Anda di halaman 1dari 32

ASESMEN DAN

MANAJEMEN
NYERI
DR. SAPTARI APRILIANI SP.S

TIM NYERI RSUD DR. GONDO SUWARNO

UNGARAN, 20 AGUSTUS 2022


KEBIJAKAN

INGAT

Semua pasien rawat inap dan


rawat jalan di skrining untuk
rasa sakit dan dilakukan
asesmen apabila ada rasa
nyerinya
DEFINISI NYERI

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan


emosional yg tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial
atau yg digambarkan dalam bentuk kerusakan
tersebut

(Meliala, 2000)
Proses penjalaran nyeri

Persepsi :
Fenomena kimiawi psikologis
Lesi kompleks ekspresi nyeri

Modulasi :
Sensitisasi nosiseptor : Modulasi potensial aksi
Kulit,otot, tulang, saraf, dll dari afferen di medula
Tranduksi : spinalis
Munculnya potensial aksi
dari stimulus

Transmisi :
Penjalaran pot.aksi dr perifer
Ke sentral
FISIOLOGI NYERI

PERCEPTION

PAIN

MODULATION

TRANSMISSION

TRANSDUCTION
NOCICEPTIVE PAIN
Noxius Pheripheral Stimuli
Pain
Heat Autonomic Response
Witdrawal Reflex
Cold
Brain

Intense
Mechanical
Nociceptor sensory neuron
Force

Heat

Spinal cord
Cold

Modifikasi Meliala, 2005


PENGERTIAN MODEL NYERI

• Terapi kognitif PERILAKU NYERI


•Restorasi fungsional (PAIN BEHAVIOUR)
•Antidepresan
PENDERITAAN •Psikotropika
(SUFFERING)
•Relaksasi
• Opioid NYERI •Spiritual
(PAIN)
• Tramadol
• Oxcarbazepine •Indo.farnesil
• Gabapentin •Etodolac
•Eperisone HCL NOSISEPSI •Dexketoprofen
(NOCICEPTION)
• Paracetamo •Celecoxib
• OAINS •Diklofenak
•Modalitas fisik
BIOPSIKOSOSIAL
(BIOPSYCHOSOCIAL)
BYERS AND BONICA, 2001
MODIFIKASI PENULIS
ASSESMEN NYERI
Asesmen nyeri

• Asmen nyeri menggunakan PQRST


• P : Provoke (pencetus, faktor yang mempengaruhi
gawat / tidaknya, atau berat ringannya nyeri)
• Q :Quality /kualitas, apakah nyeri seperti tertusuk,
tertindih beban, tajam, tumpul, terbakar ?.
• R : Region (daerah, area perjalanan nyeri).
• S :Severity (keparahan, skala nyeri, diukur sesuai
dengan tingkat usia dan kondisi/kesadaran pasien).
• T :Timing (waktu, durasi atau lama waktu
serangan).
PENILAIAN SKALA NYERI

A. Numeric Rating Scale


1) Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9
tahun yang dapat menggunakan angka untuk melambangkan
intensitas nyeri yang dirasakannya.

2)Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang


dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.

a) 0 = tidak nyeri.
b) 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari).
c) 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-
hari).
d) 7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari).
Lanjutan
B. Wong Baker FACES Pain Scale
1) Indikasi: Pada pasien(dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan
asesmen.
2) Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana
yang paling sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi
dan durasi nyeri
a) 0 - 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali.
b) 2 – 3 = sedikit nyeri.
c) 4 – 5 = cukup nyeri.
d) 6 – 7 = lumayan nyeri.
e) 8 – 9 = sangat nyeri.
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan
Lanjutan
C. NIPS (Neonatal Infant Pain Score)

 Indikasi : Digunakan pada bayi dibawah


usia 28 hari.
 Instruksi : Dilakukan pada semua bayi
yang mengalami prosedur menyakitkan,
skor lebih dari 3 mengindikasikan
adanya nyeri.

Observasi dilakukan setiap shift pada


saat pengukuran tanda-tanda vital.
N KATEGORI SK
OR
O
1 EKSPRESI WAJAH  

   Otot wajah relax, ekspresi neutral 0

   Otot wajah tegang, alias berkerut, rahang dagu mengunci 1

2 TANGISAN  

   Tenang, tidak menangis 0

   Mengeran, sebentar sebentar menangis 1

   Terus menerus menangis, menangis kencang, melengking(Note:nangis 2


diam dapat dimaksukan dalam skor ini jika bayi terintubasi dengan
dasar penilaiannya pergerakan mulut dan wajah)

3 POLA NAFAS  

   Relax, nafas reguler 0

   Pola nafas berubah : tidak teratur, lebih cepat dari biasanya, menahan 1
nafas
Lanjutan
4 TANGAN  
   Relax, otot-otot tangan tidak kaku, kadang-kadang tangan 0
bergerak tidak beraturan
   Flexi/extensi yang kaku,meluruskan tangan tapi dengan 1
cepat melakukan flexi/ekstensi yang kaku
5 KAKI  
   Relax, otot-otot kaki tidak kaku, kadang-kadang kaki 0
bergerak tidak beraturan
   Flexi/ekstensi yang kaku, meluruskan kaki tapi dengan 1
cepat melakukan fleksi/ekstalerensi yang kaku

6 KESADARAN  
   Tidur pulas/cepat bangun, alert dan tenang 0
  Rewel, gelisah dan meronta-ronta 1
Nilai total skor 1-7 ..../
7
D. SKALA FLACC
UNTUK ANAK < 3 TAHUN YANG BELUM DAPAT BERKOMUNIKASI, TIDAK DALAM
PENGARUH SEDASI.

Pengkajian 0 1 2 NILAI
Wajah Tersenyum / Terkadang Sering menggetarkan dagu  
tidak ada meringis / dan mengatupkan rahang.
ekspresi khusus Menarik diri.

Kaki Gerakan Tidak tenang / Kaki di buat menendang /  


Normal / tegang menarik diri.
relaksasi

Aktifitas Tidur, posisi Gerakan Melengkungkan punggung  


normal, mudah menggeliat, / kaku / menghentak.
bergerak berguling,
kaku.
LANJUTAN
Menangis Tidak Mengerang, Menangis terus menerus,  
menangis merengek- terhisak, menjerit.
( bangun / rengek.
tidur )

Bersuara Bersuara Tenang bila Suit untuk menenangkan.  


normal, tenang. dipeluk, di
gendong atau
diajak bicara.

TOTAL SCORE  
SKALA 0 : Nyaman; 1-3 : Kurang Nyaman; 4-6 : Nyeri Sedang;
7-10 : Nyeri Berat
E. Critical Care Pain Observation Tool (CPOT)
 

1) Indikasi : Pada pasien ICU/ICCU/HCU yang tidak


diintubasi (ekstubasi pasien) atau dalam ventilator
(intubasi pasien) kecuali neonates.
2) Instruksi :
a)Score 0 = tidak nyeri.
b)Score 1 = nyeri ringan.
c) Score 2 = nyeri sedang.
d)Score 3 = nyeri berat
e) Score ≥ 3= nyeri sangat berat
N KATEGORI SK
O OR
1 EKSPRESI WAJAH  
  Relaks, neutral Tak tampak ketegangan/kontraksi otot wajah 0
 
  Tegang Terlihat tegang, dahi mengkerut, alis mata menurun,area 1
sekitar mata mengencang atau perubahan lain (seperti
membuka mata atau menangis selama prosedur
menyakitkan dilakukan)
 
  Menangis Semua gerakan diatas ditambah kelompak mata menutup 2
rapat, (biasanya pasien membuka mulut atau menggigit ETT
saat prosedur yang menyakitkan dilakukan)
 

2 GERAKAN TUBUH  
  Tidak ada pergerakan atau posisi Tidak bergerak sama sekali(hal ini tidak berarti pasien tidak 0
normal merasa sakit)atau posisi normal pergerakan tidak dilakukan
untuk merespon rangsang nyeri atau membuat pasien
melindungi dirinya.
 
  Perlindungan Gerakan lambat berusaha menyentuh atau menggosok 1
daerah nyeri mencari perhatian melalui gerakan
 

  Gelisah/agitasi Menarik tabung atau mencabut gelang, berusaha duduk, 2


menggerakan kaki atau meronta-ronta, tidak mengikuti
perintah, menyerang petugas, berusaha keluar dari tempat
tidur
3 MENGIKUTI VENTILATOR (INTUBASI PASIEN)  

  Ventilator toleransi terhadap Alarm tidak berbunyi, ventilator lancar 0


pergerakan

  Batuk tapi masih toleransi Batuk, alarm bunyi tapi berhenti sendiri 1

  Melawan ventilator Asinkron, ventilator terhambat, alarm sering bunyi 2

  VOKALISASI (EKSTUBASI PASIEN)  

  Bicara secara normal Bicara secara normal atau tidak bersuara 0

  Mengeluh/ meregang Mengeluh atau meregang 1

  Menangis/berteriak Menangis kencang atau berteriak 2

4 KETEGANGAN OTOT  
(dengan cara mengevaluasi pada saat melakukan fleksi atau ekstensi pasif ekstremitas atas disaat
pasien istirahat atau dipindahposisikan /MIKA MIKI)

  Relax Tidak melawan terhadap pergerakan pasif 0

  Tegang, kaku Ada perlawanan terhadap pergerakan pasif 1

  Sangat tegang, kaku Melawan sangat kuat terhadap pergerakan pasif 2

  Nilai total skor 1-8 …/8


PADA PASIEN DALAM
PENGARUH OBAT ANESTESI
• Pasien dalam kondisi sedasi sedang, asesmen dan
penanganan nyeri dilakukan saat pasien
menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau
verbal akan rasa nyeri dan perubahan tanda vital.
MANAJEMEN NYERI

• PASIEN DI LAKUKAN SKREENING NYERI KETIKA


KONTAK PERTAMA

• JIKA ADA NYERI DI LANJUTKAN DENGAN ASESSMEN


NYERI

• ASESSMEN NYERI DENGAN METODE P, Q, R, S, T


TOOL PENGKAJIAN SKALA
NYERI
• Numeric Rating Scale ( NRS ) digunakan pada pasien

dewasa dan anak > 7 th yang dapat menunjukkan nyeri

yang dirasakan dengan angka.

• Wong Baker Face Pain Scale digunakan pada pasien

dewasa dan anak > 3 th yang tidak dapat menunjukkan

nyeri yang dirasakan dengan angka


LANJUTAN

• NIPS (Neonatal Infant Pain Score) untuk Digunakan pada bayi


dibawah usia 28 hari. Dan dilakukan pada semua bayi yang mengalami
prosedur menyakitkan, skor lebih dari 3 mengindikasikan adanya nyeri.

• FLACC ( Face, Leg, Activity, Cry and Consolability ). digunakan


pada anak < 3 tahun yang belum dapat berkomunikasi , yang tidak
dalam pengaruh sedasi.

• CCPOT (Critical Care Pain Observation Tools) untuk pasien tidak


sadar dan pasien yang di rawat di unit ICU dengan menggunakan
ventilator
TATA LAKSANA

• Skor 1 - 3 : lakukan edukasi tehnik relaksasi, distraksi,


kompres hangat /dingin dan immobilisasi
( TINDAKAN NON FARMAKOLOGIS).
• Skor 4 - 6 : lakukan kolaborasi dengan DPJP/ dokter
jaga untuk pemberian obat analgetik (kolab dg dr jaga
bila di luar jam kerja).
• Skor 7-9 : kolaborasi dg DPJP.
• Skor 10 : Konsultasi dengan tim nyeri rumah sakit.
 Khusus untuk pasien post operasi
dalam waktu 1x24 jam, intervensi
penanganan nyeri dibawah tanggung
jawab dokter anestesi, jika > 24 jam
dibawah tanggung jawab DPJP /dokter
operator
ASESSMEN ULANG NYERI

Lakukan asesmen nyeri yang komprensif setiap kali melakukan


pemeriksaan fisik pada pasien.
Bersamaaan pengukuran tanda tanda vital minimal satu kali
dalam 1 shift.
1 Jam setelah dilakukan pengelolaan nyeri dengan pemberian
obat oral.
15 menit bila obat yang diberikan melalui intravena atau
intramuskulair.
Setelah pasien menjalani prosedur pembedahan atau tindakan
lainnya.
Lanjutan

 5 menit setelah pemberian nitrat dan obat


intra vena pada pasien nyeri
jantung/cardiac.
 5 menit setelah pasien yang mendapatkan
terapi injeksi opioid.
 Sebelum transfer pasien antar ruang atau
antar rumah sakit
 Sebelum pasien pulang dari rumah sakit.
LANJUTAN

 Pada pasien inpartu di tangani


dengan edukasi nyeri dan di
ajarkan teknik relaksasi Nyeri
MANAGEMENT PENANGANAN NYERI
PASIEN COVID-19

• Meliputi nyeri tenggorokan, myalgia, nyeri kepala dan


termasuk nyeri akibat prosedur tindakan yang
dilakukan pada pasien seperti intubasi endotracheal
dan ventilasi mekanik.

• Dilakukan untuk menghindari efek akibat


penanganan nyeri yang tidak adekuat baik
konsekuensi fisiologis maupun psikologis.
• Konsekuensi fisiologis yang paling dikhawatirkan
adalah tercetusnya respon simpatis
RESPON SIMPATIS

• Peningkatan laju nadi dan tekanan darah serta


vasokonstriksi pembuluh darah pada organ-organ
vital seperti jantung.
• Takikardia dan hipertensi menyebabkan gangguan
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
ke otot miokard.
• Dapat terjadi gangguan oksigenasi pada pasien
COVID-19, maka dapat terjadi iskemia organ multipel
yang akan menghambat pemulihan pasien atau
bahkan memperberat kondisi pasien.
ANALGESIK PADA PASIEN COVID-
19
• Hal yang perlu diperhatikan:
a. stimulasi nyeri,
b. intensitas nyeri dan
c. jenis nyeri yang dirasakan pasien
d. kondisi pasien dengan adanya perubahan
sistem tubuh pasien infeksi COVID19
PILIHAN OBAT ANALGETIK

• Intensitas nyeri ringan diberikan analgesia non-


opioid (Paracetamol dan Ibuprofen)
• Intensitas nyeri sedang sampai berat
memerlukan tambahan analgesia kuat seperti
opioid (pada pelaksanaan intubasi dan ventilasi
mekanik), dengan memperhatikan efek samping
obat

Anda mungkin juga menyukai