Anda di halaman 1dari 10

ROLEPLAY MANAJEMEN NYERI:

MASSAGE THERAPY

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah: Keperawatan Ajal dan Paliatif

Dosen pengampu: Ns. Ritanti, M.Kep, Sp. Kep. Kom

Disusun Oleh :

Rifah Miladdina 1710711040

Zahrotul Mutingah 1710711088

Thalia Elisabeth 1710711105

Firna Nahwa 1710711139

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019
LATAR BELAKANG

N ye r i a d a l a h s u a t u s e n s o r i ya n g t i d a k m e n ye n a n g k a n d a r i
s a t u p e n g a l a m a n emosional yang disertai kerusakan jaringan secara actual /
potensia(Medical Surgical Nursing )

Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh s
timulus spesifik m e k a n i s , k i m i a , e l e k t r i k p a d a u j u n g u j u n g s ya r a f
s e r t a t i d a k d a p a t diserahterimakan kepada orang lain.
Nyeri juga sebagai keadaan penderitaan seseorang yang menderita nyeri atau
kehilangan, suatu keadaan distres berat yang mengancam keutuhan seseorang ( Rodger
dancowles cit Mander R 2003)

Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsang nyeri) dan reseptor.
Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung-ujung saraf bebas pada kulit yang
berespon terhadap stimulus yang kuat. Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus
nyeri. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik,serta
mekanik

Secara singkat proses terjadinya nyeri dapat dilihat sebagai berikut.

Stimulus nyeri:Biologis,Zat Kimia,panas,listrik serta mekanik

Stimulus nyeri menstimulasi noseptor di periferImpuls nyeri

diteruskan oleh serat afferen (A-delta & C) ke medulla spinalis melalui dorsal horn

impuls bersinapsis di substansia gelatinosa (lamina II dan III)

Impuls melewati traktur spinothalamus

Impuls masuk ke formatio retikularis Impuls langsung masuk ke thalamus

Sistem limbik Fast pain

Slow pain

- Timbul respon emosi


- Respon otonom : TD meningkat, keringat dingin.

Penting bagi seorang perawat untuk mengetahui tentang macam-macam tipe nyeri. Ada
banyak jalan untuk memulai mendiskusikan tentang tipe-tipe nyeri, antara lain melihat nyeri
dari segi :

- Durasi nyeri, seperti nyeri akut dan kronis.


- Tingkat keparahan dan intensitas, seperti nyeri berat atau nyeri ringan.
- Model transmisi, seperti reffered pain (nyeri yang menjalar)
- Lokasi nyeri, superfisial atau dari dalam.
- Kausatif, dari penyebab nyeri itu sendiri.

Perbedaan antara nyeri akut dan nyeri kronis

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis


Tujuan Memperingatkan klien terhadap Memberikan alasan pada klien
adanya cesera / masalah untuk mencari informasi
berkaitan dengan perawatan
dirinya
Awitan Mendadak Terus menerus / intermittent
Durasi Durasi singkat (dari beberapa Durasi lama (6 bulan/ lebih)
detik sapampai 6 bulan).
Ringan samapi berat Ringan sampai berat
Intensitas
Respon otonom Frekuensi jantung meningkat Tidak terdapat respon otonom
Volume secungkup meningkat Vital sign dalam batas normal
TD meningkat
Dilatasi pupil meningkat
Tegangan otot meningkat
Motilitas gastrointestunal
menurun
Aliran saliva menurun
Respon psikologis Anxietas Depresi
Keputusasaan
Mudah tersinggung/ marah
Menarik diri
Respon fisik / Menangis/mengerang Keterbatasan gerak
perilaku Waspada Kelesuan
Mengerutkan dahi Penurunan libido
Menyeringai Kelelahan/kelemahan
Mengeluh sakit Mengeluh sakit hanya ketika
dikaji/ditanyakan
Contoh Nyeri bedah trauma Nyeri kanker, arthritis, euralgia
terminal

Terdapat berbagai macam tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yaitu
mencakup tindakan non farmalogis dan tindakan farmalogis.

Dalam beberapa kasus nyeri yang sifatnya ringan, tindakan non farmalogis adalah intervensi
yang paling utama, sedangkan tindakan farmalogis dipersiapkan untuk mengantisipasi
perkembangan nyeri. Pada kasus nyeri sedang sampai berat, tindakan non farmalogis menjadi
suatu pelengkap yang efektif untuk mengatasi nyeri di samping tindakan farmakologis yang
utama.

Tujuan Penatalaksanaan Nyeri:


- Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
- Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akutmenjadi gejala nyeri kronisyang
persisten
- Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
- Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransiterhadap terapi nyeri
- Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari
Strategi terapi :

- Terapi non-farmakologi
- Intervensi psikologis: Relaksasi, hipnosis,imajinasi
terbimbing,distraksi,akupungtur,akupresur dll.
- Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) utk nyeri bedah, traumatik, dan
oral-facial
- Terapi farmakologi
- Analgesik : non-opiat dan opiat
Prinsip penatalaksanaan nyeri:

Pengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesik yang paling ringan sampai ke yang paling
kuat

Tahapannya:

- Tahap I ► nyeri : Non-opiat +/- adjuvan


- Tahap II ► nyeri menetap : Opiat Lemah +/- adjuvan
- Tahap III ► nyeri menetap : opiat kuat +/- adjuvan
Contoh ajuvan : antidepresan, antikonvulsan, agonisα2, dll.

Pada tahap I merekomendasikan bahwa penggunaan analgetik yang disertai atau tanapa
disertai adjuvan ditentukan oleh tingkat keparahan dari nyeri yang dirasakan. Untuk nyeri
ringan ( sakla 1-3 pada skala 0-10) maka direkomendasikan penggunaan pada tahap I yaitu
non-0piat yang disertai atau tanpa obat-obatan adjuvan.

Tahap II apabila skala nyeri 4-6 pada skala 0-10, WHO merekomendasikan penggunaan opiat
lemah, disertai atau tanpa nonopiat, dan diserai atau tanpa obat-obatan adjuvan.

Tahap III nyeri skala 7-10 dari skala 0-10, opiat kuat dapat digunakan, nonopiat sebaiknya
diteruskan dan obat – obatan adjuvan juga harus dipertimbangkan penggunaannya pula

Metode pengendalian nyeri non farmakologis:


1. Modulasi psikologis nyeri :
a. Distraksi
b. Relaksasi
c. Pemijatan/masase
d. Kompres
e. Hipnoterapi
f. Imajinasi terbimbing
g. Psikoterapi
2. Modulasi sensori nyeri :
a. Massage
b. Akupungtur
c. Akupresur

Pada skala nyeri antara 0 sampai dengan kurang atau sama 3 dari skala 3 dapat digunakan
terapi non farmalogis.

Analgesik merupakan istilah medis yang digunakan untuk golongan obat yang dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran, jadi analgetik adalah
obat penghilang nyeri. Secara umum analgesik dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu
analgesik non-opioid dan analgesik opioid.

Obat Analgesik non-opioid atau non-narkotik

Merupakan jenis obat analgesik yang paling umum digunakan. Obat analgesik golongan ini
sering dikenal dengan istilah Analgetik Perifer, karena mekanisme kerja dari obat golongan
ini yang bekerja pada reseptor nyeri yang berada di daerah yang sekitar nyeri, tidak
memberikan pengaruh pada sistem susunan saraf pusat sehingga obat golongan ini cenderung
tidak menurunkan tingkat kesadaran, dan juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada
penggunanya. Macam-macam obat analgesik non-opioid yaitu :

 Paracetamol/acetaminophen

Merupakan devirat para amino fenol. Paracetamol banyak digunakan untuk mengatasi nyeri
yang sifatnya ringan hingga sedang seperti pada saat luka ringan, sakit kepala, dan nyeri otot.

Selain sebagai analgesik paracetamol juga dapat digunakan untuk menurunakan demam atau
antipiretik, namun paracetamol kurang memiliki efek anti radang atau inflamasi sehingga
tidak efektif digunakan untuk mengatasi nyeri yang disebabkan oleh peradangan seperti pada
nyeri rematik.

Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik pada saat ini telah
menggantikan penggunaan salisilat atau aspirin. parasetamol adalah salah satu contoh obat
analgetik

 Obat anti-inflamasi non steroid (NSAID)

Merupakan obat yang dapat digunakan untuk mengurangi peradangan. Sehingga dapat
mengurangi nyeri yang disebabkan oleh peradangan seperti pada rematik tulang maupun
rematik sendi. NSAID juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri yang sifatnya ringan
hingga sedang, efek analgesiknya muncul dengan cepat.
Pada saat sekarang terdapat lebih dari 20 macam tipe NSAID yang berbeda. NSAID
sebaiknya tidak digunakan berlebihan karena dapat menimbulkan efek samping berupa nyeri
lambung hingga pendarahan pada lambung. Contoh obat analgesik NSAID ini antara lain
Ibuprofen, Aspirin, Asam mefenamat, Dikofenak, Ketorolak, Meloxicam, Indometasin, dan
lain-lain. Namun hanya Ibuprofen, Asam mefenamat dan Aspirin yang paling banyak
digunakan.

Obat Analgesik opioid atau narkotik

Sesuai dengan namanya analgesik opioid merupakan golongan obat analgesik yang memiliki
sifat-sifat seperti opium atau narkotik. Opioid disebut juga analgesik sentral karena kerjanya
yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Golongan obat ini umumnya digunakan untuk
meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang sifatnya sedang hingga berat seperti pada
kedaan fractur atau patah tulang dan kanker.

Beberapa efek samping yang umum dari opioid adalah mual muntah, konstipasi, mengantuk,
pusing, penurunan konsentrasi, kebingungan, dan penurunan pada kemampuan bernafas.
Macam - macam obat analgesik opioid yang sering digunakan yaitu Codein, Tramadol,
Morfin, Metadon, Fentanil.

Opioid dapat menimbulkan efek samping yang lebih banyak dibandingkan analgesik non
opioid bahkan dapat menyebabkan ketergantungan dan kecanduan sehingga obat - obat
golongan ini tidak dijual bebas, hanya tersedia melalui peresepan dan dalam pengawasan
yang ketat oleh dokter.

Penggunaan obat-obatan golongan analgesik di atas dapat dikombinasikan sesama atau antar
golongan, hal ini disesuaikan dengan tingkat nyeri yang dialami oleh pasien.
SKENARIO SOP MANAJEMEN NYERI:
MASSAGE THERAPY

1. Fase Orientasi

Perawat : “Selamat pagi ibu, saya Suster Thalia yang dinas pagi ini dari jam 07:00 –
02:00 siang nanti. Bisa tolong sebutkan nama dan tanggal lahir ibu?”

Pasien : “ Iya, selamat pagi suster, nama saya ... tanggal lahir ........”

Perawat : “ Baik bu, sesuai ya dengan gelang ibu.”

Pasien : “ iya suster”

Perawat : “ Bagaimana kondisi ibu hari ini? apakah ada keluhan bu?”

Pasien : “ Punggung saya ini masih terasa nyeri suster.”

Perawat : “kira-kira kalau saya kasih angka dari 1 sampai 10, nyerinya di angka berapa
bu?”

Pasien : “Kira-kira 5/6 sus”

Perawat : “ Baik ibu, bagaimana kalau hari ini saya akan melakukan tindakan terapi
massage/ pijat agar ibu lebih rileks dan nyeri yang ibu rasakan sekarang bisa
berkurang, apakah ibu bersedia?”

Pasien : “ Baik suster, saya bersedia”

Perawat : “Baik ibu, jika ibu bersedia. Kita akan lakukan kurang lebih 10-15 menit ya
bu. Saya siapkan alatnya dulu ya bu.”

2. Fase Kerja

(Perawat Menyiapkan alat dan cuci tangan)

(Perawat menutup sampiran)

Perawat : “Sebelum mulai saya beri obat dulu ya bu. Baik ibu kita mulai ya. Ibu bisa
tiduran atau miring ke kanan/kiri, ataupun posisi yang membuat ibu nyaman”

Pasien : “Ohh baik suster.”

(Perawat menyelimuti pasien dan hanya membiarkan bagian kaki, betis, dan paha yang
dibuka)
Perawat : “Permisi saya bantu gulung celananya ke atas ya bu”

Pasien : “Iya sus silahkan”

(jika tangan perawat dingin gosokan telapak tangan terlebih dahulu sebelum ke pasien)

(melakukan sentuhan ringan sebagai kontak awal dengan pasien)

Perawat : “ Saya akan melakukan pijatannya yah ibu, jika terasa sakit bilang ya bu”

Pasien : “ Iya suster.”

(Perawat memulai tindakan)

Perawat : “ibu yang menemani selama disini anaknya bu?”

Pasien : “Iya sus soalnya ayahnya kerja, jadi pulang kerja baru kesini gantian sama
anak saya”

Perawat : “Jika sewaktu-waktu ibu nyeri seperti ini ibu bisa minta tolong anak ibu
untuk melakukan masase ini bu. Sini adek sekalian suster ajarin cara masase
terapi, namanya siapa?”

Keluarga : “Nama saya .... suster”

Perawat : “Nama suster ..... . Jadi bagian yang dipijat bagian kaki saja, bukan dibagian
yang sakitnya karena untuk mengalihkan sakit tadi ke pijatan ini dan agar otot
yang tegang karena sakit bisa lebih rileks. Seperti ini caranya. Adek ... sudah
mengerti caranya?”

Keluarga : “Mengerti suster”

Perawat : “Mau mencoba pijat ibunya?”

Keluarga : “Mau sus”

Perawat : “Oke sudah benar ya, sekarang suster lanjutin pijat ke ibu dulu nanti adek
perhatikan ya agar kalau ibunya nyeri lagi bisa masase ibunya”

Keluarga : “ Oke suster”


3. Fase terminasi

Perawat : “Bagaimana perasaanya bu setelah dipijat? Apakah nyerinya sudah


berkurang?”

Pasien : “Sudah berkurang suster nyerinya, saya juga sudah sedikit rileks.”

Perawat : “Baik tindakannya sudah selesai, jika ibu merasa nyeri kembali ibu bisa
melakukan terapi massage atau pijat ini dengan bantuan kelurga ibu atau bisa
panggil perawat ya bu. Jika tidak ada keluarga atau perawat ibu bisa
melakukan teknik lain untuk mengurangi rasa nyeri ibu seperti tarik nafas
dalam atau distraksi ya bu yang sudah diajarkan sebelumnya, sebelum saya
pamit kembali ke nurse station apakah ada yang ingin ditanyakan bu?

Pasien : “ Tidak ada suster, terima kasih yah suster.”

Perawat : “ iyah bu sama-sama, kalau begitu saya pamit dulu ya bu, permisi”
DAFTAR PUSTAKA

Sigit Nian Prasetyo,2010, Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Graha Ilmu,

Yogyakarta

https://www.academia.edu/11677471/Algoritma_Nyeri diakses 06/11/2019

https://www.honestdocs.id/mengenal-obat-analgesik diakses 06/11/2019

Anda mungkin juga menyukai