Tujuan
Face 0 1 Sering
mengerutkan
Tanpa ekspresi atau Meringis sesekali /
dahi, rahang
senyum cemberut
menggigit, dagu
bergetar
0 2
1
Legs Normal posisi atau Menendang-
Gelisah, tegang
relaks nendang, kaki
tidak tenang
0 1 2
Vokalisasi (untuk Berbicara dalam 0 Berbicara dalam suara normal atau tidak ada
pasien tidak nada normal atau suara sama sekali
terpasang tidak ada suara
intubasi) Menghela 1 Menghela nafas,merintih
nafas,merintih
Pendekatan Farmakologik
Pada dasarnya prinsip Three Step Analgesic Ladder dapat
diterapkan untuk nyeri kronik maupun nyeri akut, yaitu :
Pada nyeri kronik mengikuti langkah tangga ke atas 1-2-3.
Pada nyeri akut, sebaliknya, mengikuti langkah tangga ke
bawah 3-2-1.
Analgesik non-opioid (obat anti
inflamasi non steroid/OAINS)
Langkah pertama, sering efektif untuk penatalaksanaan
nyeri ringan sampai sedang, menggunakan analgesik
nonopioid, terutama asetaminofen (tylenol) dan OAINS.
Tersedia bermacam-macam OAINS dengan
efek antipiretik, analgesik, dan anti inflamasi (kecuali
asetaminofen). OAINS yang sering digunakan adalah
asam asetil salisilat (aspirin) dan ibuprofen (advil). OAINS
sangat efektif untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan,
penyakit meradang yang kronik seperti artritis, dan nyeri
akibat kanker ringan.
Analgesik opioid
Opioid saat ini adalah analgesik paling kuat yang tersedia dan
digunakan dalam pengobatan nyeri sedang sampai berat. Obat-obat
ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan
nyeri terkait kanker. Morfin adalah suatu alkaloid yang berasal dari
getah tumbuhan opium poppy yang telah dikeringkan dan telah
digunakan sejak berabad-abad yang lalu karena efek analgesik,
sedatif dan euforiknya. Morfin adalah salah satu obat yang paling luas
digunakan untuk mengobati nyeri berat dan masih standar
pembanding untuk menilai obat analgesik lain.
Obat-obat golongan opioid memiliki pola efek samping
yang sangat mirip termasuk depresi pernafasan, mual,
muntah, sedasi, dan konstipasi.Selain itu, semua opioid
berpotensi menimbulkan toleransi, ketergantungan dan
ketagihan (adiksi). Toleransi adalah kebutuhan fisiologik
untuk dosis yang lebih tinggi untuk mempertahankan efek
analgesik obat. Toleransi terhadap opioid tersebut
diberikan dalam jangka panjang, misalnya pada terapi
kanker. Walaupun terdapat toleransi silang yang cukup
luas diantara obat-obat opioid, hal tersebut tidaklah
komplete. Misalnya codein, tramadol, morfin solutio.
Manajemen Efek Samping Obat-
Obatan
OPIOID
Mual dan muntah: antiemetic
Konstipasi: berikan stimulant buang air besar, hindari laksatif yang
mengandung serat karena dapat menyebabkan produksi gas-
kembung-kram perut.
Gatal: pertimbangkan untuk mengganti opioid jenis lain, dapat juga
menggunakan antihistamin.
Mioklonus: pertimbangkan untuk mengganti opioid, atau berikan
benzodiazepine untuk mengatasi mioklonus.
Depresi pernapasan akibat opioid: berikan nalokson (campur 0,4mg
nalokson dengan NaCl 0,9% sehingga total volume mencapai 10ml).
Berikan 0,02 mg (0,5ml) bolus setiap menit hingga kecepatan
pernapasan meningkat. Dapat diulang jika pasien mendapat terapi
opioid jangka panjang.
OAINS