Anda di halaman 1dari 12

Panduan

Manajemen Nyeri
BLUD RSUD SCHOLOO KEYEN
TEMINABUAN
SORONG SELATAN
DEFINISI

u Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan


adanya kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau
pengalaman sensorik dan emosional yang merasakan seolah-olah terjadi
kerusakan jaringan. (International Association for the Study of Pain).
u Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas,
memiliki hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau
penyakit.
u Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama.
Nyeri kronik adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses
penyembuhan dan sering sekali tidak diketahui penyebabnya yang pasti.
Asesmen Nyeri

u Asesmen nyeri dapat menggunakan Numeric Rating Scale

u Wong Baker FACES Pain Scale


u Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi sedang, asesmen
dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa ekspresi
tubuh atau verbal akan rasa nyeri.
u Asesmen ulang nyeri: dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
menunjukkan adanya rasa nyeri
u Lakukan asesmen nyeri yang komprensif setiap kali melakukan pemeriksaan fisik pada pasien
u Dilakukan pada: pasien yang mengeluh nyeri, ringan 8 jam, nyeri sedang 2 jam, nyeri berat 1
jam. pasien yang menjalani prosedur menyakitkan/operasi,15 menit pada 1 jam pertama, 30
menit pada 2 jam selanjutnya,1 jam pada 4 jam selanjutnya.
u Pada nyeri akut/kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1 jam setelah pemberian obat
nyeri.
u Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila sampai menimbulkan
perubahan tanda vital, merupakan tanda adanya diagnosis medis atau bedah yang baru
(misalnya komplikasi pasca-pembedahan, nyeri neuropatik).
FARMAKOLOGI OBAT ANALGESIK

u Parasetamol
u Efek analgesik untuk nyeri ringan-sedang dan anti-piretik. Dapat
dikombinasikan dengan opioid untuk memperoleh efek anelgesik yang lebih
besar.
u Dosis: 10 mg/kgBB/kali dengan pemberian 3-4 kali sehari. Untuk dewasa dapat
diberikan dosis 3-4 kali 500 mg perhari.
u Ketorolak:
u Ketororac
u Efektif untuk nyeri sedang-berat bermanfaat jika terdapat kontraindikasi opioid
atau dikombinasikan dengan opioid untuk mendapat efek sinergistik dan
meminimalisasi efek samping opioid (depresi pernapasan, sedasi, stasis
gastrointestinal).
u Sangat baik untuk terapi multi-analgesik.
u Opioid
u Merupakan analgesik poten (tergantung-dosis) dan efeknya dapat ditiadakan oleh nalokson.
u Contoh opioid yang sering digunakan: morfin, sufentanil, meperidin.
u Dosis opioid disesuaikan pada setiap individu, gunakanlah titrasi.
u Adiksi terhadap opioid sangat jarang terjadi bila digunakan untuk penatalaksanaan nyeri akut.
u Tramadol
u Merupakan analgesik yang lebih poten daripada OAINS oral, dengan efek samping yang lebih
sedikit / ringan. Berefek sinergistik dengan medikasi OAINS.
u Indikasi: Efektif untuk nyeri akut dan kronik intensitas sedang (nyeri kanker, osteoarthritis, nyeri
punggung bawahm neuropati DM, fibromyalgia, neuralgia pasca-herpetik, nyeri pasca-operasi.
u Efek samping: pusing, mual, muntah, letargi, konstipasi.
u Jalur pemberian: intravena, epidural, rektal, dan oral.
u Dosis tramadol oral: 3-4 kali 50-100 mg (perhari). Dosis maksimal: 400mg dalam 24 jam.
u Titrasi: terbukti meningkatkan toleransi pasien terhadap medikasi, terutama digunakan pada pasien
nyeri kronik dengan riwayat toleransi yang buruk terhadap pengobatan atau memiliki risiko tinggi
jatuh.
MANAJEMEN NYERI AKUT
u Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi < 6 minggu.
u Lakukan asesmen nyeri: mulai dari anamnesis hingga pemeriksaan penunjang.
u Tentukan mekanisme nyeri
u Tatalaksana sesuai mekanisme nyerinya
u Farmakologi: gunakan Step-Ladder WHO
u OAINS efektif untuk nyeri ringan-sedang, opioid efektif untuk nyeri sedang-berat.
u Mulailah dengan pemberian OAINS / opioid lemah (langkah 1 dan 2) dengan pemberian intermiten
(pro re nata-prn) opioid kuat yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
u Jika masih kurang efektif / nyeri menjadi sedang-berat, dapat ditingkatkan
menjadi langkah selanjutnya (ganti dengan opioid kuat dan prn analgesik
dalam kurun waktu 24 jam setelah pemberian OAINS).
u Penggunaan opioid harus dititrasi. Opioid standar yang sering digunakan
adalah morfin, kodein.
u Jika pasien memiliki kontraindikasi absolut OAINS, dapat diberikan opioid
ringan.
MANAJEMEN NYERI KRONIK

u Lakukan asesmen nyeri


u Tentukan mekanisme nyeri
u Nyeri kronik: nyeri yang persisten / berlangsung > 6 minggu
u Manajemen level 1: menggunakan pendekatan standar dalam
penatalaksanaan nyeri kronik termasuk farmakologi, intervensi, non-
farmakologi, dan tetapi pelengkap atau tambahan.
u Manajemen level 2
u Meliputi rujukan ke tim multidisiplin dalam manajemen nyeri dan rehabilitasinya
atau pembedahan (sebagai ganti stimulator spinal atau infus intratekal).
u Indikasi: pasien nyeri kronik yang gagal terapi konservatif atau manajemen
level 1.
Obat Dosis Keterangan

Parasetamol 10-15mg/kgBB oral, setiap Efek antiinflamasi kecil, efek gastrointestinal dan

4-6 jam hematologi minimal

Ibuprofen 5-10mg/kgBB oral, setiap 6- Efek antiinflamasi. Hati-hati pada pasien dengan

8 jam gangguan hepar/renal, riwayat perdarahan

gastrointestinal atau hipertensi.

Naproksen 10-20mg/kgBB/hari oral, Efek antiinflamasi. Hati-hati pada pasien dengan

terbagi dalam 2 dosis disfungsi renal. Dosis maksimal 1g/hari.

Diklofenak 1mg/kgBB oral, setiap 8-12 Efek antiinflamasi. Efek samping sama dengan

Jam ibuprofen dan naproksen. Dosis maksimal

50mg/kali.
Terapi non-obat

Kognitif Perilaku Fisik

Informasi latihan pijat

Pilihan dan control terapi relaksasi fisioterapi

Distraksi dan atensi umpan balik positif stimulasi termal

Hypnosis modifikasi gaya hidup / perilaku stimulasi sensorik

psikoterapi Akupuntur

TENS (transcutaneous

electrical nerve stimulation)


DOKUMENTASI

u Pengkajian awal medis rawat inap atau rawat jalan


u Pengkajian lanjutan nyeri
u Catatan perkembangan pasien terintegrasi
TERIMA KASIH
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai