Anda di halaman 1dari 30

NYERI DAN TATALAKSANA

NYERI

Frili Adria
DEFINISI NYERI

Menurut International Association for the Study of Pain,


nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosi yang
tidak menyenangkan dimana berhubungan dengan
kerusakan jaringan atau potensial terjadi kerusakan
jaringan.
Persepsi nyeri sangat bersifat individual yang banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor non fisik, bukan hanya
merupakan gangguan fisik tetapi merupakan kombinasi dari

 Faktor fisiologis
Patologis
Emosional
Psikologis
Kognitif
Lingkungan
Sosial
KLASIFIKASI NYERI
PATOFISIOLOGI NYERI
TANDA DAN GEJALA KLINIS
Nyeri nosiseptif (inflamasi) Nyeri neuropatik
 Nyeri viseral ( berasal dari organ Disebabkan gangguan
viseral ) : sebagai sensasi kram atau
nyeri tumpul yang dalam dan dapat sinyal pada sistem saraf
beralih ke lokasi yang lain ( referred pusat atau perifer atau
pain ) menggambarkan jejas atau
 Nyeri somatik : berasal dari jaringan
kerusakan pada sistem
seperti kulit, otot, kapsul, sendi, dan
tulang ) saraf. Penyebab biasanya
1. Nyeri somatik superfisial biasanya trauma, inflamasi,
nyeri terlokasi dengan baik penyakit metabolik,
dirasakan seperti rasa gatal, tajam, infeksi, tumor, toksin, atau
tertusuk, terbakar, sampai dengan
nyeri tajam penyakit neurologis
2. Nyeri somatik profunda sensasi primer.
nyeri biasanya terasa tumpul
KRITERIA DIAGNOSIS

Lokasi nyeri Intensitas Nyeri Kualitas Nyeri

Cara Pasien Faktor Pemberat dan


Awitan Nyeri, Variasi
Mengungkapkan Rasa yang Meringankan
Durasi, dan Ritme
Nyeri Nyeri

Gejala Lain yang


Pengaruh Nyeri
Menyertai
PENGUKURAN INTENSITAS NYERI
Ada beberapa metoda yang umumnya digunakan untuk menilai intensitas nyeri,
antara lain:

 Verbal Rating Scale (VRSs)


Pasien disuruh memilih kata-kata atau kalimat yang menggambarkan
karakteristik nyeri yang dirasakan dari word list yang ada.
 Numerical Rating Scale (NRSs)  The Wong-Baker Faces Pain
Rating Scale
Metoda ini menggunakan angka-
angka untuk menggambarkan range Metode ini dengan cara melihat
dari intensitas nyeri. Umumnya pasien mimik wajah pasien dan biasanya
akan menggambarkan intensitas nyeri untuk menilai intensitas nyeri pada
yang dirasakan dari angka 0-10. anak-anak.
 Visual Analogue Scale (VASs)
Metode ini paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri.
Metode ini menggunakan garis sepanjang 10 cm yang menggambarkan
keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai
angka pada garis yang menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah sensitif untuk mengetahui
perubahan intensitas nyeri, mudah dimengerti dan dikerjakan, dan dapat
digunakan dalam berbagai kondisi klinis.
ANALGESIK
Analgesik atau obat penghilang rasa sakit, adalah
setiap anggota kelompok obat yang digunakan untuk
mencapai analgesia atau pembebasan dari nyeri.

Non opioid ( Analgesik antipiretik dan AINS )

Opioid
 WHO membuat suatu urutan pemberian obat analgesik untuk
penanganan nyeri yang disebut dengan pain ladder. Urutan
pemberian analgesik adalah sebagai berikut:

Nonopioid (misal parasetamol dan aspirin); kemudian, jika


diperlukan, opioid ringan (misal kodein); dan dilanjutkan opioid
kuat seperti morfin, sampai pasien bebas dari rasa sakit. Untuk
menenangkan ketakutan dan kecemasan, obat tambahan
"adjuvant" dapat digunakan.
Analgesik Non Opioid
Yang termasuk dalam analgesik non opioid adalah obat analgesik
antipiretik dan obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS. Prototip obat
golongan ini adalah aspirin, oleh karena itu, obat golongan ini sering
disebut aspirin-like drugs.

AINS COX-nonselektif AINS COX-2-selektif


 Aspirin Generasi 1
 Indometasin  Selekoksib
 Piroksikam  Rofekoksib
 Ibuprofen  Valdekoksib
 Naproksen  Parekoksib
 Asam mefenamat  Eterikoksib
AINS COX-2-preferential Generasi 2
 Nimesulid  Lumirakoksib
 Meloksikam
 Nabumeton
 Diklofenak
 Etodolak
 EFEK ANALGESIK. Sebagai analgesik, obat mirip aspirin hanya
efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang misalnya
sakit kepala, myalgia, atralgia dan nyeri lain yang berasal dari
integumen, terutama terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi.
Golongan obat ini mengubah persepsi modalitas sensorik nyeri, tidak
mempengaruhi sensorik lain. Nyeri kronis pascabedah dapat diatasi oleh
obat mirip aspirin.
EFEK SAMPING
AINS berpotensi menyebabkan efek samping pada 3 sistem organ : lambung, ginjal
dan hati. Efek samping meningkat terutama pada pasien lanjut usia.

 Gangguan hemostasis ginjal


 Induksi tukak peptik yang kadang-
akibat hambatan terhadap
kadang disertai anemia sekunder prostaglandin, terutama pada
akibat perdarahan saluran cerna, pasien hipovolemia, sirosis
melalui hambatan prostaglandin hepatis dengan ascites dan gagal
dan prostasiklin. jantung, berupa kecepatan filtrasi
 Perpanjangan waktu perdarahan glomerulus dan aliran darah ginjal
akibat penghambatan sintesis akan berkurang, bahkan terjadi
gagal ginjal akut.
tromboksan A2.
 Pada pemakaian lama dapat
 Reaksi Hipersensitivitas
menyebabkan kerusakan hepar
(peningkatan SGOT dan SGPT).
PEMBAHASAN OBAT
PEMILIHAN OBAT
 Analgesik-antipiretik pilihan untuk anak sebaiknya parasetamol. Perlu
dipertimbangkan kondisi tubuh anak.

 Untuk nyeri inflamasi pada penyakit reumatik tersedia banyak pilihan


AINS. Secara klinis, tidak ada perbedaan efektivitas di antara obat AINS.
Yang menjadi pertimbangan adalah waktu paruh, bentuk lepas lambat dan
efek samping untuk menentukan AINS bagi pasien tertentu.

 Penilaian hasil terapi AINS, minimal membutuhkan 7 hari sebelum


peningkatan dosis sesuai yang dianjurkan.

 Mulai dari dosis kecil, tingkatkan bertahap sampai dosis maksimal yang
dianjurkan, bila respon tidak memuaskan baru ganti dengan salah satu dari
4 AINS yang telah dikenal.
ANALGESIK OPIOID

 Morfin merupakan obat standar untuk mengukur kekuatan


obat-obat analgesik. Obat-obatan sebangsa morfin ini
secara kolektif dikenal sebagai analgesik opioid. Analgesik
opioid mencakup derivatif alami, semisintetik, dan sintetik
dari morfin
• Mengganggu aktivitas sistem limbik, oleh karena itu opioid 3
memodifikasi baik efek sensorik maupun afektif nyeri.
• Aktifasi jalur inhibisi desendens yang memodulasi transmisi 2
didalam korda spinalis
• Opioid berikatan dengan reseptor opioid pada sistem saraf
pusat untuk : 1
• Meghambat transmisi input nosiseptif pada korda spinalis
perifer
MEKANISME KERJA
EFEK OBAT OPIOID
Efek sentral  Menghambat pusat respirasi dan
 Menurunkan persepsi nyeri dengan batuk (efek depresi respirasi dan
stimulasi (pacuan) pada reseptor antitusif).
opioid (efek analgesia).  Pada awalnya menimbulkan
 Pada dosis terapik normal, tidak mual-muntah (efek emetik), tapi
mempengaruhi sensasi lain. pada akhirnya menghambat pusat
 Mengurangi aktivitas mental (efek emetik (efek antiemetik).
 Menyebabkan miosis (efek
sedatif).
 Menghilangkan miotik).
konflik dan
 Memicu pelepasan hormon
kecemasan (efek tranquilizer).
 Meningkatkan suasana hati (efek antidiuretika (efek antidiuretika).
 Menunjukkan perkembangan
euforia), walaupun sejumlah pasien
merasakan sebaliknya (efek toleransi dan dependensi dengan
disforia). pemberian dosis yang
berkepanjangan.
Efek perifer Efek Samping
Menunda pengosongan lambung
dengan kontriksi pilorus. Perilaku gelisah
Mengurangi motilitas gastrointestinal
dan menaikkan tonus (konstipasi
Depresi pernafasan
spastik). Mual dan muntah
Kontraksi sfingter saluran empedu.
Menaikkan tonus otot kandung
Peningkatan tekanan
kencing. intrakranial
Menurunkan tonus vaskuler dan
Sembelit
menaikkan resiko reaksi ortostastik.
Menaikkan insidensi reaksi kulit, Retensi urin
urtikaria dan rasa gatal karena Urtikaria
pelepasan histamin, dan memicu
bronkospasmus pada pasien asma.
PENGGOLONGAN OBAT OPIOID

Opioid dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain:

 Opioid agonis kuat,


 Opioid agonis parsial
 Opioid campuran agonis-antagonis
 Antitusif
 Opioid antagonis
 Opioid lainnya
ANTISPASMODIK

 Antispasmodik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi


kejang pada salurang cerna yang mungkin disebabkan diare,
gastritis, tukak peptik dan sebagainya.

 Antispasmodik merupakan golongan obat yang memiliki sifat


relaksan otot polos. Termasuk dalam kelas ini adalah senyawa
yang memiliki efek antikolinergik ( lebih tepatnya
antimuskarinik ) dan antagonis reseptor dopamin tertentu.
Golongan obat yang dapat digunakan
 Hyoscine  Mebeverine
Obat ini beraksi pada sistem saraf Digunakan untuk mengobati kram
otonom dan mencegah kejang otot. Obat dan kejang pada perut dan usus.
ini bisa digunakan untuk pra pengobatan
Mebeverine khususnya digunakan
untuk mengosongkan secresi paru-paru.
dalam pengobatan irritable bowel
Obat ini juga digunakan untuk
syndrome ( IBS )
pengobatan tukak lambung

 Papaverine
 Clidinium
Kombinasi chlordiazepoxide dan Adalah golongan alkaloid opium
clidinium bromide digunakan untuk yang diindikasikan untuk kolik
mengobati lambung yang luka dan kandung empedu dan ginjal
teriritasi. Obat ini membantu mengobati dimana dibutuhkan relaksasi pada
kram perut dan abdominal. otot polos, emboli perifer, dan
mesenterik.
 Timepidium
 Tiemonium
Diindikasikan untuk sakit akibat
Tiemonium Methylsulfate adalah
spasme / kejang otot halus yang
obat antispasmodik antikolinergik
disebabkan oleh gastritis, ulkus
sintetis. Tiemonium mengurangi
peptikum, pankreatitis, penyakit
kejang otot pada usus, kandung
kandung empedu dan saluran empedu
kemih dan uterus. Tiemonium
diindikasikan untuk nyeri pada
 Pramiverine penyakit gastrointestinal , biliary ,
Diindikasikan untik spasme / kejang gastroenteritis, diare, disentri,
dan kolik yang terasa sangat sakit enterokolitis, dan kolesistitis
pada saliuran pencernaan, saluran
empedu, dan saluran kemih,
dismenore, nyeri setelah operasi.

Anda mungkin juga menyukai