PEMIJATAN
Dosen Pengampu:
Sarah Zielda Najib,S.Farm.,M.Si.,Apt
Disusun Oleh:
ENI YULIANI (NIM: 1801021)
NUR ANISA (NIM: 1801019)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Di mana Tuhan telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dari kelompok ketiga dapat
melaksanakan sebuah praktikum dan menyelesaikannya dengan baik. Sehingga akhirnya
terusunlah sebuah laporan resmi Pemijatan ini. Laporan ini telah kami susun dengan
sistematis dan sebaik mungkin. Hal ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Herbal.
Dengan selesainya laporan praktikum ini, maka kami tidak lupa mengucapkan banyak terima
kasih. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan laporan praktikum Kimia ini.
Demikian ini laporan Pemijatan yang telah kami buat. Kami mohon kritik dan sarannya
apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Semoga laporan Pemijatan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak. Juga bermanfaat bagi kami selaku penulis.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
LAMPIRAN.................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pijat atau massage adalah seni gerak yang bertujuan untuk mendapatkan
kesenangan dan memelihara kesehatan jasmani. Pencegahan jauh lebih baik dari
pada mengobati. Orang dengan semua usia mulai mempertimbangkan untuk
menggunakan terapi-terapi alami sebagai cara untuk meningkatkan rasa nyaman dari
sakit. Saat tubuh dituntut untuk beraktivitas tinggi, kemungkinan untuk stress
sangatlah besar apabila tidak diimbangi dengan olahraga. Kondisi ini akan
berpengaruh pada fisik. Massage atau therapy pijat bisa dikatakan sebagai salah satu
tradisi penyembuhan yang tertua. Pada banyak kebudayaan diantaranya Yunani,
Mesir, China, dan India meyakini bahwa therapy massage selalu digunakannya untuk
menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Dengan menggunakan teknik shaking pemijatan di titik-titik tubuh yang tegang
dapat membantu memulihkan kemampuannya agar pulih seperti sedia kala. Massage
sangat banyak manfaatnya, tidak hanya untuk penyembuhan cedera tapi massage
juga sangat besar manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Dengan massage, selain tubuh
sehat, tubuh yang capek, lelah, dan letih akan menjadi enak atau rileks lagi.
Kebugaran tubuh tidak hanya dijaga dengan olahraga saja tetapi kebugaran tubuh
juga dapat dijaga dengan massage.
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang merupakan gangguan
neurologik mendadak akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem
suplai arteri di otak. Stroke juga merupakan penyakit serebrovaskuler yang
menunjukan beberapa kelainan otak baik secara fungsional maupun struktural yang
disebabkan oleh beberapa keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari
seluruh pembuluh darah otak, yang disebabkan robekan pembuluh darah atau oklusi
parsial/ total yang bersifat sementara atau permanen (Dosen Keperawatan
MedikalBedah Indonesia, 2016).
Stroke terbagi menjadi 2 jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke
iskemik disebabkan oleh sumbatan yang terjadi dari bekuan darah (baik sebagai
trombus maupun embolus), atau dari stenosis pembuluh yang terjadi akibat
penumpukan plak, jenis stroke ini terjadi pada 87% dari semua stroke (Hickey,
2009). Stroke hemoragik terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus stroke. Stroke
Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019)
hemoragik ini terjadi ketika pembuluh darah serebral ruptur. Adapun faktor resiko
yang menyebabkan stroke adalah usia, jenis kelamin, ras, keturunan, penyakit
jantung bawaan, diabetes melitus, hipertensi, perokok, peminum alkohol,
hiperlipidemia, dan obesitas (Tarwoto, 2013).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Menurut
Nurarif A.H. & Kusuma H. (2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg. Hipertensi
merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus
pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk beraktivitas
seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent killer (Kemenkes,
2018), orang-orang akan tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang
dirasakan semakin parah dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Gejala
yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala, pusing, lemas,
kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan kesadaran menurun
(Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016).
Hipertensi terjadi karena dipengaruhi oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor
risiko yang menyebabkan hipertensi adalah umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol,
genetik, stres, asupan garam, merokok, pola aktivitas fisik, penyakit ginjal dan
diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015).
B. RumusanMasalah
C. Tujuan
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pemijatan
Menurut Tjipto Soeroso (1983: 3) masase adalah suatu seni gerak tangan
yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan dan memelihara kesehatan. Gerak
tangan secara mekanis ini akan menimbulkan rasa tenang dan nyamam bagi
penerimanya. Ahmad Rahim (1988: 1) mendefinisikan pemijatan (masase)
sebagai suatu perbuatan melulut tubuh dengan tangan (manipulasi) pada bagian-
bagian yang lunak, dengan prosedur manual atau mekanik yang dilaksanakan
secara metodis dengan tujuan menghasilkan efek fisiologis, profilaktif, dan
terapeutik bagi tubuh.
B. Tinjauan Penyakit Stroke
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah
otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di
otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi
terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel
saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke
(Junaidi, 2011).
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare,
2002). Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak. Stroke dapat terjadi karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum,
akibat emboli yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat
perdarahan otak (Corwin, 2001)
C. Tinjauan Penyakit Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau dikenal dengan istilah hipertensi didefinisikan
sebagai elevasi persistem dari tekanan darah sistolik (TDS) pada level 140 mmHg
atau lebih dan tekanan darah diastolik (TDD) pada level 90 mmHg atau lebih
(Black & Hawks, 2014). Hipertensi Pulmonal Primer (HPP) atau hipertensi
pulmonal idiopatik adalah suatu penyakit atau sindroma yang kompleks,
memerlukan pendekatan multidisiplin dan jarang didapat, namun bersifat
progresif karena adanya peningkatan resistensi vascular pulmonal, yang lebih
Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019)
lanjut menyebabkan menurunnya fungsi ventrikel kanan oleh karena peningkatan
afterload ventrikel kanan (Ghanie, 2014).
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah yang terjadi akibat
proses dasar yang dapat diidentifikasi (Lemone, 2014). Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah suatu kondisi yang
menggambarkan terjadinya peningkatan tekanan darah dimana tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg pada beberapa
kali pengukuran.
METODE PENELITIAN
A. Pemijatan Stroke
1. Narasumber 1
a) Identitas Narasumber 1
a. Nama : Moh Rofek
b. Usia : 44 Tahun
c. Alamat : Pettengan-Arosbaya
d. Lama Profesi : 23 Tahun
b) Waktu dan Tempat
Waktu :
Tempat :
c) Alat Yang Digunakan
Alat : Alas tikar atau kasur
Kayu
Tissue
Bantal
Bahan : Dedaunan atau rempah-rempah
Balsem
Minyak kelapa
d) Titik pemijatan
Letak titik pemijatannya terletak pada leher, bahu, tangan dan siku.
Karena memang sudah jalur syarafnya terletak pada daerah itu.
e) Teknik pemijatan
Bergantung penyakit stroke yang diderita. Misalkan stroke dibagian
tangan kanan, maka diambil fan dipijat bagian bahu dan sendi tulang,
diantara urat yang dipijat akan terlihat peredaran darah yang tidak lancar.
Hal inilah yang merupakan faktor terjadinya stroke. Pemijatan ini
dilakukan sebanyak 4 kali dalam sebulan dan harus rutin selama 3 bulan.
f) Bagian yang tidak boleh dipijat
Pada pemijatan ini tidak ada titik pemgecualian pemijatan. Karena
pemijatan adalah terapi yang sesuai untuk kesembuhan pasien tersebut,
kecuali dibagian perut ke bawah (kaki).
Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.2 (2019)
g) Tingkat kesembuhan
75%-85%
h) Dokumentasi
2. Narasumber 2
a) Identitas Narasumber 2
Nama : Moh. Imam Ajid
Usia : 25 Tahun
Alamat : Lebak-Arosbaya
Lama Profesi : 12 Tahun
b) Waktu dan Tempat
Waktu :
Tempat:
c) Alat dan Bahan yang digunakan
Alat : Alas tikar
Wadah tertutup
Bahan : Minyak telon
Balsem
Daun khusus
d) Titik pemijatan
Jika penderita stroke, maka letak titik pemijatannya terletak pada kaki
pasien. Karena titik tersebutlah pasien akan merasa membaik atau disebut
kesembuhan.
e) Teknik pemijatan
Pijat atau urut dibagian syaraf pinggang sampai bagian bokong.
Kemudian paha depan dan paha belakang sampai ujung kaki (harus tau
B. Pemijatan Hipertensi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abstrak
Latar Belakang : Masalah yang muncul akibat kelemahan otot karena stroke
adalah hambatan mobilisasi karena kelemahan otot yang terjadi pada pasien.
Berbagai intervensi dapat dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot baik
secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Teknik pemijatan kaki merupakan
terapi nonfarmakologi untuk meningkatkan kekuatan otot. Tujuan. Tujuan dari
studi kasus ini adalah menganalisis pemijatan kaki untuk meningkatkan
pergerakan kaki. Metode. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus
deskriptif dengan satu subjek studi kasus. Instrumen yang digunakan format
asuhan keperawatan keperawatan medikal bedah, lembar indiktor keberhasilan
tindakan, dan SOP pemijatan kaki. Hasil. Hasil pengkajian didapatkan ekstremitas
atas dan bawah sebelah kiri mengalami kelemahan otot, derajad kekuatan otot
yaitu tidak ada gerakan otot sama sekali. Diagnosa keperawatan hambatan
mobilisasi berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Tindakan keperawatan
yang dilakukan adalah pemijatan kaki. Hasil evaluasi menunjukkan derajad
kekuatan otot meningkat atau dapat bergerak melawan gravitasi. Kesimpulan.
Pemijatan kaki cukup efektif dalam meningkatkan pergerakan kaki pada asuhan
keperawatan stroke.
Abstract
Data dari South East Asian Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui
bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia. Prevalensi stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah sekitar 7 orang per mil dan yang
terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 orang per mil. Prevalensi stroke
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi dilaporkan di Sulawesi Utara (10,8%),
diikuti Yogyakarta (10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing- masing 9,7 per
mil. Prevalensi Stroke berdasarkan 92 terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di
Sulawesi Selatan (17,9%), Yogyakarta (16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti
Jawa Timur sebesar 16 per mil (Riskesdas, 2013). Data statistik dari American Heart
Association (AHA) menunjuk- kan bahwa lebih dari 600.000 orang menderita stroke di
Amerika setiap tahun. Sebuah studi epidemiologi di Cina menunjukkan bahwa morbiditas
stroke adalah 58-142/100.000/tahun, yang mengarah ke 8-2.000.000 orang mengalami
stroke baru atau berulang setiap tahun (Luqman, dkk. 2018).
Menurut Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2012), Prevalensi tertinggi tahun 2012
terjadi di Kabupaten Kudus sebesar 1,84%. Kasus stroke di Kota Surakarta cukup tinggi
yaitu 1.044 kasus stroke hemoragik dan 135 kasus stroke non- hemoragik. Berdasar-kan
data yang didapat dari bagian rekam medis RSUD Dr. Moewardi, jumlah kasus stroke
pada semua kelompok usia meningkat dari tahun 2011-2012 dan menurun pada tahun
2013. Walaupun terjadi penurunan kasus pada tahun 2013, namun jumlah kasus stroke di
RSUD Dr. Moewardi masih tergolong tinggi dibandingkan dengan rumah sakit yang 3
lainnya. Pada tahun 2011-2013 terdapat 981 untuk stroke hemoragik Sedangkan untuk
stroke non hemoragik, pada tahun 2011 terdapat 1.019 kasus (RSUD Dr. Moewardi,
2014).
Berdasarkan catatan Rekam Medik rumah sakit dr. Soehadi Prijonegoro Sragen di
tahun 2014 kasus stroke yang rawat inap sebanyak 319 kasus, sedangkan pada tahun
2015 kasus stroke rawat inap sebanyak 430 kasus. Tahun 2016 antara bulan januari
sampai bulan maret sudah mengalami kasus stroke yang rawat inap sebanyak 25 kasus.
Berdasarkan prevalensi pasien stroke selama tahun 2015 di RSUD Dr. Soeratno
Gemolong mencapai 64 orang. (Pradana, 2016).
Berdasarkan strudi kasus diperoleh pasien menderita stroke di ruang Tulip RSUD
Dr. Soeratno Gemolong bulan Oktober 2019.Pasien stroke pasca serangan akan
meninggalkan masalah utama berupa hilangnya kontrol volunteer terhadap pergerakan
motorik. Hal tersebut akan berakibat terjadinya kelemahan otot pada ekstremitas atas,
sehingga mengganggu kemandirian dalam melaksanakan tugas-tugas fungsional sehari-
hari. Pemijatan bertujuan untuk merilekskan otot-otot yang tegang, melancarkan
peredaran darah, dan limfe. Otot yang tidak rileks akan mengganggu peredaran darah,
pembuluh limfe, dan persarafan. Bisa jadi pembuluh darah tertekan atau saraf-saraf
terjepit. Akibatnya, pereda-ran darah menjadi kurang lancar dan saraf menjadi kurang
sensitif. Oleh sebab itu perlu penanganan yang memadahi dengan perencanaan yang tepat
untuk dapat mengatasi masalah kelemahan otot yang dapat mempe-ngaruhi tugas
fungsional sehari-hari. Pemijatan merupakan pengobatan yang diyakini dapat mencegah
dan memulihkan kesehatan, serta sudah diakui oleh organisasi kesehatan dunia (WHO)
(Amirudin, dkk, 2018).
Hasil penelitian yang menun- jukkan ada pengaruh pemijatan kaki terhadap
kekuatan otot ekstre-mitas pasien stroke, hal ini dapat disebabkan karena pemberian
pemijatan dapat memperbaiki sirkulasi qi dan darah dalam tubuh, sehingga akan merelak-
sasikan otot yang mengeras dan merangsang perbaikan alamiah pada abnormalitas
skeletal dan kekuat-an otot dapat meningkat (Sukawana, dkk. 2011).
Berdasarkan latar belakang di ataspenulis tertarik untuk melakukan penelitian
“Pemijatan Kaki untuk Meningkatkan Pergerakan Kaki pada Asuhan Keperawatan
Stroke”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah desain deskriptif dengan pendekatan case study
research (studi kasus) yang meliputi pengkajian, diagnose kepera- watan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Penelitian studi kasus ini dilakukan di ruang Tulip RSUD Dr.
Soeratno Gemolong.
Subjek yang diteliti oleh penulis dalam studi kasus ini adalah pasien dewasa yang
mengalami gangguan mobilisasi dengan stroke Subjek dipilih berdasarkan dengan kriteria
sebagai berikut: Pasien dengan diagnosa medis stroke, mengalami gangguan mobilsa-si,
mengalami kelemahan otot ekstre- mitas, mengalami kelemahan fisik.
HASIL PENELITIAN
Hasil pengkajian Ny. S didapat-kan keluhan utama pasien yaitu pasien
mengatakan pusing berputar-putar, pasien mengatakan kaki dan tangan sebelah kiri
lemah dan sulit digerak-kan, keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak bisa
mengubah posisi tidurnya sendiri, pemeriksaan tanda-tanda vital ; TD : 130/90 mmHg,
Nadi : 80x/menit, Suhu : 39,3oC, RR : 22x/menit. BB : 50 kg, TB: 150 cm. Hasil
pemeriksaan fisik pada Ny. S ditemukan keadaan umum lemah, kesadaran umum compos
mentis. Esktemitas atas terpasang infus pada tangan kanan, mengalami kelemahan pada
ekstremitas atas bawah sebelah kiri yang derajad kekuatan ototnya 0 atau tidak ada
gerakan otot sama sekali. Pasien tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya secara mandiri,
koordinasi anggota tubuh pasien tidak dapat menggerak-kan ekstremitas sebelah kiri,
pada ektremitas kiri kekuatan sendi tergang-gu. Genitalia terpasang DC tampak kotor
dan sedikit bau.
Pemeriksaan penunjang di- dapatkan hasil yaitu hemoglobin 11,4gr/dl (12-
14gr/dl), leukosit 12.900/ mm3 (5.000-10.000/mm3), hemato-krit 32,5% (37-43%).
Pasien men-dapatkan diit bubur dengan terapi obat omeprazole 40mg/12 jam, piracetam
1 gr/ 8 jam, citicolone 500 mg/ 24 jam, ondan 8 mg/8jam, paracetamol 500 mg oral 3x1.
Berdasarkan data tersebut, diagnosa keperawatan yang muncul yaitu Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan ke- kuatan otot. Perencanaan keperawa-
tan terhadap Ny. S yaitu pemijatan kaki. Tujuan yang ditetapkan sesuai NOC yaitu
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, di- harapkan mampu untuk bisa
bergerak bebas dengan kriteria hasil keseimbangan tidak terganggu, gerak-an/kekuatan
otot tidak terganggu, gerakan sendi tidak terganggu, koor-dinasi anggota tubuh tidak
terganggu, NIC : Pemijatan : kaji keinginan paisen untuk dilakukan pemijatan, tetapkan
lama waktu pemijatan untuk mencapai respon yang diinginkan, pilih lokasi atau lokasi
tubuh yang akan dipijat, tempatkan pada posisi yang nyaman untuk memfasilitasi
pemijatan, guna- kan lotion, minyak atau bedak kering untuk menghindari gesekan, pijat
secara terus-menerus, halus, usapan yang panjang : meremas; atau getaran dengan
telapak tangan, jari- jari, dan jempol.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari pertama tanggal 21 Januari
2019 sebanyak 3 kali selama 15 menit yaitu pada pukul 10:15, 12:05, dan 13:45 WIB.
Dimana hari pertama sebelum dilakukan tindakan dilakukan pengkajian menge-nai
pergerakan untuk mengetahui derajat kekuatan otot sebelum dilaku-kan pemijatan kaki
yaitu didapatkan nilai derajad kekuatan otot kaki kiri adalah 0 atau tidak ada gerakan otot
sama sekali, keseimbangan terganggu, koordinasi anggota tubuh terganggu tidak dapat
menggerakkan ekstremitas sebelah kiri, kekuatan sendi pada ekstremitas kiri tergangg,.
Selama di-lakukan perawatan pasien mengatakan kaki merasa berat, tidak bisa
digerakkan, setelah dilakukan pemijat-an kaki pasien mengatakan masih belum bisa
digerakkan dan masih terasa berat, pasien juga mendapatkan perawatan radioterapi sehari
sekali.
Hari kedua tanggal 22 Januari 2019, dilakukan tindakan sebanyak 2 kali sehari
selama 15 menit pada pukul 10:00 dan pukul 13:00 WIB. Sebelum dilakukan tindakan
pemijatan kaki didapatkan keseimbangan masih di-bantu oleh keluarga, koordinasi
anggo-ta tubuh dapat menggerakkan ekstre-mitas tetapi belum bisa me-ngangkat, setelah
dilakukan pemijatan penulis mengisi status derajad kekuatan otot didapatkan skala
derajad kekuatan otot yaitu 2 atau ada gerakan tetapi tidak dapat melawan gravitasi,
keseim-bangan dibantu keluarga, pasien dapat menggerakkan jari-jari kakinya dan
memutar per-gelangan kaki.
Hari ketiga tanggal 23 Januari 2019 dilakukan tindakan sebanyak 2 kali sehari
dengan durasi 15 menit yaitu pada pukul 15:30 dan pukul 17:00 WIB. Kemudian
dilakukan pemijatan yang terakhir didapatkan data subjektif yaitu pasien mengatakan
kaki ekstremitas sudah bisa digerakkan bahkan bisa diangkat, keseimbangan membaik
tapi masih dibantu, kekuatan sendi mulai stabil dan skala derajad kekuatan otot 3 atau
dapat bergerak melawan gravitasi, keseimbangan masih dibantu keluarga, koordinasi
anggota tubuh dapat menggerakkan ekstremitas meskipun belum dapat menopang berat,
kekuatan sendi mulai stabil.
Evaluasi keperawatan pada hari pertama tanggal 21 Januari 2019 pasien
mengatakan ekstremitas atas dan bawah sebelah kiri tidak bisa digerakkan dengan
derajad kekuatan otot yaitu : skala 0 tidak ada gerakan otot sama sekali, keseimbangan
pasien yaitu tidak dapat menyeimbangkan, tidak bisa duduk, tidak bisa berdiri, pasien
tidak dapat menggerakkan ekstremitas atas dan bawah, kekuatan sendi ekstremitas kanan
terganggu.
Hari kedua tanggal 22 Januari 2019, pasien mengatakan dapat menggerakkan
kakinya, kaki terasa ringan, nyaman, dan rileks, data obyektif yaitu pasien tampak meng-
gerakkan kaki dan tangannya sebelah kiri. Setelah dilakukan pemijatan pada kaki,
kelemahan otot pada pasien berkurang, dapat digerakkan walaupun belum maksimal,
dengan penilaian derajad kekuatan otot yaitu : skala 2 atau ada gerakan tetapi tidak dapat
melawan gravitasi, keseimbangan masih dibantu keluarga, pasien sudah dapat
menggerakkan jari kakinya dan dapat memutar-mutar pergelangan kaki, kekuatan sendi
sedikit membaik.
Hari ketiga tanggal 23 Januari 2019, mengatakan sudah dapat meng-gerakkan
kaki dan mengangkat kaki, kaki terasa nyaman dan ringan, data obyektif pasien tampak
mengangkat kaki dan menggerak-gerakkannya, suhu kulit sudah tidak panas, kelembaban
kulit tidak berlebihan, derajad kekuatan otot dengan skala 3 atau dapat bergerak melawan
gravitasi, keseimbangan sedikit membaik tapi masih dibantu, ekstremitas bagian kiri
dapat digerakkan tetapi belum dapat menopang berat, kekuatan sendi mulai stabil.
PEMBAHASAN
Pemeriksaan tanda-tanda vital terdiri dari suhu tubuh, nadi tekanan darah,
frekuensi nafas (respiratory rate/rr). Pasien dikatakan deman apa-bila suhu tubuh
38oC – 38,5oC, denyut nadi normal memiliki frekuensi 60-100x/menit, tekanan darah
diklasifi-kasikan menjadi tekanan darah normal yang tekanan sistol <120 mmHg dan
diastol 80 mmHg, prehipertensi tekanan sistol 120-130 mmHg diastol 80-89 mmHg,
hipertensi stage 1 tekanan sistol 140-159 mmHg diastol 90-99 mmHg, dan hipertensi
stage 2 dengan tekanan sistol >160 mmHg diastol >100 mmHg. Tekanan darah
dipengaruhi beberapa faktor salah satunya yaitu aktivitas fisik (dr. sutejo, 2016).
Diagnosa yang muncul pada Ny. S yaitu Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan penurunan kekuatan otot. Menurut Herdman (2018) batasan karakteristik yaitu :
penurunan rentang gerak, kesulitan membolak-balik posisi. Faktor yang berhubungan :
penurunan kekuatan otot.
Diagnosa tersebut sesuai teori menurut Amirudin (2018) yaitu pasien stroke pasca
serangan akan meninggal-kan masalah utama berupa hilangnya kontrol volunteer
terhadap pergerakan motorik. Hal tersebut akan berkibat terjadinya kelemahan otot pada
ekstre-mitas atas, sehingga mengganggu kemandirian dalam melaksanakan tugas-tugas
fungsional sehari-hari.
Sesuai dengan teori diatas maka penulis mengasumsikan bahwa pada pasien stroke
menyebabkan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
Kelainan fungsi otak yang timbul mendadak disebabkan terjadinya gangguan per-edaran
darah otak yang dapat me-nyebabkan berbagai defisit neurologik diantaranya adalah
defisit motori berupa hemiparesis. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan
kekuatan otot, gangguan keseimbang-an dan koordinasi gerak, yang meng-akibatkan
kesulitan saat berjalan, sehingga penderita mengalami kesulit-an dalam melakukan
aktivitas sehari-hari (Ervi, 2017).
Intervensi keperawatan yang pilih penulis yaitu pemijatan kaki, karena dengan
pemijatan kaki terapi berupa pemijatan, dapat mengembali-kan fungsi ekstremitas.
Hasil penelitian menunjukkan rerata kekuat-an otot dan ekstremitas atas setelah
dilakukan pijat lebih tinggi dibanding-kan dengan sebelum dilakukan pemijatan pada
kelompok intervensi (Ervi, 2017). Implementasi yang di-lakukan dalam pemberian
pemijatan kaki 2-3 kali sehari selama ±15 menit, sesuai SOP pemijatan kaki yang di-
kemukakan oleh Nazmi (2018). Pemberian pijatan sesuai dengan teori menurut Lestari
(2019), Pemberian pemijatan kaki 2-3 kali sehari selama tujuh hari dengan durasi 10-
15 menit dapat menunjukkan peningkatan kekuatan otot. Pemijatan kaki juga dapat
memperbaiki fungsi motoric pada pasien stroke.
Hasil evaluasi diatas dapat disimpulkan hasil penelitian setelah diberi tindakan
keperawatan meningkatkan fungsi motorik meningkat pada pasien yang menerima
intervensi dengan pijatan kaki selama 15 menit, itu efektif diterapkan pada pasien yang
mengalami gangguan fungsi motorik terutama pada pasien stroke non- hemoragik dan
mengalami kelemahan pada otot (Lestari, 2019).
Teori yang menunjukkan peningkatan kekuatan otot menurut Shin (2015), terapi
pijat sering digunakan sebagai perawatan untuk memulihkan dari kelelahan otot atau
kerusakan. Pijat meningkatkan darah lokal dan aliran getah bening, mengurangi produksi
edema, mengu- rangi tonus otot, dan meningkatkan suasana hati. Banyak penelitian telah
menyelidiki tanda dan gejala pemulih-an fungsi otot dan sendi setelah dipijat setelah
kerusakan otot. Tekanan mekanis pada otot oleh pijatan telah dikaitkan dengan aktivitas
sistem saraf. Perubahan saraf ini diyakini memengaruhi ketegangan otot, dan potensi
kejang dan rasa sakit.
KESIMPULAN
Kesimpulan hasil di atas didapatkan pemijatan kaki cukup efektif untuk
meningkatkan pergerak-an kaki yang semula derajad kekuatan otot 0 atau tidak ada
gerakan otot sama sekali menjadi derajad 3 atau dapat bergerak melawan gravitasi. Faktor
perancu efektifnya peningkatan pergerakan kaki yaitu dilakukannya tindakan raidoterapi
DAFTAR PUSTAKA
2. Amin, A.A., dkk. (2016). Pengaruh Infra Red dan Terapi Latihan Terhadap Stroke
Hemiparese Dextra e.c Non Hemorage. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 7(1).
http://stikeswh.ac.id:8082/jou rnal/index.php/jitk/article/vie w/40 (Diakses pada tanggal
30 Agustus 2018).
3. Amirudin, Z., dkk., (2018). Efek Kombinasi Antara Masase Frirage Dan Akupresur
Terhadap Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pasien Pasca Stroke Iskemik. Jurnal Litbang
Kota Pekalongan, 14.
7. Dr. Sutejo, dkk. (2016). Modul keterampilan Klinik Dasar Blok 5 Pemeriksaan Fisik
Dasar dan BLS (2). Fakultas kedokteran Universitas Jember.
8. Erawantini & Raden. (2016). Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke. Naskah Publikasi.
Rekam Medik Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Jember.
10. Ervi. (2017). Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragik Pad Any. T dan Tn. S Dengan
Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik. Laporan Tugas Akhir. Fakultas
Keperawatan Universitas Jember. https://repository.unej.ac.id/h
andle/123456789/86850 (Diakses tanggal 10 November 2018).
11. Herdman, T.H & Shigemi. K. (2018). North American Diagnosis Associaton
(NANDA). Jakarta : EGC Lestari, dkk. (2019). Intervention range of motion (ROM) and
foot massage towards motor function in non hemorrhagic patient. International Journal
of Multidisciplinary Education and Research. 4 (4), 82-88.
15. Luqman, dkk. (2018). Pengalaman Pasien Post- Stroke Dalam Menjalani Terapi Pijat
Alternatif di Kota Lhokseumawe. Jurnal Ilmu Keperawatan. 5:1
17. Nazmi, Anisa. N. (2018). Pengaruh Pijat Kaki dan Ambulasi Dini Terhadap Perubahan
Nyeri dan Mean Arterial Pressure pada Pasien Post-Op Laparatomi. Thesis Universitas
Airlangga. Surabaya.
19. Oktraningsih. I. (2017). Gambaran Kekuatan Otot Pasien Stroke yang Immobilisasi di
RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi Sarjana. Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara. (Diakses pada tanggal 17 September 2019).
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1531/131101089.pdf?
sequence= 1&isAllowed=y
20. Pradana. D., dkk. (2016). Upaya peningkatan mobilitas fisik pada pasien stroke
nonhemoragik di rsud dr. Soehadi Prijonegoro. Doctoral Dissertation. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/id/epr int/45459 (Diakses pada
tanggal 12 November 2018).
21. Shin, M.S. & Sung, Y.H. (2015). Effects of Massage on Muscular Strength and
Proprioception After Exercise-Induced Muscle Damage. Journal of Strength and
Conditioning Research. 29 (8).
22. https://journals.lww.com/nscajscr/Fulltext/2015/08000/Effects_of_Massage_on_Mus
cula r_Strength_and.22.aspx (Diakses pada tanggal 20 November 2018)
1. Pengertian hipertensi
dengan peningkatan tekanan darah secara persisten (Potter & Perry, 2005).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan yang ditandai oleh
kenaikan tekanan darah sistole, diastole atau keduanya secara intermiten atau
konstan. Umumnya tekanan darah sistole yang bertahan pada nilai 140 mmHg
atau lebih atau tekanan darah diastole yang bertahan pada nilai 90 mmHg atau
tidak berfungsi dengan benar atau bahkan tidak mampu secara sempurna
(hipertensi jika diatas 140/90 mmHg) atau terlalu rendah (hipotensi jika di bawah
90/60 mmHg). Hipertensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan
sistole dan diastole dimana sebanyak 90% kasus penyebabnya tidak diketahui.
disebabkan oleh faktor genetik, usia, jenis kelamin, kegemukan, pola makan dan
adalah peningkatan tekanan darah sistole dan diastole dengan hasil pengukuran
melebihi angka 140/90 mmHg yang sebanyak 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya.
2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi pada pasien berusia ≥18 tahun oleh The Joint National
sebagai berikut :
Tabel 1
Klasifikasi Hipertensi oleh JNC
Keterangan :
TDD : Tekanan darah diastole
TDS : Tekanan darah sistole
3. Etiologi hipertensi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi primer (hipertensi esensial atau
diketahui penyebabnya secara pasti, namun diperkirakan ada beberapa faktor yang
13
kegemukan, sedang menjalani diet yang tinggi garam dan pola hidup. Hipertensi
14
sekunder disebabkan karena adanya penyakit jantung seperti coarctation of aorta,
4. Patofisiologi hipertensi
mekanisme ini dikontrol dimulai dari jaras saraf simpatis yang berada di pusat
vasomotor medula spinalis. Jaras saraf simpatis dari medula spinalis kemudian
berlanjut ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis menuju
ganglia simpatis di toraks dan abdomen (Price & Wilson, 2005). Pada titik ini,
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adenal. Hormon ini
mengatur sodium, potasium, dan volume darah, yang akan mengatur tekanan
darah di arteri (pembuluh darah membawa darah menjauhi hati). Dua hormon
darah yang sama), yang juga tempat tekanan pada jantung. Aldosteron
menyebabkan natrium dan air tetap berada di dalam darah. Akibatnya, ada volume
darah yang lebih besar akan meningkatkan tekanan pada jantung dan
meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah arteri adalah tekanan pada pembuluh
darah khususnya dinding arteri yang diukur dalam milimeter merkuri (mmHg).
Dua nilai tekanan darah arterial adalah tekanan darah sistole dan tekanan darah
hipertensi antara lain : pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,
tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas,
rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang serta mimisan (keluar
berupa nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
kerusakan pada retina sebagai dampak dari hipertensi; ayunan langkah yang tidak
mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf pusat; nokturia (sering berkemih di
malam hari) karena adanya peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
kapiler. Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami pasien antara lain sakit
6. Penatalaksanaan medis
bagi individu yang mempunyai tekanan darah tinggi terkontrol (rutin minum obat)
membantu obat tersebut bekerja lebih efektif dengan melakukan pola hidup sehat.
berikut :
dosis tunggal, propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan
20 mg dua kali sehari, kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari,
nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg dua kali sehari.
berat badan, pembatasan alkohol dan natrium, olahraga teratur dan relaksasi untuk
buah, sayuran dan produk susu rendah lemak telah terbukti dapat menurunkan
7. Komplikasi hipertensi
risik morbiditas atau mortalitas dini yang meningkat saat tekanan darah sistolik
dan diastolik meningkat. Peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan dapat
merusak pembuluh darah di organ target (jantung, ginjal, otak dan mata)
(Smeltzer, 2013).
stroke, infark miokardium, gagal ginjal dan ensefalopati. Stroke dapat timbul
akibat pendarahan karena tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas
dari pembuluh non otak. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.
waktu hantaran listrik saat melintasi ventrikel, sehingga terjadi disritmia, hipoksia
unit-unit fungsional ginjal, neuron akan terganggu, dan dapat berlanjut menjadi
(kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan ini menyebabkan
Tekanan darah merupakan tekanan pada dinding arteri pada saat jantung
sedang memompa darah. Tekanan darah yang biasa diukur adalah kondisi tekanan
pada saat jantung berkontraksi (biasa disebut batas atas) dan pada saat jantung
diastolik (tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat), dengan nilai
dewasa normalnya berkisar dari 100/60 mmHg sampai dengan 140/90 mmHg.
Biasanya rata-rata tekanan darah normal yang ideal adalah 120/80 mmHg
tekanan sistole, tekanan diastole dan tekanan nadi. Tekanan sistole adalah tekanan
darah tertinggi selama satu siklus jantung, merupakan tekanan yang dialami
pembuluh darah saat jantung berdenyut atau memompakan darah keluar jantung.
Pada orang dewasa normal tekanan sistole berkisar 120 mmHg. Tekanan diastole
adalah tekanan darah terendah selama satu siklus jantung, suatu tekanan di dalam
pembuluh darah saat jantung beristirahat. Pada orang dewasa tekanan diastole
Menurut Potter and Perry (2005) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi
tekanan darah adalah usia, stres, ras, medikasi, variasi diurnal dan jenis kelamin.
darah bayi berkisar antara 65-115/42-80 mmHg. Sedangkan tekanan darah normal
anak usia 7 tahun adalah 87-117/48-64 mmHg. Anak-anak yang lebih besar dari
segi berat atau tinggi badan memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak-anak yang lebih kecil pada usia yang sama. Kisaran
normal pada remaja berusia 19 tahun 90% nya adalah 124-136/77-84 mmHg
dengan standar normal untuk remaja yang tinggi dan di usia baya adalah 120/80
pada pembuluh darah dengan normalnya 140/90 mmHg (Potter & Perry 2005).
Banyak obat-obatan yang secara langsung maupun tidak langusng
saluran kalsium dan yang paling sering adalah jenis penghambat enzim pengubah
adalah analgesik narkotik yang dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu jenis
kelamin juga dapat mempengaruhi tekanan darah. Setelah pubertas pria cenderung
memiliki tekanan darah yang tinggi. Sedangkan untuk wanita, setelah menopause
wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dari pria (Potter &
Perry 2005).
yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskular perifer.
Efek dari stimulasi simpatik ini yang akan meningkatkan tekanan darah.
biasanya rendah pada pagi-pagi sekali dan secara berangsur-angsur naik dari pagi
menjelang siang dan sore dan mengalami puncaknya pada senja atau malam hari
antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem
tekanan baroreseptor turun dan menurunkan tekanan arteri sistemik bila tekanan
baroreseptor meningkat.
mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah dapat meningkat melalui
mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke jantung dan
darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam
mengekskresikan garam dan air ini akan meningkatkan tekanan arteri sistemik.
Ginjal memproduksi renin, yaitu suatu enzim yang bertindak pada substrat protein
pengubah (converting enzyme) dalam paru menjadi bentuk angiotensin II, dan
mempunyai efek inhibiting atau penghambat pada ekskresi garam (natrium) yang
pengurangan aliran. Jika terjadi yang sebaliknya, maka tahanan vaskular akan
manometer tekanan, manset oklusif yang menutupi kantung karet yang dapat
aneroid dan manometer air raksa. Manometer air raksa lebih akurat daripada
tetapi kerugian dari manometer air raksa adalah potensi terhdapat pecah dan
diatas, ada juga alat tekanan darah automatik atau tensimeter digital yang dapat
memprogramkan alat tersebut dan munculah hasil dari pengukuran tekanan darah.
Namun alat elektronik lebih sensitif terhadap gangguan dari luar dan rentan
terhadap kesalahan karena menggunakan baterai agar dapat digunakan (Potter &
Perry 2005).
Menurur Potter and Perry (2005) prosedur pengukuran tekanan darah adalah
sebagai berikut :
Alat dan bahan yang diperlukan dalam pengukuran tekanan darah berupa
pengukur tekanan darah dalam keadaan baik), stetoskop serta alat tulis untuk
b. Pelaksanaan
1) Pastikan alat dan bahan yang akan digunakan dalam keadaan baik dan
pengukuran, dalam hal ini dianjurkan dalam posisi duduk atau berbaring.
3) Jelaskan kepada klien tentang prosedur yang akan dilakukan, kenapa, berapa
lama dan untuk apa pengukuran ini dilakukan. Jangan lupa diskusikan
4) Cuci tangan.
5) Pada pengukuran ini dianjurkan siku klien harus sedikit fleksi dengan telapak
tangan menghadap ke atas dan lengan bawah diletakkan sejajar arah jantung
meningkat ketika lengan berada di bawah posisi jantung dan menurun ketika
7) Lilitkan manster yang masih dalam keadaan kempis mengelilingi lengan atas
8) Tentukan letak arteri brakialis dengan tepat dan letakkan stetoskop pada
stetoskop.
9) Operasikan tensimeter digital (pada saat ini usahakan tidak mengajak klien
10) Setelah hasil pengukuran tekanan darah telah keluar dan catat hasilnya.
Pijat refleksi adalah suatu praktik memijat titik-titik tertentu pada tangan
dan kaki dengan tujuan untuk memperoleh kesehatan seluruh anggota tubuh
dengan merangsang area-area tertentu pada tangan dan kaki dengan tujuan
menimbulkan respons yang bermanfaat bagi bagian tubuh yang lain. Jadi pada
pijat refleksi bagian tubuh yang paling berperan adalah tangan dan kaki.
Terapi zona yang ditemukan oleh DR. William Fitzgerald adalah sebuah
terapi yang dilakukan oleh praktisi pijat refleksi dengan menguraikan pembagian
tubuh ke dalam sepuluh zona memanjang mulai dari ujung kepala hingga ujung
kaki yang seluruh bagian dalam suatu zona tersebut saling terhubungkan satu
sama lain. Ketegangan pada salah satu zona tentunya akan memengaruhi semua
bagian. Dengan melakukan pijatan pada suatu titik di zona tangan dan kaki maka
ketegangan tersebut dapat terlepaskan. Selain itu pijat refleksi ini dapat juga
dipercaya sebagai pusat refleksi oleh masyarakat tradisional jauh sebelum zaman
memiliki peran khusus dalam dunia kesehatan dan spiritualitas. Hal ini dibuktikan
2014).
Pijat refleksi dapat membuat tubuh dengan cepat merespons penyakit dan
makanan bergizi seimbang, olahraga teratur, istirahat yang cukup, serta penuhi
kebutuhan nutrisi penting seperti aneka vitamin dan mineral. Pijat refleksi dapat
menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan daya tahan tubuh melalui
berbagai teknik penijatan sehingga aliran darah dalam tubuh akan menjadi lancar
sakit, bahkan gangguan mental. Stres merupakan suatu bentuk ketegangan, baik
berupa fisik maupun mental. Pijat refleksi memberikan manfaat terutama untuk
mendatangkan perasaan relaks dalam tubuh dan pikiran dengan cara alamiah atau
tanpa obat-obatan. Memijat salah satu titik di zona terapi dapat melepaskan
hormon endofrin, yaitu suatu zat kimia tubuh yang mampu menciptakan perasaan
nyaman. Pengeluaran zat inilah yang merupakan cara alamiah terbaik untuk
melepaskan stres.
Gejala migrain dapat diatasi dengan rutin melakukan terapi pijat. Hal ini
berdasarkan studi yang dilakukan oleh para peneliti asal University of Auckland.
mereka yang tidak menerima terapi. Selain kadar keparahan migrain yang
akibat berolahraga. Cara pijat yang benar mampu menyembuhkan peradangan otot
Pijat refleksi yang dilakukan secara teratur ternyata mampu membuat kulit
menjadi awet muda. Pijatan lembut pada titik-titik refleksi mampu memperbaiki
aliran darah, termasuk darah pada area wajah. Darah yang segar dan kaya oksigen
tentunya akan membuat sel-sel wajah lebih sehat dan tampak muda.
Penijatan pada titik yang berhubungan dengan area kewanitaan dapat yang
dilakukan sebelum masa menstruasi ternyata mampu menekan gejala PMS lebih
efektif.
Dengan pijat refleksi, utamanya pada kaki tidak menimbulkan efek samping
pada bagian tubuh lain yang tidak terganggu. Dengan demikian, pijat refleksi
menjadi terapi yang efisien untuk penyembuhan sehingga pasien menjadi sembuh
lebih cepat.
secara berlebihan tentunya tidak baik bagi kesehatan. Kalaupun seseorang masih
harus mengonsumsi obat, maka pjat refleksi dapat membantu obat bekerja lebih
efektif. Selain kondisi tubuh akan pulih kembali, pijatan juga bermanfaat untuk
Hendro dan Ariyani (2015) menjelaskan teknik pijat dasar umumnya berupa
permukaan tubuh searah dengan peredaran darah menuju jantung dan kelenjar-
kelenjar getah bening, dimana gerakan ini dilakukan diawal dan diakhir pemijatan
dengan manfaat merelaksasi otot dan ujung-ujung saraf. Meremas berarti memijit
atau meremas menggunakan telapak atau jari-jari telapak tangan di area tubuh
yang berlemak dan jaringan otot yang tebal sehingga akan terjadi pengosongan
dan pengisian pembuluh darah vena dan limfe sehingga suplai darah yang lebih
banyak dibawa ke otot yang sedang dipijat. Menekan bertujuan untuk melepaskan
serta mempertahankan fungsi saraf dan otot dengan menggetarkan bagian tubuh
memukul yang bermanfaat untuk memperkuat kontraksi otot saat distimulasi dan
selain itu berguna untuk mengurangi deposit lemak dan bagian otot yang lembek.
Selain kelima teknik pijat dasar diatas, gerakan dan irama juga sangat
Waktu yang diperlukan untuk melakukan pijat refleksi berbeda antara satu
dengan yang lainnya karena kondisi tubuh pada masing-masing orang berbeda
begitupun dengan kemampuan untuk menahan rasa sakit. Dalam pijat refleksi,
sakit keras proses pemijatannya berlangsung lebih lama yaitu sekitar sepuluh
menit dan tidak lebih, berbeda dengan seseorang yang menderita penyakit seperti
penyakit jantung, kencing manis, liver, kanker hanya boleh dipijat selama dua
menit. Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk memijat seluruh titik refleksi yang
bersangkutan kurang lebih 30 menit atau bisa juga sekitar 45 sampai 60 menit
diberikan dalam pemijatan ini antara tiga sampai enam hari sekali untuk
mencegah penyakit dan dua sampai tiga hari sekali untuk mengatasi gangguan
penyakit yang dilakukan antara empat sampai delapan minggu untuk memperoleh
Keterangan :
1. Kepala (otak) 2. Dahi (sinus) 3. Otak kecil (cerbellum)
4. Kelenjar bawah 5. Saraf trigeminus 6. Hidung
otak/hyphophyse/pitu (temporal area)
itary
7. Leher 8. Mata 9. Telinga
10. Bahu 11. Otot trapezius 12. Kelenjar tiroid
13. Kelenjar paratiroid 14. Paru-paru dan 15. Lambung
bronkus
16. Duodenum (usus dua 17. Pankreas 18. Hati
belas jari)
19. Kantong empedu 20. Serabut saraf 21. Kelenjar adrenal
lambung
22. Ginjal 23. Ureter 24. Kantong kemih
25. Usus kecil 26. Usus buntu 27. Katup ileo sekal
28. Usus besar menaik 29. Usus besar mendatar 30. Usus besar menurun
(ascendens) (transcendens) (descendens)
31. Rektum 32. Anus 33. Jantung
34. Limpa 35. Lutut 36. Kelenjar reproduksi
37. Mengendurkan perut 38. Sendi pinggul 39. Kelenjar getah bening
atau mengurangi bagian atas tubuh
sakit
40. Kelenjar getah 41. Kelenjar getah 42. Organ keseimbangan
bening bagian perut bening bagian dada
43. Dada 44. Sekat rongga dada 45. Amandel
atau diafragma
46. Rahang bawah 47. Rahang atas 48. Tenggorokan dan
saluran pernapasan
49. Kunci paha 50. Rahim atau testis 51. Penis atau vagina atau
saluran kencing
52. Dubur atau wasir 53. Tulang leher 54. Tulang punggung
55. Tulang pinggang 56. Tulang kelangkang 57. Tulang tungging
58. Tulang belikat 59. Sendi siku 60. Tulang rusuk
61. Pinggul 62. Lengan
Sumber : Hendro dan Yusti Ariyani, 2014.
a. Titik 7. Leher. Lokasi titik pijat terletak di telapak kaki pada pangkal ibu jari.
Titik ini dapat digunakan apabila memiliki gangguan atau keluhan pada leher,
b. Titik 10. Bahu. Lokasi titik terletak di telapak kaki di bawah jari kelingking.
Titik ini digunakan untuk mengatasi nyeri sendi bahu, kaku kuduk, nyeri saat
mengangkat tangan juga dapat digunakan sebagai titik bantu pada gangguan
karena hipertensi.
c. Titik 11. Otot trapezius. Area pijat terletak di telapak kaki di bawah pangkal
jari telunjuk, tengan dan manis. Titik ini dapat mengatasi nyeri sendi
bahu,
kaku kuduk, nyeri saat mengangkat tangan juga dapat melepaskan ketegangan
d. Titik 33. Jantung. Area pijat terletak di telapak kaki kiri, longitudinal 2-3-4,
transversal 2. Titik ini dapat mengurangi vertigo, migrain dan tekanan darah
tinggi karena kelainan ginjal, jantung, stres, kelainan hormon, makanan atau
a. Kondisi klien
Pada kondisi ini pemijatan tidak dapat dilkaukan apabila klien dalam
keadaan lapar atau kenyang, dalam keadaan lelah, terlalu lemah, menderita
penyakit yang sangat berat, baru saja selesai bekerja berat atau perjalanan jauh,
dalam keadaan marah, baru saja melakukan hubungan seks, sedang demam,
mnegenai bagian kaki dan tangan, wanita dengan hamil muda atau yang
kehamilannya tidak stabil, menderita penyakit menular serta kondisi klien yang
refleksi tidak dapat memberikan hasil yang baik demi menyelamatkan nyawa
klien harus segera dirujuk ke rumah sakit terdekat. Klien dengan penyakit jantung
penggantian dan transplantasi serta sedang hamil muda harus dilakukan pemijatan
Suhu dalam kamar jangan terlalu panas atau terlalu dingin, sirkulasi udara
hendaknya lancar dan udara dalam kamar segar serta alat bahan yang digunakan
Posisi klien saat dipijat harus disesuaikan, misalnya duduk atau berbaring.
Sedangkan posisi pemijat berada dalam keadaan yang bebas dan nyaman untuk
melakukan pemijatan
gangguan pada organ biasanya akan terasa lebih sakit namun kadar sakit ini harus
berada di bawah kemampuan klien menerima rasa sakit. Sebagai contoh, apabila
kemampuan klien menerima rasa sakit sebesar nilai sepuluh, maka pemijat
memberikan pijatan dari nilai enam sampai delapan. Ini tergantung kepada
keinginan klien, apabila klien ingin mendapatkan pijatan yang lebih keras berikan
peregangan dan relaksasi otot dengan tujuan agar klien siap untuk dipijat dan
sesudahnya.
c. Membiasakan diri untuk mengikuti urutan-urutan pemijatan.
d. Urutan-urutan pemijatan :
2) Setelah itu seka dengan handuk bersih dan semprot dengan alkohol 70%,
kemudian lakukan peregangan dan relaksasi otot kaki klien dengan memutar-
betis dan lateral tulang kering yang sebelumnya sudah diolesi dengan minyak
pijat.
3) Pijat dengan titik pembukaan yang semuanya dikendalikan oleh otak dan
sistem saraf (titik nomor 1, 3, 4, 5, 53, 54, 55, 56, 57 dan 58).
4) Memijat titik wajib untuk memelihara organ tubuh meski tidak ada gangguan
meliputi :
a) Detoksifikasi (pembuangan) di titik nomor 34, 22, 23, 24, 51, 28, 29, 30, 31
dan 32.
b) Pemeliharaan saraf dan metabolisme tubuh di titik nomor 12 dan nomor 12.
5) Titik terapi, titik yang dipilih sesuai dengan keluhan klien. Apabila titik
nomor 39, 40 dan 41. Tidak dianjurkan dengan klien penderita autoimun, dan
seseorang yang baru menjalani tranplantasi organ
7) Pijat pendinginan dengan menggosok atau mengelus kaki, bagian betis dan
lateral tulang kering klien agar otot menjadi lebih elastis dan tidak memar
Apabila klien dalam kondisi tubuh sakit maka pemijatan dilakukan langsung
pada area yang sakit, misalkan jika terserang sakit secara mendadak seperti sakit
pada kepala, perut, gigi ataupun jantung makan lakukan pemijatan di area
kendaraan, keseleo atau cedera karena memar dan mempunyai penyakit asma
maka lakukan pemijatan langsung di area titik refleksi sesuai titiknya (Alviani,
2015).
namun beberapa reaksi bisa saja terjadi seperti gejala flu, batuk, BAK dan BAB
lebih sering, ruam kulit, nyeri selama 24 jam setelah pemijatan, mual, sakit
kepala, merasa lelah, dan kesemutan. Tetapi reaksi ini wajar sebagai reaksi yang
pembuangan tubuh (Hendro & Ariyani, 2015). Berikut ini beberapa hal yang
Tabel 2
Reaksi Pijat dan Cara Mengatasi
Hipertensi Primer
pengeluaran epinefrin, kortisol dan steroid lain yang disebabkan oleh faktor-faktor
penyebab hipertensi seperti genetik, usia, jenis kelamin dan pola hidup. Hipertensi
primer merupakan peningkatan tekanan darah sistole dan diastole yang 90-95%
Pijat refleksi adalah suatu metode yang dilakukan untuk membuat tubuh
nyaman dan rileks sehingga tekanan darah dapat terkontrol dengan efek samping
yang kecil. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zunaidi dkk (2014)
sirkulasi darah yang lancar akan memberikan efek relaksasi dan kesegaran pada
oleh stimulasi taktil yang terdapat pada jaringan tubuh. Pijat refleksi menurunkan
axis. Ketika tubuh rileks maka serotonin yang berperan dalam perubahan
fisiologis pada tubuh untuk mendilatasi pembuluh darah kapiler dan arteriol
yang akan memberikan efek relaksasi pada otot-otot kaku serta akibat dari
vasodilatasi pada pembuluh darah akan menurunkan tekanan darah secara stabil
pembuluh darah. Kortisol adalah hormon steroid yang umunya diproduksi oleh
kelenjar adrenal. Hormon ini mempengaruhi berbagai organ tubuh seperti jantung,
sistem saraf pusat, ginjal dan kehamilan. Sekresi kortisol oleh korteks adrenal
kortisol. Kortisol bukanlah hormon yang tidak baik bagi tubuh karena tubuh
membutuhkan hormon ini untuk berfungsi normal, tetapi kelebihan kortisol dapat
berakibat buruk untuk kesehatan, maka dari itu menjaga tubuh agar relaks dapat