Anda di halaman 1dari 31

TATALAKSANA NYERI

AKUT DENGAN NSAIDs

Pembimbing:
dr. Tasrif Hamdi, M.Ked (An).SpAn
Oleh:
Kogilavani Mani (130100449)
Gayatthiri Naaidu (130100476)
Siti Nor Fazlina (140100240)
PENDAHULUAN
● Nyeri merupakan bagian dari pengalaman hidup sehari-hari. Nyeri mempunyai sifat
yang unik, karena di satu sisi nyeri menimbulkan derita bagi yang bersangkutan, tetapi
disisi lain nyeri juga menunjukkan suatu manfaat.
● Nyeri akut merupakan sensibel nyeri yang mempunyai manfaat. Adapun yang menjadi
manfaatnya antara lain: manfaat berupa mekanisme proteksi, mekanisme defensif, dan
membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit.
● AINS merupakan bahan aktif yang secara farmakologi tidak homogen dan terutama
bekerja menghambat produksi prostaglandin serta digunakan untuk perawatan nyeri
akut dan kronik. Obat ini mempunyai sifat mampu mengurangi nyeri, demam dengan
inflamasi, dan yang disertai dengan gangguan inflamasi nyeri lainnya.
● Seiring dengan perkembangan sediaan AINS, para ahli mengupayakan penyediaan
obat ini dengan efek samping yang seminimal mungkin, diantaranya merubah
formulasi dan penemuan sediaan AINS baru. Akan tetapi ternyata sediaan terkinipun
tidak mampu memberikan solusi yang terbaik sebab disatu sisi memberikan efek
samping minimal terhadap suatu organ tubuh tertentu, tetapi memberi efek samping
yang lebih besar terhadap organ tubuh lainnya.
● Untuk itu pemberian obat AINS ini perlu dikaji dengan seksama dan melakuakan
terapi medikamentosa secara rasional. .Tulisan ini diharapkan dapat memberikan
masukan yang bermanfaat dalam hal penggunaan AINS yang tepat dalam
penatalaksanaan nyeri akut
Table of Contents
01 02 03
Nyeri Akut Pengukuran Diagnosis
Definisi & klasifikasi Intensitas Nyeri Nyeri

04 05 06
Tatalaksana NSAIDs Kesimpulan
Nyeri Mekanisme, Efek Samping
&
Golongan Obat
Definisi Nyeri
Akut
Nyeri akut disebabkan oleh stimulasi noxious
akibat trauma, proses suatu penyakit atau akibat
fungsi otot atau viseral yang terganggu.

Nyeri tipe ini berkaitan dengan stress


neuroendokrin yang sebanding dengan
intensitasnya. Nyeri akut akan disertai
hiperaktifitas saraf otonom dan umumnya mereda
dan hilang sesuai dengan laju proses
penyembuhan.
Klasifikasi Nyeri
Berdasarkan sumber nyeri, maka nyeri dibagi menjadi:

Nyeri Somatik Nyeri Somatik Nyeri Viseral


Luar Dalam
Nyeri yang stimulusnya berasal Nyeri tumpul (dullness) Nyeri karena perangsangan organ viseral atau
dari kulit, jaringan subkutan dan dan tidak terlokalisasi membran yang menutupinya (pleura parietalis,
perikardium, peritoneum). Nyeri tipe ini dibagi
membran mukosa. Nyeri dengan baik akibat
lagi menjadi nyeri viseral terlokalisasi, nyeri
biasanya dirasakan seperti rangsangan pada otot parietal terlokalisasi, nyeri alih viseral dan nyeri
terbakar, jatam dan terlokalisasi rangka, tulang, sendi, alih parietal.
jaringan ikat
Klasifikasi yang dikembangkan oleh
IASP didasarkan pada lima aksis yaitu:

Aksis II :
Aksis I :
sistem organ primer di tubuh
regio atau lokasi anatomi nyeri
yang berhubungan dengan
timbulnya nyeri
Aksis III :
karekteristik nyeri atau pola
timbulnya nyeri (tunggal, Aksis IV :
reguler, kontinyu) awitan terjadinya nyeri

Aksis V :
etiologi nyeri
Berdasarkan jenisnya nyeri juga dapat
diklasifikasikan menjadi:
Karena kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral.
Stimulasi nosiseptor baik secara langsung maupun tidak
Nyeri langsung akan mengakibatkan pengeluaran mediator
nosiseptif inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung saraf sensoris
dan simpatik. .

Nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi


Nyeri primer pada sistem saraf perifer. Hal ini disebabkan oleh
psikogenik cedera pada jalur serat saraf perifer, infiltrasi sel kanker pada
serabut saraf, dan terpotongnya saraf perifer.

Nyeri Nyeri ini berhubungan dengan adanya gangguan jiwa misalnya cemas
neurogenik dan depresi. Nyeri akan hilang apabila keadaan kejiwaan pasien
tenang.
Berdasarkan timbulnya nyeri dapat
diklasifikasikan menjadi:

Nyeri Nyeri
akut kronik

Nyeri yang timbul mendadak dan berlangsung Nyeri berkepanjangan dapat berbulan-bulan tanpa tanda2
sementara. Nyeri ini ditandai dengan adanya aktivitas aktivitas otonom kecuali serangan akut. Nyeri tersebut
saraf otonom seperti : takikardi, hipertensi, hiperhidrosis, dapat berupa nyeri yang tetap bertahan sesudah 5
pucat dan midriasis dan perubahan wajah : menyeringai penyembuhan luka (penyakit/operasi) atau awalnya
atau menangis berupa nyeri akut lalu menetap sampai melebihi 3 bulan

Bentuk nyeri akut dapat berupa: Nyeri ini disebabkan oleh :

1. Nyeri somatik luar : nyeri tajam di kulit, subkutis dan 1. kanker akibat tekanan atau rusaknya serabut saraf
mukosa 2. non kanker akibat trauma, proses degenerasi dll
2. Nyeri somatik dalam : nyeri tumpul pada otot rangka,
sendi dan jaringan ikat
3. Nyeri viseral : nyeri akibat disfungsi organ viseral
Berdasarkan penyebabnya nyeri dapat
diklasifikasikan menjadi:
a) Nyeri b) Nyeri non
onkologik onkologik

Berdasarkan penyebabnya nyeri dapat


diklasifikasikan menjadi:
a) Nyeri ringan adalah nyeri hilang timbul, terutama saat beraktivitas sehari hari dan
menjelang tidur.
b) Nyeri sedang nyeri terus menerus, aktivitas terganggu yang hanya hilan gbila penderita
tidur.
c) Nyeri berat adalah nyeri terus menerus sepanjang hari, penderita tidak dapat tidur dan
dering terjaga akibat nyeri.
Pengukuran Intensitas Nyeri
Nyeri merupakan masalah yang sangat subjektif yang dipengaruhi oleh psikologis,
kebudayaan dan hal lainnya, sehingga mengukur intensitas nyeri merupakan masalah yang
relatif sulit.
Ada beberapa metoda yang umumnya digunakan untuk
menilai intensitas nyeri, antara lain

o Metoda ini menggunakan suatu word list untuk mendiskripsikan nyeri


yang dirasakan
Verbal Ratingo Pasien disuruh memilih kata-kata atau kalimat yang menggambarkan
karakteristik nyeri yang dirasakan dari word list yang ada .
Scale (VRSs) o Metoda ini dapat digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri dari
saat pertama kali muncul sampai tahap penyembuhan.
Numerical Rating Scale
(NRSs)
o Metoda ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari intensitas
nyeri.
o Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari angka 0-
10. ”0”menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan ”10” menggambarkan nyeri yang
hebat.
Visual Analog Scales
(VASs)
o Metoda ini paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri.
o Metoda ini menggunakan garis sepanjang 10 cm yang menggambarkan keadaan tidak nyeri sampai
nyeri yang sangat hebat.
o Pasien menandai angka pada garis yang menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan.
Keuntungan menggunakan metoda ini adalah sensitif untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri,
mudah dimengerti dan dikerjakan, dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi klinis. Kerugiannya
adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah 8 tahun dan mungkin sukar diterapkan jika
pasien sedang berada dalam nyeri hebat.
The Faces
Scale
o Metoda ini dengan cara melihat mimik wajah pasien dan biasanya
untuk menilai intensitas nyeri pada anak-anak.
Diagnostik Nyeri
03
01
Pemeriksaan
Psikologis
The Minnesorta Multiphasic Anamnesis yang
Personality Inventory teliti
(MMPI)

02
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Fisik
Pem.Vital sign, Glascow
Penunjang coma scale
04
Pem.Lab,CT Scan,MRI
TATALAKS
ANA
NYERI
Penatalaksanaan Nyeri Akut
Setelah diagnosis ditetapkan, perencanaan
Terapi pengobatan harus disusun. Untuk itu berbagai
Multimodal modalitas pengobatan nyeri yang beraneka ragam
dapat digolongkan sebagai berikut:
 Nyeri akut sering dikelola dengan tidak memadai
 Kontrol nyeri sering bisa diperbaiki dengan strategi
a. Modalitas fisik
sederhana, yaitu nilai nyeri, atasi dengan obat dan b. Modalitas kognitif-behavioral
teknik yang sudah ada, nilai kembali nyeri setelah c. Modalitas Invasif
terapi dan bersiap untuk memodifikasi pengobatan
d. Modalitas Psikoterapi
jika perlu. e. Modalitas Farmakoterapi
 Analgesia yang baik mengurangi komplikasi pasca
bedah seperti infeksi paru, mual dan muntah, DVT
,dan ileus.
Farmakoterapi Nyeri
Praktik dalam tatalaksana nyeri, secara garis besar stategi
farmakologi mengikuti “WHO Three Step Analgesic
Ladder” yaitu:
1. Tahap pertama dengan menggunakan abat analgetik
nonopiat seperti NSAID atau COX2 spesific
inhibitors.
2. Tahap kedua, dilakukan jika pasien masih mengeluh
nyeri. Maka diberikan obat-obat seperti pada tahap 1
ditambah opiat secara intermiten.
3. Tahap ketiga, dengan memberikan obat pada tahap
2 ditambah opiat yang lebih kuat.
Penanganan nyeri berdasarkan patofisiologi nyeri paada proses
transduksi dapat diberikan anestesik lokal dan atau obat anti
radang non steroid, pada transmisi inpuls saraf dapat diberikan
obat-obatan anestetik lokal, pada proses modulasi diberikan
kombinasi anestetik lokal, narkotik, dan atau klonidin, dan pada
persepsi diberikan anestetik umum, narkotik, atau parasetamol

Dari gambar tangga dosis di atas, dapat disimpulkan bahwa


terapi inisial dilakukan pada dosis yang lebih tinggi, dan
kemudian diturunkan pelan-pelan hingga sesuai dosis analgesia
yang tepat.
Nonsteriodal anti-inflammatory Drugs
(NSAIDs)
“NSAID merupakan suatu kelompok agen
yang berlainan secara kimiawi dan memiliki
perbedaan dalam aktifitas antipiretik,
analgesik dan anti-inflamasinya . NSAID
(Non-steroidal anti-Inflammatory Drugs)
adalah obat- obat yang digunakan untuk
mengurangi nyeri dan peradangan pada
sendi-sendi (Noor, 2012). NSAID berkhasiat
sebagai analgetis, antipiretis serta antiradang
(antiflogistik) dan banyak digunakan untuk
menghilangkan gejala rema seperti RA
(Rheumatoid Arthritis), Artrosis
(Osteaorthritis) dan Spondylosis.”
Mekanisme Kerja NSAIDs
Mekanisme kerja dari NSAID adalah
menghambat enzim siklokigenase
sehingga konversi asam arakidonat
Enzim siklooksigenase terdapat dalam dua
menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat
isoform disebut COX-1 dan COX-2. Kedua
yang menghambat sikloksigenase
isoform tersebut dikode oleh gen yang
memiliki kekuatan dan selktifitas yang
berbeda dan epresinya bersifat unik.
berbeda NSAID yang ideal hanya
COX-1 memelihara berbagai fungi
mengahambat COX-2 (peradangan)
tidak COX-1 (perlindungan mukosa dalam kondisi normal di berbagai
jaringan khususnya ginjal, saluran cerna
lambung) dan menghambat
dan trombosit. Di mukosa lambung, COX-1
lipooxygenase (pembentukan
menghasilkan prostasiklin yang bersifat
leukotrien)
sitoprotektif
COX-2 mempunyai fungsi fisiologis di ginjal,
jaringan vascular dan pada proses perbaikan
jaringan. Tromboksan A2 yang disintesis trombosit
oleh COX-1 menyebabkan agregasi trombosit,
vaokonstriksi dan poliferasi otot polos. Sebaliknya
prostaiklin diintesis oleh COX-2 di endotel
makrovaskular melawan efek tersebut dan Aspirin 166 kali lebih kuat dalam
menyebabkan penghambatan agregasi trombosit, menghambat COX- 1 dari pada COX-2,
vasodilatasi dan efek anti-proliferatif pengahambat COX-2 dikembangkan dalam
mencari penghambat COX yang baik untuk
pengobatan inflamasi dan nyeri yang
kurang memberikan efek samping berupa
toksisitas dan pendarahan/iritasi saluran
cerna
Efek Farmakodinamik NSAID
Menurut Wilmana dan Sulistia (2011) obat mirip-aspirin bersifat
antipiretik, analgesik dan anti-inflamasi. Berbeda dengan parasetamol
(asetaminophen) yang ati- inflamasinya lemah

Berikut adalah efek farmakodinamik dari NSAID menurut Wilmana dan Sulitia :

a. Efek analgesik. Hanya efektif untuk mengobati nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang,
seperti sakit kepala, myalgia, artragia,dan nyeri lain yang berasal dari integument terutama nyeri
yang berkaitan dengan inflamasi.
b. Efek antipiretik. Hanya digunakan untuk menurunkan suhu badan atau hanya digunakan saat
demam saja.
c. Efek anti-inflamasi. Kebanyakan obat baru digunakan sebagai penggobatan pada kelainan
musculoskeletal, seperti artritis reumatoid, osteoartritis dan spondylitis ankilosa.
Efek Samping NSAID

Sejumlah efek samping dari NSAID terjadi


pada lambung-usus, ginjal dan fungsi
trombosit. Frekuensi efek samping berbeda-
beda tiap obat dan besarnya dosis yang
diberikan dan lama penggunaannya kecuali
efeknya pada trombosit
Obat-obat golongan NSAID
Asam Karboksilat
• Lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah obat
golongan analgesik antipiretik dan anti-inflamasi yang
luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Obat
golongan ini menjadi standar penilaian untuk obat
serupa lainnya.

Derivat Pirazolon
• Obat yang masuk golongan ini adalah fenilbutazon, oksifenbutazon, anti-pirin,
aminopirin dan dipirin Dipiron masuk kedalam golongan ini. Dipiron adalah derivate
metansulfonat ari aminopirin yang larut baik dalam air dan dapat diberikan secara
intra vena. Saat ini dipiron hanya digunakan sebagai analgesik-antipiretik karena efek
anti-inflamasinya yang rendah. Antipirin dan aminopirin sudah tidak digunakan lagi
karena tingkat toksisitas yang lebih tinggi dari dipiron. Obat ini akan diberikan
kepada pasien yang sudah tidak tahan dengan obat aman
Obat-obat golongan NSAID
Asam Asetat
• Kelompok obat ini meliputi etodolak, diklofenak,
indometasin, ketorolac dan nebumeton. Obat-obat
ini bekerja dengan menghambat siklooksigenase
secara reversible

Asam Propionat

• Obat yang masuk golongan ini adalah Ibuprofen, Fenoprofen,


Flurbiprofen, Ketoprofen, Naproxen, Naproxen Sodium dan Oxaprosin.
Indikasi yang diizinkan untuk penggunaan salah satu turunan asam
propionate antara lain, penanganagan simtomatik artritis rheumatoid,
osteoartritis, spondylitis ankilosa dan artritis pirai akut. Senyawa ini juga
digunakan sebagai analgesik untuk tendinitis dan bursitis akut dan
untuk dismenorea primer
Obat-obat golongan NSAID
Fenamat
• Obat golongan ini memiliki sifat antiradang, antipiretik
dan analgesik. Pada uji analgesia, asam mefenamat
merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukan
kerja pusat dan juga kerja perifer. Berbeda dengan
NSAID lain, asam mefenamat dapat mengantagonis
efek prostaglandin tertentu.

Oxycam
• Obat-obat yang masuk golongan ini adalah piroksikam
dan meloksikam. Kedua obat ini digunakan untuk
mengobatai RA, ankilosis spondylitis, dan OA. Kedua
obat ini memiliki waktu paruh yang panjang, ini yang
menyebabkan obat ini hanya diberikan sekali sehari.
Obat-obat golongan NSAID
Coxib
• Celecoxib diabsorbsi dengan mudah mencapai
konsentrasi puncaknya dalam waktu 3 jam. Obat ini
dimetabolisme secara ekstensi dalam hati oleh
sitokrom P450 (CYP2C9) dan dieksresikan dalam feses
dan urin. Waktu paruh obat ini sekitar 11 jam tetapi
dapat diberikan dalam dosis terbagi dua kali sehari

Inhibitor COX-2 Selektif


• Kelompok penghambat COX-2 dikembangkan untuk
menghindari efek samping gangguan cerna saat digunakan
(Freedy dan Sulistia, 2011). Koksib ini secara selektif
mengikat dan menghambat tempat aktif enzim COX-2 jauh
lebih efektif dari pada COX-1
KESIMPULA
N
Nyeri akut merupakan sensibel nyeri yang
mempunyai manfaat. Bila pengelolaan
nyeri dan penyebab nyeri akut tidak
dilaksanakan dengan baik, nyeri itu dapat
berkembang menjadi nyeri kronik.Diagnosa
penyebab nyeri akut harus ditegakkan lebih
Penggunaan AINS seharusnya dilakukan
dahulu. Bersamaan dengan usaha mengatasi
dengan sangat cermat. Obat ini efektif
penyebab nyeri akut, keluhan nyeri
untuk mengatasi nyeri akut dengan
penderita juga diatasi. Pengobatan yang
intensitas ringan sampai sedang. Berbagai
direncanakan untuk menangulangi nyeri
penelitian telah dilakukan untuk
harus diarahkan kepada proses penyakit
menentukan jenis obat yang paling aman.
yang mendasarinya untuk mengendalikan
Pemberian AINS dalam jangka lama
nyeri tersebut.
cenderung menimbul-kan efek samping
daripada pemberian singkat pada periode
perioperatif.
Our Team

Kogilavani Siti Nor Gayatthiri


Mani Fazlina Naaidu
Thanks!
Does anyone have any
questions?

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik and illustrations by Stories

Anda mungkin juga menyukai