Anda di halaman 1dari 18

Makalah Pengaruh Slow Stroke Back Massage Dibanding Pemberian

Aromaterapi Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi

Disusun Oleh :
Saputra Al-Hurry
1019031126

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Faletehan Serang
November,2020
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kepada Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmatnya sehingga Makalah dengan judul “Pengaruh Slow Stroke
Back Massage Dibanding Pemberian Aromaterapi Terhadap Tekanan Darah
Penderita Hipertensi” dapat terselesaikan. Solawat beserta salam semoga tercurahkan
pada Nabi Muhammad SAW.
Adapun penulisan Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas EBP. Dalam
penulisan Makalah ini penulis tidak lepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat
bantuan dan bimbingan berbagai pihak, akhirnya hambatan tersebut dapat diatasi
dengan baik.
Penulis juga menyadari bahwasanya Makalah ini jauh dari kata sempurna
sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang dapat membangun dari berbagai
pihak guna memperbaiki Makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ns. Eka Ernawati, S.Kep., M.Kep
sebagai dosen pembimbin dan Ns. Dewi Rahmawati, S.Kep., M.Kep sebagai
koordinator MK EBP yang turut serta memberikan dukungan dan membantu proses
pembuatan literatur review ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat untuk semua
orang, penulis, terutama di bidang ilmu keperawatan.

Serang,18 November 2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................ii

BAB 1 Pendahuluan.......................................................................................1

Latar Belakang Masalah.................................................................................1

Tujuan Penulisan............................................................................................4

BAB 2 Analisis Kritis.....................................................................................5

Argumen Riset 1.............................................................................................6

Argumen Riset 2...........................................................................................10

Argumen Riset 3...........................................................................................13

Argumen Riset 4...........................................................................................16

Argumen Riset 5...........................................................................................20

Argumen Riset 6...........................................................................................25

BAB 3 Penutup.............................................................................................29

Kesimpulan...................................................................................................29

Daftar Pustaka...............................................................................................30

Lampiran.......................................................................................................31
BAB 1

Pendahuluan

A.Latar Belakang Masalah

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan


pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia.
Hipertensi yaitu keadaan naiknya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh
darah dan jantung yang menyebabkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh.Tekanan darah yang tinggi terus-menerus
menyebabkan Jantung bekerja keras sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan
pembuluh darah jantung,otak dan mata.(Belakang, 2013)
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di Kalimantan
Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi
pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64
tahun (55,2%).Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar
8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak
minum obat serta 32,3% tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penderita Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi
sehingga tidak mendapatkan pengobatan.(Kemkes RI,2018)
Hipertensi sangat erat hubungannya dengan faktor gaya hidup dan pola
makan. Gaya hidup sangat berpengaruh pada bentuk perilaku atau kebiasaan
seseorang yang mempunyai pengaruh positif maupun negatif pada kesehatan.
Hipertensi belum banyak diketahui sebagai penyakit yang berbahaya, padahal
hipertensi termasuk penyakit pembunuh diam-diam, karena penderita hipertensi
merasa sehat dan tanpa keluhan berarti sehingga menganggap ringan penyakitnya.
Sehingga pemeriksaan hipertensi ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan rutin/saat
pasien datang dengan keluhan lain. Dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi
komplikasi, jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti
gangguan fungsi jantung koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif/stroke.
Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya. Penyakit ini
menjadi muara beragam penyakit degeneratif yang bisa mengakibatkan kematian.
Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi juga berdampak kepada
mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderitanya. Perlu
pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup. Bila seseorang
mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan secara rutin dan
pengontrolan secara teratur, maka hal ini akan membawa penderita ke dalam kasus-
kasus serius bahkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus
mengakibatkan kerja jantung ekstra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadi
kerusakan pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata (Wolff, 2006).
Penderita hipertensi yang tidak menjaga pola makan dan gaya hidup yang
sehat mempunyai risiko mengalami hipertensi berulang atau kekambuhan hipertensi.
Kekambuhan hipertensi pada lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam
maupun dari luar lansia. Penelitian Manolis et.al (2012) mengungkapkan beberapa
faktor yang mempengaruhi kekambuhan hipertensi antara lain faktor gaya hidup
meliputi pola makan atau diet rendah garam, pengobatan, olah raga, kontrol yang
teratur dan manajemen stres.
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit untuk menghilangkan nyeri dan
dapat meningkatkan relaksasi dengan melakukan massase dan sentuhan, salah
satunya dengan Slow Stroke Back Massage (SSBM). Keuntungan dari stimulus
kutaneus SSBM adalah tindakan ini dapat dilakukan di rumah, sehingga
memungkinkan pasien dan keluarga melakukan upaya dalam mengontrol nyeri
(Potter & Perry, 2005). Hal ini dapat membantu kemandirian pasien dan keluarga
dalam mengatasi nyeri, khususnya bagi pasien yang sulit menjangkau fasilitas
pelayanan medis. Selain itu dalam pemberian terapi SSBM tidak perlu menggunakan
alat khusus yang membutuhkan biaya yang besar sehingga terapi ini dapat diberikan
kepada masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas hingga masyarakat ekonomi
menengah ke bawah terapi SSBM juga dapat menghilangkan rasa cemas dan
memberikan efek menenangkan apabila dikombinasikan dengan wangi-wangian
seperti aromaterapi. Aromaterapi selain dapat merangsang stimulus penciuman dapat
pula digunakan sebagai pelembab saat melakukan terapi pijat atau massase.Peneliti
mencoba menggabungkan dua intervensi yaitu Aromaterapi dengan Slow Stroke
Back Massage,gabungan dari dua intervensi ini diharapkan menghasilkan pencapaian
yang lebih maksimaldalam menurunkan tekanan darah,mengontrol
hipertensi,meringankan nyeri sekaligus memberikan relaksasi pada pasien hipertensi
yang signifikan.

B.Rumusan Masalah

1.Untuk mengetahui gambaran tekanan darah penderita Hipertensi .

2.Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan gejala Hipertensi.

3.Mengetahui apakah SSBM efektif terhdap penurunan tekanan darah atau


menopause pada pasien Hipertensi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Hipertensi

1.Definisi

Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan peningkatan
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri, 2017).

2.Faktor Risiko Hipertensi


Seiring bertambahnya usia, kemungkinan mengidap hipertensi akan meningkat.
Berikut ini faktor-faktor pemicu yang dapat memengaruhi peningkatan risiko
hipertensi:
 Berusia di atas 65 tahun.
 Mengonsumsi banyak garam.
 Kelebihan berat badan.
 Memiliki keluarga dengan hipertensi.
 Kurang makan buah dan sayuran.
 Jarang berolahraga.
 Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein).
 Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Risiko hipertensi dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan dengan kandungan
gizi yang baik dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat
3.Penyebab Hipertensi
Ada dua jenis tekanan darah tinggi, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
Berikut penyebab masing-masing kedua jenis hipertensi tersebut:
1. Hipertensi Primer
Pada kebanyakan orang dewasa penyebab tekanan darah tinggi ini seringkali tidak
diketahui. Hipertensi primer cenderung berkembang secara bertahap selama bertahun-
tahun.
2. Hipertensi Sekunder
Beberapa orang memiliki tekanan darah tinggi karena memiliki kondisi kesehatan
yang mendasarinya. Hipertensi sekunder cenderung muncul tiba-tiba dan
menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada hipertensi primer.
Berbagai kondisi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder,
antara lain:

o Obstruktif sleep apnea (OSA).
o Masalah ginjal.
o Tumor kelenjar adrenal.
o Masalah tiroid.
o Cacat bawaan di pembuluh darah.
o Obat-obatan, seperti pil KB, obat flu, dekongestan, obat penghilang
rasa sakit yang dijual bebas.
o Obat-obatan terlatang, seperti kokain dan amfetamin.
 
4.Gejala Hipertensi
Seseorang yang mengidap hipertensi akan merasakan beberapa gejala yang timbul.
Gejala yang muncul akibat hipertensi, antara lain:
 Sakit kepala.
 Lemas.
 Masalah dalam penglihatan.
 Nyeri dada.
 Sesak napas.
 Aritmia.
 Adanya darah dalam urine.
 
Diagnosis Hipertensi
Untuk mengukur tekanan darah, dokter atau tenaga ahli biasanya akan memakaikan
manset lengan tiup di sekitar lengan dan mengukur tekanan darah dengan
menggunakan alat pengukur tekanan. 
Hasil pengukuran tekanan darah dibagi menjadi empat kategori umum:
 Tekanan darah normal, yaitu di bawah 120/80 mmHg.
 Tekanan darah tinggi, bila tekanan sistolik berada di kisaran 120-129 mmHg
dan tekanan diastolik berada di bawah 80 mmHg.
 Hipertensi stadium 1, bila tekanan sistolik berada di kisaran 130-139 mmHg
dan tekanan diastolik berkisar antara 80-89 mmHg.
 Hipertensi stadium 2. Ini adalah kondisi hipertensi yang lebih parah.
Hipertensi tahap 2 adalah ketika tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi atau
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi.
 
5.Pengobatan Hipertensi
Bagi sebagian pengidap hipertensi, konsumsi obat harus dilakukan seumur hidup
untuk mengatur tekanan darah. Namun, jika tekanan darah pengidap sudah terkendali
melalui perubahan gaya hidup, penurunan dosis obat atau konsumsinya dapat
dihentikan. Dosis yang sudah ditentukan merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan, karena takarannya disesuaikan dengan tingkat tekanan darah. Selain itu,
obat yang diberikan juga harus diperhatikan apa saja dampak dan efek samping yang
timbul pada tubuh sang pengidap.
Obat-obatan yang umumnya diberikan kepada para pengidap hipertensi, antara lain:
 Obat untuk membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine.
Hipertensi membuat pengidapnya rentan terhadap kadar garam tinggi dalam tubuh,
untuk itu penggunaan obat ini dibutuhkan sebagai bagian dari pengobatan. 
 Obat untuk melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah bisa turun.
Hipertensi membuat pengidapnya rentan untuk mengalami sumbatan pada pembuluh
darah. 
 Obat yang bekerja untuk memperlambat detak jantung dan melebarkan
pembuluh. Tujuan penggunaan obat ini adalah untuk menurunkan tekanan darah
pengidap hipertensi. 
 Obat penurun tekanan darah yang berfungsi untuk membuat dinding
pembuluh darah lebih rileks. 
 Obat penghambat renin yang memliiki fungsi utama obat untuk menghambat
kerja enzim yang berfungsi untuk menaikan tekanan darah dan dihasilkan oleh ginjal.
Jika renin bekerja berlebihan, tekanan darah akan naik tidak terkendali. 
Selain konsumsi obat-obatan, pengobatan hipertensi juga bisa dilakukan melalui
terapi relaksasi, misalnya terapi meditasi atau terapi yoga. Terapi tersebut bertujuan
untuk mengendalikan stres dan memberikan dampak relaksasi bagi pengidap
hipertensi. Pengobatan terhadap hipertensi juga tidak akan berjalan lancar jika tidak
disertai dengan perubahan gaya hidup. Menjalani pola makan dan hidup sehat, serta
menghindari konsumsi kafein dan garam yang berlebihan juga harus dilakukan.
 
6.Pencegahan Hipertensi
Terdapat berbagai langkah pencegahan yang bisa dilakukan terhadap penyakit
hipertensi, antara lain:
 Mengonsumsi makanan sehat.
 Mengurangi konsumsi garam jangan sampai berlebihan.
 Mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan seperti teh dan kopi.
 Berhenti merokok.
 Berolahraga secara teratur.
 Menurunkan berat badan, jika diperlukan.
 Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
 Menghindari konsumsi minuman bersoda.
7.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi meliputi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi.
Terapi non farmakologi berupa modifikasi gaya hidup meliputi pola diet, aktivitas
fisik, larangan merokok dan pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologis
dapat diberikan antihipertensi tunggal maupun kombinasi. Pemilihan obat anti
hipertensi dapat didasari ada tidaknya kondisi khusus (komorbid maupun
komplikasi).
Non Farmakologi
Terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi berupa anjuran modifikasi gaya
hidup. Pola hidup sehat dapat menurunkan darah tinggi. Pemberian terapi
farmakologi dapat ditunda pada pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko komplikasi
penyakit kardiovaskular rendah. Jika dalam 4-6 bulan tekanan darah belum mencapai
target atau terdapat faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya maka pemberian
medikamentosa sebaiknya dimulai.
Rekomendasi terkait gaya hidup adalah sebagai berikut :
 Penurunan berat badan. Target penurunan berat badan perlahan hingga
mencapai berat badan ideal dengan cara terapi nutrisi medis dan peningkatan
aktivitas fisik dengan latihan jasmani.
 Mengurangi asupan garam. Garam sering digunakan sebagai bumbu masak
serta terkandung dalam makanan kaleng maupun makanan cepat saji. Diet tinggi
garam akan meningkatkan retensi cairan tubuh. Asupan garam sebaiknya tidak
melebihi 2 gr/ hari. [1,3]
 Diet. Diet DASH merupakan salah satu diet yang direkomendasikan. Diet ini
pada intinya mengandung makanan kaya sayur dan buah, serta produk rendah
lemak.[3] Pemerintah merekomendasikan diet hipertensi berupa pembatasan
pemakaian garam dapur ½ sendok teh per hari dan penggunaan bahan makanan
yang mengandung natrium seperti soda kue. Makanan yang dihindari yakni otak,
ginjal, paru, jantung, daging kambing, makanan yang diolah menggunakan garam
natrium (crackers,  kue, kerupuk, kripik dan makanan kering yang asin), makanan
dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet, buah-buahan dalam kaleng),
makanan yang diawetkan, mentega dan keju, bumbu-bumbu tertentu (kecap asin,
terasi, petis, garam, saus tomat, saus sambal, tauco dan bumbu penyedap lainnya)
serta makanan yang mengandung alkohol (durian, tape).[23]
 Olah raga. Rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara teratur
sebanyak 30 menit/hari, minimal 3 hari/ minggu.
 Mengurangi konsumsi alkohol.Pembatasan konsumsi alkohol tidak lebih dari
2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita dapat menurunkan
hipertensi.
 Berhenti merokok. Merokok termasuk faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Oleh karena itu penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok demi
menurunkan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular.

Dosis Frekue
Kelas Obat Sediaan (mg/hari) /hari

Tab 50 mgTab
25 mg
Tab 1,25 mg, 125-
2,5 mg atau 50012,5-
KlorotiazideKlortalidoneHidroklorotiazide lepas lambat 1,5 2512,5-50 1-211
Diuretik Tiazide Indapamide mg 1,25-2,5 1
Tab 40 mg; Inj
Loop Diuretik Furosemide 10 mg/ml 20-80 2
Aldosterone Spironolakton Tab 25 mg, 100 25-50 1
Reseptor Bloker mg

Tab 50 mg, 100


mg
Tab 2,5 mg; tab
salut selaput 5
mg, 10 mgInj 1 25-100
Atenolol mg/mlTab 10 2,5-1050- 1
Beta bloker BisoprololMetoprololPropranolol mg 10060 113
Beta bloker
200-
aktivitas
simpatomimetik 80010-
intrinsic AcebutololPenbutololPindolol 4010-40 212

Kombinasi Alpha Tab 6,25 mg,25 12,5-


dan Beta Bloker CarvedilolLabetalol mg 50200-800 22

Tab 5 mg, 10
mg
Tab 12,5 mg, 25
mg, 50 mg
Tab 5 mg, 10
Imidapril mg, 20 mg 25-100
Captopril Tab 5 mg 5-4010- 2
EnalaprilLisinoprilPerindopril Tab 2,5 mg, 5 404-8 1-211
ACEI Ramipril mg, 10 mg 2.5-20 1

Tab 8 mg, 16
mgTab 150 mg,
300 mgTab 40
mg, 80 mg 8-32150-
Tab salut 30025-100
Angiotensin II CandesartanIrbesartanLosartan selaput 80 mg, 20-8080- 111-2
Antagonis TelmisartanValsartan 160 mg 320 11-2
CCB-Non Diltiazem Verapamil Tab 30 mg; 180- 11
Kaps lepas
lambat 100 mg
dan 200 mg; Inj
5 mg/mL, serb
inj 10 mg, serb
inj 50 mg
Tab 80 mg; Tab
lepas lambat 420120-
Dihidropiridin 240 mg 360

Tab 5 mg, 10
mg
Inj 1 mg/ml
Tab 10 mg; Tab
lepas lambat 20
mg, 30 mg
Amlodipine Tab sal selaput
CCB- Nicardipine 30 mg; Inf 0,2 2,5-1030-
Dihidropiridin Nifedipine Nimodipin mg/ml 60 11

1-162-
Alpha 1 Bloker DoxazosinPrazosinTerazosin Tab 1 mg, 2 mg 201-20 12-31-

0.1-
Alpha 2 agonis
Tab 0,15 mg; inj 0.8250-
sentral dan obat
lainnya yang 150 mcg/ml 10000.1-
bekerja di sentral ClonidineMethyldopaReserpineGuanfacine Tab 250 mg 0.250.5-2 2211

Vasodilator 25-
Langsung HydralazineMinoxidil 1002.5-80 21-2
Medikamentosa
PERKI merekomendasikan inisiasi medikamentosa pada hipertensi stadium 2 dan
juga hipertensi stadium 1 jika perubahan gaya hidup dalam 4-6 bulan gagal
menurunkan tekanan darah hingga mencapai target.
AHA merekomendasikan inisiasi terapi farmakologis jika:
 TD ≥140/90 mmHg pada pasien yang tidak memiliki penyakit kardiovaskular
dan memiliki risiko penyakit kardiovaskular aterosklerosis dalam 10 tahun <10%.
 TD ≥130/80 mmHg
 Terdapat penyakit kardiovaskular atau memiliki risiko penyakit
kardiovaskular aterosklerosis dalam 10 tahun >10%
 Lansia (≥65 tahun)
 Memiliki penyakit komorbid tertentu (DM, CKD, CKD paska
transplantasi ginjal, gagal jantung, angina pectoris stabil, penyakit arteri perifer,
pencegahan sekunder stroke lacunar).[3]
Terdapat banyak golongan obat anti hipertensi (Tabel 4).  Pemilihan obat untuk
hipertensi esensial maupun hipertensi sekunder sebaiknya didasarkan pada kondisi
tiap pasien (Tabel 5). Prinsip pemberian obat yakni dimulai dengan 1 jenis obat
antihipertensi dalam dosis rendah. Evaluasi dilakukan tiap 1 bulan. Dalam upaya
mencapai target tekanan darah, dosis dititrasi naik atau di kombinasi dengan ≥ 2 obat
antihipertensi.[1-3] Jika target tekanan darah sudah tercapai, lakukan pengecekan
tekanan darah 3-6 bulan berikutnya.

8.Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi sangat kompleks. Walaupun belum diketahui secara pasti,
pada hipertensi essensial, faktor genetik, lingkungan serta gaya hidup dapat
mempengaruhi fungsi dan struktur sistem kardiovaskular, ginjal, dan neurohormonal
hingga menimbulkan peningkatan tekanan darah kronik.
Terkait faktor genetik, polimorfisme lokus-lokus gen yang terlibat dalam regulasi
reseptor angiotensin I dan aldosterone synthase berisiko menimbulkan hipertensi.[5]
Dalam suatu studi, pada pasien hipertensi dengan partisipan etnis Cina didapatkan
mutasi gen α-adducin yang berperan dalam aktivitas enzimatik pompa ion
Na+/K+/ATPase terkait absorpsi sodium di ginjal mengakibatkan peningkatan
sensitivitas terhadap garam.[7]
Perubahan sistem kardiovaskular, neurohormonal dan ginjal sangat berperan.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat memicu peningkatan kerja jantung yang
berakibat peningkatan curah jantung. Kelainan pada pembuluh darah berperan
terhadap total resistensi perifer. Vasokonstriksi dapat disebakan peningkatan
akitivitas saraf simpatis, gangguan regulasi faktor lokal (nitrit oxide, faktor
natriuretik, dan endothelin) yang berperan dalam pengaturan tonus vaskular. Kelainan
pada ginjal berupa defek kanal ion Na+/K+/ATPase, abnormalitas regulasi hormon
renin-angiotensin-aldosteron serta gangguan aliran darah ke ginjal. Gangguan pada
tekanan natriuresis juga dapat mengganggu pengaturan eksresi sodium hingga
mengakibatkan retensi garam dan cairan. Peningkatan kadar vasokonstriktor seperti
angiotensin II atau endotelin berhubungan dengan peningkatan total resistensi perifer
dan tekanan darah.[5-6]
Pola diet tinggi garam terutama pada pasien dengan sensitivitas garam yang tinggi
berkontribusi dalam menimbulkan tekanan darah tinggi. Pola hidup yang tidak sehat
seperti inaktivitas fisik dan pola diet yang salah dapat menimbulkan obesitas.
Obesitas juga berperan dalam meningkatkan risiko hipertensi esensial sebagaimana
suatu studi menunjukkan penurunan berat badan diikuti penurunan tekanan darah.[8]
Obesitas dapat memicu hipertensi melalui beberapa mekanisme di antaranya
kompresi ginjal oleh lemak retroperitoneal dan visceral. Peningkatan lemak visceral
terutama lemak retroperitoneal dapat memberikan efek kompresi pada vena dan
parenkim renal sehingga meningkatkan tekanan intrarenal, mengganggu natriuresis
tekanan hingga mengakibatkan hipertensi. 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

(Berisi ringkasan simpulan dari keseluruhan isi dari makalah mulai dari bab 1
dan 2 serta menggambarkan kesimpulan apakah tema dari makalah berupa
intervensi keperawatan dapat diterapkan di Indonesia, dapat menjadi salah satu
intervensi dalam asuhan keperawatan serta kendala yang dihadapi dalam
penerapannya atau implementasinya)

Anda mungkin juga menyukai