala cluster dan migren (Price,
2006).
Nyeri kepala primer merupakan 90% dari semua keluhan nyeri kepala,
migren merupakan salah satu nyeri kepala primer (Goadsby, 2002). Migren
menempati urutan kedua terbanyak (29,5%) dari seluruh nyeri kepala primer
setelah tipe tegang (Lipton, 2006). Prevalensi migren pada orang dewasa adalah
10 – 12% setahun, laki – laki 6% dan perempuan 15 – 15%. Rasio migren tanpa
aura berbanding migren dengan aura adalah 5:1 (Ropper A, 2005).
Laporan WHO menunjukan bahwa 3000 serangan migren terjadi setiap hari
untuk setiap juta populasi di dunia (WHO 2001). Di negara barat angka kejadian
migren berkisar antara 8 – 14% (WHO, 2001), sedangkan menurut penelitian
Cheung (2000) tentang prevalence of migraine, tension type headache and
otherheadache in Hongkong Asia lebih rendah yaitu 4 – 8%. Data di Indonesia
yaitu dari penelitian Zuraini dkk (2005), yang membahas tentang karakteristik
nyeri kepala migren dan tension type headeche menunjukan angka kejadian
migren di Medan sebesar 18,26% pada perempuan dan 14,87% pada laki – laki
sedangkan di Jakarta 52,5% pada perempuan dan 35,8% pada laki. Serangan
migren pertama kebanyakan dialami pasien pada 3 dekade pertama kehidupan dan
angka kejadian tertinggi didapatkan pada usia produktif yaitu rentang usia 25 – 55
tahun (Lipton et al., 2006).
1
Migren merupakan penyakit nyeri kepala berulang yang idiopatik, dengan
serangan nyeri yang berlangsung 4 – 72 jam, biasanya sesisi, berdenyut, intensitas
nyeri sedang-berat, diperhebat oleh aktivitas fisik rutin, dapat disertai nausea,
fotofobia dan fonofobia dan lokasi nyeri lebih sering bifrontal ( Mansjoer, 2002).
Nyeri merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan yang bersifat subyektif
yang dapat mengganggu aktivitas. Walaupun merupakan pengalaman subyektif
dengan komponen sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, nyeri
memperlihatkan beberapa bukti obyektif, hal tersebut dapat dibuktikan dengan
mengamati ekspresi wajah pasien, mendengarkan tangisan atau erangan dan
mengamati tanda – tanda vital seperti tekanan darah, kecepatan denyut jantung
(Price, 2006). Menurut Mc Caffery (1979) nyeri adalah pengalaman apapun yang
dikatakan oleh pasien dan timbul pada saat hal tersebut diungkapkan. Dampak
nyeri pada perilaku dapat diamati dari ungkapan verbal pasien, respon vokal,
gerakan muka dan tubuh serta interaksi sosial. Nyeri yang tidak diatasi akan
menurunkan energi yang akhirnya mempengaruhi aspek kehidupan. Pasien yang
merasakan nyeri sering kali kesulitan melakukan aktivitas sehari –hari. Nyeri yang
menetap juga akan mengganggu konsentrasi pasien (Craven & Hirnle, 2000).
2
mengobati infeksi virus atau bakteri, luka bakar, tekanan darah tinggi, gangguan
pernafasan, insomnia (susah tidur), gangguan pencernaan dan penyakit lainnya.
Aromaterapi mempengaruhi sistem limbik di otak yang mempengaruhi emosi,
suasana hati dan memori, untuk menghasilkan neurohormon di endorphin dan
encephalin yang berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit dan serotonin yang
berfungsi menghilangkan stress serta kecemasan (Perez, 2003, dalam Astuti
2015). Salah satu aromaterapi yang sering digunakan adalah lavender. Lavender
selain mampu mengusir nyamuk ternyata juga memberikan efek meningkatkan
ketenangan, keseimbangan, rasa nyaman, rasa keterbukaan dan keyakinan. Selain
itu juga mengurangi rasa tertekan, stres, rasa sakit saat menstruasi, emosi yang
tidak seimbang, histeria, rasa frustrasi dan kepanikan. Kandungan utama bunga
lavender adalah linalyl asetat dan linalool (C10H18O) sedangkan linalool
merupakan kandungan aktif utama yang berperan pada efek ati cemas (relaksasi)
pada lavender (Yamada, 2005). Berbagai teknik relaksasi dengan (aromaterapi
lavender) sudah sering digunakan dalam tatanan klinik dan efeknya terhadap nyeri
dan kecemasan sudah dijelaskan dalam literature dan hasil riset, namun apakah
efektifitas dapat lebih dicapai apabila relaksasi (aromaterapi lavender) digunakan
untuk mengatasi respon nyeri pada pasien dengan cephalgia primer (migren).
3
terapi akupunktur didapatkan rerata skor nyeri sebesar 2,48 yang termasuk
kategori nyeri ringan (1-3), dapat disimpulkan bahwa terapi akupunktur efektif
dalam menurunkan nyeri.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa pengertiaan cepalgia?
2. Mengetahui klasifikasi cepalgia?
3. Mengetahui apa pengertian migren?
4. Mengetahui apa etiologi migren?
5. Mengetahui apa klasifikasi migraine?
6. Mengetahui apa manifestasi klinis migren?
7. Mengetahui apa Diagnosis migren?
8. Mengetahui apa penatalaksanaan migraine?
9. Mengetahui komplikasi migraine?
10. Mengetahui apa prognosis migraine?
11. Mengetahui apa pengaruh terapi komplementer terhadap migren
berdasarkan
4
1.4 Manfaat
Dapat digunakan sebagai evidence base practice untuk menambah
wawasan baru bagi dunia keperawatan sehingga menjadi bahan rujukan untuk
pengembangan materi dan bisa diterapkan dalam aplikasi terapi
komplementer.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Cephalgia atau nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke
daerah belakang kepala ( area oksipital dan sebagian daerah tengkuk ).
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama
manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan
dapat menunjukkan penyakit organik( neurologi atau penyakit lain), respon
stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau
kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).
2.2 Klasifikasi
1. Nyeri kepala primer
Beberapa jenis nyeri kepala primer meliputi :
a. Migrain
b. Tension Type Headache ( nyeri kepala tipe tegang)
c. Cluster Headache ( nyeri kepala cluster)
d. Other Primary Headache ( nyeri kepala primer lainnya)
2. Nyeri kepala sekunder
Beberapa jenis nyeri sekunder meliputi :
a. Nyeri kepala berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher
b. Nyeri kepala berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau servikal
c. Nyeri kepala berkaitan dengan kelainan non vaskuler intracranial
d. Nyeri kepala berkaitan dengan substansi dan withdrawalnya
e. Nyeri kepala berkaitan dengan infeksi
f. Nyeri kepala berkaitan dengan kelainan homoestasis
g. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan cranium,
leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur facial atau
cranial lainnya
h. Nyeri kepala berkaitan dengan kelainan psikiatrik
3. Neuralgia cranial, sentral atau nyeri facial primer kepala lainnya terbagi :
a. Neuralgia cranial dan penyebab sentral nyeri facial
6
b. Nyeri kepala lainnya, neuralgia cranial, sentral atau nyeri facial primer
2.3 Pengertian migrain
7
2. Kafein
Kafein terkandung dalam banyak produk makanan seperti
minuman ringan, teh, cokelat, dan kopi. Kafein dalam jumlah yang sedikit
akan meningkatkan kewaspadaan dan tenaga, namun bila diminum dalam
dosis yang tinggi akan menyebabkan gangguan tidur, lekas marah, cemas
dan sakit kepala.
3. Ketegangan jiwa (stres) baik emosional maupun fisik atau setelah
istirahat dari ketegangan.
4. Cahaya kilat atau berkelip
2.5 Klasifikasi
Secara umum migrain dibagi menjadi dua, yaitu :
8
Migrain tanpa aura disebut juga sebagai migrain umum. Nyeri kepalanya
hampir sama dengan migrain aura. Nyerinya pada salah satu bagian sisi
kepala dan bersifat pulsatil dengan disertai mual, fotofobia, dan fonofobia.
Nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam.
9
Nyeri kepala migren biasanya berdenyut, unilateral, dan awalnya
berlangsung didaerah frontotemporalis dan okular, kemudian setelah 1-
2 jam menyebar secara difus kearah posterior. Serangan berlangsung
selama 4-72 jam pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak
berlangsung selama 1-48 jam. Intensitas nyeri bervariasi, dari sedang
sampai berat, dan kadang-kadang sangat mengganggu pasien dalam
menjalani aktivitas sehari-hari.
4. Fase Postdromal.
Pasien mungkin merasa lelah, irritable, konsentrasi menurun, dan
terjadi perubahan mood. Akan tetapi beberapa orang merasa “segar”
atau euphoria setelah terjadi serangan, sedangkan yang lainnya merasa
deperesi dan lemas.
2.7 Diagnosis
10
3. Pemeriksaan Penunjang
1. EEG.
2. MRI
11
timbul. Dosis tidak boleh melewati 10 mg/minggu. Dosis untuk pemberian
nasal adalah 0,5 mg (sekali semprot). Dosis tidak boleh melewati 2 mg (4
semprotan). Kontraindikasi adalah sepsis, penyakit pembuluh darah,
trombofebilitis, wanita haid, hamil atau sedang menggunakan pil anti hamil.
Pada wanita hamil, haid atau sedang menggunakan pil anti hamil berikan
pethidin 50 mg IM. Pada penderita penyakit jantung iskemik gunakan
pizotifen 3 sampai 5 kali 0,5 mg sehari. Selain ergotamin juga bisa obat –
obat lain. Terapi profilaksis menggunakan metilgliserid malead,
siproheptidin hidroklorida, pizotifen, dan propranolol
Selain menggunakan obat – obatan, migren dapat diatasi dengan
menghindari faktor penyebab, manajemen lingkungan, memperkirakan
siklus menstruasi, yoga, meditasi, dan hipnotis
2.9 Komplikasi
2.10 Prognosis
12
BAB III
ANALISA JURNAL
JURNAL 1
Population Intervention Comparation intervention Outcam Time
Populasi dalam Jenis penelitian ini adalah Penelitian yang dilakukan hasil dari uji Shapiro Wilk didapatkan Praktik
penelitian ini preexperimental dengan rancangan oleh Keristianto, Suardana kesimpulan bahwa intensitas nyeri sebelum Perawat
adalah rerata penelitian menggunakan one-group dan Sumarni (2014) dengan dan setelah diberikan terapi akupunktur Mandiri Latu
jumlah pre test-post test design. Dalam judul pengaruh terapi merupakan data yang tidak berdistribusi Usadha
kunjungan klien penelitian ini dilakukan pretest akupunktur terhadap normal dengan nilai p sebelum diberikan antara bulan
dengan nyeri intensitas nyeri sebelum diberikan penurunan nyeri lutut pada terapi akupunktur sebesar 0,005 dan nilai p Agustus-
kepala primer terapi akupunktur dan post-test klien dengan osteoarthritis setelah diberikan terapi akupunktur sebesar Desember
yang datang ke setelah diberikan terapi akupunktur di prakik perawat mandiri 0,028. Selanjutnya dilakukan uji non 2014
Praktik Perawat Data yang dikumpulkan adalah Latu Usadha Abiansemal parametrik yaitu Wilcoxon Signed Rank
Mandiri Latu jenis data primer, yaitu hasil dengan hasil terdapat Test. Hasil analisis data dengan
Usadha antara pengukuran intensitas nyeri dengan penurunan skala nyeri menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank
bulan Agustus- menggunakan Numerical Rating setelah diberikan terapi Test dengan α=0,05 mendapatkan nilai z
Desember 2014 Scale terhadap intensitas nyeri pada akupunktur. Skala nyeri sebesar -5,353. Nilai z bernilai negative (-)
yaitu sebesar 71. klien dengan nyeri kepala primer responden sebelum yang berarti menunjukkan penurunan
Jumlah seluruh dengan menggunkan terapi diberikan akupunktur intensitas nyeri setelah diberikan terapi
sampel yang akupunktur. didapatkan rerata skor nyeri akupunktur dan didapatkan hasil dengan nilai
digunakan Penetapan klien yang akan menjadi sebesar 5,37 berdasarkan signifikan (p) yaitu 0,000 yang artinya
dalam penelitian sampel dalam penelitian sesuai kategori termasuk nyeri p<0,05 dengan tingkat kemaknaan atau
ini adalah 35 dengan kriteria inklusi seperti klien sedang (4-6). Setelah kesalahan 5%. Maka Ha diterima dan H0
orang. yang mengeluh nyeri kepala primer, diberikan terapi akupunktur ditolak yang artinya ada pengaruh terapi
Pengambilan berusia ≥12 tahun dan ≤65 tahun, didapatkan rerata skor nyeri akupunktur terhadap intensitas nyeri pada
sampel dalam tidak mendapatkan terapi sebesar 2,48 yang termasuk klien dengan nyeri kepala primer. Hal ini
penelitian ini farmakologi sebelumnya, kategori nyeri ringan (1-3), dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
menggunakan responden yang dapat disimpulkan bahwa setelah pemberian terapi akupunktur dapat
13
teknik terapi akupunktur efektif mempengaruhi intensitas nyeri kepala
konsekutif dalam menurunkan nyeri. primer.
sampling.
JURNAL 2
Population Intervention Comparation intervention Outcam Time
Populasi yang Jenis penelitian ini pre pendapat Lipton, et al (2006) yang Hasil penelitian di dapatkan bahwa Penelitian
diambil dalam eksperimental design. Desain bahwa serangan migren pertama ada pengaruh pemberian relaksasi dilakukan di
penelitian ini penelitiannya adalah the one group kebanyakan dialami klien pada 3 (aromaterapi lavender) terhadap poli umum
adalah seluruh pretest – posttest design tanpa dekade pertama kehidupan dan angka penurunan skala nyeri pada klien Puskesmas
klien yang kelompok pembanding (control). kejadian tertinggi didapatkan pada cephalgia primer (migren) Margadana
terdiagnosa karena peneliti ingin melihat usia produktif yaitu rentang usia 25 – diperoleh p value 0,000. Kota Tegal.
cephalgia pengaruh relaksasi aromaterapi 55 tahun Kesimpulan relaksasi aromaterapi Penelitian
primer (migren) lavender terhadap penurunan skala Sejalan dengan hasil penelitian yang lavender mempunyai efektifitas dilakukan
oleh dokter yang nyeri pada klien cephalgia primer dilkakukan oleh Argi (2013) dengan yang baik dalam mengatasi nyeri. pada tanggal
berada di (migren) di Puskesmas Margadana “judul pengaruh aromaterapi Saran penelitian ini adalah relaksasi 23 Mei – 4
Puskesmas Kota Tegal tahun 2016 beserta lavender terhadap intensitas nyeri aromaterapi lavender dapat Juni 2016
Margadana Kota variabel confounding yang pada pasien pasca operasi”, hasil diterapkan sebagai terapi
Tegal dengan mempengaruhinya. Variabel penelitian yang didapatkan dimana koplementer pada tindakan mandiri
rata – rata confounding dalam penelitian ini aromaterapi lavender sangat efektif perawat dalam menejemen nyeri
kunjungan adalah karakteristik responden yang untuk menurunkan intensitas nyeri kepala karena migren.
perbulan terdiri dari umur, jenis kelamin dan dan kecemasa
sebanyak 63 pengalaman nyeri sebelumnya. penelitian Dwijayanti (2014) yang
orang. Teknik pengambilan sampel berjudul” Efek Aromaterapi
dengan cara purposive sampling Lavender Inhalasi Terhadap
yaitu berdasarkan kriteria inklusi. Intensitas Nyeri Pasca Sectio
14
Sampel dalam penelitian ini adalah Caesaria”, hasil penelitian yang
klien yang terdiagnosa cephalgia didapat menunjukkan perbedaan
primer (migren) oleh dokter di intensitas nyeri pasca seksio caesar
Puskesmas Margadana Kota Tegal setelah pemberian aromaterapi
yang berjumlah 20 responden. lavender
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisa 2 jurnal diatas didapatkan bahwa migraine dapat
berkurang dengan terapi komplementer akupuntur dan aromaterapi lavender
dengan perbandingan hasil sebagai berikut:
16
didapatkan dimana aromaterapi lavender sangat efektif untuk menurunkan
intensitas nyeri dan kecemasan, sementara dari hasil penelitian Dwijayanti (2014)
yang berjudul” Efek Aromaterapi Lavender Inhalasi Terhadap Intensitas Nyeri
Pasca Sectio Caesaria”, hasil penelitian yang didapat menunjukkan perbedaan
intensitas nyeri pasca seksio caesar setelah pemberian aromaterapi lavender.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
18
(aromaterapi lavender). 4. Pemberian relaksasi (aromaterapi lavender) sangat
efektif untuk menurunkan skala nyeri pada klien cephalgia primer (migren).
5. Ada pengaruh usia dan pengalaman nyeri sebelumnya terhadap penurunan
skala nyeri klien cephalgia primer (migren), sedangkan pada jenis kelamin
tidak ada pengaruh terhadap penurunan skala nyeri.
5.2 Saran
Saran bagi perawat, mengingat bahwa penerapan terapi akupunktur
efektif untuk nyeri kepala primer, maka diharapkan kepada perawat agar
dapat melaksanakan terapi akupunktur dengan efektif serta dapat
mengaplikasikan ke seluruh masyarakat terutama yang mengalami nyeri
kepala primer. Saran bagi masyarakat diharapkan untuk masyarakat umum
dapat mencari pengobatan bukan hanya terapi farmakologi atau dengan obat
tetapi juga dapat memanfaatkan terapi akupunktur ini khususnya pada nyeri
kepala primer yang nantinya dapat mengurangi efek samping dari
penggunaan obat-obatan.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evidence base practice
untuk menambah wawasan baru bagi dunia keperawatan sehingga menjadi
bahan rujukan untuk pengembangan materi dan bisa diterapkan dalam
aplikasi bahwa terapi komplementer seperti pemberian aromaterapi lavender
merupakan bagian dari intervensi mandiri keperawatan. 2. Institusi pelayanan
Aromaterapi lavender terbukti sangat efektif dalam menurunkan respon nyeri
pada pasien cephalgia primer (migren), maka disarankan agar aromaterapi
lavender dapat menjadi salah satu tindakan mandiri perawat dalam mengatasi
nyeri yang berfokus mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup,
dengan menggunakan terapi komplementer relaksasi aromaterapi lavender. 3.
Pengembangan ilmu keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan literatur untuk penelitian selanjutnya dalam mengatasi nyeri
dengan menggunakan terapi komplementer
19
DAFTAR PUSTAKA
file:///E:/akupungtur%20pd%20migren%20bhn%204.pdf
20