PENANGGULANGAN BENCANA
DIKLAT DASAR MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA
PESERTA DAPAT:
PENANGGULANGAN BENCANA
Pasal 1
Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi.
Pasal 1
Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk
menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
Pasal 1
Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian
peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh
lembaga yang berwenang.
Pasal 1
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan
dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Pasal 1
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua
aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat
yang memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara
wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana.
10
Pasal 1
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua
prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.
11
PENANGGULANGAN BENCANA
12
PENANGGULANGAN BENCANA
[NASIONAL] [INTERNASIONAL]
13
14
PRINSIP'PRINSIP(PENANGGULANGAN(BENCANA
Berikan(tanda([x](pada(kotak(yang(merupakan(prinsip5prinsip(penanggulangan(bencana.
x Prioritas x Non(Proletisi
Kemanusiaan Ilmu(Pengetahuan(&((Teknologi
Keadilan x Cepat(dan(Tepat
x Non(Diskriminatif x Pemberdayaan
Kebersamaan x Koordinasi(&(Keterpaduan
Kelestarian(Lingkungan(Hidup x Transparansi(&(Akuntabilitas
x Kemitraan x Berdayaguna(&(Berhasilguna
Ketertiban(dan(Kepastian(Hukum Keseimbangan,(keselarasan(&(keserasian
15
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
KEMITRAA
CEPAT DAN TEPAT PRIORITAS
N
KOORDINASI DAN KETERPADUAN
NON DISKRIMINATIF
16
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
NON DISKRIMINATIF
17
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
KEMITRAA
CEPAT DAN TEPAT PRIORITAS Yang dimaksud dengan
N
“prinsip prioritas”
KOORDINASI DAN KETERPADUAN adalah bahwa apabila
terjadi bencana,
BERDAYAGUNA DAN BERHASILGUNA kegiatan
penanggulangan harus
mendapat prioritas dan
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
diutamakan pada
kegiatan penyelamatan
NON PROLETISI PEMBERDAYAAN jiwa manusia.
NON DISKRIMINATIF
18
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
NON DISKRIMINATIF
19
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
20
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
KEMITRAA
CEPAT DAN TEPAT PRIORITAS Yang dimaksud dengan
N
“prinsip berdaya guna”
KOORDINASI DAN KETERPADUAN adalah bahwa dalam
mengatasi kesulitan
BERDAYAGUNA DAN BERHASILGUNA masyarakat dilakukan
dengan tidak
membuang waktu,
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
tenaga, dan biaya yang
berlebihan.
NON PROLETISI PEMBERDAYAAN
NON DISKRIMINATIF
21
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
KEMITRAA
CEPAT DAN TEPAT PRIORITAS Yang dimaksud dengan
N
“prinsip berhasil guna”
KOORDINASI DAN KETERPADUAN adalah bahwa kegiatan
penanggulangan bencana
BERDAYAGUNA DAN BERHASILGUNA harus berhasil guna,
khususnya dalam
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS mengatasi kesulitan
masyarakat dengan tidak
membuang waktu,
NON PROLETISI PEMBERDAYAAN
tenaga, dan biaya yang
berlebihan.
NON DISKRIMINATIF
22
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
KEMITRAA
CEPAT DAN TEPAT PRIORITAS
N
Yang dimaksud dengan
KOORDINASI DAN KETERPADUAN “prinsip transparansi”
adalah bahwa
BERDAYAGUNA DAN BERHASILGUNA penanggulangan
bencana dilakukan
secara terbuka & dapat
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
dipertanggungjawabkan.
NON DISKRIMINATIF
23
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
KEMITRAA
CEPAT DAN TEPAT PRIORITAS
N Yang dimaksud dengan
KOORDINASI DAN KETERPADUAN “prinsip akuntabilitas”
adalah bahwa
penanggulangan
BERDAYAGUNA DAN BERHASILGUNA bencana dilakukan
secara terbuka & dapat
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS dipertanggungjawabkan
secara etik & hukum.
NON PROLETISI PEMBERDAYAAN
NON DISKRIMINATIF
24
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
KEMITRAA
CEPAT DAN TEPAT PRIORITAS Yang dimaksud dengan
N
”nonproletisi” adalah
KOORDINASI DAN KETERPADUAN bahwa dilarang
menyebarkan agama
BERDAYAGUNA DAN BERHASILGUNA atau keyakinan pada
saat keadaan darurat
bencana, terutama
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
melalui pemberian
bantuan dan pelayanan
NON PROLETISI PEMBERDAYAAN darurat bencana
NON DISKRIMINATIF
25
PENANGGULANGAN BENCANA
[UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA]
KEMITRAA
CEPAT DAN TEPAT PRIORITAS Yang dimaksud dengan
N
“prinsip
KOORDINASI DAN KETERPADUAN nondiskriminasi” adalah
bahwa negara dalam
BERDAYAGUNA DAN BERHASILGUNA penanggulangan
bencana tidak
memberikan perlakuan
TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS
yang berbeda terhadap
jenis kelamin, suku,
NON PROLETISI PEMBERDAYAAN agama, ras, dan aliran
politik apa pun.
NON DISKRIMINATIF
26
27
PASAL 3
Penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 berasaskan:
kemanusiaan; keadilan; kesamaan kedudukan dalam hukum dan
pemerintahan; keseimbangan, keselarasan, dan keserasian; ketertiban dan
kepastian hukum; kebersamaan; kelestarian lingkungan hidup; dan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
29
30
PASAL 20
Hak Pelindungan dari bencana untuk Penyandang Disabilitas meliputi hak:
a. mendapatkan informasi yang mudah diakses akan adanya bencana;
b. mendapatkan pengetahuan tentang pengurangan risiko bencana;
c. mendapatkan prioritas dalam proses penyelamatan dan evakuasi dalam
keadaan bencana;
d. mendapatkan fasilitas dan sarana penyelamatan dan evakuasi yang
mudah diakses; dan
e. mendapatkan prioritas, fasilitas, dan sarana yang mudah diakses di lokasi
pengungsian.
31
PASAL 109
1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib mengambil langkah yang
diperlukan untuk menjamin penanganan Penyandang Disabilitas pada
tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan pascabencana.
32
34
35
FALSAFAH SPHERE:
36
37
38
39
40
41
42
“Sistem Nasional
Penanggulangan
Bencana”
[1]DAFTAR RUJUKAN
50
• https://www.unisdr.org
• http://birohukum.pu.go.id/pustaka/arsip.php?
alfabet=U&max_rows=100&orderby=tahunterbit&direction=desc&viewcat=arsip_mo
nograf
• https://clipartfox.com/categories/view/e88aa3ebb75811bd11bd9b62c788860f70c5d14
8/checklist-clipart.html
• http://woocara.blogspot.co.id/2016/02/pengertian-diskusi-macam-macam-metode-
diskusi.html
• https://www.dreamstime.com/stock-photography-community-walk-run-marching-
marathon-pictograms-image29251042
51