Anda di halaman 1dari 13

NYERI DAN MANAJEMEN

NYERI PADA PASIEN KRITIS


 IRHAM MAKSUM
KELOMPO 

KEVIN APRILIA SETIAWAN
LISA KUSUMA DEWI
K5  MARLINA
 MELY ROSMAWATI
Table of contents
MANIFESTASI
01 PENDAHULUAN 05 KLINIS

02 DEFINISI NYERI 06 KOMPLIKASI

03 ETIOLOGI 07 PREDISPOSISI

04 PATOFISIOLOGI 08 INSTRUMEN NYERI

09 MANAJEMEN NYERI
 Prevelensi kematian pasien bedah dengan dan tanpa ventlator
meknik sebesar 71,5% dan 28,5%, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kematian salah satunya adalah
penggunaan ventilator mekanik
 pasien kritis dengan menggunakan ventilasi mekanik ataupun
PENDAHULU mengalami penurunan kesadaran tidak dapat melaporkan
tingkat nyerinya baik secara lisan, tulisan ataupun dengan
AN menunjukan skala nyeri yang telah disediakan
 Hal tersebut menjadi kompleks dan tantangan bagi perawat
untuk melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif dan
relevan pada pasien kritis di ICU
 Pengkajian nyeri merupakan langkah dan aspek yang penting
dalam upaya untuk memanajemen nyeri sehingga mampu
memberikan kualitas pelayanan yang baik pada pasien di ICU
dengan maksimal
DEFINISI
International Association for the Study of
Pain ( IASP) mendefinisikan nyeri sebagai
suatu sensory subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual dan potensial atau yang dirasakan
dalam kejadian-kejadian dimana terjadi
kerusakan.
ETIOLOGI
Kondisi Akut Prosedur
 Pembedahan ● suction
 Trauma ● pemasangan atau pencabutan kateter
 Kondisi medis ● pemasangan ventilator mekanik
 Kondisi psikologis

Imobilitas Kondisi Kronis


• Artritis
• low back pain
• Kanker
• stroke
PATOFISIOLOGI
1
Transduksi 2
proses perubahan Transmisi 3
rangsang nyeri
proses penyaluran Modulasi 4
menjadi suatu
impuls listrik yang proses modifikasi
aktifitas listrik Persepsi
dihasilkan oleh terhadap
yang akan diterima
proses transduksi rangsangan
ujung-ujung saraf proses terakhir saat
sensorik stimulasi tersebut sudah
mencapai korteks
selanjutnya diterjemahkan
dan ditindaklanjuti berupa
tanggapan terhadap nyeri
tersebut
MANIFESTASI KLINIS
1 2 3 3

peningkatan
denyut jantung menurunnya
frekuensi Mengeluh nyeri
meningkat SaO2
pernafasan

6 5 4 4

Meningkatnya Meningkatnya
tekanan darah Dilatasi pupil Pucat
frekuensi nadi
PREDISPOSISI & KOMPLIKASI
Predisposisi Komplikasi

● perubahan neurohumoral
● Ventilator
● neuronal remodelling
● pergerakan pasien yang terbatas
● stress psikologis yang
(imobilisasi).
● Pemberian analgesik berkepanjangan
● Bisa menyebabkan atelektasis
● Gangguan rasa nyaman nyeri
akan berpengaruh pada pola
tidur
● Agitasi
INSTRUMEN PENGKAJIAN NYERI
Critical-Care Pain Instrumen pengkajian nyeri tersebut terdiri dari 4 item penilaian, setiap item memiliki kategori yang berbeda, yaitu
Observasion Tool ekspresi wajah, pergerakan badan, tegangan otot dan keteraturan dengan ventilator untuk pasien terintubasi dan
(CPOT) pasien yang tidak terintubasi. Jumlah skor yang diperoleh dalam rentang 0–8

Nonverbal Adult Komponen dari NVPS antara lain 3 indikator perilaku dan indikator fisiologi (tekanan darah, denyut jantung,
Pain Scale respiratory rate, kulit). Penilaian dari masing- masing indikator tersebut dari skor 1 sampai 2 dengan total skor 0
(NVPS) (tidak nyeri) dan 10 (nyeri maksimal).

Pain Assessment Instrumen tersebut terdiri dari 12 indikator perilaku dan 8 indikator fisiologi.
and Intervention
Notation memerlukan waktu yang lama untuk menilai nyeri pada pasien karena terdiri dari 12 indikator perilaku dan 8
Algorithm indikator psikologis.
(P.A.I.N.)

Comfort Scale Komponen penilaian dari comfort scale terdiri dari 8 item indikator diantaranya, kewaspadaan, ketenangan, respon
pernapasan, gerakan fisik, ketegangan wajah, gerakan otot, tekanan darah dan denyut nadi. Setiap item diukur
dengan skala dari 1- 5, dimana 1 merupakan tingkat tertinggi tidak berespon dan 5 paling tidak nyaman

Behavioral Pain Skor dari masing- masing item tersebut antara skor 1-4, dengan nilai total dari BPS berada dalam rentang skor 3
Scale (BPS) (tidak nyeri) sampai skor 12 (sangat nyeri).

BPS dan CPOT adalah instrumen yang paling objektif, praktis, dan relevan digunakan untuk mengkaji
nyeri pada pasien kritis di ICU karena dapat mengkaji nyeri pada pasien kritis di ICU dengan penurunan
kesadaran
MANAJEMEN NYERI
Farmakologis
Antagonis opioid
Analgetik Non opioid
 Nalokson suatu antagonis opioid murni yang
 Asetaminofen adalah obat yang paling sering digunakan
membalik efek opioid dapat diberikan.
pada perawatan kritis
 Dosis nalokson dititrasi hingga mencapai
 namun menmpunyai potensi menyebabkan kerusakan
efeknya
hati
 Nalokson harus diencerkan (0,4 mg dalam 10
 Dosisnya harus dibatasi sampai maksimum 2 gr per hari
ml salin) dan diberika melalui IV secara
perlahan
Opioid
 Lakukan pengamatan terhadap pasien dengan
 Pemberian opioid IV secara kontinu memberikan banyak
ketat untuk mengetahui apakah terjadi sedasi
keuntungan bagi pasien sakit kritis, khususnya mereka
yang berlebihan dan depresi pernapasan karena
yang mempunyai masalah untuk menyatakan nyerinya
waktu paruh nalokson lebih pendek dari
karena perubahan tingkat kesadaran atau terpasang slang
kebanyakan opioid (1,5 sampai 2 jam).
endotrakhea.
 Opioid menyebabkan efek samping yang tidak
Sedasi dan Ansiolisis
diharapkan seperti konstipasi, retensi urine, sedasi,
 Ketika menangani nyeri akut ansiolitik dapat
depresi pernapasan dan mual. Efek samping tersebut
digunakan untuk melengkapi analgesia dan
mewakili kekurangan utama dari penggunaan opioid
meningkatkan kenyamanan pasien secara
Non Farmakologi
Terapi Perangsangan Auditori
Murottal Foot Massage
 Perangsangan auditori murrotal mempunyai
efek relaksasi yang meningkatkan
pembentukan endorphin dalam sistem kontrol  foot massage dapat menstimulus untuk
desenden dan membuat relaksasi otot. mengeluarkan hormon endorfin sehingga
 Teori Opiate endogenous dapat menurunkan aktivitas sistem simpatis
dan sistem aktivitas parasimpatis.
Reseptor opiate yang berada pada otak dan spinal
 Efeknya dapat menyegarkan, santai dan bisa
cord menentukan dimana sistem saraf pusat
menimbulkan respon relaksasi pada otot
mengistirahatkan substansi morfin (endorphin dan dapat memperluas sirkulasi pembuluh
dan enkephalin) bila nyeri diterima. Opiate darah, membuat rasa nyaman yang dapat
endogen ini dapat dirangsang pengeluaranya oleh menstabilkan pada status hemodinamik
stimulasi setimulasi perangsangan auditori.
Opiate reseptor ini berada pada ujung saraf
sensori perifer.
“Naik delman pergi ke kota
Jangan lupa membeli alpukat
Demikian presentasi kita
Semoga bermanfaat.”

—TERIMAKASIH-

Anda mungkin juga menyukai