Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HIPERTENSI

FARMAKOLOGI I

DOSEN PEMBIMBING

Helmice Afriyeni, M.Farm,Apt

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

Diana Novita 16160056

Yusvina 17160036

Antonio Ade.S. 19160043

Febiola Nodika 19160066

Desi Melisa 19160068

Reno Nurvi.W. 19160072

Shinta Angelina 19160075

4 Farmasi 2

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS PADANG

TP 2021
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
kemurahanNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “OBAT ANTI-
HIPERTENSI”. Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Farmakologi I yang diberikan
oleh dosen pembimbing Helmice Afriyeni, M.farm,Apt
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa , dan
berterima kasih juga kepada para anggota kelompok yang telah bekerjasama dalam pembuatan
makalah ini. Kami mengakui dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami memohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima kasih.

Padang, 11 Juni 2021

Penulis
Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4

1.1 Latar belakang ............................................................................................... 5


1.2 Rumusan masalah ......................................................................................... 6
1.3.Tujuan makalah ............................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian .................................................................................................... 6

2.2. Klasifikasi .................................................................................................... 6

2.3.Terapi Farmakologi ...................................................................................... 7

2.4. Obat obat antihipertensi .............................................................................. 8

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 18

3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 18

3.2. Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular. Diperkirakan telah


menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di
negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama
gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya
gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular.

Gejala-gejala akibat hipertensi, seperti pusing, gangguan penglihatan, dan sakit kepala,
seringkali terjadi pada saat hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka
tertentu yang bermakna. Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama,yaitu curah jantung dan
resistensi vaskular perifer. Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung
dengan isi sekuncup (stroke volume),sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena
dan kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh
darah,elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah. Semua parameter diatas
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sistem saraf simpatis dan parasimpatis,sistem renin-
angiostensin aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif yang diproduksi
oleh sel endotel pembuluh darah.sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu cenderung
mwningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung,memperkuat
kontraktilitas miokard,dan meningkatkan resistensi pembuluh darah.sedangkan sistem saraf
parasimpatis brsifat depresif yaitu menurunkan tekanan darah karena menurunkan frekuenai
denyut jantung.SRAA juga bersifat presif berdasarkan efek vasokontriksi angiostensin II dan
perangsangan aldosteron menyebabkan retensi urine dan natrium di ginjal sehingga
meningkatkan volume darah.

Obat-obat antihipertensi bekerja dengan berbagai macam mekanisme yang berbeda,namun


akan berakhir pada penurunan curah jantung atau resistensk perifer atau keduanya.Healthy
People 2010 for Hypertension menganjurkan perlunya pendekatan yang lebih komprehensif dan
intensif guna mencapai pengontrolan tekanan darah secara optimal. Maka untuk mencapai tujuan
tersebut, diperlukan partisipasi aktif para sejawat Apoteker yang melaksanakan praktek
profesinya pada setiap tempat pelayanan kesehatan.

4
1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari hipertensi ?


2. Apa saja klasifikasi obat hipertensi?
3. Bagaimana strategi pengobatan hipertensi ?
4. Bagaimana mekanisme kerja obat antihipertensi ?
5. Apa saja indikasi dan efek samping obat antihipertensi ?
6. Bagaimana dengan kontra indikasi obat antihipertensi ?
7. Bagaimana efek farmakodinamik dari obat antihipertensi ?

1.3. Tujuan makalah

Untuk menjelaskan tentang klasifikasi , mekanisme kerja , indikasi , kontra indikasi , efek
toksik ,efek farmakodinamik , dan interaksi obat dari obat-obat natihipertensi.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 pengertian hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer).
Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila
penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat
disembuhkan secara potensial.

2.2 klasifikasi hipertensi

1. Berdasarkan etiologi

a) Hipertensi primer/essensial
Hipertensi tanpa kelainan dasar patologiyang jelas.penyebabnya multifaktorial meliputi
faktor genetik dan lingkungan.faktor genetik mempengaruhi kepekaan natrium,kepekaan
terhadap stress,reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokontriktor,resistensi insulin dan lain-
lain.sedangkan faktor lingkungan antara lain diet,kebiasaan merokok,stress emosi,obesitas dan
lain-lain.

b) Hipertensi sekunder

Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Termasuk dalam kelompok ini
antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal),hipertensi endokrin,kelainan saraf
pusat,obat-obatan dan lain-lain.
6
2. Menurut JNC VII,2003

Tabel 1. klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih menurut JNC
VII,2003

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolic


mmHg mmHg

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi stage 1 140-159 90-99

Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100

2.3 Strategi Terapi Hipertensi

Obat anti hipertensi terdiri dari beberapa jenis, sehingga memerlukan strategi terapi untuk
memilih obat sebagai terapi awal, termasuk mengkombinasikan beberapa obat anti hipertensi.
Asessmen awal meliputi identifikasi faktor risiko, komorbid, dan adanya kerusakan organ target
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan pemilihan obat anti hipertensi.
Sebelum membahas lebih mendetail mengenai terapi farmakologi pada hipertensi, peran
tatalaksana modifikasi gaya hidup tetap memegang peranan penting. Modifikasi gaya hidup
selama periode observasi (TD belum mencapai ambang batas hipertensi) harus tetapi dilanjutkan
meskipun pasien sudah diberikan obat anti hipertensi. Perubahan gaya hidup dapat
mempotensiasi kerja obat anti hipertensi khususnya penurunan berat badan dan asupan garam.
Perubahan gaya hidup juga penting untuk memperbaiki profil risiko kardiovaskuler disamping
penurunan TD.

7
2.4 Obat-obat antihipertensi

a. Terapi non-farmakologi
Pengobatan hipertensi harus dimulai dengan perubahan gaya hidup (lifestyle modification)
berupa diet rendah garam,berhenti merokok,mengurangi konsumsi alkohol,aktivitas fisik yang
teratur dan penurunan berat badan bagi pasien dengan berat badan lebih.selain dapat menurunkan
tekanan darah,perubahan gaya hidup juga terbukti meningkatkan efektivitas obat antihipertensi
dan menurunkan risiko kardiovaskular.

Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mengontrol Hipertensi

Modifikasi Rekomendasi Kira-kira penurunan


tekanan darah, range

Penurunan berat badan (BB) Pelihara berat badan normal 5-20 mmHg/10-kg penurunan
(BMI 18.5 – 24.9) BB

Adopsi pola makan DASH Diet kaya dengan buah, sayur, 8-14 mm Hg
dan produk susu rendah lemak

Diet rendah sodium Mengurangi diet sodium, tidak 2-8 mm Hg


lebih dari 100meq/L (2,4 g
sodium atau 6 g sodium
klorida)

Aktifitas fisik Regular aktifitas fisik aerobik 4-9 mm Hg


seperti jalan kaki 30
menit/hari,beberapa
hari/minggu

Minum alkohol sedikit saja Limit minum alkohol tidak 2-4 mm Hg


lebih dari 2/hari (30 ml etanol
[mis.720 ml beer, 300ml wine)
untuk laki-laki dan 1/hari

8
untuk perempuan

b. Terapi farmakologi

Terapi farmakologi hipertensi diawali dengan pemakaian obat tunggal. Tergantung level
TDawal, rata-rata monoterapi menurunkan TD sistole sekitar 7-13 mm Hg dan diastole sekitar 4-
8 mmHg Terdapat beberapa variasi dalam pemilihan terapi awal pada hipertensi primer.
Sebelumnya guideline JNC VII merekomendasikan thiazide dosis rendah. JNC VIIIsaat
inimerekomendasikan ACE-inhibitor, ARB, diuretic thiazide dosis rendah, atau CCB untuk
pasien yang bukan ras kulit hitam. Terapi awal untuk ras kulit hitam yang direkomendasikan
adalah diuretic thiazide dosis rendah atau CCB. Di lain pihak guideline Eropa terbaru
merekomendasikan 5 golongan obat sebagai terapi awal yaitu ACE-inhibitor, ARB, diuretic
thiazide dosis rendah, CCB atau -blocker berdasarkan indikasi khususPengobatan
antihipertensi dengan terapi farmakologis dimulai saat seseorang dengan hipertensi tingkat 1
tanpa faktor risiko, belum mencapai target TD yang diinginkan dengan pendekatan
nonfarmakologi.Penelitian besar membuktikan bahwa obat-obat antihipertensi utama berasal dari
golongan :

• diuretik
• ACE inhibitor
• antagonis kalsium
• angiotensin receptor blocker (ARB) dan
• beta blocker (BB).
Semua golongan obat antihipertensi di atas direkomendasikan sebagai pengobatan awal
hipertensi dan terbukti secara signifikan menurunkan TD. Tabel di bawah ini menunjukkan jenis-
jenis obat antihipertensi dan dosis yang disarankan.

9
10
2.5 Mekanisme kerja dan efek samping obat antihipertensi

Golongan diuretik :

• Diuretik tiazid
Menghambat kotransporter natrium dan kloridadi tubulus distal ginjal; lebih efektif dalam
mengontrol tekanan darah daripada diuretik loop.
Efek samping : hipokalimia, hiponatremia, hipomagnesemia, hiperurisemia dan
gangguan glukosa toleransi.

klortalidon Dosis : 0,25-25


Hidrokolotiazide Dosis : 12,5-50
Indapamide Dosis 1,25-2,5mg
Metalazone Dosis: 0,5

• Loop diuretik
Menghambat natrium, kalium, dan klorida cotransporter di bagian menaik yang tebal dari
lingkaran Henle
Efek samping: Hipokalemia, tetapi lebih sedikit sisi metabolik lainnya
Bumetanide Dosis: 0,4 -5 mg
Furosemide Dosis: 20 - 80mg
Torsemide Dosis: 5 mg
• Potassium- sparing diuretic
Menghambat saluran natrium epitel tubulus distal ginjal
Efek samping: Hiperkalemia

11
Golongan Renin-Angiotensin System Blockers

• Enzim pengubah angiotensin (ACE) inhibitor


Memblokir konversi angiotensin I menjadi angiotensin II
Efek samping :Batuk, hiperkalemia, peningkatan kreatinin,
angioedema, dan toksisitas janin
• Reseptor angiotensin II tipe I pemblokir (ARB)
Menghalangi pengikatan angiotensin II ke reseptor angiotensin tipe 1
Efek samping: Mirip dengan ACE inhibitor, kecuali tidak ada batu
• Inhibitor renin langsung Memblokir konversi angiotensinogen menjadi angiotensin
Efek samping: Mirip dengan ARB; diare dosis tinggi.

12
Golongan Calcium Channel Blockers

Mekanisme kerja

Mencegah atau mengeblok kalsium masuk ke dalam dinding pembuluh darah. Kalsium
diperlukan otot untuk melakukan kontraksi, jika pemasukan kalsium ke dalam sel–sel diblok,
maka obat tersebut tidak dapat melakukan kontraksi sehingga pembuluh darah akan melebar dan
akibatnya tekanan darah akan menurun.
Antagonis Ca menghambat pemasukan ion Ca ekstra sel ke dalam sel dan dengan
demikian dapat mengurangi penyaluran impuls dan kontraksi miokard serta dinding pembuluh.

13
• Dihydropyridine: Vasodilation
efek samping: Edema dependen, hiperplasia gingiva
• Diltiazem Vasodilatasi dan blokade nodus AV
Efek samping : Bradycardia
• Verapamil Vasodilatasi dan blokade nodus AV
Efek samping: Bradikardia, konstipasi

Golongan Beta Blockers

merupakan golongan obat yang bekerja dengan menghambat hormon adrenalin, sehingga
tekanan darah turun. Penghambat beta dibagi menjadi dua yakni selektif dan nonselektif. Jenis
obat penghambat beta selektif meliputi atenolol, bisoprolol, metoprolol, dan nebivolol.
Sedangkan contoh penghambat beta nonselektif adalah carvedilol dan propranolol

• Beta blocker nonselektif : Menghambat reseptor beta 1 dan 2


Efek samping: More bronchospasm
• Beta blocker selektif : Memblokir reseptor beta 1

14
Efek samping: Mengurangi bronkospasme
• Gabungan alfa dan beta blocker : Memblokir reseptor beta dan alfa

α1-Blockers
mekanisme keja: α1- blockers bekerja dengan cara memblokade adrenoreseptor α1 pada
otot polos pembuluh darah sehingga menyebabkan vasodilatasi, menurunkan resistensi
perifer, dan menurunkan tekanan darah.

Efek Samping : hipotensi ortostatik, pusing,sakit kepala,palpitasi, nausea,edem perifer,


impotensi.

15
Golongan Aldosterone Blocker

• spironolakton
Dosis : 25-50 mg
Efek samping : Efek penghambat androgen, termasuk haid tidak teratur, ginekomastia,
dan impotensi
• Eplerenon
Dosis : 50- 100 mg
Efek samping: Kurang ampuh, tetapi lebih sedikit efek samping yang berhubungan
dengan penghambatan androgen.
Golongan Ace inhibitor

Mekanisme kerja

ACE membantu produksi angiotensin II (beperan penting dalam regulasi tekanan darah
arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda
tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian tempat utama produksi angiotensin
II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Inhibitor ACE mencegah perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II (vasokonstriktor potensial dan stimulus sekresi aldosteron). Inhibitor
ACE ini juga mencegah degradasi bradikinin dan menstimulasi sintesis senyawa vasodilator
lainnya termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin.
Mekanisme kerja dari ACE Inhibitor adalah dengan menghambat ACE pada paru-paru, yang
mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan
natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator.

16
Golongan Vasodilator langsung : Relaksan otot polos

Efek samping yaitu Edema perifer

• Minoxidil :10-40mg
• Hidralazin:20-100mg
Golongan Alpha-1 Blocker

Vasodilatasi Penghambat alfa (alpha-blocker) bekerja dengan cara menghambat hormon


katekolamin agar tidak mengikat dengan reseptor alfa. Hasilnya, sirkulasi darah berjalan lancar,
jantung berdenyut secara normal, dan tekanan darah menurun. Dua jenis obat penghambat alfa
ialah doxazosin dan terazosin. efek sampingnya yaitu Hipotensi postura

• Doxazosin :
Indikasi : hipertensi, hiperplasia prostat jinak

Efek Samping : hipotensi ortostatik, pusing,sakit kepala,palpitasi, nausea,edem perifer, impotensi

Dosis : hipertensi : dosis awal 0.5 -1 mg / hari terbagi dalam 1 atau 2 dosis. dosis maksimal 4
mg.

• Prazosin : sediaan 1 mg-2mg

17
Indikasi : Hipertensi, hiperplasia prostat jinak
Efek samping : Hipotensi ortostatik, pusing, sakit kepla, palpitasi, nausea
Dosis : Dosis awal 0,5-1 mg/hari terbagi dalan 1 atau 2 dosis dosis maksimal 4 mg

• Terazosin:
Indikasi : hipertensi, hiperplasia prortat jinak
Efek samping : pusing, sakit kepala, palpitasi, nausea, adem perifer, impotensi.

Dosis : hipertensi : 1 mg sebelum tidur: bila perlu dosis ditingkan setelah 7 hari

Golongan Agonis adrenergik sentral : Menghambat tonus adrenergik sentral

Efek samping nya yaitu : Mengantuk, kelelahan, dan mulut kering

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

• Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau hipertensi
primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di kontrol. Kelompok
lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal
sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun
eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-
pasien ini dapat disembuhkan secara potensial.

• Hipertensi didefinisikan oleh peningkatan tekanan darah arteri yang persisten, Hipertensi
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik
sedikitnya 90mmHg

18
• Golongan obat antihipertensi : diuretik, inhibitor sistem renin angiotensin, andrenergik
inhibitor, calsium chanel blocker, vasodil

DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. Treatment of Hypertension in Adults with Diabetes. Diabetes
Care 2003; 26(suppl 1):S80-S82

Bales A. Hypertensive Crisis: How To Tell If It's An Emergency or Urgency. Postgrad med 1999;
105:119-126

Chobaniam AV et al. Seventh Report ofthe Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treamient of High Blood Pressure. JAMA 2003;289:2560-2572

Dosh S A. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults. J.Fam Pract
2001;50;707-712

Hajjar I, Kotchen TA. Trends In Prevalence, Awareness, Treatment, And Control Of


Hypertension In The United States, 1998 - 2000. JAMA 2003;290:199-206

Oparil S et al. Pathogenesis of Hypertension. Ann Intern Med 2003;139:761-776

Vasan RS et al. Impact of High Normal Blood Pressure on the Risk of Cardiovascular Disease,
NEJM 2001;345:1291-1297

World Health Organization (WHO) / International Society of Hypertension Statement on


Management of Hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992

19

Anda mungkin juga menyukai