Anda di halaman 1dari 12

BLOK 11 Palu,5 April 2021

LEARNING OBJECTIVE
SKENARIO 1
NYERI KEPALA
“Kiapa Kita Pe Kepala”

NAMA : Alif Tibia Zuhdi


STAMBUK : N 101 18 132
KELOMPOK : 5 (Lima)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
1. Perbedaan karakteristik migraine,tension headache dan cluster headache?
Jawab:
Perbedaan karakteristik dari jenis nyeri kepala migrain, tension headache dan cluster headache
yaitu:
Tension type headache (TTH):
Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing/
squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas
fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/ atau muntah, serta
disertai fotofobia atau fonofobia.
TTH dibedakan menjadi tiga subklasifikasi:
1. TTH episodik yang jarang (infrequent episodic): 1 serangan per bulan atau kurang dari 12
sakit kepala per tahun.
2. TTH episodik yang sering (frequent episodic): 1-14 serangan per bulan atau antara 12 dan
180 hari per tahun.
3. TTH menahun (chronic): lebih dari 15 serangan atau sekurangnya 180 hari per tahun.
Migrain:
Nyeri kepala yang disebut migrain adalah nyeri kepala dengan serangan nyeri yang
berlangsung 4 – 72 jam. Nyeri biasanya unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya
sedang sampai berat dan diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia
dan fonofobia. Nyeri kepala ini diakibatkan pembuluh darah yang menuju otak mengalami
vasokontriksi yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar serotonin dan kemudian
mengalami vasodilatasi.
Nyeri kepala termasuk nyeri kepala sebelah dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya faktor gangguan internal dan faktor eksternal. Faktor akibat gangguan internal
diantaranya meliputi stres emosional, diet yang tidak tepat, kelemahan neuropati, postpartum,
kehilangan darah dan hubungan seksual yang berlebihan. Sedangkan faktor eksternal
utamanya disebabkan oleh angin, yang dapat disertai dengan dingin, panas dan kelembaban.

Cluster:
Nyeri Kepala Cluster merupakan suatu jenis nyeri kepala primer akibat gangguan
neurovaskuler. Sesuai namanya, cluster yang berarti pengelompokan, nyeri kepala tipe cluster
melibatkan nyeri kepala yang terkelompok-kelompok, biasanya berlangsung selama beberapa
minggu. Jenis nyeri kepala ini dikenal dengan berbagai nama, termasuk paroxysmal nocturnal
cephalalgia (Adams), migrainous neuralgia (Harris), histamine cephalalgia (Horton), red
migraine, dan erythromelalgia kepala. Kunkle dan rekan, yang terkesan dengan kara
Pola nyeri kepala ini menyerang terutama pada pria dewasa muda (kisaran 20 sampai 50
tahun, rasio laki-laki berbanding wanita sekitar 5: 1) dan memiliki karakteristik lokalisasi
nyeri yang konsisten pada daerah orbital unilateral. Rasa sakit dirasakan jdi dalam dan sekitar
orbita, sangat intens dan tidak berdenyut, serta hidung tersumbat. Serangan berlangsung
regular selama 1 minggu hingga 1 tahun. Serangan-serangan diantarai oleh periode bebas
nyeri yang berlangsung setidaknya satu bulan atau lebih lama. Nyeri kepala memiliki
diagnosis diferensial berupa nyeri kepala tipe lain seperti migrain, nyeri kepala sinus, serta
nyeri kepala tipe tegang.
Sumber:
Anurogo., Dito. 2014. Tension Type Headache. Vol 41(3). Viewed on 1 April 2021. From
https://www.researchgate.netl
Amali., khayra. Imandirin.,Ario. Sukardiman. 2018. Terapi akupresur serta herbal kencur
pada kasus migrain. Journal of Vocational Health Studies. Vol 2(1). Viewed on 1 April
2021. From https://e-journal.unair.ac.id
Sembiring.,Samuel. 2018. Nyeri kepala. Jakarta: Leutika pro.

2. Komplikas dari kasus


Jawab:
TTH bukanlah merupakan penyakit yang parah., namun bisa juga menyebabkan
morbiditas yang signifikan. TTH episodic atau TTH kronis dapat menyebabkan
terhamatnya aktivitas sehari-hari dan juga produktivitas berkurang, hal ini akan
menyebabkan peningkatan stress dan gangguan mood. Komlikasi pada TTH juga bisa
timbul dari pengobatan yang dilkukan contohnya yaitu perdarahan gastrointestinal karena
penggunaan NSAID.
Sumber:

3. Cara menila intensitas nyeri


Jawab:
VAS (Visual Analogue Scale)
Visual analog scale (VAS) adalah cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri.
Skala linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami
seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa
tanda pada tiap sentimeter (Gambar). Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka
atau pernyataan deskriptif. 7 Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung
yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal
atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/reda rasa nyeri.
Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama VAS adalah
penggunaannya sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk periode pasca bedah, VAS
tidak banyak bermanfaat karena VAS memerlukan koordinasi visual dan motorik serta
kemampuan konsentrasi.

a. NPS (Numeric Pain Scale) or NRS (Numeric Rating Scale)


Skala intensitas numerik ini yang sering kali digunakan untuk menilai derajat nyeri.
Penderita akan menilai nyeri dengan menggunakan skala ini dari 0-10. Skala ini paling
efektif dan mudah untuk digunakan saat mengkaji intenitas nyeri sebelum dan selepas
pengobatan.

Keterangan :
 0 : tidak nyeri
 1-3 : nyeri ringan. Pasien dapat bekomunikasi dengan baik
 4-6 : nyeri sedang. Pasien mendesis, menyeringai, dapat mendeskripsikan,
mengikut perintah dengan baik dan menunjukkan lokasi nyeri.
 7-9 : nyeri berat. Pasien tekadang tidak dapat mengikut perintah namun masih
bagus dalam merespon tindakan, dapat mengalokasikan nyeri, tidak dapat
mendeskripsikan, distraksi dan tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
 10 : nyeri sangat berat dan pasien tidak bisa berkomunikasi.
b. Face Scale

Faces Pain Rating Scale Metode pengkajian skala nyeri FPRS ini menyajikan
gambar dari 6 ekspresi wajah yang berbeda yang menggambarkan berbagai emosi. Skala
ini mungkin berguna dalam anak-anak, pada pasien yang memiliki gangguan kognitif
ringan sampai sedang.
c. FLACC

KRITERIA SKOR - 0 SKOR - 1 SKOR – 2


Face Tidak ada ekspresi Terkadang Dagu sering
atau senyum meringis, menarik bergetar, rahang
diri, dan tidak mengeras
tertarik
Legs Posisi normal atau Gelisah, tegang Menendang, atau
rileks kaki diangkat
Activity Berbaring, posisi Menggeliat, Melengkung,
normal bergerak maju kaku, menyentak
mundur, tegang
Cry Tidak menangis Erangan dan Menangis terus;
(bangun atau merintih; berteriak atau
tidur) menangis sesekali menangis terisak-
isak, sering
mengeluh
Consolability Tenang, rileks Tenang dengan Sulit untuk
sentuhan, pelukan, ditenangkan atau
diajak bicara; didiamkan
mudah teralihkan

Sumber :
Kurniati, A., Trisyani, Y., Theresia, S.I.M. 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Sheehy. Singapore: Elsevier
Marandina, B. A. 2014. Pengkajian Skala Nyeri di Ruang Perawatan Intensive Literatur Review.
Jurnal Bambang. Vol. 1 (1). Viewed on April 1th 2021. From :
http://cdn.stikesmucis.ac.id/JURNAL_BAMBANG.pdf

4. Derajat nyeri
Jawab:

Pengukuran derajat nyeri sebaiknya dilakukan dengan tepat karena sangat dipengaruhi oleh
faktor subyektif seperti faktor fisiologis, psikologi, lingkungan. Karenanya, anamnesis
berdasarkan pada pelaporan mandiri pasien yang bersifat sensitif dan konsisten sangatlah
penting. Pada keadaan di mana tidak mungkin mendapatkan penilaian mandiri pasien seperti
pada keadaan gangguang kesadaran, gangguan kognitif, pasien pediatrik, kegagalan komunikasi,
tidak adanya kerjasama atau ansietas hebat dibutuhkan cara pengukuran yang lain. Pada saat ini
nyeri di tetapkan sebagai tanda vital kelima yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian akan
rasa nyeri dan diharapkan dapat memperbaiki tatalaksana nyeri akut. Berbagai cara dipakai untuk
mengukur derajat nyeri, cara yang sederhana dengan menentukan derajat nyeri secara kualitatif
sebagai berikut1:
1. Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang timbul, terutama sewaktu melakukan aktivitas sehari-
hari dan hilang pada waktu tidur
2. Nyeri sedang adalah nyeri terus menerus, aktivitas terganggu, yang hanya hilang apabila
penderita tidur
3. Nyeri berat adalah nyeri yang berlang sungterus menerus sepanjang hari, penderita tak dapat
tidur atau sering terjaga oleh gangguan nyeri sewaktu tidur

Sumber:
Vitani,R.A.I.2019.Tinjauan literature: Alat UkurNyeri Untuk Pasien
Dewasa.JMAK.Vol.3(1).Viewed on 3 April 2021.From(https://schoolar.google.com).

5. Cara anamnesis pasien untuk mengetahui diagnose


Jawab:
TTH
Kriteria diagnosis TTH Episodik Infrekuen:
1) Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata<1hr/bln (<12hr/thn), dan
memenuhi kriteria 2-3.
2) Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
a) Lokasi bilateral.
b) Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
c) Intensitasnya ringan atau sedang.
d) Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
4) Tidak didapatkan:
a) Mual atau muntah (bisa anoreksia).
b) Lebih dari satu keluhan: foto fobia atau fonofobia.
5) Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3.
Disebut sebagai nyeri kepala TTH Episodik frekuen bila terjadi sedikitnya 10 episode yang
timbul selama 1–14 hari/bulan selama paling tidak 3 bulan (12– 180 hari/tahun) atau TTH
kronik bila nyeri kepala timbul > 15 hari per bulan, berlangsung > 3 bulan (≥180 hari/tahun).
Migren
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis dan pemeriksaan fisik umum dan
neurologis. Kriteria diagnosis Migren tanpa Aura
1) Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria 2-3
2) Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4 – 72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil
diobati).
3) Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut :
a) Lokasi unilateral
b) Kualitas berdenyut
c) Intensitas nyeri sedang atau berat
d) Keadaan bertambah berat oleh aktivitas fisik atau penderita menghindari aktivitas
fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
4) Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :
a) Nausea dan atau muntah
b) Fotofobia dan fonofobia
Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3 dan transient ischemic attack
harus dieksklusi
Kluster
1) Sekurang-kurangnya terdapat 5 serangan yang memenuhi kriteria 2-4.
2) Nyeri hebat pada daerah orbita, supraorbita dan/atau temporal yang berlangsung antara
15-180 menit jika tidak ditangani.
3) Nyeri kepala disertai setidaknya satu gejala berikut:
a) Injeksi konjungtiva dan/atau lakrimasi pada mata ipsilateral
b) Kongesti nasal dan/atau rhinorrhea ipsilateral
c) Edema palpebra ipsilateral
d) Berkeringat pada daerah dahi dan wajah ipsilateral § Miosis dan/atau ptosis
ipsilateral
e) Gelisah atau agitasi
f) Frekuensi serangan 1-8 kali/hari
4) Tidak berhubungan dengan kelainan lain
Catatan;
Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala Klaster Episodik:
1) Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk nyeri kepala klaster.
2) Paling sedikit dua periode klaster yang berlangsung 7–365 hari dan dipisahkan oleh
periode remisi bebas nyeri > 1 bulan.
Kriteria Diagnosis Nyeri Kepala Klaster Kronis:
1) Serangan-serangan yang memenuhi kriteria A-E untuk nyeri kepala klaster.
Serangan berulang lebih dari 1 tahun tanpa periode remisi atau dengan periode remisi yang
berlangsung kurang dari 1 bulan.
Sumber :
Shah N, Hameed S. Muscle Contraction Tension Headache. [Updated 2021 Feb 7]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih .gov/books/NBK562274/
Mahardika, F. G., Rozi, I. F., & Ariyanto, R. (2016). Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Kepala Primer Dengan Metode Certainty Factor. Sentia 2016, 8(1).
http://sentia.polinema.ac.id/index.php/SENTIA 2016/article/viewFile/4/4

6. Cara mengetahui pasien mengalami nyeri kepala hebat


Jawab:
Cara untuk mengetahui nyeri kepala berat dengan diukur mengggunakan numerical rating
scale (NRS), verbal rating scale (VRS), visual analog scale (VAS) dan faces rating scale.
VAS (Visual Analogue Scale) telah digunakan sangat luas dalam beberapa dasawarsa
belakangan ini dalam penelitian terkait dengan nyeri dengan hasil yang handal, valid dan
konsisten.VAS adalah suatu instrumen yang digunakan untuk menilai intensitas nyeri
dengan menggunakan sebuah tabel garis 10 cm dengan pembacaan skala 0–100 mm dengan
rentangan makna :

Nyeri hebat dan mendadak (thunderclap), apalagi bila disusul dengan rasa lemah dan
penurunan kesadaran harus dicurigai disebabkan oleh aneunisma intrakranial yang pecah, di lain
pihak perdarahan yang terlokalisasi di parenkim otak tidak akan menyebabkan nyeri kepala,
kecuali bila darah masuk/menembus ke ruang ventrikel atau subanakhnoid. Nyeri kepala akibat
tumor atau abses biasanya bersifat sedang, demikian juga dengan nyeri yang disebabkan oleh
proses di daerah sinus, gigi geligi atau mata. Nyeri kepala migren jarang berlangsung lebih dari
14 jam, yang khas ialah adanya periode bebas keluhan di antara serangan; sedangkan nyeri
kepala tipe tegang dapat berlangsung berhari- hari, bahkan bertahun-tahun. Nyeri yang terutama
dirasakan di pagi hari, selain yang disebabkan oleh tumor, juga dapat ditimbulkan oleh
hipertensi, atau migren biasa.
Sumber : Setiawan, C. J., et al. Hubungan antara Gejala Gangguan Depresi dan Tension-Type Headache
(TTH): Studi Eksploratif. Jurnal MKB, Volume 45(1). Viewed on 01 April 2021. From
https://journal.fk.unpad.ac.id

7. Pemeriksaan fisik,pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan penunjang


Jawab:

Setelah mendapatkan informasi yang adekuat dari anamnesis pasien, kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis yang terarah. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
mencakup pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan arteri karotis, sinus, arteri, dan otot paraspinal
servikal, serta pemeriksaan leher dalam posisi fleksi dan rotasi lateral untuk menilai tanda
rangsang meningeal. Sedangkan, pemeriksaan neurologis meliputi penilaian tingkat kesadaran,
gangguan daya ingat, pemeriksaan oftalmologi (reaktivitas dan ukuran pupil, funduskopi, lapang
pandang, serta gerakan bola mata), pemeriksaan saraf kranial (termasuk refleks kornea, sensori
wajah, asimetri wajah), perbedaan tonus otot, kekuatan motorik, dan refleks tendon dalam,
fungsi sensori, adanya gait, serta fungsi koordinasi tangan dan kaki. Pencitraan biasanya tidak
dilakukan pada nyeri kepala yang bersifat episodik. Pencitraan neurologis diindikasikan untuk
semua pasien yang datang dengan gejala dan tanda dari nyeri kepala yang berbahaya karena
pasien ini mempunyai risiko terjadinya patologi intrakranial. Selain itu, pencitraan juga dapat
dilakukan pada pasien dengan nyeri kepala yang tidak akut bila terdapat riwayat gangguan
koordinasi, gejala neurologi fokal, riwayat parestesi subjektif, atau adanya riwayat nyeri kepala
yang menyebabkan pasien terbangun dari tidur. Selain itu, pemeriksaan lab dan pungsi lumbal
dapat dilakukan dan sangat berguna untuk mengidentifikasi infeksi, keberadaan sel darah (yang
menunjukan perdarahan), dan sel abnormal yang berhubungan dengan beberapa keganasan
sistem saraf. Pada orang dewasa yang dicurigai mengalami perdarahan subaraknoid, penting
untuk dilakukan pungsi lumbal untuk melihat adanya darah atau xantokrom. Pemeriksaan CT
scan kepala harus dilakukan sebelum pungsi lumbal untuk menyingkirkan adanya risiko herniasi
otak.
Sumber:
Haryani,S.,Tandy,V.,Vania,A.,Barus,J.2018.Penatalaksanaan Nyeri Kepala Pada Layanan
Primer.Callosum Neurology Journal.Vol.1(3).Viewed on 3 April
2021.From(https://schoolar.google.com).

8. Alur tatalaksana pada nyeri kepala


Jawab:
Pada serangan akut tidak boleh lebih dari 2 hari/minggu, yaitu dengan: Analgetik:
1. Aspirin 1000 mg/hari,
2. Asetaminofen 1000 mg/hari,
3. NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari, asam mefenamat,
ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari).
4. Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg.
5. Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.

Sedangkan pada tipe kronis, adalah dengan:


1. Antidepresan Jenis trisiklik: amytriptiline, sebagai obat terapeutik maupun sebagai
pencegahan tension-type headache.
2. Antiansietas Golongan benzodiazepin dan butalbutal sering dipakai. Kekurangan obat ini
bersifat adiktif, dan sulit dikontrol sehingga dapat memperburuk nyeri kepalanya.

Terapi Nonfarmakologis Terapi nonfarmakologis pada tension-type headache pilihannya


adalah:
1. Kontrol diet
2. Terapi fisik
3. Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin
4. Behaviour treatment
Pengobatan Fisik:
1. Latihan postur dan posisi.
2. Massage, ultrasound, manual terapi, kompres panas/dingin.
3. Akupuntur TENS (transcutaneus electrical stimulation)

Sumber :
Kurniawan, M., Suharjanti, I., Pinzon, R.T. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

9. Terapi rehabilitasi dengan pasien nyeri kepala


jawab:
 Kontrol diet
 Hindari faktor pencetus
 Hindari pemakaian harian obat analgetik, sedatif dan ergotamin. Pengobatan
profilaksis
 Kalau perlu pengobatan neuroendokrin. Stimulasi Behaviour Gangguan mood dan
fungsi membutuhkan menajemen metode behaviour daripada pain manajemen
disertai psikoterapi suportif (biofeedback, stress manajemen, kognitif behaviour
terapi). Psychophysiologic therapy meliputi reassurance, konseling, stress
management, relaxation therapy dan biofeedback. Ini terdiri atas terapi relaksasi,
EMG (elektromiografi) biofeedback therapy dan stress management therapy.
Behaviour terapi ini efektif sekitar 50% pada pasien-pasien chronic tension type
headache pada anak- anak dengan TTH justru dapat efektif 80% mengurangi
intensitas dan durasi nyeri. .
Sumber:Auliana.S.,Bintang.A.K.,Jumraini.,Idrus.H.M.F.2016.Modul problem based
learning nyeri kepala. System neuro psikiatri fakultas kedoteran universitas Hasanuddin

10. Proses rujukan pasien


Jawab:
Berdasarkan standar Kompetensi Dokter Indonesia, TTH Tension Type Headache memiliki
tingkat kemampuan 4A yang artinya Lulusan dokter harus mampu mebuat diagnosis klinik dan
melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri sampai tuntas.

Sumber:

Hidayati,H.B. 2016. Pendekatan Klinis dalam Manajemen nyeri kepala. MNJ.Vol.2(2).Viewed on


1 April 2021. From https://mnj.ub.ac.id/index.php/mnj/article/view/146/271

Anda mungkin juga menyukai