Anda di halaman 1dari 20

OBAT – OBATAN

ANESTESI
Oleh:
Rifka Defriani
Tessa Hijriani

Pembimbing:
dr. Yalta Hasanudin, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESIOLOGI


RSUD M. YUNUS BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
PENDAHULUAN
ANESTESI

Aesthētos :
persepsi,
An : tidak, tanpa
kemampuan untuk
merasa

suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan


pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan
rasa sakit pada tubuh.
PENDAHULUAN
ANESTESI

Anestesi Lokal Anestesi Umum

Menentukan dosis yang optimal untuk suatu obat, dimana dalam


selang dosis tersebut obat akan mempunyai efek terapi tanpa
menimbulkan efek toksik merupakan hal yang penting dalam
anastetik klinis
PEMBAHASAN
OBAT ANESTESI
INTRAVENA

Obat anestesi dengan tujuan hipnotik, analgetik


maupun pelumpuh otot yang diberikan melalui vena
lalu akan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan
menuju target organ masing-masing melalui sirkulasi
sistemik yang akhirnya diekskresikan sesuai dengan
farmakodinamiknya masing-masing.
PROPOFOL
• Kelompok derivat fenol
• Dikemas dalam cairan emulsi berwarna putih
susu bersifat isotonik dengan kepekatan 1%
(1ml=10 mg)
• Efek sedasi (30-45 detik) dengan durasi berkisar
antara 20-75 menit tergantung dosis dan
redistribusi dari sistem saraf pusat
• Dosis yang dianjurkan untuk induksi
– >3 tahun dan <55 tahun : 2-2.5 mg/kgBB
– >55 tahun, pasien lemah atau dengan ASA
III/IV: 1-1.5 mg/kgBB.
• Dosis yang dianjurkan untuk pemeliharaan
• >3 tahun dan <55 tahun: 0.1-0.2
mg/menit/kgBB
• >55 tahun, pasien lemah atau dengan ASA
III/IV : 0.05-0.1 mg/menit/kgBB
KETAMINE
• Onset pada pemberian intravena adalah 30
detik dengan durasi kerja didapatkan lebih
singkat yakni 5-10 menit.
• Ketamine memiliki efek analgetik yang kuat tapi
efek hipnotiknya kurang.
• Bila diberikan intravena maka dalam 30 detik
akan mengalami perubahan tingkat kesadaran
yang disertai tanda khas pada mata berupa
kelopak mata terbuka spontan, dilatasi pupil
dan nistagmus.
• Dosis yang dianjurkan untuk induksi pada pasien
dewasa adalah 1-4 mg/kgBB.
• Ketamin dapat diberikan bersama dengan
diazepam atau midazolam dengan dosis 0.1
mg/kgBB intravena dan untuk mengurangi
salvias dapat diberikan sulfas atropine 0.01
mg/kgBB
PETHIDIN ATAU
MEREPIDIN
• Sediaan intravena 1 ampul 2 cc = 100 mg
dengan dosis 1-2 mg/kgBB. Sebagian besar
pasien tertolong dengan dosis parenteral
100 mg.
• Dosis untuk bayi dan anak : 1-1,8 mg/kg BB.
• Beberapa efek samping yang ditimbulkan
pada penggunaan petidin yakni pusing,
berkeringat, euforia, mulut kering, mual,
muntah, perasaan lemah, gangguan
penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop dan
sedasi.
FENTANIL

• Fentanil merupakan opioid sintetik dari


fenilpiperedin yang lebih larut lemak dan lebih
mudah menembus sawar jaringan.
• Fentanil bekerja dalam mengurangi nyeri dan
respon emosional terhadap nyeri pada
reseptor spesifik di otak dan medulla spinalis.
• Dosis 1-3 µgr/kgBB dengan analgesia hanya
berlangsung 30 menit hanya digunakan dalam
pembedahan dan tidak untuk pasca bedah.
• Efek samping yang ditimbulkan adalah
kekakuan otot punggung yang dapat dicegah
dengan pemberian.
MIDAZOLAM
• Bekerja sebagai hipnotik, sedative,
amnestik, antikonvulsan, pelumpuh
otot yang bekerja sentral pada
reseptor GABAA.
• Onset midazolam adalah 30-60 detik
dan waktu paruh berkisar antara 2-3
menit.
• Efek yang ditimbulkan pada
penggunaan obat ini adalah amnesia,
anti kejang, hipnotik, relaksasi otot,
sedasi tanpa efek analgetik, efek
proteksi dari hipoksia serebral.
• Midazolam dapat menimbulkan
depresi pernafasan, menurunkan
frekuensi nafas serta volume tidal. Dosis
yang digunakan adalah 0,07-0,1
mg/kgBB dengan tujuan sebagai
premedikasi, selama pembedahan
atau pun untuk pasca operasi.
Obat Anastesi
Inhalasi

Obat anastesi berupa gas atau cairan


mudah menguap yang diberikan
melalui pernafasan pasien.
• N2O
• Isofluran
• Sevofluran
N2O
• Gas yang tidak berwarna, berbau manis,
tidak iritatif, tidak berasa, lebih berat dari
pada udara, tidak mudah
terbakar/meledak dan tidak bereaksi
dengan soda lime absorber (pengikat
CO2).
• Penggunaan dalam anestesi umumnya
dipakai dalam kombinasi N2O:O2 yaitu
60%:40%, 70%:30%, dan 50%:50%. Dosis untuk
mendapatkan efek analgesik digunakan
dengan perbandingan 20%;80%, untuk
induksi 80%:20%, dan pemeliharaan 70%:30%
N2O

• Eksresi di paru
• Analgesik kuat, hipnotik kurang, depresi SSP
• Bila tanpa O2→ depresi pernapasan
• Dapat berdifusi ke rongga : usus (kembung),
cav. pleura (pneumothorax), telinga (tuli)
• KI : pneumothorax, obs. usus akut, kista
udara pulmoner
ISOFLURAN

• Merupakan eter berhalogen,


berbau tajam dan tidak
mudah terbakar.
• Keuntungan penggunaan
isofluran adalah irama
jantung stabil dan tidak
terangsang oleh adrenalin
serta induksi dan masa pulih
anestesi cepat.
• depresi pernapasan & ↓ VT
• Mahal
SEVOFLURAN

• Obat anestesi ini


merupakan turunan
eter berhalogen yang
paling disukai untuk
induksi inhalasi,
induksinya enak dan
cepat terutama pada
anak.
OBAT ANESTESI
REGIONAL/LOKAL

Obat anestesi regional/lokal adalah obat


yang menghambat hantaran saraf bila
dikenakan secara lokal. Anertesi lokal
idealnya adalah yang tidak mengiritasi atau
merusak jaringan secara permanen, batas
keamanan lebar, mula kerja singkat, masa
kerja cukup lama, larut dalam air, stabil dalam
larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami
perubahan, dan efeknya reversible.
LIDOKAIN

Lidokain (lignikaon,xylocain)
adalah anestetik lokal kuat yang
digunakan secara topikal dan
suntikan. Efek anestesi terjadi
lebih cepat, kuat, dan ekstensif
dibandingkan prokain.
BUPIVAKAIN

• Bupivakain adalah anestetik golongan amida dengan


mula kerja lambat dan masa kerja panjang.
• Menghambat saluran Na+ jantung selama sistolik
• Efek blokade terhadap sensorik lebih besar daripada
motorik
• Lebih kardiotoksik dari lidokain
• Terjadi aritmia ventrikuler berat dan depresi miokard
pada pemberian dosis besar
KESIMPULAN

Obat anestesi dibedakan menjadi 2


kelompok yaitu anestesi lokal dan
umum. Anastesi lokal berarti
menghilangkan rasa sakit tanpa disertai
hilang kesadaran, sedangkan anestesi
umum berarti menghilangkan rasa sakit
yang disertai hilangnya kesadaran.
DAFTAR PUSTAKA

• Katzung, Bertram G. Basic and Clinical Pharmacology 10th


edition. Singapore : Mc Graw Hill Lange. 2007.
• Mangku, Gde.; Senapathi, Tjokorda Gde Agung Senaphati.
Obat-obat anestetika. Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi.
Jakarta : Indeks Jakarta. 2010.
• Barash, Paul G.; Cullen, Bruce F.; Stoelting, Robert K. Basic
principles of clinical pharmacology. Dalam Clinical Anesthesia
5th edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2006.
• Dewoto HR, et al. Farmakologi dan Terapi Edisi 5, cetak ulang
dengan tambahan, tahun 2012. Analgesik opioid dan
antagonisnya. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2012; 210-218
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai