LEARNING OBJECTIVE
SKENARIO 1
NYERI KEPALA
“Kiapa Kita Pe Kepala”
Cluster:
Nyeri Kepala Cluster merupakan suatu jenis nyeri kepala primer akibat gangguan
neurovaskuler. Sesuai namanya, cluster yang berarti pengelompokan, nyeri kepala tipe cluster
melibatkan nyeri kepala yang terkelompok-kelompok, biasanya berlangsung selama beberapa
minggu. Jenis nyeri kepala ini dikenal dengan berbagai nama, termasuk paroxysmal nocturnal
cephalalgia (Adams), migrainous neuralgia (Harris), histamine cephalalgia (Horton), red
migraine, dan erythromelalgia kepala. Kunkle dan rekan, yang terkesan dengan kara
Pola nyeri kepala ini menyerang terutama pada pria dewasa muda (kisaran 20 sampai 50
tahun, rasio laki-laki berbanding wanita sekitar 5: 1) dan memiliki karakteristik lokalisasi
nyeri yang konsisten pada daerah orbital unilateral. Rasa sakit dirasakan jdi dalam dan sekitar
orbita, sangat intens dan tidak berdenyut, serta hidung tersumbat. Serangan berlangsung
regular selama 1 minggu hingga 1 tahun. Serangan-serangan diantarai oleh periode bebas
nyeri yang berlangsung setidaknya satu bulan atau lebih lama. Nyeri kepala memiliki
diagnosis diferensial berupa nyeri kepala tipe lain seperti migrain, nyeri kepala sinus, serta
nyeri kepala tipe tegang.
Sumber:
Anurogo., Dito. 2014. Tension Type Headache. Vol 41(3). Viewed on 1 April 2021. From
https://www.researchgate.netl
Amali., khayra. Imandirin.,Ario. Sukardiman. 2018. Terapi akupresur serta herbal kencur
pada kasus migrain. Journal of Vocational Health Studies. Vol 2(1). Viewed on 1 April
2021. From https://e-journal.unair.ac.id
Sembiring.,Samuel. 2018. Nyeri kepala. Jakarta: Leutika pro.
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan. Pasien dapat bekomunikasi dengan baik
4-6 : nyeri sedang. Pasien mendesis, menyeringai, dapat mendeskripsikan,
mengikut perintah dengan baik dan menunjukkan lokasi nyeri.
7-9 : nyeri berat. Pasien tekadang tidak dapat mengikut perintah namun masih
bagus dalam merespon tindakan, dapat mengalokasikan nyeri, tidak dapat
mendeskripsikan, distraksi dan tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang.
10 : nyeri sangat berat dan pasien tidak bisa berkomunikasi.
b. Face Scale
Faces Pain Rating Scale Metode pengkajian skala nyeri FPRS ini menyajikan
gambar dari 6 ekspresi wajah yang berbeda yang menggambarkan berbagai emosi. Skala
ini mungkin berguna dalam anak-anak, pada pasien yang memiliki gangguan kognitif
ringan sampai sedang.
c. FLACC
Sumber :
Kurniati, A., Trisyani, Y., Theresia, S.I.M. 2018. Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Sheehy. Singapore: Elsevier
Marandina, B. A. 2014. Pengkajian Skala Nyeri di Ruang Perawatan Intensive Literatur Review.
Jurnal Bambang. Vol. 1 (1). Viewed on April 1th 2021. From :
http://cdn.stikesmucis.ac.id/JURNAL_BAMBANG.pdf
4. Derajat nyeri
Jawab:
Pengukuran derajat nyeri sebaiknya dilakukan dengan tepat karena sangat dipengaruhi oleh
faktor subyektif seperti faktor fisiologis, psikologi, lingkungan. Karenanya, anamnesis
berdasarkan pada pelaporan mandiri pasien yang bersifat sensitif dan konsisten sangatlah
penting. Pada keadaan di mana tidak mungkin mendapatkan penilaian mandiri pasien seperti
pada keadaan gangguang kesadaran, gangguan kognitif, pasien pediatrik, kegagalan komunikasi,
tidak adanya kerjasama atau ansietas hebat dibutuhkan cara pengukuran yang lain. Pada saat ini
nyeri di tetapkan sebagai tanda vital kelima yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian akan
rasa nyeri dan diharapkan dapat memperbaiki tatalaksana nyeri akut. Berbagai cara dipakai untuk
mengukur derajat nyeri, cara yang sederhana dengan menentukan derajat nyeri secara kualitatif
sebagai berikut1:
1. Nyeri ringan adalah nyeri yang hilang timbul, terutama sewaktu melakukan aktivitas sehari-
hari dan hilang pada waktu tidur
2. Nyeri sedang adalah nyeri terus menerus, aktivitas terganggu, yang hanya hilang apabila
penderita tidur
3. Nyeri berat adalah nyeri yang berlang sungterus menerus sepanjang hari, penderita tak dapat
tidur atau sering terjaga oleh gangguan nyeri sewaktu tidur
Sumber:
Vitani,R.A.I.2019.Tinjauan literature: Alat UkurNyeri Untuk Pasien
Dewasa.JMAK.Vol.3(1).Viewed on 3 April 2021.From(https://schoolar.google.com).
Nyeri hebat dan mendadak (thunderclap), apalagi bila disusul dengan rasa lemah dan
penurunan kesadaran harus dicurigai disebabkan oleh aneunisma intrakranial yang pecah, di lain
pihak perdarahan yang terlokalisasi di parenkim otak tidak akan menyebabkan nyeri kepala,
kecuali bila darah masuk/menembus ke ruang ventrikel atau subanakhnoid. Nyeri kepala akibat
tumor atau abses biasanya bersifat sedang, demikian juga dengan nyeri yang disebabkan oleh
proses di daerah sinus, gigi geligi atau mata. Nyeri kepala migren jarang berlangsung lebih dari
14 jam, yang khas ialah adanya periode bebas keluhan di antara serangan; sedangkan nyeri
kepala tipe tegang dapat berlangsung berhari- hari, bahkan bertahun-tahun. Nyeri yang terutama
dirasakan di pagi hari, selain yang disebabkan oleh tumor, juga dapat ditimbulkan oleh
hipertensi, atau migren biasa.
Sumber : Setiawan, C. J., et al. Hubungan antara Gejala Gangguan Depresi dan Tension-Type Headache
(TTH): Studi Eksploratif. Jurnal MKB, Volume 45(1). Viewed on 01 April 2021. From
https://journal.fk.unpad.ac.id
Setelah mendapatkan informasi yang adekuat dari anamnesis pasien, kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis yang terarah. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
mencakup pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan arteri karotis, sinus, arteri, dan otot paraspinal
servikal, serta pemeriksaan leher dalam posisi fleksi dan rotasi lateral untuk menilai tanda
rangsang meningeal. Sedangkan, pemeriksaan neurologis meliputi penilaian tingkat kesadaran,
gangguan daya ingat, pemeriksaan oftalmologi (reaktivitas dan ukuran pupil, funduskopi, lapang
pandang, serta gerakan bola mata), pemeriksaan saraf kranial (termasuk refleks kornea, sensori
wajah, asimetri wajah), perbedaan tonus otot, kekuatan motorik, dan refleks tendon dalam,
fungsi sensori, adanya gait, serta fungsi koordinasi tangan dan kaki. Pencitraan biasanya tidak
dilakukan pada nyeri kepala yang bersifat episodik. Pencitraan neurologis diindikasikan untuk
semua pasien yang datang dengan gejala dan tanda dari nyeri kepala yang berbahaya karena
pasien ini mempunyai risiko terjadinya patologi intrakranial. Selain itu, pencitraan juga dapat
dilakukan pada pasien dengan nyeri kepala yang tidak akut bila terdapat riwayat gangguan
koordinasi, gejala neurologi fokal, riwayat parestesi subjektif, atau adanya riwayat nyeri kepala
yang menyebabkan pasien terbangun dari tidur. Selain itu, pemeriksaan lab dan pungsi lumbal
dapat dilakukan dan sangat berguna untuk mengidentifikasi infeksi, keberadaan sel darah (yang
menunjukan perdarahan), dan sel abnormal yang berhubungan dengan beberapa keganasan
sistem saraf. Pada orang dewasa yang dicurigai mengalami perdarahan subaraknoid, penting
untuk dilakukan pungsi lumbal untuk melihat adanya darah atau xantokrom. Pemeriksaan CT
scan kepala harus dilakukan sebelum pungsi lumbal untuk menyingkirkan adanya risiko herniasi
otak.
Sumber:
Haryani,S.,Tandy,V.,Vania,A.,Barus,J.2018.Penatalaksanaan Nyeri Kepala Pada Layanan
Primer.Callosum Neurology Journal.Vol.1(3).Viewed on 3 April
2021.From(https://schoolar.google.com).
Sumber :
Kurniawan, M., Suharjanti, I., Pinzon, R.T. 2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Sumber: