DEFINISI
Nyeri
Nyeri Akut
- Onset segera
- Durasi yang terbatas
- Memiliki hubungan temporal dan kausal
dengan adanya cedera atau penyakit.
Nyeri
Nyeri Kronik
- Bertahan untuk periode waktu yang lama.
- Terus ada meskipun telah terjadi proses
penyembuhan
- Sering sekali tidak diketahui penyebabnya
yang pasti.
+
FISIOLOGI NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor.
nyeri ringan,
Stimulus
moderat, dan
Respon Simpatik superficial
Fisiologis
Nyeri Stimulus nyeri berat dan
Parasimpatik dalam
+
Respon tingkah laku terhadap nyeri
Pernyataan verbal
Ekspresi wajah
Gerakan tubuh
Fase akibat
Fase antisipasi Fase sensasi
(terjadi ketika
(terjadi sebelum (terjadi saat nyeri
nyeri berkurang
nyeri diterima) terasa)
atau berhenti)
+
Penilaian Intensitas Nyeri
• Nyeri Sedang (Secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.)
4-6
• Nyeri Berat (secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak
7-9 dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi)
• Nyeri Sangat berat (Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul)
10
+ Wong Baker FACES Pain Scale
Manajemen
Anamnesia Pemeriksaan
nyeri
Riwayat psiko-sosial
Riwayat pekerjaan
Riwayat keluarga
+
Pemeriksaan
Pemeriksaan umum
Status mental
Pemeriksaan sendi
Pemeriksaan motorik
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan radiologi
+
FARMAKOLOGI OBAT ANALGESIK
Parasetamol
Efek analgesik untuk nyeri ringan-sedang dan anti-piretik. Dapat
dikombinasikan dengan opioid untuk memperoleh efek anelgesik yang
lebih besar.
Dosis: 10 mg/kgBB/kali dengan pemberian 3-4 kali sehari. Untuk dewasa
dapat diberikan dosis 3-4 kali 500 mg perhari.
+
Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (OAINS)
Efek analgesik pada nyeri akut dan kronik dengan intensitas ringan-sedang, anti-
piretik
Kontraindikasi: pasien dengan Triad Franklin (polip hidung, angioedema, dan
urtikaria) karena sering terjadi reaksi anafilaktoid.
Efek samping: gastrointestinal (erosi / ulkus gaster), disfungsi renal, peningkatan
enzim hati.
Ketorolak:
merupakan satu-satunya OAINS yang tersedia untuk parenteral. Efektif untuk
nyeri sedang-berat
bermanfaat jika terdapat kontraindikasi opioid atau dikombinasikan dengan
opioid untuk mendapat efek sinergistik dan meminimalisasi efek samping
opioid (depresi pernapasan, sedasi, stasis gastrointestinal). Sangat baik untuk
terapi multi-analgesik.
+
Efek analgesik pada Antidepresan
Mekanisme kerja: memblok pengambilan kembali norepinefrin dan serotonin
sehingga meningkatkan efek neurotransmitter tersebut dan meningkatkan aktivasi
neuron inhibisi nosiseptif.
Indikasi: nyeri neuropatik (neuropati DM, neuralgia pasca-herpetik, cedera saraf
perifer, nyeri sentral)
Contoh obat yang sering dipakai: amitriptilin, imipramine, despiramin: efek
antinosiseptif perifer. Dosis: 50 – 300 mg, sekali sehari.
+
Anti-konvulsan
Carbamazepine: efektif untuk nyeri neuropatik. Efek samping: somnolen,
gangguan berjalan, pusing. Dosis: 400 – 1800 mg/hari (2-3 kali perhari).
Mulai dengan dosis kecil (2 x 100 mg), ditingkatkan perminggu hingga
dosis efektif.
Gabapentin: Merupakan obat pilihan utama dalam mengobati nyeri
neuropatik. Efek samping minimal dan ditoleransi dengan baik. Dosis:
100-4800 mg/hari (3-4 kali sehari).
+
Nyeri somatik:
Diakibatkan adanya kerusakan jaringan yang menyebabkan pelepasan zat
kima dari sel yang cedera dan memediasi inflamasi dan nyeri melalui
nosiseptor kulit.
Karakteristik: onset cepat, terlokalisasi dengan baik, dan nyeri bersifat
tajam, menusuk, atau seperti ditikam.
Contoh: nyeri akibat laserasi, sprain, fraktur, dislokasi.
+
Nyeri visceral:
Nosiseptor visceral lebih setikit dibandingkan somatic, sehingga jika
terstimulasi akan menimbulkan nyeri yang kurang bisa dilokalisasi,
bersifat difus, tumpul, seperti ditekan benda berat.
Penyebab: iskemi/nekrosis, inflamasi, peregangan ligament, spasme otot
polos, distensi organ berongga / lumen.
Biasanya disertai dengan gejala otonom, seperti mual, muntah, hipotensi,
bradikardia, berkeringat.
+
Nyeri neuropatik:
Berasal dari cedera jaringan saraf
Sifat nyeri: rasa terbakar, nyeri menjalar, kesemutan, alodinia (nyeri saat
disentuh), hiperalgesia.
Gejala nyeri biasanya dialami pada bagian distal dari tempat cedera
(sementara pada nyeri nosiseptif, nyeri dialami pada tempat cederanya)
Biasanya diderita oleh pasien dengan diabetes, multiple sclerosis, herniasi
diskus, AIDS, pasien yang menjalani kemoterapi / radioterapi.
+
Tatalaksana Sesuai Nyeri
+
+
+
MANAJEMEN NYERI KRONIK
Nyeri neuropatik:
disebabkan oleh kerusakan / disfungsi sistem somatosensorik.
Contoh: neuropati DM, neuralgia trigeminal, neuralgia pasca-herpetik.
Karakteristik: nyeri persisten, rasa terbakar, terdapat penjalaran nyeri
sesuai dengan persarafannya, baal, kesemutan, alodinia.
Fibromyalgia: gatal, kaku, dan nyeri yang difus pada musculoskeletal
(bahu, ekstremitas), nyeri berlangsung selama > 3bulan
+
Manajemen level 1
Nyeri Neuropatik
Atasi penyebab yang mendasari timbulnya nyeri:
Terapi simptomatik
Nyeri otot
Rehabilitasi fisik
manajemen perilaku
terapi obat
Nyeri inflamasi
control inflamasi dan atasi penyebabnya
obat anti-inflamasi utama: OAINS, kortikosteroid
+
Manajemen level 2
meliputi rujukan ke tim multidisiplin dalam manajemen nyeri dan
rehabilitasinya atau pembedahan (sebagai ganti stimulator spinal atau infus
intratekal).
Indikasi: pasien nyeri kronik yang gagal terapi konservatif / manajemen
level 1.
Biasanya rujukan dilakukan setelah 4-8 minggu tidak ada perbaikan
dengan manajemen level 1.
+
Algoritma Asesmen Nyeri Kronik
+
+
DAFTAR PUSTAKA
Gwirtz K. Single-dose intrathecal opioids in the management of acute postoperative pain. In: Sinatra RS, Hord AH,
Ginsberg B, Preble LM, eds. Acute Pain: Mechanisms & Management. St Louis, Mo: Mosby-Year Book; 1992:253-68
Chelly JE, Gebhard R, Coupe K, et al. Local anesthetic delivered via a femoral catheter by patient-controlled analgesia
pump for pain relief after an anterior cruciate ligament outpatient procedure. Am J Anesthesiol. 2001;28:192-4.
Joint Commission on accreditation of Healthcare Organizations. Pain: current understanding of assessment, management,
and treatments. National Pharmaceutical Council, Inc; 2001.
Wallace MS, Staats PS. Pain medicine and management: just the facts. McGraw-Hill; 2005.
National Institute of Health Warren Grant Magnuson Clinical Center. Pain intensity instruments: numeric rating scale; 2003.
Wong D, Whaley L. Clinical handbook of pediatric nursing. Edisi ke-2. St. Louis: C.V. Mosby Company; 1986. h. 373.
Ambuel, Hamlett KW, Marx CM, Blumer JL. Assessing distress in pediatric intensive care environments: the COMFORT
Scale. J Paed Psych. 1992;17:95-109.
Thank you