Anda di halaman 1dari 43

Nyeri Nosiseptik, Mixed Pain, Refered Pain dan

tatalaksananya
Pembimbing :
dr. Imam Hidayat, Sp. BS

Disusun oleh :
Julio Levi Sinaga
(1807101030049)

SMF ILMU BEDAH DIVISI BEDAH SARAF


RSUDZA
Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala
2020
Pendahuluan

• Nyeri merupakan mekanisme proteksi, defensif dan diagnostik


• Nyeri terkait pada kerusakan jaringan aktual dan potensial
2

• Lebih dari 80 % pasien yang menjalani prosedur


operasi mengalami pengalaman nyeri akut pasca
3
operasi
• Non Farmakologi
• Farmakologi
2
Definisi

Menurut International Association Study of Pain (IASP) nyeri


adalah :

 Sensori subyektif dan emosional yang tidak


menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan

3
• Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan, yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan atau cenderung akan terjadi kerusakan
jaringan atau suatu keadaan yang menunjukkan kerusakan jaringan
• Nyeri  keadaan yang unik dan derajatnya berbeda pada setiap individu
• Definisi klinik yg lebih praktis : Nyeri adalah apa yg dikatakan oleh pasien sakit,
apa yg digambarkan & bukan apa yg dianggap orang lain seharusnya. Nyeri selalu
subyektif.
Apakah putus cinta dapat menimbulkan rasa nyeri ?
Reseptor Nyeri (Nosireceptor)
Nosireceptor kutaneus (somatik luar)

Berasal dari kulit dan subkutan


Nyeri mudah didefinisikan
Nosireceptor deep somatic

Terdapat pada tulang, pembuluh darah, otot,


dan jaringan penyangga
Nosireceptor viseral
Nyeri tumpul dan sulit dilokalisasi

Meliputi organ visceral


Sensitif terhadap penekanan

7
Nosireceptor
Merupakan pendeteksi rangsang nyeri di perifer

Nosireceptor

Tr. Tr.
Neospinotalamikus Paleospinotalamikus

A delta tipe C
Bermielin Tidak bermielin
6 - 30 m/detik. 0,5 -2 m/detik.
Icon
Icon
Klasifikasi Nyeri

Menurut Onset
 Nyeri Akut
01 Menurut Mekanisme
 Nyeri Nosiseptif
02 Menurut Berat Ringan
 Nyeri Ringan
03
 Nyeri Kronik  Nyeri Neurogenik  Nyeri Sedang
 Nyeri Psikogenik  Nyeri Berat

11
Gejala Klinis Nyeri
Insert an image
Stimulasi
Simpatis
Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate, Peningkatan
heart rate, Vasokonstriksi perifer, Peningkatan nilai gula darah,
Diaphoresis, Peningkatan kekuatan otot, Dilatasi pupil, Penurunan
motilitas GI
Insert an image
StimulasiParasimpati
s
Muka pucat, Otot mengeras, Penurunan HR, Nafas cepat dan irreguler,
Nausea dan vomitus, Kelelahan dan keletihan

12
Respon Tubuh terhadap Nyeri
Respon Tingkah Laku terhadap Nyeri
Gerakan Tubuh Pernyataan Verbal
Mengadu
Gelisah Menangis
Imobilisasi
Peningkatan gerakan jari dan tangan

Interaksi Sosial Ekspresi Wajah


Meringis
Menghindari percakapan
Menggigit bibir
Menghindari kontak sosial
Penurunan Rentang perhatian
Fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri

14
Icon
Penilaian pada anak

Not crying Score 0


Cry
Crying Score 1
Relaxed Score 0
Posture
Tense Score 1
Relaxed or happy Score 0
Expression
Distressed Score 1
Responds when spoken to Score 0
Response
No response Score 1

Note: Total skor 1: nyeri ringan, 2: nyeri sedang, 3: nyeri


berat dan 4: nyeri yang mungkin paling buruk
Stimulasi
Akupuntu
electric
r
(TENS)

Stimulasi
Plasebo
kulit Penanganan
fisik/
stimulasi
fisik
Umpan balik biologis

Hipnotis

Distraksi

Guided Imagination (Imajinasi terbimbing)


Farmakologi
World Federation of Societies of Anaesthesiologists (WFSA)
Analgesic Ladder
Icon
Analgesik Non-Opioid

Asetaminofen
Icon
Analgesik Opioid
Agonis kuat Agonis lemah-sedang Campuran agonis- Antagonis
antagonis

Morfin Kodein Nalbufin Nalorfin


Hidromorfon Oksikodon-Hidrokodon Buprenorfin Nalokson
Oksimorfon Naltrekson

Metadon Propoksifen Butorfenol  


Pentazosin

Meperidin Difenoksilat    
Fentanil

Levorfenol      
Komplikasi
1. Sistem kardiovaskular
peningkatan respons simpatis, menghasilkan peningkatan denyut jantung dan tekanan darah
berbahaya pada pasien dengan fungsi miokard yang buruk.
2. Sistem pernapasan
Nyeri dari luka thoraco-abdominal  peningkatan tonus otot perut dan penurunan terkait fungsi
diafragram.  ketidakmampuan untuk batuk dan mengeluarkan cairan  atelektasis dan pneumonia
3. Saluran pencernaan
Nyeri meningkatkan nada simpatik  peningkatan sekresi lambung dan usus, penurunan motilitas
usus
4. Saluran genitourinary
Nyeri meningkatkan tonus simpatis, menyebabkan peningkatan otot polos dan tonus sfingter,
menyebabkan retensi urin.
Komplikasi
5. Sistem Muskuloskeletal
Nyeri mencegah mobilisasi dan meningkatkan tonus otot yang mengakibatkan
trombosis vena dalam.
6. sistem endokrin
Nyeri meningkatkan pelepasan hormon stres, yang pada gilirannya
menghasilkan peningkatan beban pada sistem kardiovaskular dan ginjal.
7. Komplikasi SSP
Kecemasan, stres dan sulit tidur
8. Komplikasi jangka panjang
Meningkatnya risiko pengembangan nyeri kronis.
Kesimpulan Nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan

Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi : menurut onset dan


stimulus penyebabnya yakni akut, kronik, dan menurut
mekanisme terjadinya nyeri dapat diklasifikasikan menjadi
nosiseptif dan nyeri non nosiseptif

Ada beberapa skala yang digunakan untuk menilai nyeri pada


pasien yaitu : Wong-Baker Faces Pain Rating Scale, Verbal
Rating Scale, Numerical Rating Scale, dan Visual Analogue
Scale

Manajemen nyeri pada pasien dengan pasca operasi terdiri


atas terapi farmakologis dan non farmakologis
“Gold is Always been Gold”

TERIMA KASIH

IMANDA RAHMAT © 2020


Parasetamol
Farkodinamik

• Efek analgesic serupa dengan salisilat yatu menghilangkan atau


mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu
tubuh dengan mekanismie yang diduga juga berdasarkan efek sentral
seperti salisilat.
• Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol tidak
digunakan sebagai antireumatik karena parasetamol merupakan
penghambat biosintesis PG yang lemah.

Farmakokinetik

• Absorbsi secara cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Obat ini
terserbar ke seluruh cairan tubuh. Mentabolisme oleh enzim mikrosom hati.
Sebagian dikonjugasi dengan asam glukuronat dan sebagian kecil lainnya
dengan asam sulfat. Ekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai
parasetamol dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi
• Onset : Oral : <1jam; IV : 5-10menit (analgesik); 30menit (antipretik)
• Durasi : 4-6 jam (analgesik), IV ≥6 jam
• Peak Effect : ½ jam
Efek Samping

• Reaksi alergi jarang terjadi. Manifestasinya berupa


eritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat
berupa demam dan lesi pada mukosa

Dosis

• untuk dewasa: 300mg-1g/x minum maksimal


4g/hari
• anak 6-12th: 150-300mg/x dengan dosis maksimal
1,2g/hari
• anak 1-6th: 60-120mg/x dan bayi <1th: 60mg/x
dengan diberikan maksimal 6x/hari
Ketorolak Farmakodinamik
reversible menghambat enzim COX-1 dan COX-2
yang menghasilkan penurunan pembentukan
precursor prostaglandin. Ini menunjukkan efek anti-
inflamasi minimal pada dosis analgesiknya

Farmakokinetik
- Absorbsi oral dan intramuscular berlangsung cepat mencapai
puncak dalam 30-50 menit. Bioavaibilitas oral 80% dan hampir
seluruhnya terikat protein plasma. Ketorolak IM sebagai analgesic
pascabedah memperlihatkan efektivitas sebanding
morfin/meperidin dosis umum; masa kerjanya lebih panjang dan
efek sampingnya lebih ringan, dapat diberikan per oral
- Onset : 30 menit (IV/IM)
- Durasi : 4-6 jam
Ketorolak Dosis:
- IM 30-60mg;
- IV 15-30mg;
- oral 5-30mg

Efek Samping
- Nyeri pada tempat suntikan
- Gangguan saluran cerna
- Kantuk
- Pusing
- Sakit kepala
Ketoprofen
Farkodinamik

• Efek antiinflamasinya sedang. Selain menghambat COX,


ketoprofen pun dapat menstabilkan membran lisozim
dan mengantagonis bradikinin.

Farmakokinetik

• absorbsi cepat dan konsentrasi maksimal dalam plasma


dicapai dalam waktu 1-2 jam. 99% terikat pada plasma
protein. Ketoprofen berkonjugasi dengan asam
glukoronat di hepar dan diekskresikan melalui urin.
• Dosis 2 kali 100 mg sehari
• Efek Samping : Gangguan saluran cerna dan reaksi
hipersensitifitas.
Santagesik/Antrain
Farmakodinamik

Menghambat sintesis dari prostaglandin D dan E pada efek


analgesik, anti inflamasi, dan anti piretik

Farmakokinetik
Absorbsi: hidrolisa cepat dalam cairan lambung metabolisme
oleh enzim 4-metil-amino-antipirine didistribusi hingga ke asi
dan diekskresikan melalui ginjal

Efek samping
Reaksi anafilatik, dyspnea, urtikaria

Dosis
Oral: 1tab sebagai dosis tunggal, max: 4x1 tab; Inj: 2-5 ml
IM/IV sebagai dosis tunggal, maks: 10 ml/hari; syr: 10-20ml
sebagai dosis tunggal, maks: 4x20 ml/hari
Morfin
Farmakodinamik

• Efek morfin pada SSP dan usus terutama ditimbulkan


karena morfin bekerja sebagai agonis pada reseptor (μ).
Selain itu morfin juga mempunyai afinitas yang lebih
lemah terhadap reseptor delta dan kappa

Farmakokinetik

• Onset : IV < 1 menit; IM 1-5 menit; SC 15-30 menit; PO


15-60 menit; Epidural atau spinal 15-60 menit.
• Peak effect : IV 5-20 menit; IM 30-60 menit; SC 50-90
menit; PO 30-60 menit; Epidural atau spinal 90 menit.
• Durasi : IV/IM/SC 2-7 jam; Epidural atau spinal 6-24 jam
Efek Samping

• Kardiovaskular : Hipotensi, hipertensi, bradikardoa, aritmia


• Pulmoner : Bronkospasme, laringospasme.
• SSP : Penglihatan kabur, syncope, euphoria, disforia.
• GU : Retensi urin, efek antidiuretic, spasme ureter.
• GI : Spasme traktus biliaris, konstipasi, anoreksia, mual muntah, penundaan
pengosongan lambung.
• Mata : Miosis
• Muskuloskeletal : Kekakuan dinding dada.
• Alergik : Pruritus, urtikaria.

Dosis

• Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri sedang ialah 0,1-
0,2 mg/kgBB. Subkutan, intramuskular dapat diulang tiap 4 jam.
• Untuk nyeri hebat dewasa 1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yang
diperlukan.
• Untuk mengurangi nyeri dewasa pasca bedah atau nyeri persalinan
digunakan dosis 2-4 mg epidural atau 0,05-0,2 mg intratekal dan dapat
diulang antara 6-12 jam.
Petidin
Farmakodinamik

• Efek farmakodinamik meperidin dan derivat fenilpiperidin serupa satu


dengan yang lain. Meperidin terutama bekerja sebagai agonis reseptor μ.

Farmakokinetik

• Absorbsi meperidin setelah cara pemberian apapun berlangsung baik.


Akan tetapi kecepatan absorbsi mungkin tidak teratur setelah pemberian
IM. Setelah pemberian IV kadar meperidin dalam plasma menurun
secara cepat dalam 1-2 jam pertama. Kemudian penurunan berlangsung
dengan lambat. Kurang lebih 60% meperidin dalam plasma terikat
protein. Metabolisme meperidin terutama berlangsung di hati
• Onset : PO 10-45 menit; IV < 1 menit ; IM 1-5 menit ; Epidural atau spinal
2-12 menit.
• Peak effect : PO < 1 jam; IV 5-20 menit; IM 30-50 menit; Epidural atau
spinal 2-12 menit.
• Durasi : PO/IV/IM 2-4 jam ; Epidural atau spinal 0,5-3 jam
Efek Samping

• Kardiovaskular : hipotensi, henti hantung.


• Pulmoner : Depresi pernapasan, henti napas,
laringospasme.
• SSP : Euforia, disforia, sedasi, kejang, ketergantungan
psikis.
• GI : Konstipasi, spasme traktus biliaris.
• Muskuloskeletal : kekakuan dinding dada.
• Alergik : Urtikaria, pruritus.

Dosis

• Dosis petidin intamuskular 1-2mg/kgBB (morfin 10x


lebih kuat) dapat diulang tiap 3-4 jam.
• Dosis intravena 0,2-0,5 mg/kgBB.
Fentanil
Farmakodinamik

• Fentanyl dan derivatnya (sulfentanil, alfentanil, dan


remifentanil) merupakan opioid sintetik dari kelompok
fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor µ.

Farmakokinetik

• Onset : IV 30 detik; IM < 8menit; Epidural atau spinal 4-


10menit Tramsdermal 12-18 jam; Oral transmukosa 5-15
menit.
• Peak effect : IV 5-15 menit; IM <15 menit; Epidural atau
spinal <30 menit; Oral transmukosa 20-30 menit.
• Durasi : IV 30-60 menit; IM 1-2 jam; Epidural atau spinal
1-2 jam; Transdermal 3 hari.
Efek Samping

• Kardiovaskular : hipotensi, bradikardia.


• Pulmoner : depresi pernapasan, apnea.
• SSP : Pusing, penglihatan kabur, kejang.
• GI : Mual, emesis, pengosongan lambung tertunda, spasme
traktus biliaris.
• Mata : Miosis.
• Muskuloskeletal : Kekakuan otot

Dosis

• 50-150 µg/kgBB digunakan untuk induksi anestesia dan


pemeliharaan anestesia dengan kombinasi bensodiasepin
dan anestetik inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung
Tramadol
Farmakodinamik

• agonis opioid yang lemah dan penghambat pengambilan kembali


monoamin neurotransmitter. Tramadol mempunyai
bioavailabilitas 70% sampai 90% pada pemberian peroral, serta
dengan pemberian dua kali sehari dapat mengendalikan nyeri
secara efektif.

Farmakokinetik

• Setelah pemakaian secara oral seperti dalam bentuk kapsul atau


tablet, tramadol akan muncul di dalam plasma selama 15 sampai
45 menit, mempunyai onset setelah 1 jam yang mencapai
konsentrasi plasma pada selama 2 jam.
• Bioavailabilitas absolute tramadol kira-kira sebesar 68% setelah
satu dosis dan kemudian meningkat menjadi 90 hingga 100%
pada pemakaian berulang
Efek Samping

• Mual, muntah, pusing, mulut kering, sedasi, dan


sakit kepala.

Dosis

• Dosis dewasa dan anak-anak 12 tahun ke atas


adalah 50-100 mg/hari, setiap 4-6 jam.
• Konsumsi obat tramadol tidak boleh melebihi
400 mg per hari. Pada lansia di atas 75
tahun, dosis tramadol tidak boleh melebihi 300
mg per hari

Anda mungkin juga menyukai