Anda di halaman 1dari 29

Nyeri

KELOMPOK 18
Andri P. Handoyo
Chris A. M. Kmur
Jupither B. W. Kafiar
Kenet Sineri
Marest A. Msen
Obaja Y. Anoga
Paulina N. Weyai
Rahel A. F. Bisay
Widya Y. Yeuw
Yoel Wonorenggo
PENDAHULUAN

DEFINISI NYERI
Nyeri merupakan pengalaman sensori
dan emosional yang tidak
Rasa nyeri (nosisepsi) merupakan menyenangkan yang terkait dengan
masalah unik, disatu pihak bersifat kerusakan jaringan, atau sensasi yang
melindungi badan kita dan dilain tergambarkan pada kerusakan jaringan
pihak merupakan suatu siksaan. secara potensial dan aktual (The
International Association for the Study of
Pain).
PERASAAN NYERI MELIBATKAN PROSES FISIOLOGI SEBAGAI BERIKUT:

Transduksi Transmisi Modulasi Persepsi

• Perubahan • Penjalaran • Pemrosesan • Rangsang nyeri


stimulus nyeri sepanjang serat kompleks di kemudian
menjadi nervus tipe A substansi dipersepsikan di
modalitas dan C. gelatinosa dan pusat korteks
elektrik. interaksi antara neurosensoris.
neurotransmitter
eksitatorik dan
inhibitorik.
Istilah Yang Sering Dipakai Dalam Menggambarkan Nyeri
Istilah Gambaran
Allodynia Persepsi rangsangan yang bukan noksius sebagai nyeri
Analgesia Ketiadaan persepsi nyeri
Anesthesia Ketiadaan semua rangsangan
Anesthesia dolorosa Nyeri pada daerah yang tidak mempunyai sensasi
Dysesthesia Sensasi yang tidak menyenangkan atau tidak normal dengan atau tanpa stimulasi.

Hypalgesia (hypoalgesia) Hilangnya renspons terhadap rangsangan berbahaya (misalnya, tusukan jarum).

Hyperalgesia Peningkatan respons terhadap stimulus noksius.


Hyperesthesia Peningkatan respons terhadap stimulus ringan.
Hyperpathia Adanya Hyperesthesia, Allodynia, dan Hyperalgesia biasaya berhubungan dengan reaksi berlebihan
dan terus-menerus setalah stimulus.

Hypesthesia (hypoesthesia) Penurunan sensasi di kulit (misalnya sentuhan ringan, tekanan, atau suhu).

Neuralgia Nyeri distribusi saraf atau kelompok saraf


Paresthesia Sensansi abnormal yang dirasakan tanpa stimulus yang jelas.
radiculopathy Ketidaknormalan fungsi dari satu atau lebih akar saraf.
RESPONS SISTEMIK TERHADAP NYERI

Efek pada sistem Efek pada sistem


Efek pada sistem respirasi
kardiovaskular gastrointestinal dan berkemih
• Hipertensi • ↑ konsumsi O₂ total dan • ↑ tonus simpatis akan ↑
• Takikardia produksi CO₂ seiring tonus sfingter esofagus atas
• ↑ iritabilitas miokardium dengan bertambahnya dan bawah, sehingga
• ↑ resistensi vaskuler ventilasi semenit makanan dari lambung
sistemik. tidak mudah kembali ke
arah mulut serta ↓ motilitas
usus dan saluran kemih →
ileus dan retensi urine.
• Hipersekresi asam lambung
→ stress ulcer
LANJUTAN...
Efek pada sistem Efek pada sistem Efek pada sistem
endokrin hematologi imun
• ↑ hormonal • ↑ adhesi trombosit • Respon terhadap
katabolik • Pengurangan stres menghasilkan
(katekolamin, fibrinolisis leukositosis dengan
kortisol, dan • Kondisi limfopenia dan
glukagon) hiperkoagulabilitas menekan sistem
• Mengurangi hormon retikuloendotelial.
anabolik (insulin
dan testosteron).
Fisiologi Persepsi dan Pathway

• Transmisi nyeri terjadi melalaui serabut


saraf aferen (serabut nociceptior), yang
terdiri dari dua macam :
o Serabut A-δ (A-δfiber) -> peka
terhadap nyeri tajam, panas -> first pain
o Serabut C (C fiber) -> peka thd
neyrtumpul dan lama -> second pain
Ex: nyeri inflamasi
• Persepi nyeri, setelah smapai di otak ->
nyeri dirasakan secara sadar ->
menimbulkan respon “Aduh”
• Rangsang nyeri diubah menjadi depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi implus saraf.
Transduct
ion

• Penjalaran sepanjang serat nervus tipe A dan C


• Sarafsensoris perifer yang melanjutkan rangsang ke terminal di Medulla spinalis, disebut neuron aferen primer.
Transmis • Jaringan saraf yang naik darimedulla spinalis ke batang otak dan thalamus, disebut neuron penerima kedua
sion • Neuron yang menghubungkan dari thalamus ke cortx cerebri, disebut neuron penerima ketiga.

• Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer, medulla spinalis, atau supraspinal. Modulasi ini dapat
Modulatio merangsang dan menghambat.
n

• Rangsang nyeri kemudian dipersepsikan di puasat cortex neurosensoris.


Perceptio
n
Chemical Mediator of Pain
Neurotransmitter Reseptor Efek Nosisepsi
Substance P NK-1 Stilmulation
Calcitonin gene-related peptide Stilmulation
Glutamate NMDA, AMPA, kainite,qiusqualate Stilmulation

Aspartate NMDA, AMPA, kainite,qiusqualate Stilmulation


Adenosine triphospat (ATP) P1, P2 Inhibitor
Somatostatin Inhibitor
Acetylcholine Muskarinik Inhibitor
Enkefalin μ, δ, Ƙ Inhibitor
Β-endorphine μ, δ, Ƙ Inhibitor
Norepinephrine α2 Inhibitor
Adenosine A1 Inhibitor
Serotonin 5-HT1(5HT3) Inhibitor
γ-Aminobutyric acid (GABA) A, B Inhibitor
Glycine Inhibitor
Klasifikasi nyeri
Nyeri akut, adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan berbahaya
karena cedera, proses penyakit, atau fungsi, abnormal dari otot atau
organ viseral dan biasanya karena rangsangan nosiseptif

Bentuk yang paling umum meliputi nyeri pascatrauma, pascaoperasi


dan obstetri serta rasa sakit yang terkait dengan penyakit medis akut,
seperti infark miokardium, pankreatitis dan batu ginjal.

Sebagian besar bentuk nyeri akut dapat sembuh sendiri atau hilang
dengan pengobatan dalam beberapa hari atau minggu.
JENIS NYERI AKUT
Nyeri somatis
Nyeri somatis dapat berasal dari input nosiseptif lapisan yang dangkal seperti nyeri
pada mukosa atau subkutan,nyeri bersifat lokal, berdenyut, tajam menusuk atau
seperti terbakar
Nyeri viseral akut
Nyeri viseral akut di sebabkan oleh proses penyakit atau fungsi abnormal dari organ
internal atau lapisan yang menyelimutinya. 4 tipe subtipe nyeri:
a. Nyeri viseral terlokalisasi
b. Nyeri parietal lokal
c. Nyeri viseral referal
d. Nyeri parital referal
Nyeri kronis
• Nyeri kronis adalah nyeri yang berlangsung lebih lama dari nyeri yang biasanya
terjadi pada penyakit akut atau lebih lama dari waktu yang wajar untuk terjadi
penyembuhan. Nyeri kronis mungkin nosiseptif, neuropati, atau campuran.
• Bentuk umum dari nyeri kronis adalah nyeri yang berhubungan dengan ggn
muskuloskeletal, ggn viseral kronis, lesi saraf perifer, lesi akar saraf, lesi ganglia
akar dorsal
BERDASARKAN ASAL

Nyeri nosiseptif(nociceptive pain)


 Nyeri perifer, asal: kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dll.
Nyeri akut, letaknya lebih terlokalisasi
 Nyeri visceral/central : lebih dalam, lebih sulit
dilokalisasikan letaknya
Nyeri Neuropati

• Berbeda dari nyeri nosiseptif


• Nyeri biasanya bertahan lebih lama dan merupakan proses input
sensorik yang abnormal oleh sistem saraf perifer atau CNS
• Biasanya lebih sulit diobati
• Mekanismenya mungkin karena dinamika alami pada sistem saraf
• Pasien mungkin akan mengalami : rasa terbakar, tingling,
• shock like, shooting, hyperalgesia atau allodynia
17

PENILAIAN NYERI
• Ada beberapa cara untuk membantu mengetahui akibat nyeri
menggunakan skala assessment nyeri tunggal atau
multidimensi
18

Skala Assessment Nyeri


• A. Uni-dimensional
- Hanya mengukur intensitas nyeri
- Cocok (appropriate) untuk nyeri akut
- Skala yang biasa digunakan untuk evaluasi outcome pemberian analgetik

B. Multi-dimensional
- Mengukur intensitas dan afektif (unpleasantness) nyeri
- Diaplikasikan untuk nyeri kronis
- Dapat dipakai untuk outcome assessment klinis
19

Uni-dimensional
• Visual Analog Scale (VAS)
• Verbal Rating Scale (VRS)
• Numeric Rating Scale (NRS)
• Wong Baker Pain Rating Scale
20

Multi-dimensional
• McGill Pain Questionnaire (MPQ)
• The Brief Pain Inventory (BPI)
• Memorial Pain Assessment Card
21

McGill Pain Questionnaire (MPQ)


22

The Brief Pain Inventory (BPI)


23

Memorial Pain Assessment Card


Tujuan Management Nyeri
• Menurunkan frekuensi dan/atau keparahan nyeri
• Perasaan nyaman dan lebih baik
• Peningkatan level aktivitas
• Dapat kembali bekerja
• Penurunan penggunaan perawatan kesehatan
• Mengurangi atau meninggalkan penggunaan obat-obat
Tahap II
Tahap I
Pengobatan nyeri Analgesik AINS +
Analgesia non-opiat
ajuvan
: AINS
(antidepresan)

Tahap III
Tahap IV
Analgesik opiat
Analgesik opiat kuat
lemah + AINS +
+ AINS + ajuvan
ajuvan
MANAJEMEN NYERI NEUROPATIK
Penanganan Nyeri Neuropatik (NN) dapat di lakukan secara Farmakologi dan non
farmakologi atau Rehabilitasi medik.

A.Secara Farmakologi
Pengobatan analgesik dapat dibagi menjadi 4 golongan :

1. Analgesik Opioid : Kodein, morfin dan oksikodon (dosis tinggi).


2. Analgesik non Opioid : AINS, Asetaminofen, tramadol. Hanya diberikan bila
diduga ada proses peradangan dan adanya kompresi jaringan saraf.
3. Analgesik ajuvan-medikasi neuroaktif : Antikonvulsan, anti depresan,
antihistamin, amfetamin, benzodiazepin, simpatolotik, dan anti spasme otot dan
neuroleptika.
4. Analgesik topikal : Capsaicin. Sering digunakan pada neuralgia.
B. Non Farmakologi (Rehabilitasi medik)
Bertujuan untuk merangsang pengeluaran endofrin dan enkefalin
yang merupakan peredam nyeri alami yang ada dalam tubuh.

1. Modifikasi Perilaku : relaksasi, Terapi musik, biofeedback.


2. Modulasi nyeri : Modalitas termal, Transcutaneus electric nerve
stimulation (TENS), akupungutur.
3. Latihan Kondisi otot : Peregangan myofascial release, spray
and strech.
4. Rehabilitasi Vokasional : pada tahap ini kapasitas dan semua
kemampuan penderita yang masih tersisa dioptimalakan agar
penderita dapat kembali bekerja.
Terapi Farmakologi non-opiat
• Parasetamol • Asam propionat
• Salisilat - Ibuprofen
- Aspirin - Fenoprofen
- Mg salisilat - Ketoprofen
- Diflunisal - Naproksen
• Fenamat • Asam pirplizin karboksilat
- Meklofenamat - Ketorolak
- Asam mefenamat • Inhibitor Cox-2
• Asam asetat - Celecoxib
- Na diklofenak - Valdecoxib
• Antalgin
TERIMAKASIH

29

Anda mungkin juga menyukai