Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

KOMA UREMINKUM
ANGGOTA KELOMPOK
Kelompok 5
1. Helda Winasetya (011211005)
2. Aprillia Dwi Wahyu K.(011211022)
3. Melly Irmawati (011211029)
4. Evi Fernikasari (011211053)
5. Adinda Putri Meisya H (011211057)
6. Putra Bayu Aji (011211063)
7. Candra Ariesta Yoga (011211064)
DEFINISI

• Encephalopathy (UE) merupakan suatu keadaan disfungsi pada otak yang


mengakibatkan penurunan kesadaran, perubahan tingkah laku dan kejang
disebabkan oleh kelainan otak maupun di luar otak (Sari & Sirait, 2017).
ETIOLOGI KOMA UREMINKUM

• Senyawa yang terlibat dalam ensefalopati uremikum adalah urea.


Suatu kondisi dimana kadar urea dalam tubuh sangat tinggi, sehingga
menjadi racun bagi tubuh itu sendiri atau biasa disebut dengan toksik
uremik. Kondisi ini biasanya ditandai dengan angka laju filtrasi
glomerulus (eGFR) menurun dan tetap di bawah 15 mL/menit.
PATHWAY
PATOFISIOLOGI KOMA UREMINKUM

• Ensefalopati terjadi karena adanya suatu kelainan dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia
yang berubah.Selain itu juga adanya keracunan jaringan otak, racun ini dapat di produksi dalam
tubuh, misalnya dari hati/gagal ginjal, atau mungkin sengaja (keracunan alcohol/penyalahgunaan
narkoba) atau tidak sengaja tertelan (keracunan karbon monoksida, obatobatan, zat beracun).
MANIFESTASI KLINIS

• Ciri ensefalopati adalah mengubah kondisi mental. Dalam kasus


Ringan, hipoksia dapat menyebab kan kondisi mental berubah,
termasuk Gejala seperti ketiadaan koordinasi motorik, penilaian
miskin, dan tidak Perhatian.
LANJUTAN
• Table 1 terdapat Tiga tahapan klinis Neonatal ensefalopati (EN).
• Tahap 1. Jangka waktu <24 jam dengan hyperalertness. Tak terbatas dan peregangan refleks
Moro. Efek simpatik. Elektroensefalogram normal.
• Tahap 2. Obtundation. Hypotonia. Penurunan gerakan spontan dengan atau tanpa Kejang.
• Tahap 3. Keadaan pingsan (stupor). Keadaan normal (flaccidity). Kejang (seizures). Menekan
batang otak dan fungsi otonom. EEG dapat isopotential atau pelepasan periodik Jarang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• PEMERIKSAAN KOMA UREMINKUM
• a. laboratorium​Tes fungsi ginjal menunjukkan peningkatan BUN dan kadar kreatinin yang nyata pada
ensefalopati uremik. Pemeriksaan harus cepat dan diarahkan untuk mengecualikan kondisi lain yang
menyerupai UE dan ada di mana-mana pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (CKD) stadium lanjut.
• b. Electroencephalogram (EEG)​Electroencephalogram (EEG) adalah non-diagnostik. Seringkali EEG
dilakukan pada pasien untuk mengecualikan kejang yang mendasarinya.
• c. Tes Kognitif​Tes kognitif yang dapat digunakan adalah tes trail making yang mengukur kecepatan
psikomotorik; tes memori jangka pendek; dan tes waktu reaksi pilihan, yang mengukur pengambilan
keputusan sederhana.
• d. Pencitraan Saraf​Pemindaian computed tomography (CT) otak dapat mengecualikan lesi fokal. Studi
Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada pasien uremik menunjukkan keterlibatan luas otak.
PENATALAKSANAAN

​Penatalaksaan ensefalopati bervariasi dengan penyabab utama dari Gejala, akibatnya


tidak semua kasus ensefalopati di perlakukan sama. Perlakuan terbaik yang dirancang oleh
dokter yang merawat setelah Diagnosis utama pasien dibuat. Perawatan yang sangat
bervariasi karena penyebab yang sangat berbada. (Carlo dan Frankel, 2016)

contoh dapat menumjukan ‘’pengobatan ensefalopati’’ sesuai dengan penyebabnya :. Anoksia


jangka pendek (biasanya kurang dari dua menit): terapi oksigen. Anoksia jangka panjang:
rehabilisasi. Toksisitas alkohol jangka pendek: cairan IV atau ada terapi
ASUHAN KEPERAWATAN
•1.​PENGKAJIAN

•a.​Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, nama orangtua, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
nomor register, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis.
•b.​Identitas Penanggung JawabMeliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan anak, alamat,
keadaan kesehatan.
•c.​Riwayat Kesehatan1)​Keluhan utama2) Riwayat kesehatan sekarang 3) Riwayat kesehatan dahulu 4) Riwayat kesehatan keluarga
•d.​Pemeriksaan Penunjang1.)​Pemeriksaan ginjal, seperti kadar urea darah dan keratinin.2.)​Pemeriksaan kadar elektrolit darah
untuk melihat adanya gangguan pada elektrolit atau tidak.3.)​Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat jumlah sel darah putih
atau leukosit dalam urine yang menjadi pertanda infeksi.4.)​CT Scan atau MRI untuk mendeteksi adanya kerusakan atau kelainan
otak.5.)​Tes electroencephalogram (EEG) atau rekam otak untuk mengukur aktivitas listrik di otak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

•P
​ enurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan gangguan
metabolisme (ensefalopati uremikum) (D.0066)
• 2.​Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan fungsi metabolik (D.0078)
• 3.​Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan stimulasi pusat termoregulasi
hipotalamus (D. 0149)4.​Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
(D.0056)
no DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
1. Penurunan Kapasitas adaptif Manajemen peningkatan tekanan intrakrnial (I. 09325)
kapasitas intrakranial (L.06049) Observasi
adaptif Setelah di lakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema serebral)
intrakranial keperawatan selama 1x24 2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat, tekanan
berhubungan jam diharapkan kapasitas nadi melebar, bradikardia, pola nafas ireguler, kesadaran menurun)
dengan adaptif intrakranial 3. Monitor MAP (Mean Arterial Pessure)
gangguan meningkat dengan kriteria
metabolisme 4. Monitor ICP (Intra Cranial pressure), jika tersedia
hasil:
(ensefalopati 5. Monitor gelombang ICP
uremikum)  Tingkat kesadaran Terapeutik
(D.0066) meningkat
6. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang
   Fungsi kognitif
7. Berikan posisi semi fowler
meningkat
8. Cegah terjadinya kejang
 Sakit kepala menurun
9. Hindari pemberian cairan IV hipotonik
 Gelisah menurun 10. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
 Tekanan darah membaik 11. Pertahankan suhu tubuh normal
 Tekanan nadi membaik Kolaborasi
 Bradikardi membaik 12. Kolaborasi pemberian sedasi dan antik konvulsan, jika perlu
 Tekanan intrakranial 13. Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
membaik
no DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
2. Nyeri kronis Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I. 08238)
berhubungan Setelah dilakukan asuham Observasi
dengan keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
gangguan fungsi jam diharapkan tingkat
metabolik nyeri menurun dengan 2. Identifikasi skala nyeri
(D.0078) kriteria hasil : 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
  1. Keluhan nyeri 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan mengurangi nyeri
menurun
5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
2. Sikap protektif
menurun Terapeutik

3. Gelisah menurun 6. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis, akupuntur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin,
4. Frekuensi nadi terapi bermain)
membaik
7. Kontrol lingkungan yang mempeeberat rasa nyeri
5. Pola nafas membaik
8. Fasilitasi istirahat tidur
6. Tekanan darah
Edukasi
membaik
9. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
7. Fokus membaik
10. Jelaskan strategi meredakan nyeri
8. Fungsi berkemih
membaik 11. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
12. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
13. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
No DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI

3. Termoregulasi tidak Termoregulasi (L.14134) Regulasi temperatur (I.14578)


efektif berhubungan Setelah dilakuan tindakan Observasi
dengan stimulasi pusat keperawatan selama 1x24 jam
termoregulasi 1. Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
diharapkan termoregulasi membaik
hipotalamus (D. 0149) dengan kriteria hasil: 2. Monitor warna dan suhu kulit
   Kulit merah menurun 3. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
hipertermia
 Kejang menurun
Terapeutik
 Vasokonstriksi perifer menurun
4. Pasang alat pemantau suhu kontinu,jika perlu
 Takikardi menurun
5. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Takipnea menurun
6. Sesuaikan suhu lingkungan dan kebutuhan pasien
 Suhu tubuh membaik
Edukasi
 Ventilasi membaik tekanan darah
membaik 7. Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat
stroke
Kolaborasi
8. Kolaborasi prmberian antipiretik, jika perlu
EVALUASI

• Merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan,


untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai